PROPOSAL
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis sp) sudah lama dikenal oleh masyarakat luas sebagai
ikan konsumsi dan mengandung gizi yang hampir sama dengan jenis ikan air tawar
lainnya. Selain itu ikan nila memiliki keunggulan antara lain mudah dikembangbiakan
dan daya kelangsungan hidup tinggi, pertumbuhan relatif cepat dengan ukuran badan
relatif besar, serta tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan (Monalisa dan
Minggawati, 2010).
Dalam proses pemeliharaan ikan nila sering terdapat masalah misalnya penyakit
bakterial. Menurut Hernandes et al., (2009); Rhamadhan et al., (2015) salah satu
bakteri yang menyerang ikan nila adalah Streptocococcus dan Micrococcus yang
bersifat akut dan dapat menyebabkan kematian, jika tidak ditangani dengan baik.
Salah satu cara yang efektif dalam penanggulangan penyakit adalah tindakan prevensi
yaitu tindakan pencegahan dengan cara meningkatkan sistem pertahanan tubuh ikan
menghadapi penyakit. Salah satu upaya prevensi dalam tindakan pencegahan adalah
penggunaan immunostimulan dengan menggunakan bahan alami. Salah satu jenis
immunostimulan yang diharapakan dapat meningkatkan imunitas ikan nila adalah
vitomolt karena mengandung senyawa fitoekdisteroid, ekstrak temulawak dan temu
kunci.
Pemberian ekstrak biji Pare (Momordica charantia L.) sebagai antifertilitas ada
yang berdampak positif dan ada juga yang negatif tergantung respon biologis dari
hewan, namun dapat diperhitungkan bahwa ekstrak biji pare berpotensi sebagai
antifertilitas. Berdasarkan hasil penelitian pada ekstrak buah pare tersebut, diduga
bahwa komponen biji kimia yang ada dalam buah pare juga dapat menghambat
terjadinya spermatogenesis. (Haryanto, 2009 dalam Lolok, dkk., 2017).
Dari pernyataan diatas guna mengetahui pengaruh dosis ekstrak buah pare yang
dicampurkan dengan vitomolt diharapkan dapat menghasilkan kualitas gonad betina
2
ikan nila yang baik. Guna membandingkan berbagai dosis ekstrak buah pare dalam
vitomolt terhadap pertumbuhan dan perkembangan gonad betina Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) maka penelitian tentang hal tersebut perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh berbagai dosis ekstrak buah pare
terhadap pertumbuhan dan perkembangan gonad betina serta menentukan dosis
ekstrak buah pare yang potensil digunakan sebagai antifertilitas pada betina.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi tentang
pengaruh dosis ekstrak buah pare terhadap pertumbuhan dan perkembangan gonad
ikan nila serta potensi sebagai antifertilitas pada ikan nila. Selain itu, sebagai bahan
acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang
memberi kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya
besar (Suyanto, 2003).
b. Kebiasaan makan
Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivore sehingga bisa
mengonsumsi makanan berupa hewan maupun tumbuhan. Ketika masih benih,
makanan yang disukai ikan nila adalah zooplankton (plankton hewani). Selain
itu, juga memangsa alga lumut yang menempel pada benda-benda di habitat
hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam
budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai
makanan tambahan, misalnya pellet (Amri & Khairuman, 2007).
c. Habitat Ikan Nila
Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk,
rawa, sawah dan saluran irigasi, tetapi toleransi yang luas terhadap salinitas
sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak pada perairan payau
dengan salinitas yang disukai antara 0-35 ‰. Ikan nila air tawar dapat
dipindahkan ke air payau, dengan proses adaptasi yang bertahap ikan nila yang
masih kecil 2-5 cm, lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dari pada ikan
yang sudah besar. Pemindahan secara mendadak dapat menyebabkan ikan
tersebut stress bahkan mati (Kordi, 2000).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan
lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap
lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair
payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas,
1982). Ikan nila mampu hidup pada suhu 14 - 38oC dengan suhu terbaik adalah
25- 30oC dan dengan nilai pH air antara 6-8,5. Hal yang paling berpengaruh
dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0 – 29 %
sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meski nila bisa hidup
dikadar garam sampai 35% namun ikan sudah tidak dapat tumbuh berkembang
dengan baik (Suyanto, 2003).
B. Perkembangan Gonad Ikan Nila
Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur
pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai
sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah. Ikan memiliki ukuran dan
jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitanya sebagian ikan
memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai konsekuensi dari
kelangsungan ikan yang rendah (Fujaya, 2004).
5
Perkembangan gonad dapat diketahui dengan menghitung indeks kematangan
gonad (IKG), yaitu perbandingan antara berat gonad dan berat tubuh ikan.
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian vitellogenesis, yaitu
pengendapan kuning telur sehingga terjadi perubahan-perubahan pada gonad dan
beratnya menjadi bertambah (Solang, 2010).
Gonad nila betina TKG II, dengan ciri-ciri morfologi permulaan gonad yang akan
matang. Gonad mengisi seperempat rongga tubuh, berwarna kemerahan atau kuning
dan berbentuk bulat, telur tidak tampak. Gonad nila betina mencapai TKG III dengan
ciri-ciri morfologi ovarium besar, berwarna gelap, dan ada oosit yang mulai
mengandung kuning telur. (Tester dan Takata, 1953; Marcellia et. al., 2013). Ciri-ciri
morfologi gonad nila betina TKG IV yang terlihat adalah gonad mengisi tiga perempat
rongga tubuh. Gonad betina berwarna kuning, hampir bening atau bening, telur mulai
terlihat. Kadang-kadang dengan tekanan halus pada perutnya maka akan ada yang
menonjol pada lubang pelepasannya. Gonad nila betina memasuki TKG V, yaitu
perkembangan gonad yang sudah mencapai kematangan, sehingga sudah siap untuk
melakukan pemijahan. Ciri-ciri morfologi gonad betina memasuki TKG V adalah
ovarium berwarna kuning terang, ukurannya menjadi berkurang karena telah
dilepaskannya oosit yang matang. Ovarium berisi oogonia, oosit muda dan beberapa
oosit berwarna kuning telur serta banyak dijumpai folikel yang pecah (Dadzie dan
Wangila, 1980; Marcellia et. al., 2013).
Faktor internal yang mempengaruhi tingkat kematangan gonad adalah umur, jenis
spesies dan kondisi hormonal dari ikan sedangkan faktor eksternal berupa suhu,
kandungan oksigen yang terlarut pada pakan alami, faktor lingkungan yang dominan
mempengaruhi perkembangan gonad adalah suhu dan makanan.
C. Vitomolt Plus
Vitomolt plus merupakan produk yang diekstrak dari bahan herbal berupa ekstrak
murbei, bayam, ekstrak temulawak dan ekstrak temukunci yang diharapkan dapat
meningkatkan mutu dari produk vitomolt. Vitomolt merupakan produk stimulan molting
6
dari ekstrak bayam yang mengandung fitoekdisteroid (Fujaya et al., 2011).
Fitoeekdisteroid berperan sebagai imunostimulan serta anti oksidan. Fitoekdisteroid
pada tumbuhan dapat diindentifikasi dengan cara ekstraksi, fraksinasi, pemurnian
senyawa serta elusidasi struktur (Harborn,1973; Suryati et al., 2013).
Salah satu bahan yang digunakan pada vitomolt plus adalah elstrak temulawak.
Temulawak merupakan salah satu komoditas bahan alam yang memiliki banyak
manfaat, salah satunya disebabkan oleh bahan aktif kurkuminoid yang biasa
dikomsumsi dalam bentuk senyawa diarilhepatoid yakni kurkumin demetoksi kurkumin
dan bisdemetoksi kurkumin yang memiliki fungsi anti oksidan yang cukup tinggi
(Cahyono et al., 2011). Hasil pengujian skrining fitokimia diperoleh data bahwa
temulawak mengandung, alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, triterpennoid, dan
glikosida, dimana kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid, dan glikosida,
lebih dominan dibanding bahan bahan lainnya (Hayani, 2006). Ekstrak temulawak
bersifat sebagai imunostimulan yang mampu menyeimbangkan sistem imun, hal ini
karena adanya bahan aktif kurkumin yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap serangan patogen (Astuti et al., 2017).
Uji terhadap ikan patin menunjukkan bahwa penambahan ekstrak temu lawak
dengan perendaman efektif dalam mengatasi infeksi A. hydrophila yang diduga terjadi
karena temulawak berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh, sehinnga
mempengaruhi tingkat mortalitas ikan. Senyawa fenol dan senyawa fenoli berperan
dalam meningkatkan ketahanan terhadap infeksi bakteri dan meningkatkan respon
imun dengan meningkatkan produksi interferon dan aktifitas fagositik sel secara alami
(Sari et al., 2012).
8
estrogenik juga akan memberikan umpan balik negatif terhadap poros hipotalamus-
hipofisistestis sehingga akan menurunkan sekresi LH maupun FSH. (Kukurbitasin yang
digolongkan dalam 60 Potensi Ekstrak Buah Pare glikosida triterpen memiliki struktur
dasar siklopentana perhidrofenantrena yang juga dimiliki oleh steroid. Steroid dapat
berperan sebagai penghambat spermatogenesis dan bersifat reversibel (Adimunca,
1996; Muchtaromah 2009).
9
III. METODE PENELITIAN
B. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah juvenil ikan nila berukuran ± 8 cm. Juvenil ikan
nila diperoleh dari hasil pembenihan di Laboratorium Teknologi Pembenihan Ikan FIKP
UNHAS. Hewan uji yang diteliti berjumlah 600 ekor, dengan kepadatan 50 ekor juvenil
ikan nila per bak. Sebelum ditebar, ikan uji didisinfeksi menggunakan vitomolt plus
dengan dosis 10 ppm selama 30 menit..
C. Wadah Penelitian
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak kerucut volume 250 L,
sebanyak 12 buah yang diisi dengan air sebanyak 200 liter. Air yang digunakan adalah
air tawar yang diperoleh dari sumur bor Laboratorium Pembenihan Universitas
Hasanuddin. Sebelum digunakan semua wadah dibersihkan menggunakan klorin. Air
yang akan digunakan juga didisinfeksi dengan klorin setelah disaring terlebih dahulu
menggunakan filterbag 10 µm, air hasil filter didisinfeksi menggunakan klorin 100 ppm,
didiamkan selama 24 jam, setelah itu klorin dinetralkan menggunakan thiosulfate,
selanjutnya diaerasi full selama 24 jam, air yang sudah ditreatmen ditutup hingga
digunakan sebelum ikan uji ditebar, air media diberi vitomolt plus dengan dosis 2 ppm.
D. Pakan
Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan buatan komersil yang
biasa digunakan untuk ikan nila. Pakan bervitomolt dipersiapkan dengan cara: ekstrak
buah pare dilarutkan dalam 100 ml pelarut yaitu vitomolt plus masing masing untuk 1
kg pakan. Jumlah ekstrak buah pare disesuaikan dengan konsentrasi perlakuan.
Selanjutnya larutan tersebut disemprotkan pada pakan buatan secara merata.
Dikering-anginkan dan disimpan dalam wadah yang tertutup hingga akan digunakan.
Sebelum pemberian pakan, pakan di basahi dengan air secukupnya hingga sedikit
mengembang. Ekstrak buah pare dan vitomolt Plus diperoleh dari Prof.Yushinta
Fujaya.
10
perlakuan yang dicobakan adalah perbedaan dosis ekstrak pare dalam vitomolt pus,
yaitu:
1) Vitomolt plus + Ekstrak Pare 0 mg/ kg pakan
2) Vitomolt plus + Ekstrak Pare 0,25 mg/ kg pakan
3) Vitomolt plus + Ekstrak Pare 0,5 mg/ kg pakan
4) Vitomolt plus + Ekstrak Pare 0,75 mg/ kg pakan
F. Prosedur Pemeliharaan
Ikan uji disortir untuk menghomogenkan ukuran. Ikan ditimbang dan diukur
panjangnya sebagai data awal. Selanjutnya ikan ditebar ke dalam bak kerucut yang
sebelumnya telah diisi air dan diukur kualitas airnya. Penimbangan dilakukan
menggunakan timbangan elektrik dengan ketelitian 1 gram dan pengukuran panjang
awal ikan menggunakan mistar geser dengen ketelitian 0,01 cm sebagai data awal.
Selama pemeliharaan ikan uji diberi pakan buatan bervitomolt sebanyak 5% dari
bobot biomassa ikan per hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali
sehari (07.00-08.00 dan 17.00-18.00 wita). Pemberian pakan dilakukan secara manual
atau ditebar langsung ke dalam setiap unit percobaan. Pengamatan secara visual
dilakukan setiap hari untuk mengontrol perkembangan ikan. Sisa pakan diambil setiap
sebelum pemberian pakan berikutnya. Pergantian air sebanyak 50% dilakukan setiap
minggu.
Koleksi gonad ikan dilakukan pada hari ke – 0, 15, 30, 45, 60. Koleksi gonad
dilakukan dengan cara membedah ikan pada bagian abdominal secara vertikal mulai
dari lubang anus mengarah ke vertebrae, kemudian secara horizontal mengarah ke
sirip ventral. Setelah bagian perut ikan terbuka, maka gonad dapat diamati untuk
menentukan tingkat kematangan gonadnya. Gonad diambil dengan memisahkannya
dari saluran pencernaan secara perlahan untuk menghindari kerusakan gonad.
kemudian gonad ditimbang dengan elektrik beralaskan kertas saring yang telah
ditimbang sebelumnya.
G. Parameter Penelitian
A. Pertumbuhan
Mengetahui pertumbuhan ikan dapat dilihat dari perubahan bobot atau panjang
tubuh ikan pada satuaan waktu tertentu. Pada tahap pertumbuhan terbagi 2 yaitu:
1. Pertumbuhan berat mutlak didapatkan dari selisih antara berat ikan di akhir
penelitian dikurangi berat awal penelitian dan dihitung dengan rumus menurut (Astriani
et al., 2019).
11
W = Wt-Wo
Keterangan :
2. Laju pertumbuhan spesifik merupakan % dari selisih berat akhir dan berat awal ,
dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan dan dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
LnWt−LnWo
N SGR = t x 100%
KKeterangan :
B. Sintasan
Sintasan adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal hingga
akhir penelitian. Adapun rumus sintasan menurut (Widyatmoko et al, 2019).
SR = Nt/N0 x100
KKeterangan :
SR = sintasan (%)
Pada bagian anus pada induk betina berbentuk bulan sabit. Alat kelamin ini
semakin cerah ketika telah dewasa atau matang gonad dan siap membuahi telur. Pada
bagian anus ikan nila betina terapat dua tonjolan membulat. Satu merupakan saluran
12
keluarnya teluar dan satunys lagi saluran pembuangan kotoran. Induk betina bertelur
1.000 sampai 2.000 butir. Setelah telur dibuahi oleh induk, telur akan dierami dimulut
induk betina hingga menjadi larva (Rahayu, 2017).
Gonad nila betina TKG II, dengan ciri-ciri morfologi permulaan gonad yang akan
matang. Gonad mengisi seperempat rongga tubuh, berwarna kemerahan atau kuning
dan berbentuk bulat, telur tidak tampak. Gonad nila betina mencapai TKG III dengan
ciri-ciri morfologi ovarium besar, berwarna gelap, dan ada oosit yang mulai
mengandung kuning telur. (Tester dan Takata, 1953; Marcellia et. al., 2013). Ciri-ciri
morfologi gonad nila betina TKG IV yang terlihat adalah gonad mengisi tiga perempat
rongga tubuh. Gonad betina berwarna kuning, hampir bening atau bening, telur mulai
terlihat. Kadang-kadang dengan tekanan halus pada perutnya maka akan ada yang
menonjol pada lubang pelepasannya. Gonad nila betina memasuki TKG V, yaitu
perkembangan gonad yang sudah mencapai kematangan, sehingga sudah siap untuk
melakukan pemijahan. Ciri-ciri morfologi gonad betina memasuki TKG V adalah
ovarium berwarna kuning terang, ukurannya menjadi berkurang karena telah
dilepaskannya oosit yang matang. Ovarium berisi oogonia, oosit muda dan beberapa
oosit berwarna kuning telur serta banyak dijumpai folikel yang pecah (Dadzie dan
Wangila, 1980; Marcellia et. al., 2013).
H. Analisis data
Pengaruh berbagai dosis ekstrak buah pare dalam vitomolt plus terhadap
pertumbuhan dan perkembangan gonad betina ikan nila (Tingkat Kematangan Gonad
dan Indeks Kematangan Goand), sintasan serta kualitas air dianalisis dengan Analisis
13
of Varians (ANOVA). Apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter maka
dilanjutkan dengan uji W-Tukey untuk mengetahui perlakuan yang terbaik. Analisis
data menggunakan paket perangkat lunak komputer program SPSS versi 26,0.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 (empat) perlakuan dan 3 (tiga) kali ulangan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Amri K dan Khairuman. 2007. Budidaya ikan nila secara intensif. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Aslamyah, S., Fujaya, S. 2011. Efektivitas pakan buatan yang diperkaya ekstrak
bayam dalam menstimulasi molting pada produksi kepiting bakau
cangkang lunak. Jurnal Akuakultur,10 (1), hlm. 8-16.
Astuti, APK., Hastuti, S., Haditomo, AHC. 2017. Pengaruh ekstrak temulawak pada
pakan sebagai imunostimulan pada Ikan Tawes (Puntius javanicus) dengan
uji tantang bakteri. Journal of Aquaculture Management and Technology.
6(3): 10-19.
Fujaya,Y. 2011. Pertumbuhan dan molting kepiting bakau yang diberi dosis vitomolot
berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia.10(1).24-28
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater
Fishes of Western Indonesia and Sulawesi-Ikan Air Tawar Indonesia
Bagian Barat dan Sulawesi. (Edisi Dwi Bahasa). Periplus Editions (HK) Ltd.
377 p.
Lolok, N., Pasambo, P. D., dan Barium, H. 2017. Uji Efek Antifertilitas Kombinasi
Ekstrak Biji Saga (Abrus precatorius L.) dan Biji Pare (Momordica charantia
L.) pada Mencit Jantan (Mus muscullus). Jurnal Mandala Pharmacon
Indonesia. Vol. 3(2): 96-102.
15
Monalisa, S. S., dan Minggawati, I. 2010. Kualitas Air yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp.) di Kolam Beton dan Terpal.
Journal of Tropical Fisheries. Vol. 5(2): 526-530
Ramadhan, I., Rosidah, dan Andriani, Y. 2015. Efektivitas penambahan ekstrak daun
kecubung (Datura metel L) pada pakan untuk pencegahan streptocococcis
pada benih ikan nila sultana, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758).
Jurnal Iktiologi Indonesia 15(3): 245-255.
Rahayu, F. S. 2017. Kajian kondisi biologi ikan nila (Oreochrommis niloticus)yang yang
tertangkap di waduk sutami jawa timur berdasarkan pertumbuhan, factor
kondisi, dan tingkat kematangan gonad. Skripsi. Fakultas perikanan dan
ilmu kelautan. Universitas brawijaya. Malang.
Sari, NW., Lukistyowati, I., Aryani, N. 2012. Pengaruh pemberian temulawak (Curcuma
xanthorriza Roxb) terhadap kelulus hidupan ikan mas (Cyprinus carpio L)
setelah di infeksi Aeromonas Hydrophilla. Jurnal Perikanan dan Kelautan
17 (2). 43-59.
Solang, M. (2010). Indeks kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus L) yang
diberi pakan alternatif dan dipotong sirip ekornya. Saintek, 5(2), 1–7.
Suhaili, Y, M., Arifin, N. H., H, S., S, R., & Abdul M, W. W. (2018). Karakteristik Biologi
Reprodksi Ikan Air Tawar ( Nila , Oreochromis niloticus ) dan Air Laut
( Kuwe Gerong , Charanx Ignobilis ) ( Selar Kuning , Selaroides Leptolepis.
Jurnal Biologi Perikanan, 2(1), 11–21.
Suryati, E., Tenriulo, A., Tonnek, S. 2012. Pengaruh pemberian ekstrak pakis sebagai
moulting stimulant pada induk udang windu (Penaeus monodon.Fab) di
hatchery. Jurnal Riset Aquaculture. 8(2), 221–229.
West ME, Sidrak GH, Street SPW. 1971. The Anti-Growth Properties of Extracts from
Momordica charantia L. Med. J. 20: 25.
Widyatmoko & Effendi, Hefni & Pratiwi, Niken, T. (2019). Pertumbuhan dan sintasan
ikan nila , Oreochromis niloticus ( Linnaeus , 1758 ) pada sistem akuaponik
dengan padat tanaman vetiver ( Vetiveria zizanioides L . Nash ) yang
berbeda [ The growth and survival rate of Nile tilapia , Oreochromis
niloticus ( Linn. Jurnal Iktiologi Indonesia, 19(1), 157–166.
16