Anda di halaman 1dari 3

Rangga Lawe

Kadek Adi Suwandana


Az Zahra Putri Rachmania
Detrian Bagus Pramudita

BIOLOGI IKAN NILA


(OREOCHROMIS NILOTICUS)
Ikan Nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar, makanannya adalah plankton sampai
pemakan aneka tumbuhan sehingga dapat dikatakan pemakan segala ( omnivora ) Ikan ini dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air dan juga merupakan salah satu komoditas unggulan
disebabkan oleh teknologi yang sudah dikuasai dan berkembang di masyarakat, peluang pasar ekspor
tinggi, serapan pasar dalam negeri cukup besar, dan permodalan relatif rendah. Kegiatan budidaya
yang sudah populer ini menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil Ikan Nila terbesar ke-3
sesudah Cina dan Mesir.

Ikan Nila di introduksi dari Afrika dan di datangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai
Penelitian Ikan Air Tawar pada tahun 1969 setahun kemudian setelah melalui masa penelitian dan
adaptasi barulah ikan ini di sebarkan luaskan kepada pembudidaya ke seluruh wilayah Indonesia dan
kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia. Pemberian nama
Ikan Nila tersebut berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan 1972. Nama tersebut diambil
dari nama spesiesnya yakni Nilotica yang kemudian di ubah menjadi Nila.

Nama Nilotica menunjukan daerah asal ikan ini yaitu sungai Nil di Benua Afrika, habitat
asalnya adalah perairan hulu sunga Nil di negara Uganda. Kemudian secara alami berkembang dan
bermigrasi di perairan hilir sungai melewati Danau Raft dan Danau Tanganyika sampai ke Mesir
( sepanjang sungai Nil ) Ikan Nila juga terdapat di Afrika Tengah dan Barat , populasi terbanyak
ditemukan di kolam-kolam ikan di Negara Chad dan Nigeria dan telah tersebar sampai ke lima benua
walaupun habitat yang di sukai adalah daerah tropis (Gustiano,2005)

 Klasifikasi
Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan nila asalah sebagai berikut :

Filum : Vertebrata

Kelas : Osteoichthyes

Sub Kelas : Acanthopterygii

Ordo : Percomorphi

Famili : Ciclidae

Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis niloticus


 Ciri Morfologis :

seperti ikan pada umumnya Ikan Nila memiliki lima buah sirip yakni sirip punggung (Dorsal
Fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal
fin). Sirip punggung memanjang dari bagian dorsal tutup insang hingga bagian dorsal sirip ekor. ada
sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil, sirip anus hanya satu buah dan bentuknya
agak memanjang, sirip ekor bentuknya membulat dan hanya berjumlah satu buah. tubuh berwarna
kehitaman atau keabuan, dengan beberapa corak agak gelap melintang vertical, corak tersebut
memudar saat ikan menjelang dewasa, ekor bergaris-garis tegak, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan
ujung sirip punggung dengan warna kemerahan atau kekuningan ketika musim memijah.
Oreochromis Niloticus memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan Oreochromis
Mossambicus dengan perbandingan antara panjang dan tinggi adalah 3 : 1 dan pada tubuhnya
terdaqpat 10 garis vertical , pada sirip ekor terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna
kemerah merahan, mata tampak rada menonjol dan membesar, letak mulut di ujung tubuh, posisi sirip
terhadap sirip dada adalah Thorasic, tipe sisik adalah stenoid atau sisir sisik, rumus jari-jari adalah
P.XVII -13;V.1-5;A.11-10 dan C.18 (Sugiarto dalam Arthana dan Aryhana 1992). Ikan Jantan dan
betina dapat dibedakan dari alat kelaminnya. Alat kelamin jantan berupa tonjolan yang agak
meruncing yang letaknya di belakang anus., alat kelamin ini mempunyai 1 lubang yang berfungsi
ganda yaitu sebagai saluran tempat keluarnya sperma dan urin, alat kelamin betina berupa tonjolan
yang tidak runcing, alat kelamin ini mempunyai lubang geninital dan lubang saluran urin yang
terpisah (Dharma dan Subagyo, 1994) Ikan jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar dari ikan betina.
Ciri khas pada pada induk jantan antara lain adalah seluruh tubuhnya berwarna lebih kontras
dibandingkan dengan betinanya, kecuali warna putih di bagian dagu dan perut merah cerah pada
ujung sirip punggung, sirip dada dan sirip ekor, sebaliknya pada induk betina warna tubuhnya ke abu-
abuan dan pada individu yang lebih besar, sedikit warna merah sering terlihat di ujung sirip ekor
(Hofsede, 1952)

 Reproduksi
Ikan nila termasuk ikan yang mudah berkembang biak , ikan ini dapat hidup baik di perairan
tawar, payau maupun laut (Watanabe, 1985). Ikan Nila mulai memijah sejak umur 6 Bulan, sebelum
memijah ikan jantan membuat sarang terlebih dahulu dengan diameter 35-60 cm , ikan betina
mengeluarkan telur dan langsung di buahi oleh ikan jantan, setelah selesai pemijahan ikan jantan
mencari ikan betina lain, sedangkan ikan betina yang sudah bertelur langsung memasukan telurnya
secara bertahap ke dalam mulutnya, telur-telur di putar dalam mulutnya dengan memanfaatkan arus
lair yang di gerakan dengan rahang dan tutup insang, setelah 3-4 hari telur akan menetas pada suhu
27-32 c. Daya tetas telur dan percepatan perkembangannya dipengaruhi oleh suhu air, apabila suhu
rendah daya tetas dan perkembangannya juga rendah. Dari hasil pengamatan pada suhu 18 c telur
dapat menetas dalam waktu 7 hari. (Nussbaum dan Chervinski 1968) mengamati bahawa Tilapia
Nilotica dapat berkembang pada kondisi suhu 37 c perkembangan embrio dan larva lebih cepat
daripada suhu 27 c setelah menetas larva ikan masih di asuh dimulut induknya sampai persediaan
makanannya habis (yolksac) sekitar 1–12 hari.

Dalam budidaya perikanan reproduksi pada ikan nila sangat bergantung pada kesiapan induk
untuk memijah, pemilihan induk yang siap untuk di pijahkan menjadi sangat penting. Ciri-ciri induk
yang siap dipijahkan yaitu betina berumur > 6 bulan (250 gram) menyebutkan bahwa ciri-ciri induk
betina yang matang antara lain adalah bagian perutnya membesar, agak lembek dan lubang saluran
telur terlihat membengkak, sedangkan induk jantan yang matang gonad biasanya memperlihatkan
warna hitam kelam bagian dagu putih alat kelamin meruncing dengan warna putih bersih dan ujung
sirip ekor serta sirip punggung berwarna merah cerah.

 Habitat
Ikan Nila mempunyai toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, habitatnya sangat
beragam mulai dari sungai, waduk, danau, rawa, sawah, kolam hingga tambak. Ikan Nila dapat
tumbuh secara normal pada kisaran suhu22-37 c suhu optimum untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan ikan nila adalah 25-30 c . Pertumbuhan akan terganggu jika suhu habitatnya lebih
rendah dari 38 c ikan nila mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap salinitas (euryhaline) Ikan
Nila dapat tumbuh dan berkembang-biak pada kisaran salinitas 0-29/ppm.

Jika kadar garamnya antara 29-35/00 ikan nila masih bisa tumbuh tetapi tidak bisa
berproduksi. Benih Ikan Nila biasanya lebih cepat menyesuaikan diri dengan perubahan salinitas bila
di bandingkan dengan ikan nila yang berukuram besar.

 Tingkah Laku
Tingkah laku ikan nila berhubungan dengan kegiatan perkawinan dan pemijahan. Secara
alami, ikan nila dapat memijah sepanjang tahun. Ikan nila mulai memijah pada umur 4 bulan atau
panjang badan sekitar 9,5 cm. Pembiakan terjadi setiap tahun tanpa adanya musim tertentu dengan
interval waktu kematangan telur sekitar 2 bulan. Induk betina matang kelamin dapat menghasilkan
telur antara 250 - 1.100 butir. Ikan nila jantan mempunyai naluri membuat sarang berhentuk lubang di
dasar perairan yang lunak sebelum rnengajak pasangannya untuk memijah. Satu siklus atau daur
hidun ikan nila meliputi tahap-tahap yang terdiri atas stadium telur, larva, benih, dewasa, dan induk.
Daur hidup dan telur sampai menjadi induk berlangsung selama 5 - 6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai