OLEH :
LAODE ARDIANSYAH
I1A2 12 040
A. Latar Belakang
untuk dikembangkan adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) yang telah dikenal
lama, relative cepat tumbuh dan mempunyai respon yang baik terhadap
Ditinjau dari kebiasaan makannya, Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan
pellet. Menurut Arie (1999) pellet yang harus diberikan mengandung protein
minimal 25%.
tambak air payau, Karamba Jaring Apung (KJA) yang berada di perairan umum
seperti waduk, danau serta di lahan sawah baik sebagai penyelang, palawija
maupun minapadi. Hal ini karena ikan nila memiliki batasan toleransi yang cukup
tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan. Ikan nila yang masih
dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar (Khairuman dan Amri,
2003). Ikan nila memiliki beberapa kelebihan seperti mampu mencerna makanan
secara efisien, memiliki pertumbuhan yang cepat serta lebih resisten terhadap
penyakit, daya adaptasi luas dan toleransinya yang tinggi terhadap berbagai
kondisi lingkungan, sehingga ikan ini selain di air tawar, sangat cocok pula
kenyal, yang mirip dengan tekstur ikan kakap merah (Lovell, 1989).
terkendala kepada mutu induk dan juga benih yang dihasilkan. Benih adalah
peningkatan efisiensi dan produktivitas budidaya yang memiliki daya saing yang
tinggi. Salah satu upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas dalam budidaya
dan rasio seks, serta penampilan warna (Said, 2011). Ikan Nila hasil hibridisasi di
Indonesia sudah cukup banyak strain yang dihasilkan salah satunya adalah nila
performa benih yang akan dihasilkan apakah layak untuk dikembangkan atau
tidak sehingga perlu untuk di lakukan penelitian mengenai hibridasi ikan nila
merah dan ikan nila hitam untuk menghasilkan benih dengan pertumbuhan,
kelangsungan hidup dan performa benih. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat
memberikan informasi kepada pembudidaya guna meningkatkan kualitas produksi
yang baik.
B. Rumusan Masalah
tidak terkontrol dan cenderung menurun. Hal ini diduga karena banyak terjadi
silang dalam (inbreeding) di dalam usaha budidaya yang meliputi perbenihan dan
pembesaran, salah satu cara untuk meningkatkan kualitas ikan nila dengan cara
dan dapat juga menghasilkan keturunan atau strain baru, menghasilkan produk
yang seragam, serta populasi monosek. Namun kendala yang sering di hadapi saat
ini karena masih kurangnya informasi mengenai hibridasi ikan nila merah dan
ikan nila hitam, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hibridasi induk
ikan nila merah dan ikan nila hitam untuk menghasilkan benih dengan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hasil dari hibridasi induk ikan
nila merah dan ikan nila hitam untuk menghasilkan benih dengan pertumbuhan,
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai salah satu informasi terkait
hibridasi induk ikan nila merah dan ikan nila hitam untuk menghasilkan benih
Kingdom: Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Klass : Osteichthyes
Subkelas : Acanthoptherygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies: O. niloticus
Klasifikasi ikan nila hitam (O. niloticis bleker) Menurut Saanin (1984)
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygiiorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : O. niloticis bleker
panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol,
dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian
tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke ;bawah dari pada letak
garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip
dubur mempunyai jari-jari keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya
berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip
punggung berwarna abu-abu atau hitam. Ikan Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip
punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip
anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari
bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada
dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk
agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya berbentuk berbentuk bulat dan hanya
D. Kebiasaan hidup
Secara alami, ikan Nila bisa berpijah sepanjang tahun di daerah tropis.
Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya, ikan
nila bisa berpijah 6-7 kali dalam setahun. Berarti, rata-rata setiap dua bulan sekali,
ikan Nila akan berkembang biak. Ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4-
5 bulan dengan bobot sekitar 250 gram. Masa pemijahan produktif adalah ketika
induk berumur 1,5-2 tahun dengan bobot di atas 500 gram/ekor. Seekor ikan Nila
betina dengan berat sekitar 800 gram menghasilkan larva sebanyak 1.200 – 1.500
Sebelum memijah, ikan Nila jantan selalu membuat sarang berupa lekukan
berbentuk bulat di dasar perairan. Diameter lekukan setara dengan ukuran ikan
Nila jantan. Sarang itu merupakan daerah teritorial ikan Nila jantan. Ketika masa
birahi, ikan Nila jantan kelihatan tegar dengan warna cerah dan secara agresif
tempat pemijahan dan pembuahan telur. Proses pemijahan ikan Nila berlangsung
sangat cepat. Telur ikan Nila berdiameter kurang lebih 2,8 mm, berwarna abu-abu,
menetas setelah 4-5 hari. Telur yang sudah menetas disebut larva. Panjang larva
4-5 mm. Larva yang sudah menetas diasuh oleh induk betina hingga mencapai
umur 11 hari dan berukuran 8 mm. Larva yang sudah tidak diasuh oleh induknya
akan berenang secara bergerombol di bagian perairan yang dangkal atau di pinggir
umur, ukuran, dan kondisi lingkungan; dan pada umumnya cenderung lebih cepat
berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini.
Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi
lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap
Reproduksi ikan nila mulai terhambat pada suhu kurang dari 20 oC, dan
lebih besar daripada ikan Nila betina. Alat kelamin ikan Nila jantan berupa
tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma yang
terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan Nila jantan akan mengeluarkan
cairan bening (cairan sperma) terutama pada saat musim pemijahan. Sementara
itu, ikan Nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran
urin yang terletak di depan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan Nila
jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan
rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan
sirip ekor ikan Nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan Nila
betina, garisnya berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Amri & Khairuman, 2002:
perbaikan dan peningkatan kelangsungan hidup. Selain faktor gen dari induk nya,
telur.
Gambar 2 : Perbedaan alat kelamin Nila jantan (kiri) dan Nila betina (kanan)
(Sumber : Suyanto, 1993: 12)
F. Pertumbuhan ikan nila
didefinisikan sebagai pertumbuhan ukuran berupa panjang dan berat pada waktu
tertentu atau perubahan kalori yang tersimpan menjadi jaringan somatik dan
yang kompleks yang akan dipengaruhi berbagai faktor dimana pertumbuhan akan
menunjukkan adanya pertambahan panjang, berat dalam suatu satuan waktu. Ikan
nila memiliki ketahanan yang tinggi terhadap penyakit, tahan terhadap lingkungan
air yang kurang baik. Kelangsungan hidup ikan dapat dilakukan dengan cara
yaitu: pemilihan pakan/pelet jenis terapung dan Pemberian pakan menyebar, tidak
lama dibandingkan jantan sehingga energi yang dihasilkan oleh metabolisme tidak
hanya digunakan untuk pertumbuhan saja, akan tetapi untuk pematangan gonad.
daya tahan tubuh terhadap penyakit, sedangkan faktor eksternal meliputi kualitas
Pakan sebagai sumber energi untuk tumbuh merupakan komponen biaya produksi
yang jumlahnya paling besar yaitu 40-89% (Afrianto dan Evi, 2005). Selain itu, pakan
pemberian pakan kurang baik maka dapat menyebabkan akumulasi amonia yang
Pakan yang dimakan ikan berasal alam (disebut pakan alami) dan dari
buatan manusia (disebut pakan buatan). Dalam praktiknya, pakan alami sudah
terdapat secara alami dalam perairan kolam tempat pemeliharan ikan. Pakan alami
sangat bagus diberikan pada ikan yang masih dalam stadia benih. Sedangkan
pakan buatan diramu dari beberapa bahan baku yang memiliki kandungan nutrisi
spesifik. Bahan baku diolah secara sederhana atau diolah di pabrik secara masal
dan menghasilkan pakan buatan berbentuk pellet, tepung, remeh atau crumble dan
merupakan faktor pembatas bagi kehidupan benih ikan di kolam. Di dalam unit
alami bila dibandingkan dengan pakan buatan adalah kelebihan pemberian pakan
alami sampai batas tertentu tidak menyebabkan penurunan kualitas air. Selain
makanan alami yang tersedia di kolam, diberikan juga makanan tambahan pakan
pakan 2 – 3 kali sehari yaitu : pagi, siang dan sore hari. Jumlah pakan yang
peforma pakan. Kualitas tersebut antara lain bentuk pakan, respon ikan terhadap
aroma, rasa dan tekstur pakan sehingga pakan itu bisa diterima oleh ikan,
kecernaaan, dan ketersediaan nutrien serta energi dalam pakan (Sunarno dan
Penelitian ini akan di laksanakan selama satu bulan (45) hari dari bulan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
C.Prosedur Penelitian
1. Persiapan Wadah
2. Ikan uji
Ikan nila ditimbang dengan timbangan digital untuk mengetahui berat awal.
Pemeliharaan benih ikan uji dilakukan selama 45 hari dan disamping setiap
minggu sekali,ikan uji yang mati pada minggu pertama penelitianakan diganti
dengan ikan uji yang baru dengan berat yang sama. Pemberian pakan sebanyak
15% hari dari berat biomassa, Pakan diberikan dengan frekuensi 2 kali sehari yatu
pukul 08 : 00 dan 16 : 00 WIB. Permberian pakan pada sore hari 60% sedangkan
pada pagi hari 49% dari 15% hari bobot biomassa. Penyimpanan fase dan sisa
pakan dilakukan setiap hari seteleha pemberian pakan setiap 2 jam sekali.
kolam, media air dan ikan yang akan digunakan. Pemberokan dilakukan dengan
memasukkan induk ikan nila hitam dan ikan nila merah yang telah diseleksi ke
dalam kolam pemberokan selama ± 1 bulan. Pemijahan induk ikan nila hitam dan
ikan nila merah dilakukan selama ± 14 hari. Induk jantan dan betina ikan nila
hitam dan ikan nila merah dimasukkan ke dalam kolam pemijahan dengan
perbandingan jantan dan betina yaitu 1:1 yakni 1 ekor ikan nila jantan dan 1 ekor
ikan nila betina dari ikan nila hitam dan ikan nila merah. Pemanenan telur yang
dilakukan dengan cara induk betina ikan nila hitam maupun ikan nila merah
ditangkap kemudian diambil telur yang masih dierami di dalam mulut. Telur yang
menetas menjadi larva kuning telur kemudian dipindahkan ke bak fiber untuk
kemudian diukur bobot dan panjangnya, 4-5 hari kemudian larva tersebut telah
menjadi larva lepas kuning telur kemudian diambil 10 sampel dan diukur kembali
D.Rancangan Percobaan
dilakukan 2 kali selama penelitian. pengambilan sampel ikan sebanyak 100% dari
pemberian pakan pada ikan. Ikan diambil menggunakan saringan (tanggok kecil)
secara perlahan kemudian ditempatkan dalam baskom yang telah di isi air.
jumlah ikan yang mati dan jumlah ikan yang masih hidup.untuk menghitung
SGR=lnWt-lnWo x 100
T
Keterangan:
3. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup (SR) adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang
hidup dari awal hingga akhir penelitian. Kelangsungan hidup dapat dihitung
SR=No – Nt x 100
No
Keterangan:
yang diukur yaitu suhu, DO, pH, serta amonia. Pengukuran amonia dilakukan
pada awal dan akhir pemeliharan serta setiap sebelum dan sesudah penyiponan,
pH dan DO diukur setiap tujuh hari sekali, dan suhu diukur setiap hari.
G. Analisis Data
A. Hasil
Hasil rata-rata pengamatan pertumbuhan mutlak pada benih ikan nila (O.
niloticus)
25
20
Pertumbuhan Mutlak (g)
15
10
0
A B
Perlakuan
Gambar 4. Pertumbuhan mutlak benih Ikan nila Perlakuan A (Jantan hitam, betina
merah) dan perlakuan B (Jantan merah betina hitam).
Gambar 4 diatas menunjukan, bahwa nilai rata-rata pertumbuhan mutlak
benih ikan nila tertinggi pada perlakuan A (Jantan hitam, betina merah) yaitu
sebesar 17,85 gram, dan disusul oleh perlakuan B (jantan merah, betina hitam)
Hasil rata-rata laju pertumbuhan spesifik pada benih ikan nila (O.
niloticus)
0.0030 0.0026
Laju Pertumbuhan Spesifik (%/hari)
0.0025 0.0020
0.0020
0.0015
0.0010
0.0005
0.0000
A B
Perlakuan
Gambar 5. Laju Pertumbuhan spesifik benih Ikan nila Perlakuan A (Jantan hitam,
betina merah) dan perlakuan B (Jantan merah betina hitam).
Gambar 5 diatas menunjukan, bahwa nilai rata-rata laju pertumbuhan
spesifik benih ikan nila tertinggi pada perlakuan A (Jantan hitam, betina merah)
yaitu sebesar 0,0026 %, dan disusul oleh perlakuan B (jantan merah, betina hitam)
Hasil rata-rata tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila (O. niloticus)
120
100
Kelangsungan Hidup
80
60
40
20
0
A B
Perlakuan
Gambar 6. Kelangsungan hidup benih Ikan nila Perlakuan A (Jantan hitam, betina
merah) dan perlakuan B (Jantan merah betina hitam).
Gambar 6 diatas menunjukan, bahwa nilai rata-rata kelangsungan hidup
benih ikan nila tertinggi pada perlakuan A (Jantan hitam, betina merah) yaitu
sebesar 0,26 gram, dan disusul oleh perlakuan B (jantan merah, betina hitam)
keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Ikan yang dipelihara dengan nisbah
Pertambahan bobot pada dua perlakuan memiliki nilai yang relative sama.
Berdasarkan hasil pada Gambar 4 benih ikan nila yang dipelihara dengan
perlakuan jantan hitam dan betina merah memiliki pertumbuhan yang relatif
tinggi dibandingkan dengan perlakuan jantan merah dan betina hitam. Akhir
pemeliharaan, benih ikan nila pada perlakuan A mempunyai berat tubuh yang
lebih tinggi tinggi 46,5% dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini terlihat dari
Berdasarkan data pertumbuhan terlihat bahwa berat benih ikan nila selama
ditunjukan pada perlakuan A (jantan hitam dan betina merah) sedangkan nilai
mempunyai nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap perlakuan B. Hal ini
diasumsikan karena perbedaan warna kulit pada jenis kelamin ikan tidak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Robisalmi dkk, 2017) bahwa ikan
nila jantan cenderung aktif dalam merespon pakan dibandingkan ikan nila betina
mempunyai performa lebih baik dibandingkan sebaliknya. Mair & Little (1991)
melaporkan bahwa ikan nila yang dipelihara secara monoseks mempunyai
pertumbuhan yang lebih cepat 10% dibanding pemeliharaan campuran (jantan dan
betina) baik pada kolam maupun keramba jaring. Ditambahkan Effendie (1995),
salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan antara lain keturunan, seks, dan
umur yang umumnya sulit untuk dikontrol. Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa
relative sama berdasarkan uji statistik. Hal ini diasumsikan karena energi yang
dihasilkan dari pakan pada ikan jantan bisa sepenuhnya dimanfaatkan untuk
pertumbuhan sedangkan pada ikan betina sebagian energy dari pakan selain
telur. Selain itu diketahui pula banyak ikan betina yang sudah matang gonad yang
ditunjukkan dengan organ kelamin yang bewarna merah dan adanya telur bewarna
kuning yang keluar dari organ reproduksi ketika dilakukan pengurutan serta
adanya sejumlah telur yang dierami oleh induk betina. Ditambahkan oleh Popma
& Masser (1999), secara biologis laju pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat
pematangan telur dibandingkan dengan ikan nila betina. Selain itu pertumbuhan
tilapia dipengaruhi oleh jenis kelamin ikan yang bergantung pula pada suhu
Nilai laju pertumbuhan spesifik ikan nila pada perlakuan A (jantan hitam
dan betina merah) yakni 0,0026% lebih tinggi jika dibandingkan dengan
perlakuan B (Jantan merah dan betina hitam) yakni 0,0020%. Berdasarkan hasil
yang melaporkan bahwa ikan nila monoseks jantan mempunyai nilai laju
adanya persaingan dalam mencari pakan. Tingkah laku ikan dalam mencari makan
merupakan salah satu bentuk tingkah laku sosial. Menurut Krause & Ruxton
(2002), tingkah laku social merupakan fenomena yang umum terjadi terutama
100%. Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa ikan nila yang dipelihara
dengan perbedaan warna tidak memengaruhi nilai kelangsungan hidup. Hasil ini
sesuai dengan laporan Hernandez et al. (2014) yang menyatakan bahwa sintasan
populasi ikan nila monoseks dan campuran berkisar dari 98-99%. Hasil penelitian
lainnya melaporkan sintasan ikan nila populasi monoseks dan campuran yang
A. Kesimpulan
Pemeliharan benih ikan nila hasil hibridisasi selama 45 hari jantan merah
B. Saran
morfologi larva hasil hibridasi ikan nila merah dan ikan nila hitam (Oreochromus
niloticus sp.)
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan Khairuman, 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia
Pustaka, Depok. 75 hlm.
Arie, U. 1999. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila Gift. Penebar Swadaya.
Jakarta. 128 hal.
Charo-Karisa H, Komen H, Rezk MA, Ponzoni RW, van Arendonk JAM,
Bovenhuis H. 2006. Heritability estimates and response to selection for
growth of Nile tilapia (Oreo-chromis niloticus) in low-input earthen
ponds. Aquaculture, 261(2):479-486.
Gustiano, R., O.Z. Arifin, dan E.Nugroho. 2008. Perbaikan Pertumbuhan ikan nila
(Oreochromis niloticus) Dengan Seleksi Famili. Media Akuakultur, 3(2):
8 hlm.
Lovell, T. 1988. Nutrition and Feeding of Fish. Auburn University. New York.
ISBN 0-442-25927-1. hal. 19.
Purbomartono, C., M. Isnaetin, dan Suwarsito. 2010. Ektoparasit pada Benih Ikan
Gurami (Osphronemus gouramy, Lac) di Unit Penelitian Rakyat Beji dan
Sidabowa. Kabupaten Banyumas
Rukmana, H, R. 1997. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius.
Yogyakarta. 90 hlm.