Anda di halaman 1dari 6

Modul I Bahasa Indonesia

MODUL I
HAKIKAT BAHASA

1.1 Mengapa Kita Mempelajari Bahasa


Bahasa adalah sumber daya bagi kehidupan masyarakat. Kita dikenal dan
menjadi populer di lingkungan pekerjaan kita atau di lingkungan lain apabila
dapat memahami orang lain dan membuat orang lain memahami kita. Makin
mampu kita memahami orang lain dan membuat orang lain memahami kita,
makin populer dan berhasil kita dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata
lain, kepopuleran dan keberhasilan itu bergantung pada adanya saling memahami
di antara manusia.
Kita mendengarkan orang lain, membaca tulisan orang lain, berbicara dengan
orang lain, dan menulis untuk orang lain, berarti kita berkomunikasi dengan orang
lain. Komunikasi akan berdaya guna (efektif) apabila kita membina keterampilan
kita dalam menelaah, mengamati, mendengarkan, membaca, berbicara, dan 1
menulis. Kita harus mampu menelaah, bukan hanya melihat-lihat, apa yang kita
baca. Kita harus dapat mengamati, bukan hanya melihat, apa yang kita lihat. Kita
harus dapat mendengarkan, bukan hanya mendengar, apa yang dikataka orang.
Kita harus dapat membaca untuk memahami isi bacaan, dan bukan membaca kata-
kata. Kita harus dapat berbicara dan menulis sehingga orang lain dapat memahami
apa yang kita bicarakan dan apa yang kita tulis.
Adanya anggapan bahwa cara berpikir seseorang tercermin dalam bahasa
yang digunakannya. Jika cara berpikir seseorang biasa teratur, bahasa yang
digunakannya pun biasanya teratur pula. Hal ini menujukan betapa penting bagi
kita mempelajari semua keterampilan bahasa, dan tidak cukup sampai pada
mempelajari, tetapi juga harus dibina terus menerus, sebab semua keterampilan itu
tidak kita miliki sejak kita dilahirkan.

1.2 Istilah Bahasa


Istilah bahasa dalam bahasa Indonesia berpadanan dengan bentuk taal dalam
bahasa Belanda, language dalam bahasa Inggris, langue dalam bahasa Perancis,
die Sprache dalam bahasa Jerman, kokugo dalam bahasa Jepang, lughatun dalam

Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran
apalagi dalam perkataan.

Pramoedya Ananta Toer


Modul I Bahasa Indonesia

bahasa Arab, bhasa dalam bahasa Sanskerta yang dipakai sebagai bahasa
Indonesia, dan masih banyak istilah lainnya.

1.3 Pengetian Bahasa


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan, bahasa adalah
1 sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri;
2 percakapan (perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik; sopan santun: baik
budinya; menunjukan bangsa, budi bahasa atau perangai serta tutur kata
menunjukan sifat dan tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukan tinggi
rendah asal atau keturunan). Lyons dalam bukunya (1981: 8) mengungkapkan
most of them have taken the view that language are sistem of symbol design, as
it were, for the purpose of communication. Alisjahbana mengatakan bahwa
bahasa ialah ucapan pikiran dan perasaan manusia dengan teratur dengan
memakai alat bunyi. Goris Keraf dalam bukunya (1984: 15) mengatakan, bahasa 2
adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat
dalam arus bunyi. Lebih lanjut Keraf mengatakan bahwa bunyi itu merupakan
getaran yang merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna adalah isi
yang terkandung di dalam arus bunyi/ arus ujaran yang menyebabkan adanya
reaksi (lawan bicara).
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan
bahwa bahasa adalah sistem bunyi yang bermakna yang dihasilkan alat ucap
manusia yang digunakan sebagai alat komunikasi.

1.4 Wujud Bahasa


Tatkala kita mendengar orang berbicara atau berkomunikasi, sebenarnya yang
kita dengar adalah bunyi-bunyi berupa arus bunyi/ arus ujaran. Arus ujaran itu di
sebut bahasa yang sebenarnya berwujud satu/ tunggal tetapi pada kenyataannya
dirangkaikan dalam bentuk kata, kelompok kata, frase, klausa, dan kalimat
maupun wacana. Bila kita simak dengan baik, maka diketahuilah bahwa:
1. bunyi itu seksesif; artinya bunyi-bunyi itu dilafalkan berturut-turut,
2. bunyi dilafalkan; artinya alat bicara bergerak dan menghasilkan bunyi
bahasa,

Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran
apalagi dalam perkataan.

Pramoedya Ananta Toer


Modul I Bahasa Indonesia

3. bunyi bahasa dilafalkan kelompok demi kelompok,


4. bunyi bahasa itu berwujud kata, kelompok kata, frase, klausa, kalimat,
maupun wacana,
5. kata, kelompok kata, frase, klausa, kalimat, maupun wacana mengandung
makna, pesan atau amanat.

Dalam bukunya, Pateda mengatakan bahwa hakikat bahasa adalah:


1. Bersifat mengganti; setiap saat terjadi proses menganti. Benda yang
berwarna putih yang biasa di pakai untuk menulis pada papan putih, kita
ganti dengan kata spidol; orang berusia 17 tahun dan berjenis kelamin
perempuan, kita ganti dengan kata gadis; Anda sendiri diganti dengan
nama .
2. Bersifat individual sebab bahasa berasal dari seseorang; artinya bahasa
digunakan untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan individu tersebut.
3. Bersifat kooperatif; artinya bahasa muncul dalam sebuah tindak 3
komunikasi antara dua orang, tiga orang ataupun sekelompok orang.
Antara pembicara yang satu dengan yang lain saling bekerja sama dalam
membangun komunikasi. Ingat, manusia adalah makhluk sosial.
4. Sebagai alat komunikasi; artinya bahasa dipakai sebagai alat penyalur
pikiran atau perasaan kepada lawan bicara. Bahasa lebih tertuju pada
manusia, meskipun hewan juga mempunyai bahasa yang sifatnya sanggat
terbatas. Bahasa manusia memperlihatkan tingah laku sehingga belajar
bahasa berarti mengubah tingkah laku.

1.5 Sifat Bahasa


Menurut Hill dalam (Pateda 1993: 8), mengatakan bahwa bahasa memiliki
enam sifat:
1. Bahasa merupakan seperangakat bunyi (a set of sounds); apa yang kita
dengar dari pembicara adalah bunyi-bunyi. Bunyi-bunyi itu kita mengerti
karena kita adalah pembicara, pemakai, atau kita mengerti bahasa yang
digunakan.
2. Hubungan antara bunyi dan objek bersifat arbitrer, mana suka dan tidak
dapat diramalkan (arbitrary and unpredictable). Kita sulit

Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran
apalagi dalam perkataan.

Pramoedya Ananta Toer


Modul I Bahasa Indonesia

menghubungakan antara bunyi kopi dan bendanya; dan kita pun susah
menjawab mengapa orang Indonesia menyebut kopi dengan kata kopi dan
bukan kupi atau kepi. Kita tidak dapat meramalkan mengapa hal itu
terjadi.
3. Bahasa bersifat sistematis (language is systematic). Setiap bahasa
memiliki sistem, aturan dan kaidahnya. Bahasa Indonesia memiliki sistem
demikian juga dengan bahasa lainnya. Jika sistem atau kaidah dilanggar,
maka sudah jelas antara pembicara dan pendengar terjadi salah paham.
4. Bahasa adalah seperangakat lambang (a set of symbols). Perkataan
lambang mengandung dualisme artinya mengandung dua unsur, yang satu
menyarankan adanya kedua. Unsur yang pertama berupa bentuk (form),
sedangkan unsur yang kedua berwujud makna (meaning). Jika kita berkata
buku, dalam benak kita ada bayangan tentang benda yang diberi nama
buku, dan kita mengerti apa yang dimaksudkan dengan buku. Pengertian
kita tentang buku itulah makna dari buku. Bila dibuatkan bagan, maka 4
akan tampak seperti berikut:

though or reference/ pikiran (pemahaman)

symbol/lambang referent/acuan
(basic triangle semiotic/ model makna segitiga semiotik)
5. Bahasa bersifat sempurna (the fact that is complete). Bahasa sebagai
wahana komunikasi berfungsi secara sempurna dalam kehidupan manusia.
Orang kadang-kadang tidak perluh berhadapan, dan pada situasi apapun
bahasa menjalankan fungsinya secara sempurna.
6. Bahasa selalu berkembang (the fact that is continue). Bahasa sebagai
wahana komunikasi selalu berkembang dari hari ke hari. Misalnya, kosa
kata Bahasa Indonesia selalu mengalami penambahan dari hari ke hari; itu
artinya Bahasa Indonesia berkembang. Semakin banyak kosa kata suatu
bahasa menandakan kemajuan suatu bangsa.

Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran
apalagi dalam perkataan.

Pramoedya Ananta Toer


Modul I Bahasa Indonesia

1.6 Proses Bahasa


Menurut Moulton dalam (Pateda, 1993: 11), ada sebelas tahap proses bahasa
yang terjadi pada pembicara dan pendengar, yaitu:
1. Membuat kode semantis. Rancangan yang diterima pembicara
menyebabkanya membuat kode-kode semantis terhadap apa yang akan
diucapkanya. Simpul saraf dalam otak memproses kebermaknaan itu.
2. Membuat kode gramatikal. Bayangan tentang kebermaknaan apa yang
ingin diekspresikan tadi dicarikan unsur bahasa yang bersifat gramatikal,
misalnya yang kita maksud roti, tidak akan kita ucapkan ratu dan kalau
yang kita maksud saya minta roti, tidak akan kita ucapkan, saya
diminta roti. Otak kita menyeleksi kata yang akan digunakan dan
menyusunnya secara gramatikal.
3. Membuat kode fonologis. Setelah kebermaknaan dan unsur bahasa yang
gramatikal tersusun, tahap berikutnya menentukan bunyi bahasa yang
perlu dihasilkan untuk mengekspresikan apa yang dikehendaki. Misalnya, 5
pengertian dan bentuk kopi yang dikehendaki, maka bunyi-bunyi /k/, /o/,
/p/, /i/ yang dibutuhkan.
4. Perintah otak. Tahap-tahap sebelumnya akan segera diikuti oleh perintah
otak kepada organ alat ucap/bicara untuk mengujarkan bunyi-bunyi yang
dibutuhkan tadi.
5. Gerakan alat ucap. Berdasarkan perintah otak, alat ucap bergerak sesuai
dengan fungsi, yaitu sesuai dengan bunyi bahasa yang akan dihasilkan.
Misalnya, jika bunyi /a/ yang akan dihasilkan, maka alat ucap dalam hal
ini mulut secara otomatis terbuka.
6. Bunyi berupa getaran. Apa yang dihasilkan alat ucap akan berwujud bunyi
yang bergetar. Bunyi yang bergetar itu merambat dengan pertolongan
udara akan berwujud gelombang bunyi, lalu masuk ke dalam telinga
pendengar.
7. Perubahan getaran pada telinga pendengar.
8. Getaran diteruskan ke otak. Getaran yang masuk tadi langsung diteruskan
ke otak sebagai pusat saraf. Di otak gelombang bunyi tersebut mengalami
proses.

Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran
apalagi dalam perkataan.

Pramoedya Ananta Toer


Modul I Bahasa Indonesia

9. Pemecahan kode fonologis. Proses pertama setelah gelombang bunyi tadi


berada di otak, yakni bunyi tadi di analisis.
10. Pemecahan kode gramatikall. Bunyi-bunyi tadi tentu berwujud rangkaian
bunyi yang disebut kata, kelompok kata, frase, klausa, kalimat maupun
wacana yang kemudian dianalisis apakah kata benda apakah kalimat
perintah, atau kalimat tanya.
11. Pemecahan kode semantis. Bunyi yang berwujud kata, kelompok kata,
frase, klausa, kalimat maupun wacana tadi ditafsirkan maknanya,
amanatnya, dan ditafsirkan apa maksudnya. Pendengar mengerti ujaran
pembicara. Berdasarkan pemahaman dan pengertian itu, pendengar
bereaksi atau memberikan respon. Reaksi dimulai dengan pemecahan kode
semantis tadi yang kemudian diikuti dengan tahap berikutnya. Proses ini
berlangsung terus menerus sampai kedua pihak memutuskan berhenti
berkomunikasi pada saat itu.
6

Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran
apalagi dalam perkataan.

Pramoedya Ananta Toer

Anda mungkin juga menyukai