Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah di mana
mahasiswa difokuskan pada kegiatan langsung di lapangan yang bertujuan untuk
memberikan pengalaman praktis penerapan bidang keahlian dengan mempelajari
suatu sistem pada perusahaan, lembaga atau instansi serta memberikan alternatif
solusi atas permasalahan yang ada dan melaporkannya dalam bentuk karya ilmiah.
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan melalui kerjasama antara Jurusan
Biologi Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana dengan berbagai
instansi pemerintahan atau non pemerintahan yang memiliki aktivitas usaha yang
berhubungan dengan disiplin ilmu Biologi dan terapannya. Dalam Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini, mahasiswa ditempatkan pada suatu instansi berdasarkan
peminatan bidang ilmu dari setiap mahasiswa. Sesuai dengan minat mahasiswa
tersebut, maka salah satu instansi tempat PKL adalah Balai Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) di Kupang.
Di BPOM Kupang, mahasiswa PKL dibimbing dengan pengetahuan praktik,
yaitu di Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya,
dan Laboratorium Teranokoko. Pengetahuan praktik ini diberikan kepada
mahasiswa berupa melibatkan mahasiswa dalam berbagai pengujian yang
dilakukan di masing-masing laboratorium di BPOM Kupang. Salah satu pengujian
yang dilakukan adalah penetapan kadar lemak dalam kacang arbila hutan
(Phaseolus lunatus L.).
Menurut Ilmi (2012), lemak terbaik adalah lemak-lemak yang tidak jenuh,
baik lemak tidak jenuh tunggal maupun ganda. Jenis lemak ini bisa diperoleh dari
kacang-kacangan. Dan salah satu jenis kacang yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat Timor adalah kacang arbila hutan (Phaseolus lunatus L.).
Berdasarkan alasan inilah maka perlu dilakukan pengujian penetapan kadar
lemak pada kacang tersebut.

1
1.2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penulisan laporan ini
adalah :
1. Untuk mengetahui uji penetapan kadar lemak dalam kacang arbila
hutan secara soxhletasi.
2. Untuk mengetahui kadar lemak dalam kacang arbila hutan.

1.3. Manfaat Penulisan


Manfat dari penulisan laporan ini adalah mengasah dan memperdalam
kemampuan mahasiswa di bidang pangan, serta sebagai informasi bagi mahasiswa
dan khalayak umum mengenai kadar lemak dalam kacang arbila hutan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Lokasi PKL


BPOM di Kupang berlokasi di Jalan R.A. Kartini - Kota Baru, Kelurahan
Kelapa Lima. Fasilitas di BPOM cukup memadai, dilengkapi dengan
Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya; Laboratotium Terapetik, NAPZA,
Kosmetik, Obat Tradisional dan Produk Komplemen; serta Laboratorium
Mikrobiologi.
Pengawasan obat dan makanan mempunyai aspek permasalahan dengan
dimensi yang sangat luas. Pengawasan yang dilakukan tidak hanya pada produk
akhir yang ada di masyarakat, tetapi harus dilakukan sejak awal proses, mulai
bahan baku, proses produksi, proses setengah jadi, produk jadi sampai produk
tersebut beredar di masyarakat. Oleh karena itu, pengawasan obat dan makanan
dikembangkan dalam pendekatan sistem pengawasan oleh masyarakat.
Pengawasan oleh masyarakat tak kala pentingnya karena masyarakat yang
memutuskan untuk membeli atau mengonsumsi suatu produk. Oleh karena itu,
akses informasi mengenai mutu, keamanan dan cara penggunaan produk yang
rasional merupakan kunci keberhasilan dalam usaha melindungi konsumen.
Secara hukum produsen bertanggung jawab pada mutu dan keamanan
produk yang dihasilkan. Untuk itu produsen harus memiliki sistem pengawasan
internal atau manejemen pengawasan mutu yang dapat mengontrol dan
mendeteksi mutu produknya sejak awal proses sampai produk tersebut beredar di
masyarakat. Penerapan cara-cara produksi yang baik atau good manufacturing
practice mutlak perlu untuk mendeteksi penyimpangan mutu dari awal.
Pengawasan oleh pemerintah BPOM mencakup pengaturan, standarisasi,
penilaian keamanan, khasiat, mutu produk sebelum diizinkan beredar dilanjutkan
dengan pemeriksaan, penyelidikan, pengawasan peredaran, pengambilan sampel
dan pengujian laboratorium, informasi dan public warning yang didukung
penegakan hukum.

3
2.1.1. Visi BPOM
Sejalan dengan visi dan misi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 serta
tupoksinya sebagai UPT di bidang penegakan hukum, maka PPOM
menetapkan Visi BPOM 2015-2019 sebagai berikut:
”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan
Daya Saing Bangsa”
Penjelasan Visi: Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus
melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan
secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan
kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman
dan Daya Saing adalah sebagai berikut.
Aman : Kemungkinan resiko yang timbul pada penggunaan obat dan
makanan telah melalui analisa dan kajian, sehingga resiko yang mungkin
masih timbul adalah seminimal mungkin atau dapat ditoleransi atau tidak
membahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa
khasiat atau manfaat obat dan makanan meyakinkan, keamanan memadai
dan mutunya terjamin.
Daya saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah
memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional, sehingga
produk lokal unggul dalam menghadapi pesaing di masa depan (Siswadi:
2015).

2.1.2. Misi BPOM


Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, PPOM telah menetapkan Misi
BPOM 2015-2019 sebagai berikut:
a. Meningkatkan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis resiko
untuk melindungi masyarakat.
b. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan obat dan makanan serta memperkuat komitmen dengan
pemangku kepentingan.
c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM (Siswadi: 2015).

4
2.2. Kacang Arbila Hutan (Phaseolus lunatus L.)
Kacang arbila hutan (Phaseolus lunatus L.) merupakan tanaman semak,
menjalar dan panjang 2 - 5 m. Batang tegak, bulat, berkayu, berambut pendek,
hijau keputih-putihan. Sistem perakarannya menyebar dan berakar tunggang.
Daunnya majemuk, lonjong, tersebar, tepi rata, ujungnya meruncing, berambut
halus dan pertulangan menyirip dengan panjang 5 – 11 cm, dan tangkai hijau tua
panjangnya 2 - 2,5 cm. Bunganya berbentuk tandan, di ketiak daun, kelopak
bentuk lonceng, berbulu halus, panjang 2 - 2,5 cm, hijau keputih-putihan,
mahkota bentuk kupu-kupu, berambut halus, putih, benang sari panjang 2 - 2,5
cm, putih, putik bertangkai, panjang 2 - 2,5 cm, putih kekuningan. Biji Phaseolus
lunatus L. berbentuk polong, berisi 3 - 4 biji, panjang 3 - 5 cm, masih muda putih
kehijauan, setelah tua hitam atau hitam kecoklatan. Biji berbentuk ginjal, panjang
± 2 cm, lebar ± 1,5 cm (Etheses: 2014).

Gambar 2.1. Phaseolus lunatus L. Gambar 2.2. Biji Phaseolus lunatus L.


(Sumber: Mudita, 2012) (Sumber: Puspita, 2017)

Klasifikasi kacang Arbila Hutan menurut Plantamor (2008) adalah sebagai


berikut.
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Phaseolus
Species : Phaseolus lunatus L.

5
2.3. Lemak
Lemak adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi
sejumlah senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam
pelarut-pelarut organik nonpolar (seperti hidrokarbon atau dietil eter) tetapi sukar
larut atau tidak dapat larut dalam air (Iskandar: 1974).
Banyaknya lemak yang dibutuhkan oleh tubuh manusia berbeda-beda tetapi
umumnya berkisar antara 0,5 – 1 gram lemak per 1 kg berat badan per hari. Orang
yang tinggal di daerah bersuhu dingin dan orang yang bekerja berat membutuhkan
lemak lebih banyak. Di dalam tubuh kita, lemak mempunyai beberapa fungsi
penting, diantaranya adalah:
 Sebagai pelindung tubuh dari suhu rendah dan pelindung alat-alat tubuh
vital (antara lain jantung dan lambung), yaitu sebagai bantalan lemak.
 Sebagai penghasil energi terbesar bagi tubuh.
 Sebagai salah satu bahan penyusun membran sel, penyusun hormon dan
vitamin (khususnya untuk sterol).
 Sebagai salah satu bahan penyusun empedu, asam kholat (di dalam hati)
dan hormon seks (Dhila: 2013).
Unsur penyusun lemak antara lain adalah unsur karbon (C), hidrogen (H)
dan oksigen (O). Lemak terdiri dari 3 asam lemak dan satu gliserol. Secara umum
struktur kimia lemak terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.3. Struktur umum lemak


(Sumber: Nafiun, 2013).

Struktur R1, R2, dan R3 dapat sama ataupun berbeda. Apabila ketiga
struktur R1, R2 dan R3 sama maka disebut lemak sederhana, namun apabila
berbeda maka disebut lemak campuran.

6
Bila ditinjau berdasarkan sumber, struktur kimia dan ikatan kimianya, lemak
terbagai menjadi beberapa jenis.

1. Berdasarkan Sumber Lemaknya


 Lemak hewani, merupakan lemak yang bersumber dari hewan.
 Lemak nabati, merupakan lemak yang bersumber dari tumbuhan.

Ada dua cara untuk mengambil lemak dari biji-bijian atau jaringan
hewan, yaitu dengan cara pressing (penekanan) dan cara solvent
extraction.

2. Berdasarkan Struktur Kimianya


 Lemak sederhana, merupakan lemak yang disusun oleh trigliserida,
yaitu tiga asam lemak dan satu gliserol. Contoh lemak ini adalah lilin
dan minyak.
 Lemak campuran, merupakan lemak yang terdiri dari asam lemak
dan gugus tambahan lain selain lemak. Contohnya adalah lipoprotein
(mengandung protein) dan fosfolipid (mengandung fosfat).
 Lemak derivat, merupakan senyawa lemak yang dihasilkan dari
proses hidrolisis lipid. Contohnya kolesterol dan asam lemak.
Berdasarkan ikatan kimianya dibagi lagi menjadi dua yaitu asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.

3. Berdasarkan Ikatan Kimianya


 Lemak jenuh, yaitu struktur lemak dengan hidrokarbon ikatan
tunggal yang berbahaya bagi tubuh manusia karena dapat melekat dan
dan menggumpal sehingga dapat mengganggu sistem peredaran
darah. Lemak jenuh kebanyakan berasal dari hewan, seperti daging,
susu murni, dll.
 Lemak tak jenuh, yaitu struktur lemak dengan hidrokarbon dengan
satu atau lebih ikatan rangkap (ganda) yang dapat menguntungkan
tubuh. Lemak tak jenuh kebanyakan berasal dari tumbuhan,
contohnya lemak dari buah alpukat dan kacang-kacangan.

7
Menurut Ilmi (2012), jika ingin memilih lemak, pilihan lemak terbaik adalah
lemak-lemak yang tidak jenuh, baik lemak tidak jenuh tunggal maupun ganda.
Jenis lemak ini, bila digunakan untuk menggantikan jenis lemak lainnya, bisa
menurunkan resiko penyakit jantung dengan cara menurunkan kadar kolesterol
total dan kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Asam lemak omega-3 merupakan
salah satu jenis lemak tidak jenuh ganda yang sangat bermanfaat untuk kesehatan
jantung. Omega-3 ini terbukti bisa menurunkan resiko penyakit jantung koroner.
Selain itu, lemak ini juga berfungsi melawan detak jantung yang tidak normal
serta membantu menurunkan tekanan darah.
Berikut ini merupakan jenis-jenis dan sumber lemak sehat yang baik bagi
tubuh.
1. Lemak tidak jenuh tunggal. Bisa diperoleh dari olive oil, minyak kacang,
canola oil, alpukat, kacang-kacangan dan biji-bijian.
2. Lemak tidak jenuh ganda. Bisa diperoleh dari minyak sayur, kedelai,
kacang-kacangan dan biji-bijian.
3. Lemak berbahaya. Lemak jenuh dan lemak trans merupakan jenis lemak
yang kurang sehat. Lemak ini bisa meningkatkan resiko penyakit jantung
dengan cara meningkatkan kadar kolesterol total dan kolesterol jahat
(LDL). Kolesterol yang kita peroleh dari makanan pada dasarnya tidak
sama dengan lemak. Asupan kolesterol ini akan meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Tapi, peningkatan ini tidak terlalu berpengaruh
dibandingkan dengan lemak jenuh dan lemak trans.
 Lemak jenuh.Terdapat pada produk-produk hewan (seperti daging,
unggas, makanan laut, telur, produk-produk susu, serta mentega) dan
minyak kelapa.
 Lemak trans. Terdapat pada minyak sayur yang dihidrogenasi,
produk-produk bakaran (seperti crackers dan kue), serta makanan
yang digoreng.
 Kolesterol dari makanan. Terdapat pada produk-produk hewan.

8
2.4. Soxhletasi
Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang – ulang dengan pelarut yang
sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan
sempurna. Pelarut yang digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana (C6H14) untuk
sampel kering dan metanol (CH3OH) untuk sampel basah. Jadi, pelarut yang
digunakan tergantung dari sampel alam yang digunakan. Nama lain yang
digunakan sebagai pengganti sokletasi adalah pengekstrakan berulang–ulang
(continous extraction) dari sampel pelarut (Gleda: 2013)
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klonsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon (Rene: 2011)

2.4.1. Prinsip Kerja Soxhletasi


Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantung ekstraksi
(kertas, karton, dan sebagainya) di bagian dalam alat ekstraksi dari gelas
yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan
antara labu penyulingan dengan labu pendingin aliran balik dan
dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut,
yang menguap dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipet,
berkondensasi di dalamnya, menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan
menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah
gelas dan setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis akan
dipindahkan ke dalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi
terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara
ini diperlukan bahan pelarut dalam jumlah kecil, juga simplisia selalu baru
artinya suplai bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung secara terus-
menerus (pembaharuan pendekatan konsentrasi secara kontinyu). Namun,
waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama (sampai beberapa jam)

9
sehingga kebutuhan energinya tinggi (listrik, gas). Selanjutnya, simplisia di
bagian tengah alat pemanas langsung berhubungan dengan labu, dimana
pelarut menguap. Pemanasan bergantung pada lama ekstraksi, khususnya
titik didih bahan pelarut yang digunakan, dapat berpengaruh negatif
terhadap bahan tumbuhan yang peka suhu (glikosida, alkaloida). Demikian
pula bahan terekstraksi yang terakumulasi dalam labu mengalami beban
panas dalam waktu lama. Meskipun cara soxhlet sering digunakan pada
laboratorium penelitian untuk pengekstraksi tumbuhan, namun peranannya
dalam pembuatan sediaan tumbuhan tidak begitu besar (Gleda: 2013).

2.4.2. Alat Soxhletasi


Alat yang digunakan dalam proses soxhletasi adalah soxhterm. Gerhardt
memperkenalkan soxtherm sebagai alat yang dapat menganalisis kadar
lemak dengan waktu yang cepat. Selain itu alat ini juga dapat menggunakan
kembali pelarut yang telah dipakai hingga 90% (Gerhardt: 2013).

Gambar 2.4. Soxtherm (Sumber: Gleda, 2013).

2.4.3. Kelebihan dan Kelemahan Soxhletasi


Metode soxhletasi memiliki kelebihan dan kekurangan pada proses
ekstraksi. Keuntungan metode ini adalah sampel diekstraksi dengan
sempurna karena dilakukan berulang-ulang, jumlah pelarut yang digunakan
sedikit, jumlah sampel yang diperlukan sedikit dan pelarut organik dapat
mengambil senyawa organik berulang kali. Kelemahannya adalah

10
merupakan metode yang dipakai hanya untuk mengekstraksi bahan-bahan
tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa-senyawa yang tidak tahan panas
karena akan terjadi penguraian dan pelarut yang digunakan mempunyai titik
didih rendah sehingga mudah menguap. Syarat-syarat pelarut yang
digunakan dalam proses soxhletasi adalah sebagai berikut:
 Pelarut yang mudah menguap contohnya: n-heksana, eter, petroleum
eter, metil klorida dan alcohol.
 Titik didih pelarut rendah.
 Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
 Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
 Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
 Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar
(Ina: 2011).

11
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu Pelaksanaan


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 1 bulan,
mulai tanggal 05 September sampai 04 Oktober 2017.

3.2. Lokasi Pelaksanaan


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Balai Pengawasan
Obat dan Makanan Provinsi NTT.

3.3. Prosedur Pelaksanaan


Penetapan kadar lemak dalam Kacang Arbila Hutan dilakukan dalam
beberapa tahap berikut ini.
1. Ditimbang 2 gram sampel yang telah dihaluskan dan dimasukan kedalam
Erlenmeyer 250 mL.
2. Ditambahkan HCl 25% 30 mL, air 20 mL dan beberapa batu didih.
3. Erlenmeyer ditutup dengan kaca arloji dan dididihkan selama 15 menit.
4. Disaring dalam keadaan panas dan dicuci dengan air panas hingga tidak
bereaksi asam lagi.
5. Dikeringkan kertas saring beserta isinya dalam oven pada suhu 100-
105oC.
6. Dimasukan kertas saring berikut isinya kedalam kertas saring
pembungkus.
7. Disulingkan larutan hexan menggunakan Fat Extractor System.
8. Dikeringkan ekstrak lemak dalam oven pada suhu 100-105oC.
9. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang menggunakan neraca
analitik.
10. Diulangi proses pengeringan hingga diperoleh bobot tetap/konstan.

12
11. Dihitung kadar lemak yang diperoleh dengan menggunakan rumus di
bawah ini.
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ (𝐵𝑢)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = × 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝐵𝑏)

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan hasil uji penetapan kadar lemak dalam kacang arbila hutan
(Phaseolus lunatus L.) di Balai Pengawasan Obat dan Makanan Provinsi NTT,
diketahui hasilnya sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil pengamatan penetapan kadar lemak


Simplo Duplo
Berat wadah kosong 4,2036 g 4,3499 g
Berat wadah + Sampel 6,2036 g 6,3499 g
Berat sampel (Bb) 2,0000 g 2,0000 g
Berat labu dan batu didih kosong (a) 145,6030 g 144,8705 g
145,6027 g 144,8702 g
Berat labu dan batu didih + lemak (b) 145,6211 g 144,8860 g
145,6206 g 144,8858 g
Berat lemak (Bu) 0,0179 g 0,0156 g

Tabel 2. Hasil perhitungan kadar lemak


Simplo Duplo
Kadar lemak 0,89% 0,79%
Kadar lemak rata-rata 0,84%

4.2. Pembahasan
Pengujian penetapan kadar lemak ini menggunakan sampel kacang arbila
hutan (Phaseolus lunatus L.). Untuk mengetahui kadar lemak dalam sampel
tersebut, dilakukan dua kali ekstraksi lemak, yaitu ekstraksi menggunakan HCl
dan ekstraksi secara soxhletasi. Ekstraksi menggunakan HCl dilakukan dengan
cara menambahkan HCl, air dan batu didih kedalam sampel yang telah disiapkan
lalu didihkan dan disaring dalam keadaan panas hingga tidak bereaksi asam lagi.
Penambahan HCl bertujuan untuk memecah lemak dalam kacang, agar lemak

14
dapat dibebaskan dari selulosa. Penambahan air bertujuan untuk melarutkan
berbagai komponen lain yang terkandung didalam sampel tersebut. Sedangkan
penambahan batu didih bertujuan untuk meratakan panas pada seluruh bagian
larutan dan mencegah terjadinya bumping (letupan). Bumping perlu dicegah
karena pada saat terjadi bumping ada kemungkinan bahwa lemak juga ikut keluar,
sehingga hasil pengujian yang diperoleh menjadi kurang akurat. Penyaringan
perlu dilakukan dalam keadaan panas karena dalam keadaan panas bisa dipastikan
bahwa komponen lain dalam sampel selain lemak (seperti karbohidrat dan
protein) larut dengan baik sehingga bisa disaring dan dipisahkan dari lemak.
Namun, hasil penyaringan tersebut tidak bisa dijamin secara penuh bahwa
komponen lainnya tidak ikut tersaring bersama air dan penyaringan tersebut juga
tidak dapat memisahkan kulit-kulit kacang dari lemak. Oleh karena hal tersebut,
diperlukan proses ekstraksi kedua, yaitu ekstraksi secara soxhletasi. Soxhletasi
merupakan suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam sampel
padat dengan cara penyarian berulang–ulang dengan pelarut yang sama, sehingga
semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna.
Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi kali ini adalah hexan, karena hexan
merupakan pelarut lemak yang bersifat mudah menguap. Sehingga setelah
tersaring bersama lemak, hexan akan menguap dan menyisakan ekstrak lemak
dalam labu soxhlet. Ekstrak lemak yang diperoleh, selanjutnya diukur secara
gravimetri untuk diperoleh kadar lemaknya.
Berdasarkan hasil penetapan kadar lemak pada sampel kacang arbila hutan
(Phaseolus lunatus L.) secara soxhletasi tersebut, maka diketahui bahwa dalam 1
gram kacang terkandung sebesar 0,84% lemak. Hal ini menunjukan bahwa kacang
arbila hutan (Phaseolus lunatus L.) merupakan salah satu jenis kacang-kacangan
yang berpotensi untuk membantu memenuhi kebutuhan lemak nabati masyarakat.

15
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji penetapan kadar lemak pada sampel kacang arbila
hutan (Phaseolus lunatus L.) dapat disimpulkan bahwa kadar lemak yang
terkandung dalam kacang tersebut sebesar 0,84%.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, penulis menyarankan kepada
masyarakat untuk memanfaatkan kacang arbila hutan (Phaseolus lunatus L.)
sebagai salah satu sumber lemak nabati.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dhila, Putri. 2013. Pengertian dan Kegunaan Lemak. Tersedia pada: https://putri
dhila.wordpress.com/2013/11/18/pengertian-dan-kegunaan-lemak/ Diakses
pada tanggal 11 Desember 2017.

Etheses. 2014. Morfologi Tanaman Kacang. Tersedia pada: http://etheses.uin


malang.ac.id/1027/4/04520033%20Bab%202.pdf Diakses pada tanggal 28
November 2017.

Gerhardt. 2013. Teknologi Analaisis Proksimat Efisien. Tersedia pada: http://


gerhardt.mediapangan.com/post/berita/13 Diakses pada tanggal 30
November 2017.

Gleda, Weedhy Kha. 2013. Percobaan IV Soxhletasi. Tersedia pada: https://id.


scribd.com/doc/142197527/PERCOBAAN-IV-Soxhletasi-pdf Diakses pada
tanggal 28 November 2017.

Ilmi. 2012. Biokimia Pangan. Tersedia pada: https://ilmi626.wordpress.com/


biokimia-pangan-2/ Diakses pada tanggal 11 Desember 2017.

Ina. 2011. Metode Ekstraksi. Tersedia pada: http://farmasi.unand.ac.id/RPKPS/


Metodaekstraksi Diakses pada tanggal 28 November 2017.

Iskandar, Yuli. 1974. Biokimia Bagian I. Yayasan Darma Graha. Jakarta.

Mudita, I Wayan. 2012. Kacang Arbila. Tersedia pada: http://tanamankampung.


blogspot.co.id/2012/03/kacang-arbila.html Diakses pada tanggal 11
Desember 2017.

Nafiun. 2013. Pengertian Lemak, Struktur, Sifat, Contoh. Tersedia pada: http://
www.nafiun.com/2013/10/pengertian-lemak-struktur-sifat-contoh.html

Plantamor. 2008. Plantamor Situs Dunia Tumbuhan. Tersedia pada: http://www.


plantamor.com/index.php?plant=883 Diakses pada tanggal 30 November
2017.

Puspita, Dhanang. 2017. Pengetahuan Lokal Masyarakat Timor dalam Upaya


Menjaga Ketahanan Pangan Melalui Pangan Lokal. Universitas Kristen
Satya Wacana Press. Salatiga.

Rene, M. L. Nursaerah. 2011. Mempelajari Ekstraksi Pigmen Antosianin dari


Kulit Manggis dengan Berbagai Jenis Pelarut. Universitas Pasundan Press.
Bandung.

Siswadi, Hendri. 2015. Rencana Strategis 2015-2019. PPOMN Press. Jakarta.

17
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kadar Lemak

Berat lemak (Bu) simplo = a − b


= 145,6206 g − 145,6027 g
= 0,0179 g

Berat lemak (Bu) duplo = a − b


= 144,8858 g − 144,8702 g
= 0,0156 g

Bu
Kadar lemak simplo =
Bb
0,0179 g
= × 100%
2,0000 g
= 0,89%

Bu
Kadar lemak duplo =
Bb
0,0156 g
= × 100%
2,0000 g
= 0,79%

0,89% + 0,79%
Kadar lemak rata − rata =
2
= 0,84%

18
Lampiran 2. Daftar Hadir

No. Hari/Tanggal Paraf

1. Selasa / 05-09-2017

2. Rabu / 06-09-2017

3. Kamis / 07-09-2017

4. Jumat / 08-09-2017

5. Senin / 11-09-2017

6. Selasa / 12-09-2017

7. Rabu / 13-09-2017

8. Kamis / 14-09-2017

9. Jumat / 15-09-2017

10. Senin / 18-09-2017

11. Selasa / 19-09-2017

12. Rabu / 20-09-2017

13. Jumat / 22-09-2017

14. Senin / 25-09-2017

15. Selasa / 26-09-2017

16. Rabu / 27-09-2017

17. Kamis / 28-09-2017

18. Jumat / 29-09-2017

19. Senin / 02-10-2017

20. Selasa / 03-10-2017

21. Rabu / 04-10-2017

19

Anda mungkin juga menyukai