Anda di halaman 1dari 5

3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Ikan Kerapu Macan

Menurut Tarwiyah (2001), klasifikasi ikan kerapu macan (Epinehelus


fuscoguttatus) digolongkan sebagai berikut :
Class : Chondrichthyes
Sub class : Ellasmobranchii
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Species : Epinepheus fuscoguttatus

Gambar 2. Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus)

2.2. Morfologi Ikan Kerapu Macan

Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan
menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4
baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada
bagian dorsal dan poterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang
banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup
di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan
kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya "mencaplok" satu persatu
makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling
4

disukai kenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan
(tembang, teri dan belanak).

2.3. Biologi Ikan Kerapu Macan

Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-
sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00
sampai pukul 22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh
betina, contoh betina berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur
yang telah dibuahi bersifat "non adhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat
pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis
tengah sekitar 0,80 - 0,85 mm. Telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi
benih yang aktif berenang. Benih inilah yang umum tertangkap oleh nelayan.
Kelimpahan benih ikan kerapu ini sepanjang tahun tidak sama. Kelimpahan yang
paling tinggi disekitar Teluk Banten terjadi pada bulan Februari sampai April.
Telurnya berwarna coklat dengan diameter 200 – 300 mikron, sedangkan pada
saat dewasa berwarna kuning cerah. Perkembangbiakan dengan dua cara yaitu
parthenogenesis dan biseksual. Nauplius tubuhnya terdiri dari tiga pasang anggota
badan yaitu antenula, antenna I yang berfungsi sebagai alat sensor dan antenna II
yang berfungsi sebagai alat gerak atau penyaring makanan dan rahang bawah
belum sempurna. Artemia dewasa berukuran 1- 2 cm dengan sepasang mata
majemuk dan 11 pasang thoracopoda.

2.4. Pakan Kerapu

Kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan sangat berpengaruh pada


kondisi gonade induk dan juga keberhasilan pemijahan nantinya. Pakan utama
induk kerapu adalah ikan dengan kandungan lemak rendah seperti ikan belanak,
ikan ekor kuning, ikan layang dsb. Sekali waktu juga diberikan cumi-cumi. Dosis
pemberian pakan adalah 3 – 5 % TBW dan sebaiknya diberikan secara pelan-
pelan, satu persatu sebanyak 2 kali sehari, pagi hari jam 07.00 dan sore hari jam
16.00. Untuk mempercepat kematangan gonade induk, diberikan beberapa
vitamin seperti vitamin E, vitamin C dan vitamin B-compleks. Dosis pemeberian
5

vitamin E adalah 30 – 50 mg/kg ikan, dan dosis vitamin B and vitamin C adalah
100 mg/fish.
Populasi Artemia ditemukan di lebih dari 300 danau air asin baik alamiah maupun
buatan di seluruh dunia ((Sorgeloos at al, 2006). Kemampuan beradaptasi secara
fisiologis artemia di kadar garam yang tinggi menjadikan hewan ini satusatunya
yang paling efisien pada system osmoregulasinya di kerajaan binatang (Croghan
at al, 2006 dalam Yunus, 2017). Apalagi hewan ini juga mampu mensintesa
secara efisien pigmen-pigmen respirasi (haemoglobin) untuk mengatasi rendahnya
kadar oksigen di media hidupnya dimana konsentrasi kadar garamnya sangat
tinggi (Gilchrist at al, 2006) dan akhirnya dapat memproduksi kista dormannya
ketika kondisi lingkungan membahayakan kelangsunganhidupnya. Sehingga
Artemia hanya akan ditemukan di perairan dengan kadar garam dimana
predatornya tidak bias hidup di dalamnya, yaitu pada ≥70 ppt (Sorgeloos at al,
2006 dalam Yunus, 2017). Pada kondisi dimana tidak ada predator dan
kompetitor Artemia dapat sering berkembang dalam kultur tunggal (monokultur)
yang skala besar, dengan densitas yang terkontrol terutama oleh makanan yang
terbatas. Reproduksi ovoviviparous (nauplii sebagai keturunan langsungnya)
terjadi biasanya pada tingkat kadar garam yang rendah, sementara kista sebagai
hasil reproduksi oviparous diproduksi pada salinitas diatas 150 ppt (Sorgeloos at
al, 2006 dalam Yunus, 2017).
Kista kering diambil di tambak-tambak garam atau danau-danau garam
dan di produksi pada Artemia yang diberi makan fitoplankton alami.
Perkembangan terkini menunjukkan bahwa mengkultur nauplii Artemia hingga
dewasa sebagai pakan langsung bagi larvae yang lebih besar merupakan sumber
protein bagi pakan hewan bahkan untuk manusia (Sorgeloos at al, 2006 dalam
Yunus, 2017).
Semenjak munculnya ekspansi lavikultur secara komersial dan mendunia
pada ikan laut dan udang-dangan yang membutuhkan kista Artemia dalam jumlah
banyak, dimana kista kemudian akan ditetaskan menjadi nauplii sebagai pakan
larvae, kebutuhan akan adanya Artemia menjadi sangat krusial di industry
marikultur. Nauplii Artemia yang baru menetas tidak hanya paling baik tetapi juga
diakui sebagai makanan alami yang gampang didapat (available) bagi larvae ikan
6

dan krustacea di masa-masa awal siklus hidupnya. Kajian pustaka oleh Lager at
al. (2006) mendaftar bahwa kelompok organisme dalam kerajaan hewan yang
paling luas (defersifikatif) seperti foraminifera, cacing pipih, polikaeta, cnidarians,
cumi-cumi, insekta, chaetognatha, ikan, dan krustasea telah diberi Artemia
sebagai sumber pakannya. Kemudahan pemanfaatan Artemia terletak pada
keseterdiaan kista kering kemasan yang memuaskan konsumen seperti para
akuaris, akuakulturis, ahli ekologi perairan, dan ahli toksikologi lingkungan yang
memanfaatkan Artemia sebagai hewan standard di laboratorium. Menurut Kinne
at al (2006) dalam Yunus, 2017, lebih dari 85% hewan laut yang dikultivasi
sejauh ini telah diberi Artemia sebagai sumber makanannya baik secara single
maupun kombinasi dengan sumber makanan yang lain.
Meskipun banyak pakan buatan telah diproduksi, namun larva Artemia
lanjut dan Artemia dewasa masih merupakan pakan yang paling baik dalam
budidaya ikan dan postlarvae krustasea (Sorgeloos at al, 2006 dalam Yunus,
2017). Naiknya permintaan menyebabkan berkembangnya produksi Artemia di
banyak Negara, bahkan di Negara dimana tidak ditemukan Artemia di alam. Di
Negara-negara tersebut artemia diproduksi secara ekstensif, semi-intensif atau
secara intensif komersial atau di tambak-tambak garam. Namun demikian,
produksinya tidak bisa mensuplai permintaan dunia akan kista secara nyata akibat
tidak konsistensinya kualitas penetasan (Tackaert and Sorgeloos at al, 2006 dalam
Yunus, 2017) dan nilai nutrisinya bervariasi dari sumber-sumber yang ada
walaupun dengan wadah yang sama (Sorgeloos at al, 2006dalam Yunus, 2017).
Sekarang, lebih dari 70% produksi kista dunia masih tergantung pada produksi
kista di Great Salt Lake of Utah-USA. Namun demikian, produksinya juga
mengkawatirkan karena tergantung pada kondisi (Bengtson at al, 2006 dalam
Yunus, 2017).
Karena sifatnya Artemia yang tidak selektif dalam mengambil makanan,
maka hewan ini bisa diberi makanan apapun sepanjang ukurannya tidak lebih dari
50 μm. Sehingga, pengkayaan makanan dengan essential fatty acid (EFA) akan
diproduksi Artemia dengan kualitas nutrisi yang lebih baik pula.
7

2.5. Habitat Ikan Kerapu Macan

Ikan Kerapu (Epinephelus fuscoguttatus) tergolong dalam famili


serranidae, tubuhnya tertutup sisik-sisik kecil. Kebanyakan tumbuh didaerah
terumbu karang dan sekitarnya, ada pula yang hidup disekitar muara sungai.
Menurut Nontji (1987), nama kerapu biasanya digunakan untuk empat genus
anggota famili serranidae yaitu Epinephelus, Variola, Plectropomus dan
Cromileptes. Sebagian besar Genus anggota famili serranidae hidup diperairan
relatif dangkal dengan dasar terumbu karang, tetapi beberapa jenis diantaranya
dapat ditemukan dikedalaman sekitar 300 meter. Kerapu macan termasuk
kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu ini merupakan ikan
yang hidup tersebar di berbagai perairan yang berkarang di Nusantara dan
penyebarannya meliputi perairan di wilayah Indo-pasifik.
Ikan kerapu macan hidup diperairan dangkal, berterumbu karang dan
sekitarnya, meskipun ada pula ikan kerapu yang hidup di pantai sekitar muara
sungai. Ikan kerapu merupakan jenis ikan demersal yang menyukai hidup di
perairan berterumbu karang, diantaranya celah-celah karang atau di dalam goa
didasar perairan. Dalam siklus hidupnya ikan kerapu macan muda hidup di
perairan karang dengan kedalaman 0,5 – 3 meter pada area padang lamun, ketika
mulai dewasa ikan kerapu macan akan menuju ke perairan yang lebih dalam, dan
biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dan sore hari.

Anda mungkin juga menyukai