I. PENDAHULUAN
Ikan tawes adalah ikan yang telah lama dibudidayakan karena ikan ini
cocok dibudidayakan di Indonesia yang beriklim tropis, sehingga ikan ini dapat di
budidayakan sepanjang tahun (Cahyono, 2011). Ikan tawes juga sangat digemari
dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa
sangat menyukai ikan ini karena memiliki daging yang kenyal dan sedikit
berlemak. Pemasaran ikan tawes tidak hanya didalam negeri tetapi juga di
gonionotus) merupakan ikan air tawar yang rentan terhadap serangan penyakit.
Timbulnya penyakit pada ikan air tawar dapat disebabkan karena kondisi padat
tebar yang tinggi, suhu yang tinggi dan kandungan bahan organik yang tinggi di
daya tahan tubuh ikan tawes melemah. Bila kondisi ikan menurun, maka ikan
pertahanan tubuh ikan menjadi lemah dan akhirnya agen penyakit mudah masuk
Salah satu penyakit yang sering ditemukan pada ikan tawes adalah
serangan parasit pada budidaya. Parasit adalah organisme yang menumpang pada
adalah parasit yang hidupnya menyerang bagian dalam tubuh ikan seperti saluran
pencernaan, hati, otot, dan darah, sedangkan ektoparasit adalah parasit yang
hidupnya menyerang bagian luar tubuh ikan seperti kulit, sirip, insang, mulut,
gangguan pada organ, jaringan tubuh maupun tingkah laku ikan secara umum.
Tubuh ikan akan memberi reaksi terhadap serangan parasit tersebut, sehingga
terjadi perubahan tingkah laku ikan dan terganggunya sistem pertahanan tubuh.
nafsu makan, pertumbuhan lambat, kerusakan fisik, daya adaptasi, menurun dan
tawes ini. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
pada ikan.
1.2.Tujuan
1.3. Manfaat
Kerasaan.
4
Ikan tawes merupakan salah satu ikan asli Indonesia terutama pulau Jawa.
Hal ini juga yang menyebabkan tawes memiliki nama ilmiah Puntius javanicus,
Barbonymus gonionotus. Ikan tawes memiliki nama lokal tawes ( Indonesia )atau
Tawas, Lampam (Melayu), di Danau Sidendreng ikan tawes disebut Bale Kandea
Ikan tawes adalah ikan herbivora yang biasanya memakan tumbuhan, ikan
tawes sudah dikembangbiakkan di kolam dan dapat diberi makan pelet atau
makanan alami berupa daun talas. Perkembangan di kolam lebih cepat karena pola
5
makan yang cukup dan teratur dan tujuannya adalah sebagai ikan konsumsi
(compressed), bentuk punggung merupakan busur, tinggi badan 1:2,4 – 2,6 kali
kecil, mempunyai 2 pasang sungut yang sangat kecil. Permulaan sirip punggung
berhadapan dengan sisik garis rusuk yang ke sepuluh sirip punggung berbentuk
Ikan tawes termasuk ke dalam Family Cyprinidae seperti ikan mas dan
ikan nilem. Bentuk badan agak panjang dan pipih dengan punggung meninggi ,
kepala kecil, moncong meruncing, mulut kecil terletak pada ujung hidung , sungut
sangat kecil atau rudimeter. Dibawah linea lateralis terdapat sisik 5 ½ buah dan 3-
sempurna berjumlah antara 29- 31 buah . Badan berwarna keperakan agak gelap
di bagian punggung pada moncong terdapat tonjolan – tonjolan yang sangat kecil ,
memanjang dari tulang mata sampai ke moncong dan dari dahi ke antara mata ,
sirip dubur mempunyai 6 ½ jari – jari bercabang, 3 – 3 ½ sisik anatar gurat sisi
Sirip punggung dan sirip ekor berwarna abu – abu dan sirip ekor bercagak
dalam dengan lobus membulat , sirip dada dan sirip dubur berwarna putih susu.
Ikan tawes merupakan ikan sungai, dapat hidup pada salinitas 7 ppm. Jenis
ikan ini sangat cocok dipelihara dikolam-kolam, waduk dan sawah. Ikan tawes
6
tahun tidak ada musim, sedangkan di sungai atau di perairan umum pemijahan
Dactylogyrus sp. pipih, pada ujung badan dilengkapi alat yang berfungsi sebagai
pengait dan penghisap darah. Ikan yang terserang menjadi kurus dan kulit tidak
terlihat cerah lagi. Sirip ekor rontok dan tutup insang tidak dapat menutup dengan
sempurna. Ikan yang terkena parasit ini akan menggosok gosokkan badan pada
Parasit Dactylogyrus sp. selalu terdapat bersama sama pada satu inang dan
selama hidupnya berada pada tubuh ikan. Parasit ini akan meninggalkan tubuh
ikan apabila inangnya mati, kemudian larva yang baru menetas dari Dactylogyrus
sp. siap mencari ikan baru. Ikan yang menjadi inang yang baru ditemukan adalah
ikan yang telah terjangkit oleh parasit lain. Bila selama sepuluh jam setelah lepas
keperairan belum menemukan inang (ikan), parasit ini akan mati (Yuliartati,
2011).
2.3.2. Gyrodactylus sp
menginfeksi tubuh dan sirip ikan. Ciri ciri dari parasit Gyrodactylus sp. adalah
berbentuk pipih, berukuran kurang dari 1 mm, bagian anterior bercabang dua dan
pada tiap lobus terdapat alat kepala , bagian posterior terdapat haptor dengan
pengait berukuran besar sebanyak 2 buah dan di tep heptor terdapat 16 duri kecil,
bagian kepala tidak terdapat titik mata, hanya ada kelenjar, usus bercabang dua,
ovarium berbentuk V dan terletak dibagian ventral atau posterior dari testis
parasitik Argulus sp. cenderung temporer yaitu mencari inangnya secara acak dan
dapat berpindah secara bebas pada ikan lain. Hal ini karena Argulus sp. mampu
bertahan hidup selama beberapa hari diluar tubuh ikan. Argulus sp. disebut kutu
ikan karena berbentuk seperti kutu yang menempel pada ikan. Selain menginfeksi
Bentuk tubuh Argulus sp. adalah oval atau bulat pipih tubuhnya dibagi
menjadi tiga bagian yaitu, cephalothorax, thorax dan abdomen. Ciri utama yang
menonjol pada Argulus sp. , selain itu terdapat preoral dan proboscis untuk
melukai dan menghisap sari makanan dari inang (Aryani et al., 2011).
8
Trichodina sp. adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa dari
bulat, mempunyai alat pelekat dan cincin dentikel. Parasit ini dapat bergerak dan
tubuh inang dan dapat mengakibatkan kematian. Trichodina sp. dapat hidup bebas
beberapa lama dalam air dan mempunyai kisaran toleransi salinitas yang besar .
Trichodina sp. merupakan parasit yang mudah memisahkan diri menjadi dua
bagian yang lebih kecil dan masing-masing bagian akan kembali memperbanyak
diri. Tumbuh baik pada kolam dangkal dan menggenang terutama pada tempat-
Jenis dan tingkat infeksi Trichodina sp. pada benih antar lokasi kolam
budidaya akan berbeda karena infeksi parasit dipengaruhi oleh adanya perbedaan
pakan yang diberikan, umur ikan, ukuran ikan,kondisi perairan serta aktivitas
budidaya (Handayani et al., 2014). Ikan yang terserang penyakit parasit ini akan
mengakibatkan nafsu makan ikan menurun sehingga ikan menjadi kurus, gerakan
kemudian tubuh ikan tampak mengkilat karena produksi lendir yang bertambah,
dan pada benih ikan sering mengakibatkan sirip rusak atau rontok (Irianto, 2005).
tebar yang tidak terlalu tinggi. Air yang masuk harus melalui penyaringan dan
9
selalu menjaga wadah budidaya, sementara ikan yang terinfeksi diobati dengan
merendam ikan dalam larutan formalin 200 ppm selama 30-60 menit, selain itu
bisa juga direndam dengan methyelene blue 0,1 ppm selama 30 menit. Semua
dari tubuh , sirip dan insang. Parasit ini digolongkan ke dalam ektoparasit (Aryani
berbentuk bulat sampai oval, berdiameter 50-100 µm, serta ditutupi cilia yang
Gejala yang ditimbulkan pada ikan yang terinfeksi adalah yaitu, terjadinya
iritasi, ikan menggosok- gosokkan tubuh ke pinggir kolam atau akuarium. Pada
infeksi lebih lanjut ikan terlihat meloncat loncat kepermukaan air dan megap
perubahan warna, gerakan menjadi lambat, dan tidak respon terhadap rangsangan,
Vorticella, Species Vorticella sp. Vorticella sp. memiliki ukuran tubuh 95–110 x
10
Menempel pada inangnya dengan myoneme, tangkai pipih dan silindris, peristome
bagian terluas terdapat pada tubuh bagian tengah. Memiliki vakuola kontraktil dan
pada sepanjang garis axis longitudinal dalam suatu proses yang dikenal sebagai
budding, ketika parasit ini tengah membelah, salah satu belahannya akan tetap
memiliki myoneme dan bagian yang lainnya akan berenang bebas. Fungsi dari
silia yang berada di bagian atas adalah untuk mengambil makanan masuk ke
dalam corongnya.
Epistylis sp. memiliki ukuran tubuh 45-49 μm dengan morfologi hidupnya soliter,
memanjang yang terdiri dari tangkai peristomial yang bersilia, vakuola makanan,
secara aseksual terjadi melalui pembelahan biner. Epistylis sp. mudah hidup di
dan dapat menginfestasi ikan, hal tersebut dapat terjadi karena koloni Epistylis sp.
ikan, pergerakan lambat dan kurang, mengakibatkan lesu pada epitel insang
Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah metode survey
Sumatera Utara. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder
serta ditambahkan melalui studi pustaka dari buku buku. Jurnal dan literatur
klinis ikan terserang ektoparasit diambil dari tempat pembudidayaan ikan tawes di
sekali, dari jumlah populasi yang diharapkan dapat mewakili dan menggambarkan
ditimbang berat dengan menggunakan timbangan analitik dan diukur panjang total
insang, mata, rongga mulut dan rongga hidung. Cairan mukus dari permukaan
tubuh ikan diambil dengan menggunakan scapel dilakukan dengan cara mengerok
lendir dan dioleskan pada kaca objek yang selanjutnya ditetesi akuades dan
ditutup dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran
10 x 10 atau 40 x 10. Bagian mata ikan dapat diamati dengan mengambil lendir
yang disekitar matanya dengan cara menyerok lendir, begitu pula dengan
pengamatan rongga mulut dan rongga hidung dilakukan dengan prosedur yang
sama lendirnya dioleskan pada kaca objek yang selanjutnya ditetesi akuades dan
ditutup dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran
mengetahui jenisnya. Potongan kecil dari sirip maupun insang ikan tawes bagian
kiri dan kanan juga diamati dengan cara menggunting insang dan sirip kemudian
diletakkan diatas objek glass dan ditetesi aquades, kemudian diamati di bawah
dan intensitas parasit yang terdapat pada ikan tawes (Barbonymus gonionotus) .
A. Prevalansi
B. Intensitas
populasi, yang dirumuskan dengan nilai rata-rata parasit perekor ikan. Data
3.5.Kualitas air
Menurut Irawan (2009), ikan tawes dapat hidup pada air yang memiliki
Jika pH air berubah terlalu besar dari 6-7 maka proses metabolisme pada
ikan akan terganggu dan memudahkan ikan terserang penyakit. Jika suhu air
terlalu rendah maka temperatur tubuh ikan menurun, akan menekan respon
kekebalan ikan sehingga nafsu makan, aktivitas dan pertumbuhan menurun. Suhu
(Yuliartati, 2011)
asam arang merupakan hasil buangan semua makhluk hidup melalui proses
pernafasan. Kadar CO2 bebas yang terlalu besar dalam air dapat mengakibatkan
16
ikatan atau kelarutan oksigen dalam darah ikan akan terhambat sehingga ikan
akibat perombakan protein, baik dari ikan itu sendiri yang berupa kotoran maupun
dari sisa pakan. Kadar amoniak terukur yang dapat membuat ikan mati adalah
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh langsung dari hasil praktek magang dan wawancara dengan
Sumatera Utara, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang
Data yang diperoleh dari UPT Budidaya Ikan Sentral Kerasaan, Kabupaten
dalam bentuk tabel serta dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran
tentang keadaan umum UPT Budidaya Ikan Sentral Kerasaan dan jenis-jenis
km dari Kota Pematang Siantar dengan koordinat 30 5’ 30” - 30 8’ 32” LU dan 990
15’ 15” – 990 17’ 20” BT. Areal UPT Budidaya Ikan Kerasaan berada pada satu
hamparan seluas 24,4 hektar terdiri dari perkantoran dan rumah dinas (6,9ha) dan
perkolaman (17,5ha). Gambar tampak depan UPT Kerasaan dapat dilihat pada
gambar 2:
Teknis dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, dalam
produksi benih dan calon induk ikan yang bermutu. Komoditas unggulan yang
18
dikembangkan adalah ikan-ikan jenis air tawar, seperti ikan mas, tawes, lele,
Topografi lokasi dasar sedikit miring, tekstur tanah liat berpasir sedangkan
ketinggian dari permukaan laut kurang lebih 900 meter dan iklimnya sedang yaitu
bimbingan produksi dan sumber hayati perikanan. UPT Budidaya Ikan Kerasaan
dalam lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, yang
berdiri sejak Juli 1960. UPT Budidaya Ikan Kerasaan turut berpartisipasi dalam
pembangunan perikanan terutama menghasilkan benih dan calon induk ikan yang
bermutu.
laut.
laut.
Tugas pokok dari UPT Budidaya Ikan Kerasaan adalah memproduksi benih
dan calon induk unggul untuk BBI lokal maupun Unit Pembenihan Rakyat yang
ikan
Visi dari UPT Budidaya Ikan Sentral Kerasaan yaitu terwujudnya usaha
perikanan dan kelautan yang berbudaya bisnis dan berwawasan lingkungan untuk
kesejahteraan masyarakat. Adapun misi dari UPT Budidaya Ikan Kerasaan adalah:
Gambar 3.
STRUKTUR ORGANISASI
KEPALA UPT
BUDIDAYA IKAN KERASAAN
( Ir. Erna Dewi )
KASUBAG TU
(Riama Evarida
KELOMPOKJARINGAN Panjaitan, S.Pi)
FUNGSIONAL
kepala UPT bertugas mengontrol dan mengawasi setiap pekerjaan yang telah
dilaksanakan oleh KASI Air Tawar dan KASI Air Payau, sedangkan Kasubag TU
Budidaya Ikan Kerasaan yang telah dikerjakan oleh pegawai bagian administrasi.
perairan air tawar dan KASI Air Payau dan Laut bertugas memimpin, mengontrol
21
dan mengawasi kegiatan perairan air payau dan laut. Kelompok jaringan
fungsional adalah kelompok yang bertugas pada masing-masing jenis ikan yang
kepada Kasi Air Tawar dan Kasi Air Payau dan Laut.
kelompokan berdasarkan tingkat pendidikan dan jabatan dapat dilihat pada Tabel
3. di bawah ini:
Pasca Sarjana (S2) dan terendah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Jumlah
pegawai pada tingkat pendidikan SMA yang terbanyak termasuk pegawai (PNS),
1 Teknisi 4 12%
2 Pegawai 27 79%
3. Tata Usaha 3 9%
Total 34 orang 100%
22
tertingggi dengan 79% dan untuk karyawan sebagai tata usaha adalah yang
Penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh faktor infeksi dan non infeksi.
Penyakit karena infeksi yaitu adanya luka pada permukaan tubuh ikan
lingkungan.
Faktor lingkungan yaitu pengaruh dari kualitas air yang kurang baik. Ikan
yang terkena infeksi atau luka akan ditumbuhi jamur. Untuk mengatasinya kolam
disiram larutan PK (Kalium Permanganat) atau bisa juga dengan larutan garam.
Kalium Permanganat adalah antibiotik yang berguna sebagai anti jamur dan anti
kuman. Kalium Permanganat digunakan pada kolam air mengalir, karena perlu
adanya sirkulasi air karena pada dasarnya semua antibiotik bersifat racun dan
Hama hama yang terdapat dikolam seperti keong, ikan sapu sapu, burung
camar dan bangau. Keong sebagai hama yang dapat memakan telur ikan selain itu
keong menjadi inang perantara parasit. Begitu pula ikan sapu sapu dapat merusak
tersebut akan memakan benih benih ikan. Oleh sebab itu dilakukan penanganan
patok kayu yang, benang nilon secara zigzag atau menyilang di atas kolam.
dibersihkan dalam bak sterilisasi dengan membrus kelambu agar bersih dari
kolam dari sampah setiap hari. Bangsal tempat pengepakan setelah selesai
digunakan harus dibeersihkan, saluran air, dan rumput liar disekitar kolam rutin
mencuci tangan, menggunakan sepatu boot dan membersihkan alas kaki agar
V. HASIL
Kegiatan Minggu
1 2 3 4
sehingga ditemukan 4 jenis parasit yang menginfeksi ikan tawes dapat dilihat
40
35
30
25
20
15 Prevalensi
10 Intensitas
5
0
ind/ekor.
Kualitas air merupakan faktor penting dalam usaha budidaya dan sangat
menentukan pertumbuhan ikan. Berikut ini merupakan data kualitas air kolam
VI. PEMBAHASAN
kolam apabila kurang perawatan pada kolam, pakan yang berlebih serta perubahan
merusak organ (seperti insang, lambung, dan usus), sehingga dapat mempengaruhi
Pemeriksaan ini dilakukan pada ikan tawes untuk mengetahui status kesehatan
selama praktek magang dari 30 ekor ikan sampel yang diperiksa ditemukan 4 jenis
parasit yaitu golongan Protozoa ada 2 jenis yaitu Trichodina sp. dan
Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. , jenis parasit yang ditemukan dapat dilihat
pada Tabel 7.
tawes terutama stadia benih dikarenakan benih masih belum memiliki daya tahan
tubuh yang kuat seperti pada ikan tawes besar. Hasil prevalensi dan intensitas
30
masing masing ektoparasit yang ditemukan pada ikan tawes dapat dilihat pada
Tabel 8. Tingkat prevalensi kejadian parasit yang tertinggi Trichodina sp. yaitu
40% sedangkan yang terendah yaitu Gyrodactylus sp. 6,7 %. Nilai intensitas
dan spesies Trichodina sp. .Lestari, (2011) menyatakan, Bentuk tubuh bulat bila
dilihat dari samping bentuknya mirip bel sepeda, bila dilihat dari bawah di
sekeliling mulutnya yang berada persis di tengah akan terlihat denticle (semacam
gigi gerigi) dan sekelilingnya terdapat bulu getar. Denticle ini berjumlah 20-30
buah dan sering dipakai untuk mengidentifikasi spesies ini. Parasit ini bergerak
(A) (B)
Gambar 6.Trichodina sp.
((A)Sumber : dokumentasi pribadi (B)fishpathogens.net)
kategori sering kali menginfeksi ikan, sesuai pernyataan Williams et al, (1996)
31
kategori infeksi sedang yang sering ditemukan pada ikan tersebut. Trichodina
sp.menginfeksi 12 dari 30 ekor sampel ikan tawes dan ditemukan pada bagian
tubuh insang, mucus dan sisik ikan. Penyakit yang disebabkan oleh parasit
Trichodina sp. ini disebut Trichodiniasis. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada
larva dan ikan kecil hingga mengakibatkan kematian inang (Rokhmani et al,
2017). Trichodina sp. , pada umumnya menginfeksi bagian luar tubuh seperti
kulit, sirip dan insang ikan, namun sering pula dijumpai menginfeksi organ dalam
seperti saluran kemih dan masuk ke dalam rektum dan kloaka ikan. Ikan yang
terserang parasit Trichodina sp. , akan menjadi lemah dengan warna tubuh yang
kusam dan pucat (tidak cerah), produksi lendir yang berlebihan dan nafsu makan
ikan turun sehingga ikan menjadi kurus, gerakan lamban, sering menggosok-
gosokkan tubuhnya pada dinding kolam, iritasi, tubuh ikan tampak mengkilat
karena produksi lendir yang bertambah dan pada benih ikan sering mengakibatkan
misalnya kondisi perairan kolam yang mendukung bagi kehidupan ektoparasit ini.
Kepadatan yang tinggi menyebabkan ikan mengalami stress, ikan akan saling
dengan cepat. Tingginya intensitas Trichodina sp. pada benih ikan dikarenakan
parasit ini berkembangbiak dengan membelah diri secara cepat dan selalu
bergerak aktif.
32
Penularan Trichodina sp. didukung oleh manajemen kualitas air dan teknik
pemeliharaan kolam yang kurang baik , yaitu padat tebar yang tinggi dan kolam
dengan merendam larutan formalin 40 ppm selama 24 jam atau 150-200 ppm
selama 15 menit.
mematikan benih ikan air tawar hingga 90%. Klasifikasi dari jenis parasit
berwarna gelap karena silia tebal yang enutupi seluruh sel dan bergerak secara
besar yang berbentuk seperti tapak kuda ( Klinger and Floyd , 2013).
(A) (B)
Gambar 7. Ichthyophthirius multifilis
(A) dok. pribadi (B)Freshwaterlife.com
Serangan parasit ini pada ikan mudah dikenali dengan bintik putih (white
spot) di permukaan tubuhnya. Pada infeksi yang masih ringan ditandai dengan
adanya sedikit bintik putih pada permukaan tubuh , tetapi bintik putih tersebut
33
makin melebar sejalan dengan bertambahnya densitas cilia ini pada permukaan
tubuh ikan. Ikan sering menggosokkan tubuhnya pada dinding kolam akibat iritasi
Parasit ini ditemukan pada sirip ekor dan sisik ikan tawes dengan jumlah
ikan terinfeksi 3 ekor dari 15 ekor sampel ikan tawes. Tingkat prevalensi 10% dan
konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit
dimasukkan kedalam bak air bersih, kemudian masukkan kedalam larutan tadi
dan biarkan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berkali kali dengan selang waktu
sehari.
Parasit ini memiliki dua pasang kait seperti jangkar , tidak memiliki bintik
mata dan umumnya ditemukan pada kulit dan sirip ikan. Gyrodactylus sp.
cepat, terutama dengan sistem tertutup dimana pertukaran air yang terjadi sedikit
(A) (B)
Gambar 8.Gyrodactylus sp. (A) Dokumentasi pribadi (B) FishPhatogents.com
dan 16 kait marginal, dan penempelan pada ikan dilakukan dengan kait marginal,
kepala berbentuk seperti huruf V (Pouder et al., 2014) seperti terlihat pada gambar
8.
Gejala klinis yang ditunjukkan pada ikan yang terinfeksi parasit ini antara
lain ikan menjadi kurus dan kulit menjadi kusam , terlihat pucat dan gerakan
lambat. Nafsu makan yang menurun , lemah serta pertumbuhan lambat dan
produksi lendir berlebih. Tutup insang tidak dapat tertutup sempurna (Klinger and
Floyd , 2013).
Parasit ini menginfeksi 2 dari 30 sampel ikan tawes tepatnya pada insang
ikan, dengan nilai prevalensi 6,7% dan Intensitas 11 individu/ekor. Hal ini
termasuk kategori infeksi sering ditemukan pada ikan tawes. Morbiditas dan
mortalitas bisa disebabkan oleh parasit ini yang dipicu dengan adanya sanitasi
yang kurang terjaga dan kualitas air yang tidak baik pada ikan ( Sumiati dan Yani
, 2010), sehingga ikan tawes rentan terinfeksi parasit terutama ukuran benih.
35
bentuk tubuhnya fusiform, haptor di bagian posterior dan siklus kait sentral
sepasang dan sejumlah kait merginal. Salah satu contoh class monogena yaitu
Dactylogyrus sp.
(A) (B)
Gambar 9. Dactylogyrus sp.
(A) dokumentasi pribadi (B) Fishparasites.com
panjang yang biasanya menempel pada insang. Pada bagian tubuhnya terdapat
posterior haptor . Haptor tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu
pasang kait dengan baris kutikular , memiliki 16 kait utama , satu pasang kait
dengan 1-2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian
posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah
Parasit ini banyak menyerang pada insang ikan tawes, dengan jumlah ikan
yang terinfeksi adalah 5 ekor ikan tawes dari jumlah sampel 15 ekor. Tingkat
prevalensi yang cukup tinggi yaitu 33.3 % dan intensitas 4 individu/ ekor ikan
tawes.
36
Beberapa gejala klinis yang terinfeksi parasit ini yaitu ikan tampak lemah,
tidak nafsu makan, pertumbuhan lambat, tingkah laku dan berenang tidak normal
disertai produksi lendir yang berlebihan. Ikan sering mengumpul disekitar air
masuk, karena pada daerah ini kualitas air terutama kadar kadar oksigen tinggi.
Ikan sering mengapung di permukaan air dan insang berubah warnanya menjadi
pucat dan keputih putihan dan membengkak serta operculum terbuka. Kerusakan
pada insang ini menyebabkan ikan sulit bernafas sehingga tampak gejala
6.3. Kualitas Air Kolam Ikan Tawes di UPT Budidaya Ikan Sentral
Kerasaan
Berdasarkan hasil pengukuran, suhu air yang terdapat pada kolam ikan
tawes yaitu 280C. Hasil pengukuran tersebut sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Irawan (2009), suhu ideal untuk budidaya ikan tawes berkisar
tubuh ikan dan akan menyebabkan penurunan nafsu makan serta gangguan pada
Kadar oksigen terlarut (DO) yang terdapat pada kolam ikan tawes adalah
4,5 ppm. Menunurut Irawan (2009), ikan tawes dapat hidup dalam air yang
Nilai pH yang terdapat pada kolam ikan tawes adalah 6,77. Nilai pH
tersebut tergolong baik untuk budidaya ikan tawes, dimana untuk nilai pH pada
Kadar amoniak pada kolam ikan tawes adalah 0,2 ppm. Hasil tersebut baik
untuk budidaya ikan tawes, dimana untuk nilai kadar amoniak pada kolam ikan
7.1. Kesimpulan
golongan parasit yaitu golongan Protozoa 2 jenis seperti Trichodina sp. dan
dan Gyrodactylus sp. dan dengan gejala klinis masing masing parasit. Prevalensi
Trichodina sp. 40%, Gyrodactylus sp. 6,7% dan Ichthyophthirius multifilis 10%
multifilis2 ind/ekor.
Sedangkan untuk pengukuran kualitas air pada kolam benih ikan tawes ,
suhu rata rata 280C ,Ph 6,77 , DO 4,5 ppm ,CO2 0,5 ppm, dan amoniak 0,2 ppm
7.2. Saran
memperhatikan padat tebar ikan pada kolam karena apabila padat tebar ikan
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, S., Dhahiyat, D., dan Rustikawati, I. 2012. Intensitas dan Prevalensi
Ektoparasit di Hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. [Jurnal].
Bandung: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. 12
hlm.
Handayani, R., Adiputra, Y. T., & Wardiyanto, 2014. Identifikasi dan Keragaman
Parasit pada Ikan Mas Koki (Carrasius auratus) dan Ikan Mas (Cyprinus
carpio)yang Berasal dari Lampung dan Luar Lampung. Jurnal Ilmu
Perikanan dan Sumberdaya Perairan.
Jasmanindar . Y. 2011. Prevalensi Parasit dan Penyakit Ikan Air Tawar yang
Dibudidayakan di Kota/Kabupaten Kupang. Jurnal Ilmu Ilmu Hayati dan
Fisik. 13(1):25-30.
Kabata Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropic. London :
Taylor dan Prancis.Kotpal, L. R. 1980. Protozoa. Meerut College, 250-022.
India. Hal 224-254.
40
Klinger, R ., and R.F. Floyd. 2013. Introduction to Freswater Fish Parasites. The
Institute of Food and Agricultural Sciences (IFAS), University of Florida.
CIR716.
Purwoko., 2010. Ektoparasit pada Ikan Tawes (Puntius javanicus) dan Ikan Mas
(Cyprinus carpio) di balai Benih Ikan Sidabowa dan di Usaha Pembenihan
Rakyat (UPR) Mina Mandiri Singosari Kabupaten Banyumas. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Rokhmani ., Edi , R ., Endang .A.S .,Darsono ., dan Daniel . J.W. 2017. Variasi
Morfometrik dan Intensitas Protozoa Trichodina sp. pada Benih Gurame
Milik Petani Ikan Bantul, Yogyakarta. PROS SEM NAS MASY BIODIV
INDON 3(2):220-223.
Ruth E.K., dan F,F,. Ruth F,F,. 2003. Introduction to Freshwater Fish
Parasite,University of Florida. pp 24
Saglam, N., and M, Sarieyyupoglu. 2002. A Study on Tetrahymena pyriformis
(Holotrichous) and Epistylis sp. (Peritrichous) Found on Freshwater Leech,
Nephelopsis obscura.Department of Fisheries and Fish Diseases, Faculty of
Fisheries, Pakistan Journal of Biological Sciences 5. pp 497- 498.
Schuwerack, P. M. M., J.W, Lewis. and P. W. Jones. 2001. Pathological and
Physiological Changes in the South African Freshwater Crab Potamonautes
warreni Calman Induced by Microbial Gill Infestations. Invertebrate
Pathology 77: 269 –279
Sumiati . T dan Yani. A . 2010. Penyakit Parasitik pada Ikan Hias Air Tawar.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
Yuliartati, S. 2011. Analisa Penyakit ikan. Yayasan Obor Indonesia: Bandung. 14-
21 hlm.
42
RINGKASAN
Ikan tawes adalah ikan yang telah lama dibudidayakan karena ikan ini
cocok dibudidayakan di Indonesia yang beriklim tropis, sehingga ikan ini dapat di
budidayakan sepanjang tahun. Ikan tawes juga sangat digemari dan memiliki nilai
ikan inikarena memiliki daging yang kenyal dan sedikit berlemak. Tujuan praktek
magang ini adalah untuk mengetahui jenis jenis ektoparasit yang menyerang benih
yang digunakan dalam praktek magang ini adalah metode survey dan praktek
Budidaya Ikan Sentral Kerasaan. Sampel yang digunakan sebanyak 10 ekor benih
melihat gejala klinis terserang parasit. Sampel yang diperiksa adalah bagian
insang, lendir dan sirip, kemudian akan di amati dibawah mikroskop dengan
Hasil pengamatan dari 30 ekor benih ikan tawes, terdapat 15 ekor ikan
yang terinfeksi parasit dan jenis parasit ditemukan 4 jenis yaitu golongan Protozoa
43
ada 2 jenis yaitu Trichodina sp. dan Ichtyopthirius multifilis dan golongan