Anda di halaman 1dari 38

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang diintroduksikan

dari luar negeri. Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai

Penelitian Perikanan air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan

adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani ikan di seluruh Indonesia.

Ikan Nila Merah disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya yang enak dan tebal

seperti daging ikan kakap merah (Djarijah, 2013).

Ikan Nila sangat populer di masyarakat karena rasa dagingnya yang gurih dan lezat.

Selain itu ikan nila terkenal sangat produktif. Dibandingkan dengan jenis ikan air

tawar lainnya, ikan Nila adalah yang paling produktif. Ikan ini juga banyak

dibudidayakan diberbagai negara di dunia. Ikan yang berasal dari afrika ini sangat

mudah dibudidaya karena mudahnya dipelihara dan dikembangbiakkan, ikan nila

menjadi sangat populer di Indonesia (Wahyudi, 2010).

Meskipun harga jual ikan nila tidak terlalu tinggi, tetapi budidaya ikan jenis ini bisa

menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Bukan hanya usaha pembesaran,

pembenihan nila juga memiliki prospek yang cerah mengingat ikan nila

1
sangatpopuler dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Ikan nila tergolong sangat

produktif karena frekuensi pemijahan ikan ini cukup sering, meskipun sekali memijah

jumlah telur yang dihasilkannya sedikit. Sekali memijah satu ekor ikan nila betina

dapat mengeluarkan telur sebanyak 300 – 100 butir, tergantung pada ukuran

tubuhnya.Ikan nila bisa dikawinkan setiap bulan sampai masa produktifnya habis.

Bahkan ikan nila mudah sekali memijah secara liar dikolam peliharaan (Djarijah,

2013).

Dinas Perikanan Kabupaten Lampung Selatan sebagai unsur pemerintahan di bidang

perikanan berperan penting dalam mewujudkan peningkatan produksi perikanan.

Salah satu upaya yang dilakukan dengan penyediaan benih ikan yang berkualitas di

Balai Benih Ikan BBI Air Tawar yang dimiliki Dinas Perikanan Kabupaten Lampung

Selatan yang berlokasi di Desa Negara Ratu Kecamatan Natar dengan nama UPT

Balai Benih Ikan BBI. Peran UPT Balai Benih Ikan (BBI) memenuhi kebutuhan

benih ikan air tawar konsumsi dan hias bagi masyarakat juga berperan dalam

menyediaan informasi, pendidikan dan juga pelatihan budidaya ikan air tawar.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada tugas akhir dengan judul Budidaya Ikan Nila

Merah (Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan BBI Natar Lampung Selatan

adalah:

1. Bagaimana menghasilkan benih ikan nila merah yang berkualitas dan melihat

apakah Budidaya ikan nila merah sudah sesuai Standar Oprasional Produksi

(SOP).

2
2. Bagaimana tingkat kelulusan hidup (SR) dan (HR) perbandingan jantan dan

betina ikan nila merah (Oreochromis niloticus).

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini dengan judul Budidaya Ikan Nila Merah

(Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan Natar Lampung Selatan adalah :

1. Mengetahui teknik pembenihan ikan nila merah, tingkat SR dan HR.

2. Mengetahui manajemen kualitas air pada pembenihan ikan nila merah.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dilakukan selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) adalah :

1. Mengetahui cara budidaya ikan nila merah (Oreochromis niloticus).

2. Mengetahui teknik perawatan ikan nila merah (Oreochromis niloticus).

3. Mampu menerapkan apa yang diperoleh dari tempat Praktik Kerja Lapangan

(PKL).

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Ikan Nila Merah

Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) merupakan hasil hibridisasi antara ikan nila

betina reddish-orange mossambique (Oreochromis niloticus) dengan ikan nila jantan

normal (Oreochromis niloticus) (Pompma dan Maseer, 1999). Hal ini mematahkan

dugaan bahwa nila merah merupakan ikan yang mengalami penyimpangan genetik

karena warna tubuhnya albino. Ikan nila merah hidup dengan toleransi salinitas yang

cukup besar yaitu berkisar antara 6-8, namun pertumbuhannya akan optimal pada pH

7-8 dan suhu 25-30 C (Suyanto, 2003). Ikan nila merah mempunyai bentuk badan

yang relatif pipih, gurat sisi atau linea literalis pada ikan lengkap tidak terputus, sirip

berwarna kemerah-merahan dan permukaan tubuh ikan tertututp sisik tipe ctenoid.

Gambar 2.1 ikan nila merah (0reochromis niloticus)


(Sumber : shareandcare123.blogspot.com)

4
Klasifikasi Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) menurut (Cholik et al (2013)
sebagai berikut :

Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Secara morfologi ikan nila merah memiliki bentuk tubuh pipih lebar, tubuhnya lebih

kecil dari pada panjang tubuh, sisik besar dan kasar, serta kepala relatif kecil.

Berdasarkan jenis siripnya, ikan nila merah memiliki sirip dada (pectoral fin), sirip

perut (ventral fin), sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), dan sirip anal

(anal fin). Selain itu ada guratan sisi (linea literalis) pada ikan nila tidak terputus

(Affandi et al.,2011).

Bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya

besar dan menonjol, bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis)

terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah

dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung, sirip perut

dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip

punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam (Khairuman dan

Amri, 2010)

5
Perbedaan jenis kelamin pada ikan nila merah yaitu: ikan nila merah jantan memiliki

ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila merah betina. Alat kelamin ikan nila

merah jantan berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara

saluran urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan

nila merah jantan akan mengeluarkan cairan bening. Sedangkan ikan nila betina

mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urine yang terletak di

depan anus (Khairuman dan Amri, 2010).

2.2 Habitat Ikan Nila Merah

Ikan Nila Merah (0reochromis niloticus) hidup di tempat-tempat yang airnya tidak

begitu dalam dengan arus air yang tidak deras. Ikan nila lebih suka hidup didaerah

tepi perairan (Djarijah, 2006). Menurut Khairuman dan Amri (2010), ikan nila

merupakan ikan yang kurang suka menentang arus dan biasa hidup di tepi-tepi sungai

atau kolam. Ikan nila dapat memijah sepanjang tahun dengan frekuensi pemijahan

paling banyak pada musim penghujan. Ikan nila memijah sebanyak 6-7 kali dalam

setahun. Pertumbuhan ikan ini tergolong cepat karena pada umur 4-5 bulan sudah

mencapai fase dewasa. Sedangkan untuk fase dewasa. Sedangkan untuk fase

produktif dalam pemijahan berumur 1,5-2 tahun dengan bobot di atas 500 g/ekor.

Ikan nila merupakan ikan pemakan segala (omnivora), karena hal tersebut ikan ini

mudah dalam pemeliharaannya.

6
2.3 Seleksi Induk Nila

Seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat

menentukan keberhasilan produksi, dengan melalukan seleksi induk yang benar akan

diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga produktivitas usaha

budidaya ikan akan optimal. Induk yang digunakan adalah indukan yang siap

memijah dengan ciri saling berkejaran (Hartono dkk., 2012). Selain itu ikan yang

dipilih harus memiliki sifat unggulan dan kualitas genetiknya sehat, tidak sakit dan

tidak cacat fisik dengan gerakan yang lincah (Mukti dkk., 2009). Ciri induk jantan

yang matang gonat seperti pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan

jika diraba terasa kasar. Induk yang telah matang jika diurut pelan kearah lubang

genital akan keluar cairan berwarna putih sedangkan untuk induk betina pada sirip

dada terdapat bintik-bintik jika diraba terasa halus. Pada induk betina yang telah

matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerah-merahan jika diurut, keluar

cairan kuning bening (Christina dkk.,2014; Andalusia dkk., 2008).

2.4 Proses Pemijahan

Metode pemijahan dilakukan dengan menggunakan indukan lima (betina) banding

satu (jantan), pemijahan ikan nila dilakukan secara massal. Indukan jantan dan betina

ditebarkan ke kolam pemijahan secara bersama-sama. Ikan nila betina memasuki

matang gonad setelah berumur 5-6 bulan. Induk betina yang akan dipijahkan

setidaknya telah mencapai bobot 200-250 gram dan untuk induk jantan 250-300

gram. Padat tebar untuk kolam pemeliharaan indukan 3-6 Ekor/m2. Dasar kolam

7
pemijahan ikan nila sebaiknya dibuat miring sekitar 2-5%, Kemudian buat kubangan

di dasar kolam tersebut sedalam 20-30 cm sebagai lokasi ikan memijah. Pemijahan

berlangsung di dasar kolam, biasanya dalam kubangan atau cekungan. Apabila terjadi

kecocokan, telur yang di keluarkan indukan betina akan dibuahi oleh ikan jantan.

Kemudian telur tersebut dierami dalam mulut induk betina. Selama proses

pengeraman telur, induk ikan betina biasanya berpuasa. Maka sebaiknya pemberian

pakan dikurangi hingga tinggal setengahnya. Hal ini penting untuk menekan ongkos

produksi dan mencegah sisa pakan di dasar kolam. Proses pengeraman biasanya

berlangsung sekitar satu minggu. Telur akan menetas menjadi larva ikan. Bila induk

betina merasa kolam ditumbuhi pakan alami, ikan nila akan mengeluarkan larva dari

mulutnya secara serempak. Larva ikan yang baru menetas akan berenang ke pinggir

kolam, lalu ambil dengan saringan halus dan dipindahkan ke tempat pemeliharaan

larva (Khairuman dan Khairul Amri, 2014).

2.5 Penetasan Telur

Ikan nila penetasan telurnya dapat dilakukan dengan metode menggunakan corong

penetasan, bukaan mulut dan metode konvensional. Pada metode konvensional dari

induk ikan nila yang mempunyai bobot 250-300 gram dapat menghasilkan 300-800

butir telur. Telur ikan nila akan menetas setelah 4-6 hari. Dalam hal ini metode yang

digunakan yakni dengan cara pengambilan telur melalui bukaan mulut pada indukan

ikan nila. Telur di ambil dari indukan ikan nila melalui bukaan mulut sebanyak 3 ekor

8
indukan nila. Cara mengambil telur dari induk betina yaitu dengan memegang bagian

kepala ikan.

Pada saat bersamaan salah satu jari tangan membuka mulut dan tutup insang.

Selanjutnya tutup insang disiram air sehingga telur keluar melalui rongga mulut.

Selanjutnya telur-telur tersebut ditampung dalam wadah. Hal ini yang perlu

diperhatikan adalah menghindari gerakan induk sekecil mungkin agar telur yang telah

keluar tidak berserakan. Induk yang telah diambil telurnya dan yang belum memijah

dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. Telur pada wadah penampungan jangan

terkena sinar matahari langsung dan diupayakan telur selalu bergerak. Telur yang

terlalu lama diam serta terkena sinar matahari langsung dapat menimbulkan kematian.

Selanjutnya sebelum dimasukkam ke akuarium, telur terlebih dahulu dibersihkan dari

kotoran berupa lumpur, lumut, sisa pakan dan sebagainya. Telur yang telah bersih

dari kotoran dapat dimasukkan ke dalam akuarium untuk penetasan. Selama empat

jam sekali dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop untuk mengetahui

pertumbuhan perkembanagan serta kapan waktu menetasnya telur menjadi larva.

Waktu penetasan telur pada Akuarium selama 5-7 hari. Penetasan telur dapat

disebabkan oleh gerakan telur, peningkatan suhu, intensitas cahaya atau pengurangan

tekanan oksigen (Blaxter dkk, 2015).

2.6 Pemeliharaan Larva

Pemeliharaan larva merupakan faktor yang dapat mempengaruhi penyediaan kualitas

dan kuantitas benih yang baik. Tahap pemeliharaan larva merupakan tahap yang

9
sangat sulit karena mortalitas sering terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor. Salah

satu faktor tersebut adalah pakan. Rendahnya kelulusan hidup larva ikan pada

umumnya disebabkan oleh ketidak sesuaian pakan dengan bukaan mulut larva,

kemampuan larva dalam memanfaatkan pakan yang diberikan, hal ini berkaitan erat

dengan belum sempurnanya sistem pencernaan pada larva ikan. Pemindahan

dilakukan setelah larva berumur 5-7 hari. Kolam pemeliharaan berupa kolam tembok.

Berikan pakan berprotein tinggi berbentuk tepung halus berukuran 0,2-0,5 mm.

frekuensi pemberian pakan pakan 4-5 kali sehari, setiap kalinya sebanyak 1 sendok

teh pakan berbentuk tepung (Usni Arie, 2009).

2.7 Pemberian Pakan

Larva ikan nila membawa cadangan makanan (energy) dalam bentuk kuning telur.

Larva ikan nila memanfaatkan cadangan energi tersebut untuk perkembangan organ

tubuh, terutama untuk keperluan pemangsaan seperti sirip, mata dan saluran

pencernaan. Oleh karena itu Kuning telur akan menyusut dan habis sejalan dengan

perkembangan organ tubuh larva. Pakan larva ikan umunya berupa Hi-pro-vite atau

tepung dengan komposisi protein 38-40%, lemak min 6%, serat kasar max 3%, kadar

air max 11% (Rahmat Rukmawan, 2011).

2.8 Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada setiap usaha perikanan terutama ikan nila memiliki berbagai kendala dan resiko.

Salah satu kendala dalam budidaya ikan nila adalah penyakit, terutama parasit yang

10
dapat mengakibatkan kerugian ekonomis (Kismiyati dkk., 2012). Parasit merupakan

organisme yang hidup didalam organisme lain dan mengambil makan dari organisme

yang ditumpanginya untuk berkembang biak (Subekti dan Mahasri, 2010). Salah satu

penyakit yang sering menyerang ikan nila adalah ektoparasit Argulus japonicas

adalah parasit ikan dari subklas Branchiura (Anshary, 2008). Argulus japonicus

menggunakan stylet untuk menghisap darah dan merusak jaringan kulit pada inang,

keberadaan Argulus di dalam kolam dapat disebabkan karena terbawa tumbuhan,

benda-benda atau binatang yang masuk kedalam kolam atau binatang renik (Mulia,

2010).

2.9 Manajemen Kualitas Air

Manajemen kualitas air perlu diperhatikan sebagai penunjang media hidup ikan yang

harus sesuai dengan habitatnya, karena kualitas air yang baik dapat memberikan

pertumbuhan yang baik dan dapat menjaga SR (Survival Rate) tetap stabil. Kualitas

air merupakan faktor pembatas terhadap jenis biota yang dibudidayakan disuatu

perairan karena diperlukan DO (Dysolve Oxsygen), pH, Suhu, yang stabil karena itu

perlu dilakukan penanganan dan pengontrolan kualitas air sehingga air terjaga dengan

baik (Kordi dan Tancung, 2009)

11
III. METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan penelitian di Balai Benih ikan (BBI) Natar Lampung Selatan, Jln. Balitoro

Desa Negara Ratu Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 01

Oktober 2019 sampai dengan tanggal 10 November 2019.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam melakukan kegiatan budidaya ikan nila merah

(Oreochromis niloticus) pada kolam beton adalah induk ikan Nila merah betina 5

ekor dan ikan nila jantan 1 ekor, Pakan pellet jenis PF 781, keong mas, Aerasi dan

daun pisang kering.

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam melakukan kegiatan budidaya ikan nila merah

(Oreochromis niloticus) pada kolam beton adalah kolam beton dengan ukuran

panjang 20 meter dan lebar 15 meter dan kedalaman kolam 120 cm sebanyak 20 unit

dan kolam tanah 6 unit, akuarium dengan ukuran panjang 40 cm lebar 25 cm tinggi

35 cm sebanyak 11 unit, serokan ikan 5 buah, baskom kecil tempat pakan 3 buah,

12
militer blok 1 buah, timbangan digital 1 buah, alat pengukur kualitas air (pH meter,

DO meter, dan thermometer), bak plastik 5 buah, penggaris, mangkuk 3 buah, pipet

2buah, sendok 2 buah, seser besar 3 buah, seser kecil 4 buah, sikat cuci 2 buah dan

kamera untuk pengambilan gambar kegiatan serta alat tulis untuk pengambilan data.

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang digunakan dalam kegiatan budidaya ikan nila merah

(Oreochromis niloticus) pada kolam beton yang dilakukan di Balai Benih Ikan (BBI)

Natar Lampung Selatan sebagai berikut :

3.3.1 Persiapan Kolam

Pada tahapan persiapan kolam yang dilakukan adalah mengisi air pada kolam dengan

air yang sudah disiapkan dengan penambahan pelepah daun pisang kering. Pada tahap

persiapan ini dilakukan selama kurang lebih 7 hari sebelum indukan ikan nila di

masukkan ke dalam kolam budidaya. Pelepah daun pisang kering berfungsi sebagai

pengendali kualitas air yang baik karena pada daun pisang kering terdapat kadar

protein yang tinggi sehingga dapat memicu tumbuhnya zooplankton jenis Infusoria

sehingga sangat bermanfaat untuk pakan alami indukan ikan nila, selain mampu

menumbuhkan pakan alami daun pisang kering juga dapat mengendalikan plankton

berupa algae hijau dan dapat mengendalikan blooming plankton. Berikut manfaat

daun pisang kering bagi ikan nila yaitu meringankan setres, meningkatkan kecerahan

warna ikan, membantu mempercepat pemulihan luka pada ikan, mengobati penyakit

seperti jamur dan kerusakan selaput lendir dan meningkatkan kesiapan pemijahan.

13
3.3.2 Pemeliharaan Ikan Nila

Pemeliharaan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) dilakukan pada kolam beton

dan ketinggian air pada kolam budidaya 38 cm dengan pemberian pelepah daun

pisang kering. Ikan nila yang dipelihara di dalam kolam sebanyak 6 ekor khusus yang

digunakan untuk pengambilan data Tugas Akhir sebagai data sampel budidaya ikan

Nila (Oreochromis niloticus) pada kolam beton.

3.3.4 Pakan dan Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah pellet PF 781.

Untuk pemberian pakan pada ikan nila diberikan secara sekenyang-kenyangnya atau

dengan metode at libitum sebanyak 3 kali sehari. Selama pemeliharaan larva atau

proses pemtangan gonad calon induk, induk diberi pakan yang bermutu tinggi dengan

jumlah yang cukup agar sehat dan dapat menghasilkan telur dengan kualitas yang

baik. Pakan yang diberikan berupa pelet berupa pakan tenggelam. Induk ikan nila

merah diberi pakan sebanyak 3% dari bobot biomass/tubuh induk. Pemberian pakan

dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada pagi 07.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.30

WIB. Frekuensi pemberian pakan 2x perhari dengan padat tebar 70 ekor/kolam.

Frekueansi pemberian dengan menggunakan rumus :

FR=3% x bobot biomassa ikan

N=70 ekor

W=240 gram

Biomassa=16.800 gram/16,8 kg

14
FR = 3/100 x 16,8 kg

= 0,504 kg jadi 504 gram / 1 kali pemberian pakan

Jadi pakan yang dibutuhkan perhari 1008 gram/ 1,008 kg.

3.3.5 Pemberian dan Perawatan Kolam

Untuk menjaga kesehatan dan kualitas ikan nila yang baik maka media budidaya

sangat mempengaruhi keberhasilan tersebut oleh sebab itu pembersihan, perawatan

kolam, dan pemasangan paranet harus dilakukan untuk menjaga kualitas air yang

baik. Dalam kegiatan pembersihan dan perawatan kolam yang harus dilakukan adalah

penyikatan pada dinding kolam dan pengurasan/pergantian air sisa pakan atau

kotoran yang mengendap pada dasar perairan kolam dan pengurasan air sebanyak 20-

30% dari keseluruhan air kolam agar terhindar dari kotoran atau bakteri yang

berpotensi mengandung bakteri patogen yang dapat membahayakan kesehatan ikan.

3.4 Parameter Pengamatan

Dalam kegiatan budidaya ikan nila merah (Oreochromis niloticus) pada kolam beton

ini menggunakan beberapa prosedur pengambilan data sebagai berikut :

15
3.4.1 Nilai Tetas Telur

Nilai daya tetas telur ikan nila merah selama pengamatan menggunakan rumus

(Effendie, 2003) yaitu:

HR=Mo/Mt x 100%

Keterangan :

HR = Nilai daya tetas telur (%)

Mo = Jumlah telur yang menetas

Mt = Jumlah telur seluruhnya

3.4.2 Kelangsungan Hidup (Survavel Rate/SR)

Kelulusan hidup ikan nila merah selama pengamatan menggunakan rumus (Effendi,

1997) sebagai berikut :

SR=Nt/No x 100%

Keterangan :

SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah akhir ikan hidup (Ekor)

No = Jumlah awal ikan (Ekor)

16
3.4.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang ikan nila merah selama pengamatan menggunakan rumus

(Effendi, 1997) sebagai berikut :

P= Pt – Po

Keterangan :

P = Pertumbuhan panjang mutlak ikan yang dipelihara (cm)

Pt = Panjang ikan pada akhir pemeliharaan (cm)

Po = Panjang ikan pada awal pemeliharaan (cm)

17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi

4.1.1 Letak Geografis

Balai Benih Ikan (BBI) berlokasi di jalan Desa Negara Ratu Kecamatan Natar

Lampung Selatan.

Gambar 4.1 Lokasi Balai Benih Ikan Natar Lampung Selatan


(Sumber : BBI, Natar 2019)

18
Kecamatan Natar merupakan salah satu wilayah Kabupaten Lampung Selatan dengan

batas-batas berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tegi Neneng Kabupaten

Pesawaran.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kota Madya Bandar

Lampung.

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Negeri Katon dan Gedong

Tataan Kabupaten Pesawaaran.

Kecamatan Natar memiliki luas kurang lebih 25.374 Ha, sedangkan BBI Natar

terletak di Desa Negara Ratu, desa ini memiliki luas sekitar 850 Ha, Desa Negara

Ratu merupakan wilayah daratan dengan ketinggian 130 MDPL. Terdiri dari 14

dusun dengan jumlah rumah tangga 2.691, jumlah penduduk 11.363 orang dengan

komposisi 5.834 laki-laki dan 5.529 perumpuan. Kondisi lahan di Desa Negara Ratu

250 Ha digunakan sebagai lahan pertanian, 100 Ha merupakan pengairan teknis dan

150 Ha tidak berpengairan (UPTD 2009).

Balai Benih Ikan (BBI) Natar berdiri diatas lahan seluas 4.625 M2 dengan perbatasan

wilayah :

1. Sebelah utara berbatasan dengan sungai.

2. Sebelah selatan berbatsan dengan jalan umum.

3. Sebelah timur berbatasan dengan kolam milik masyarakat.

4. Sebelah barat berbatasan dengan lahan kosong.

19
4.1.2 Latar Belakang (BBI)

Benih ikan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam rangka

usaha atau bisnis pembesaran. Agar mendapatkan hasil yang maksimal penerapan

teknik budidaya ikan intensif maupun super intensif untuk skala kecil maupun skala

besar dengan baik, kelangsungan hidup SR ( survival rate) yang tinggi dan FCR (

food convertion ration) efisien hanya dapat dicapai dengan menggunakan benih

unggul hasil penelitian balai atau lembaga penelitian yang resmi. Dinas Perikanan

Kabupaten Lampung Selatan sebagai unsur pemerintahan dibidang perikanan

berperan penting dalam mewujudkan peningkatan produksi perikanan umumnya dan

produksi budidaya khusunya. Salah satu upaya yang dilakukan dengan penyediaan

benih ikan yang berkualitas di Balai Benih Ikan Air tawar yang dimiliki Dinas

Perikanan Lampung Selatan yang berlokasi di Desa Negara Ratu Kecamatan Natar

dengan nama UPT Balai Benih Ikan BBI Natar. Peran UPT Balai Benih Ikan BBI

Natar memenuhi kebutuhan benih ikan air tawar konsumsi dan ikan hias bagi

masyarakat juga berperan dalam menyedikan informasi, pendidikan dan pelatihan

budidaya ikan air tawar. Dengan sarana dan prasarana yang masih terbatas. UPT BBI

Natar dalam setiap tahun ajaran mendidik siswa-siswi, SMK kejuruan Perikanan,

mahasiswa praktik umum dan mahasiswa yang melakukan penelitian ilmiah tugas

akhir dan skripsi.

20
4.1.3 Maksud dan Tujuan

Balai Benih Ikan BBI Natar bertujuan untuk melaporkan peran dan aktifitas

BBI Natar di Kabupaten Lampung Selatan, tujuan dari melapor ini adalah :

a) Memberikan laporan produksi ikan yang dimiliki BBI Natar.

b) Memberikan informasi sarana dan prasarana yang dimiliki BBI Natar.

c) Memberikan informasi peran BBI Natar bagi masyarakat.

d) Memberikan informasi perkembangan pengelolaan BBI Natar.

4.1.4 Sumber Dana, Alokasi dan Pemanfaatan

Pembangunan BBI Natar diawali pada tahun 2005 dengan sumber dana DAK

(dana alokasi khusus) untuk pembangunan fasilitas utama seperti kolam tanah, bak

pendederan, aquarium, gedung kantor, genset dan lain-lain. Selanjutnya

pembangunan tahun 2006 berupa pemagaran areal BBI dan pengadaaan kelengkapan

lainnya. Pada tahun2012 pengembangan sarana dan prasarana BBI Natar untuk

membangun fasilitas seperti gedung kantor pemasaran, toko ikan hias, kolam bak

pemasaran, bantuan induk-induk ikan, alat pendukung budidaya dan lain-lain.

4.1.5 Produksi Ikan BBI Natar

a. Nila Hitam (Oreochromis niloticus)

b. Nila Merah (Oreochromis niloticus)

c. Lele mutiara (Clarias gariepnus)

d. Cupang (Betta sp)

21
e. Guppy (Poecilia reticulate)

f. Platy atau Molly (Xiphophorus maculates)

g. Komet (Carassius auratus)

Penerapan Teknologi

Aktivitas pembenihan ikan BBI Natar selalu mengikuti perkembangan teknik

budidaya ikan air tawar pada umumnya. Dengan menerapkan pola intensifikasi selalu

dicari upaya-upaya dalam mengatasi kendala-kendala dalam proses pembenihan

seperti :

a. Mengutamakan induk yang unggul.

b. Menyilangkan induk agar mendapatkan hasil yang baik.

c. Memanfaatkan pakan dan obat alami sebagai sumber nutrisi dan anti body

ikan konsumsi.

d. Pengembangan bibit ikan ikan monosek pada teknologi aplikasi sexreversal.

e. Pengembangan bibit ikan nila salin pada rekayasa kualitas air.

f. Pengembangan teknologi budidaya pakan alami (Dhapnia Sp, Tubifex Sp,

Azolla) dan plankton.

g. Pengembangan pemijahan dengan semi intensif maupun super intensif dalam

upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi benih ikan.

h. Menerapkan SOP budibaya ikan sesuai SNI, Bio Security, juga kesahatan,

keamanan dan keselamatan kerja (K3).

22
Pembinaan dan Bimbingan Masyarakat

Peran BBI Natar selain memproduksi benih ikan air tawar juga berperan serta sebagai

tempat penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat, dalam setiap tahun nya di BBI

Natar melaksanakan pembinaan seperti :

a. Pengenalan paket teknologi budidaya ikan bagi UPR dan pembudidaya

dengan sumber dari DKP maupun pihak swasta komersial.

b. Memberikan waktu untuk konsultasi bidang budidaya.

c. Sebagai tempat kerja praktek bagi siswa SMK perikanan, PKL Mahasiswa

dan tempat penelitian bagi mahasiswa skripsi.

4.1.6 Struktur Organisasi

Struktur organisasi BBI Natar Kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut :

Kepala BBI Natar

Urusan Pelayanan Subsi Produksi


Administrasi

Subsi bimbingan Subsi teknik Budidaya


keterampilan Ikan dan Pakan Alami

Gambar 4.2 Struktur Balai Benih Ikan Natar Lampung Selatan


(Sumber : BBI, Natar 2019)

23
4.1.7 Uraian Pekerjaan

1. Kepala BBI Natar Lampung Selatan

Kepala balai mempunya tugas dan wewenang yaitu :

a. Pelaksanaan kebijakan produksi pembenihan ikan konsumsi dan ikan

hias air tawar.

b. Pelaksanaan kebijakan produksi pembenihan ikan konsumsi dan ikan

hias air tawar.

c. Pembinaan SDM pembudidaya ikan.

2. Urusan Pelayanan Administrasi

Pelayanan administrasi mempunyai tugas dan wewenangnya yaitu :

a. Pelaksanaan sistem informasi benih ikan.

b. Pengelolaan administrasi Balai Benih Ikan.

3. Subsi Produksi

Subsi Produksi mempunyai tugas dan wewenang yaitu :

a. Penyediaan benih ikan air tawar konsumsi dan hias.

b. Pelaksanaan kebijakan mutu benih atau induk ikan konsumsi dan ikan

hias air tawar.

c. Penerapan teknologi dan aplikasi budidaya.

d. Pelaksanaan kebijakan Akreditasi lembaga sertifikasi pembenihan

ikan.

e. Pelaksanaan teknis pelepasan dan penarikan varietas induk atau benih

ikan konsumsi dan ikan hias air tawarPelaksanaan teknis perbanyak

dan pengelolaan induk perjenis, induk dasar dan benih alam.

24
4. Subsi bimbingan keterampilan

Subsi bimbingan kerampilan mempunyai tugas dan wewenang yaitu :

a. Pelatihan dan bimbingan keterampilan pelajar dan mahasiswa.

b. Pelaksanaan kebijakan mutu benih atau induk ikan konsumsi dan ikan

hias air tawar.

c. Pelaksanaan kebijakan pembangunan dan pengelolaan balai benih ikan

konsumsi dan ikan hias air tawar.

5. Subsi teknik budidaya ikan dan pakan alami

Subsi teknik budidaya ikan dan pakan alami mempunyaii tugas dan wewenang yaitu :

a. Pelaksanaan teknis perbanyak dan pengelolaan induk perjenis, induk

dasar dan benih alam.

b. Pelaksanaan penerapan rekayasa teknologi.

c. Pelaksanaan teknis perbanyak dan pengelolaan induk perjenis, induk

dasar dan benih alam.

d. Pelaksanaan teknis pelepasan dan penarikan varietas induk atau benih

ikan konsumsi dan ikan hias air tawar.

25
4.1.8 Sarana dan Prasarana

Dalam kegiatan budidaya ikan konsumsi di Balai Benih Ikan (BBI) Natar Lampung

Selatan menggunakan sarana dan prasarana sebagai berikut :

4.1.8.1 Sarana Pokok

1.Kolam Ikan Nila

Balai Benih Ikan (BBI) Natar memiliki pengembangan divisi ikan konsumsi meliputi

ikan nila, ikan lele, ikan gurami dan juga ikan hias. Kolam ikan konsumsi berada

dibelakang halaman BBI tersebut. Kolam ikan konsumsi berjumlah 20 unit kolam

beton dan kolam tanah sebanyak 6 unit, kolam terpal hias 15 unit dengan ukuran

panjang 50 cm, lebar 35 cm, dan tinggi 30 cm dan kolam ikan hias beton 40 unit

dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 50 cm dan tinggi 35 cm.

Gambar 4.3 Kolam Ikan Nila Natar Lampung Selatan


(Sumber : BBI, Natar 2019)

2.Kolam Pemeliharaan Induk Ikan Nila

Ikan nila adalah salah satu jenis komoditas ikan konsumsi yang dibudidayakan dan

dikembangkan di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, lolam pemeliharaan induk ikan nila

26
adalah kolam untuk memelihara dan merawat indukan yang dipersiapkan untuk

kegiatan pengembang biakan ikan nila.

Gambar 4.3 Kolam Pemeliharaan Induk Ikan Nila


(Sumber : BBI, Natar 2019)

3.Kolam Pemeliharaan Induk Lele

Ikan lele adalah salah satu komoditas yang dibudidayakan dan dikembangkan di Balai

Benih Ikan (BBI) Natar, kolam pemeliharaan ikan lele merupakan kolam untuk

perawatan dan penampungan indukan ikan lele. Jenis indukan ikan lele yang

dibudidayakan adalah lele mutiara.

Gambar 4.4 Kolam Pemeliharaan Induk Ikan Lele


(Sumber : BBI, Natar 2019)

27
4.Kolam Pembesaran Gurami

Gurami adalah salah satu komoditas yang dikembangkan di Balai Benih Ikan (BBI)

Natar, Kolam bak fiber merupakan media yang digunakan dalam pembesaran benih

gurami tersebut.

Gambar 4.5 Kolam Pembesaran Gurami


(Sumber : BBI, Natar 2019)

5.Kolam Ikan Hias

Ikan hias merupakan komoditas yang juga di budidayakan dan dikembangkan di

Balai Benih Ikan (BBI) Natar Lampung Selatan. Kolam pemeliharaan ikan hias

merupakan kolam untuk perawatan dan pengembang biakkan ikan hias. Jenis ikan

hias yang di budidayakan adalah Ikan molly, ikan zebra, ikan guppy, ikan cupang dan

lain-lain.

28
Gambar 4.6 Kolam Ikan Hias
(Sumber : https://images.app.goo.gl)

6.Kolam Pemijahan

Pemijahan ikan nila dilakukan didalam kolam beton yang berukuran panjang 20

meter dan lebar 15 meter, kedalaman kolam 120 cm dengan ketinggian air 150 cm.

ikan yang dipijahkan sebanyak 6 ekor indukan nila dengan perbandingan 5:1 yaitu 5

ekor betina dan 1 ekor jantan yang telah di seleksi atau siap pijah (matang gonad)

terlihat jelas pada gonadpodium yang tampak memerah dan perut induk ikan yang

besar. Kolam pemijahan adalah tempat proses pemijahan ikan nila, tempat ikan nila

sengaja dipisah agar larva ikan terhindar dri mangsaan ikan dewasa dan lebih

terkontrol. Kolam pemijahan berjumlah 7 unit berukuran panjang 20 meter lebar 15

meter kedalaman kolam 120 cm dengan ketinggian air 150 cm.

29
Gambar 4.7 Kolam Pemijahan
(Sumber : BBI, Natar 2019)

7.Akuarium Penetasan Telur

Penetasan telur ikan nila dilakukan didalam akuarium yang berukuran panjang 40

cm, lebar 30 cm dan tinggi 30 cm dengan kedalaman air 15 cm. Ikan nila penetasan

telurnya dapat dilakukan dengan metode yakni menggunakan corong penetasan,

bukaan mulut dan metode konvensional. Pada metode konvensional dari induk ikan

nila yang mempunyai bobot 250-300 gram dapat menghasilkan 300-800 butir telur.

Telur ikan nila akan menetas setelah 4-6 hari. Dalam hal ini metode yang digunakan

yakni dengan cara pengambilan telur melalui bukaan mulut pada indukan ikan nila.

Telur di ambil dari indukan ikan nila melalui bukaan mulut sebanyak 3 ekor indukan

nila.

Cara mengambil telur dari induk betina yaitu dengan memegang bagian kepala ikan.

Pada saat bersamaan salah satu jari tangan membuka mulut dan tutup insang.

Selanjutnya tutup insang disiram air sehingga telur keluar melalui rongga mulut.

30
Selanjutnya telur-telur tersebut ditampung dalam wadah. Hal ini yang perlu

diperhatikan untuk menghindari gerakan induk sekecil mungkin agar telur yang telah

keluar tidak berserakan. Induk yang telah diambil telurnya dan yang belum memijah

dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk. Telur pada wadah penampungan jangan

terkena sinar matahari langsung dan diupayakan telur selalu bergerak.Telur yang

terlalu lama diam serta kena sinar matahari langsung dapat menimbulkan kematian.

Selanjutnya sebelum dimasukkan ke Akuarium , telur terlebih dahulu dibersihkan

dari kotoran berupa lumpur, lumut, sisa pakan, dan sebagainya. Telur yang telah

bersih dari kotoran dapat dimasukkan ke dalam Akuarium untuk penetasan. Selama

empat jam sekali dilakukan pengamatan menggunakan Mikroskop untuk mengetahui

pertumbahan perkembanagan serta kapan waktu menetasnya telur menjadi larva.

Waktu penetasan telur pada Akuarium selama 5-7 hari. Pentasan telur dapat

disebabkan oleh gerakan telur, peningkatan suhu, intensitas cahaya, atau pengurangan

tekanan oksigen.

Gambar 4.8 Akuarium Penetasan Telur


(Sumber : BBI, Natar 2019)

31
8.Kolam Pemeliharaan Larva

Setelah telur menetas menjadi larva selanjutnya larva ikan dipisahkan kedalam kolam

pemeliharaan larva selama 6 hari. Pemisahan larva ikan dilakukan bertujuan untuk

menghindari pemangsaan dari indukan ikan nila itu sendiri serta predator lainnya dan

larva ikan lebih terkontrol sampai larva ikan telah siap dipindahkan kedalam kolam

pembesaran.

9.Kolam Pembesaran

Larva ikan yang telah berusia 6 hari dalam kolam pemeliharaan dipindahkan kedalam

kolam pembesaran yang berukuran panjang 20 meter dan lebar 15 meter, kedalaman

kolam 120 cm dengan ketinggian air 80 cm. media pembesaran yang telah disiapkan

dengan pemberian aerasi sebagai tambahan oksigen dan juga daun pisang sebagai

tempat persembunyian ikan dari sinar matahari langsung.

Gambar 4.9 Kolam Pembesaran


(Sumber : BBI, Natar 2019)

32
10.Tandon Air

Tandon air merupakan tempat penyimpanan persediaan air kolam, selain berfungsi

sebagai penampung air tendon juga berfungsi sebagai wadah untuk menetralkan air

yang berpotensi mengandung drajat keasaman dan potensial hyidrogen (pH) yang

tidak stabil yang akan digunakan pada kegiatan budidaya.

Gambar 4.10 Tandon Air


(Sumber : https://images.app.goo.gl/rJGM3C)

11.Gudang pakan dan Perlengkapan Budidaya

Gudang pakan dan perlengkapan budidaya adalah tempat untuk menyimpan pakan

ikan baik pembenihan, pembesaran ikan konsumsi maupun ikan hias yang berada di

kegiatan budidaya Balai Benih Ikan (BBI). Selain digunakan untuk penyimpanan

33
peralatan budidaya seperti ember sortir, Akuarium, serokan, sikat kolam, selang

sipon, paranet dan peralatan lainnya sesuai dengan peraturan bioscurity yang ada di

Balai Benih Ikan (BBI) Natar.

12.Ruang Kantor

Ruang kantor administrasi merupakan tempat data-data perusahaan dan merupakan

tempat berkumpulnya semua karyawan BBI Natar untu melakukan diskusi dan

evaluasi dalam kegiatan budidaya ikan yang berada di dekat kolam budidaya ikan

konsumsi maupun ikan hias.

4.1.8.2. Sarana Penunjang

1.Aula terbuka minimalis

Aula terbuka minimalis merupakan tenpat untuk bersantai dan berkumpul untuk

bermusyawarah diluar ruangan. Aula berada di halaman belakang dari ruang kantor

BBI tepatnya terletak di area asrama putrid dan dikelilingi oleh kolam-kolam

budidaya ikan konsumsi dan ikan hias sehingga sangat nyaman apabila digunakan

untuk bersantai sembari melihat ikan-ikan yang dibudidayakan didalam kolam.

34
4.2 Hasil dan Pembahasan

4.2.1 Hasil Pengamatan

Induk betina Berat Panjang Fekunditas Telur Kelangs


nila merah induk (kg) induk (butir) yang ungan
(cm) menetas hidup
(butir)
(%)
1 0,26 25 1497 0 0

2 0,22 20 801 0 0

3 0,24 23 1174 1075 97,67%

Table 1. Hatching Rate (HR) dan Survival Rate (SR)

Parameter Optimum Kolam induk miggu Kolam larva minggu


kualitas air ke- ke-

1 2 3 2 3
pH 6,5 – 7,5 7,1 7,0 7,0 7,0 7,0

DO 6 – 7,5 7,14 8,08 7,20 7,88 8,21

Suhu (0C) 26 – 30 28,39 29,17 28,77 27,46 28,29

Tabel 2. Parameter Kualitas Air

4.2.2 Pembahasan

Telur hasil pemijahan akan menetas sekitar 2-4 hari setelah dierami induk betina di

dalam rongga mulutnya. Larva yang baru menetas sampai umur 11 hari akan diasuh

oleh induk betina, yaitu dengan cara dimasukkan kedalam rongga mulutnya . Selama

mengerami telur atau mengasuh larva, induk berina lebih suka berada di tepi kolam.

Sesekali larva yang diasuhnya dilepas dan kemudian diisap kembali. Pelepasan larva

35
ini dilakukan pada saat lingkungan sekitar sudah dianggap aman (Abbas, 1995).

Dalam kerja praktek ini, kegiatan penetasan telur dilakukan pada aquarium

berukuran 80 x 40 x 40 cm3 dengan tujuan agar dapat dilakukan perhitungan jumlah

telur yang dihasilkan dari tiap ekor induk betina. Setelah induk selesai memijah

pengambilan telur dilakukan dengan cara menumpahkannya dari rongga mulut,

dengan cara membuka mulut dengan tekanan jari tangan. Salah satu jari masuk ke

dalam insang dan jari lainnya masuk kedalam mulut ikan untuk mengeluarkan telur

atau larva yang ada. Telur yang didapat dimasukkan kedalam akuarium yang telah

disiapkan dengan sistem aerasi. Telur ikan yang ditetaskan dalam akuarium diberi

aerasi yang optimal dan kualitas air harus tetap dijaga agar daya tetes telur tetap baik

selama pemeliharaan.

Gambar 5. Penetasan Telur Ikan Nila Merah di aquarium

Telur ikan nila yang dirawat dalam aquarium menetas dalam waktu 3-4 hari dan

memasuki fase larva. Menurut Abbas (1995), larva adalah anakan nila merah sejak

menetas sampai hilang (kantong telur) dan dilepaskan dari induknya (betina). Dalam

kegiatan pemeliharaan larva dalam akuarium kualitas air harus tetap dijaga sampai

36
kuning telurnya habis. Larva ikan tidak diberi makan karena masih mempunyai

cadangan makanan berupa kuning telur.

Gambar 7. Pemeliharaan larva Ikan Nila Merah di Aquarium

Kualitas air pada pemeliharaan atau pematangan gonad sangat penting karena sangat

menentukan tingkat keberhasilan dari kegiatan tersebut. Suhu air kolam pada

pemeliharaan induk ikan nila merah berkisar dalam kondisi yang masih baik untuk

kehidupan ikan nila merah, sebagai mana dinyatakan bahwa pada masa pemijahan

ikan nila membutuhkan suhu antara 22-27 ºC. Keadaan pH air antara 5-11 dapat

ditoleransi oleh ikan nila, pH optimal untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan

ikan ini adalah 7-8 (Rukmana, 2007). Menurut Sutisna dan Sutasmanto (1999), induk

yang dipelihara dalam konsentrasi oksigen 5mg/l menghasilkan jumlah telur dan

frekueansi pemijahan yang tinggi.

37
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Balai Benih Ikan (BBI)

Natar maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :

1. Pembenihan ikan nila merah dilakukan melalui beberapa tahap yaitu

mulai dari persiapan pemijahan, pemeliharaan induk, penetasan telur,

pemeliharaan larva dan pengelolaan kualitas air.

2. Manajemen kualitas air yang dilakukan yaitu dengan melakukan

penyiponan dan pembersihan kolam untuk menjaga kualitas air serta

pengukuran kualitas air dilakukan dengan menggunakan alat

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam kegiatan pembenihan ikan nila merah adalah

perlunya menyeleksi tingkat kematangan gonad induk ikan nila merah serta induk

ikan nila merah harus melalui proses pemberokan sehingga dapat tercapai hasil yang

maksimal.

38

Anda mungkin juga menyukai