Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

LIPID

DISUSUN

NAMA : KHOLASHOTUT DIANA


NIM : 70200116030
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : NURAINI, S.Si

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Biokimia dengan judul “Lipid: Ekstraksi Lipid dengan

Metode Soxhlet” yang disusun oleh :

Nama : Kholashotut Diana

NIM : 70200116030

Kelompok : I (satu)

Jurusan : Kesehatan Masyarakat (Peminatan Gizi)

Telah diperiksa oleh asisten/koordinator asisten dan dinyatakan diterima.

Gowa, November, 2018

Asisten

( Nuraini, S.Si )
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Akbar. Instrumen Eavaporator. http://akbarcules46.blogspot.com/2012/06


/instrumen-evaporator.html. Diakses pada tanggal 23 November 2018.

Astawan, Made. Sehat Dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Jakarta:


Penebar Swadaya, 2009.

Departmen Gizi dan Kesehatan Masyarakat: Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007.

Irianto, Koes. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Bandung: Alfabeta, 2014.

Koolman, Jan dan Klaus-Heinrich Rohm. Alih bahasa, Septelia Inawati Wanandi.
Atlas Berwarna & Teks Biokimia. Jakarta: Hipokrates, 2000.

Setyawan, Fajri Ary. Laporan resmi praktikum biokimia acara III ekstraksi lipid.
Semarang: Universitas Diponegoro, 2016. https://www.academia.edu/
Diakses pada 19 Oktober 2018.

Sumarno. Status Kacang Tanah di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan


Tanaman Pangan, Monograf Balitkabi No.13, 2017.

Trustinah. Morfologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Balai Penelitian


Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2015.

Wardhana, D. Giffarie. Makalah Kimia Organik 2 Lemak dan Minyak.


Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2016. www.academia.edu.
Diakses pada tanggal 1 November 2018.

Putri. Laporan Praktikum Evaporasi. http://kimia-berandailmu.blogspot.com/


2012/10/laporan-praktikum-evaporasi.html. Diakses pada tanggal 1
November 2018.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minyak merupakan bagian dari lipid yang pada suhu ruangan berbentuk

cairan. Minyak banyak ditemukan pada tumbuhan namun juga terdapat pada

biota-biota laut. Minyak tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik

metanol, aseton, kloroform, dan benzena/benzol (Koolman, 2000).

Penggunaan kacang tanah di Indonesia terbatas untuk bahan pangan

sampingan terutama sebagai camilan dalam bentuk gorengan, rebusan, dan

campuran berbagai makanan olahan seperti kue kering, roti, “cake”, selai

kacang, es krim, dan campuran perasa (flavor) makanan. Penggunaan biji

kacang tanah dalam industri minyak goreng sudah sangat berkurang oleh

persaingan bahan minyak berasal dari kelapa sawit dan kelapa, dan bahkan

juga biji jagung dan kedelai. Padahal di antara tanaman kacang-kacangan,

kacang tanah mengandung minyak tertinggi, hingga 50% atau lebih (Sumarno,

2017). Minyak yang terkandung dalam kacang tanah bukan minyak yang dapat

menyebabkan kolesterol, melainkan minyak tidak jenuh yang justru bermanfaat

bagi tubuh karena dapat menurunkan total kolesterol (Astawan, 2009).

Metode yang digunakan untuk mengekstrak lipid pada praktikum ini

adalah metode soxhlet. Metode ini menggunakan pelarut kloroform (CHCl3),

tidak menggunakan banyak pelarut, dan tidak memakan banyak waktu untuk

menunggu proses ekstraksi berlangsung dan dalam metode ini kadar minyak

yang didapat lebih banyak.Untuk itulah dalam praktikum pengekstrak lipid ini

dilakukan dengan metode soxhlet.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pemisahan minyak pada kacang tanah?

2. Berapa kadar minyak yang terkandung dalam kacang tanah yang

diekstraksi dengan metode sokletasi?

C. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui cara pemisahan minyak pada kacang tanah.

2. Untuk mengetahui kadar minyak yang terkandung dalam kacang tanah

yang diekstraksi dengan metode sokletasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lipid

Lipid adalah suatu kelompok besar substansi biologik yang dapat larut

dengan baik dalam zat pelarut organik seperti metanol, aseton, kloroform, dan

benzena/benzol. Sebaliknya lipid tidak atau sukar larut di dalam air.

Kelarutannya dalam air yang kecil disebabkan karena kekurangan atom-atom

yang berpolarisasi seperti O, N, S, dan P (Koolman, 2000). Lipid terbagi

menjadi dua, yaitu lemak dan minyak.

1. Lemak

Lemak tersusun atas karbon, hidrogen dan oksigen sebagai sumber

cadangan energi tubuh. Lemak tidak dapat larut dalam air tetapi larut pada

larutan organik seperti kloroform, eter, dan petroleum. Sumber utama

lemak adalah lemak hewani dan minyak tumbuhan seperti minyak kelapa,

sawit, jagung, dan sebagainya. Lemak dapat dilihat diantaranya dalam

bentuk daging, minyak tumbuhan dan keju (Irianto, 2014).

Lemak merupakan salah satu komponen makanan multifungsi yang

sangat penting untuk kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga

mempunyai sisi negatif terhadap kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh

antara lain sebagai sumber energi, bagian dari membran sel, mediator

aktivitas biologis antarsel, isolator dalam menjaga keseimbangan suhu

tubuh, pelindung organ-organ tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K.

Penambahan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan

tekstur makanan menjadi lembut serta gurih. Di dalam tubuh, lemak

menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein

3
4

dan karbohidrat, yaitu 9 Kkal/gram lemak yang dikonsumsi (Departmen

Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).

Disamping sebagai cadangan energi, lemak berperan penting dalam

mempertahankan fungsi struktur jaringan tubuh khususnya jaringan-

jaringan saraf. Lapisan mielin pada suatu neuron berfungsi sebagai

pembungkus dan penyangga jaringan saraf. Lemak juga berfungsi sebagai

pelindung terhadap luka mekanik dan sebagai bahan untuk mempertebal

lapisan yang berada disekitar organ-organ vital sehingga jantung ginjal,

payudara, usus terlindung dari benturan atau trauma fisik. Fungsi lemak

yang penting lain adalah untuk membantu melarutkan vitamin A, vitamin

D vitamin E, dan vitamin K (Irianto, 2014).

Berdasarkan komposisi senyawa kimianya, lemak diklasifikasikan

menjadi tiga jenis yaitu lemak sederhana, senyawa lemak dan derivat

lemak. Lemak sederhana terdiri atas asam lemak dan gliserida. Lemak

kompleks meliputi fosfolipid dan lipoprotein dan derivat lemak meliputi

sterol seperti kolestrol dan jenis lemak yang melarutkan vitamin D

(Irianto, 2014).

Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserol yang

diperoleh dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa lipid

lainnya. Asam lemak pembentuk lemak dapat dibedakan berdasarkan

jumlah atom C (karbon), ada atau tidaknya ikatan rangkap, jumlah ikatan

rangkap serta letak ikatan rangkap (Departmen Gizi dan Kesehatan

Masyarakat, 2007).

Menurut (Departmen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007),

berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dibedakan menjadi asam


5

lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA), asam lemak tidak jenuh

(unsaturated fatty acids).

a. Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA)

Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) yaitu asam

lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Ini berarti asam lemak

jenuh tidak peka terhadap oksidasi dan pembentukan radikal bebas

seperti halnya asam lemak tidak jenuh. Efek dominan asam lemak

jenuh adalah peningkatan kadar kolesterol total dan K-LDL

(kolesterol LDL).

b. Asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acids)

Asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acids) adalah asam

lemak yang memiliki ikatan rangkap. Asam lemak tidak jenuh

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) memiliki satu ikatan

rangkap, tergolong dalam asam lemak rantai panjang (LCEA),

yang kebanyakan ditemukan dalam minyak zaitun, minyak

kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji kapas, dan canola.

Minyak zaitun adalah salah satu contoh minyak dengan

kandungan MUFA 77 %. Secara umum, lemak tak jenuh tunggal

memiliki efek yang menguntungkan terhadap kadar kolesterol

dalam darah, terutama bila digunakan sebagai pengganti asam

lemak jenuh.

2) Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) memiliki satu atau lebih

ikatan rangkap. PUFA bersifat cair pada suhu kamar, bahkan

tetap cair pada suhu dingin karena titik lelehnya lebih rendah

dibandingkan dengan MUFA atau SPA. Asam lemak ini banyak


6

ditemukan pada minyak ikan dan nabati seperti saflower, jagung,

dan biji matahari. Sumber alami PUFA yang penting bagi

kesehatan adalah kacang-kacangan dan biji-bijian. Contoh PUFA

adalah asam linoleat (omega-6), dan omega-3, tergolong dalam

asam lemak rantai panjang yang banyak ditemukan pada minyak

nabati/sayur dan minyak ikan.

Asam lemak esensial adalah asam lemak tak jenuh jamak

digunakan oleh organisme hewan untuk biosintesis eikosanoid, karena

hewan hanya mempunyai kemampuan yang terbatas dalam membentuk

ikatan rangkap pada asam lemak. Asam lemak esensial yang terpenting

adalah asam arakidonat, asam linolat, dan asam linoleat. Asam linoleat

dapat menggantikan asam arakidonat di dalam bahan makanan, karena

mamalia mempunyai kemampuan memperpanjang rantai (Koolman,

2000).

2. Minyak

Minyak merupakan bagian dari lipid yang berbentuk cair dalam

suhu kamar disebabkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan

tingginya kandungan asam lemak tak jenuh, yang memiliki ikatan

rangkap diantara atom-atom karbonnya, sehingga memiliki titik lebur

yang rendah. Minyak mengandung trigliserida (Wardhana, 2016).

Minyak banyak ditemukan pada tumbuhan namun juga terdapat

pada biota-biota laut. Untuk mencari kadar minyak dalam biota biasanya

melalui proses ekstraksi. Proses ekstraksi merupakan proses pemisahan

suatu zat dari campurannya dengan menggunakan zat pelarut yang sesuai.

Dalam hal ini minyak merupakan senyawa non polar maka jenis

pelarutnya juga harus non polar seperti heksana (Setyawan, 2016).


7

B. Kacang Tanah

Kacang tanah (Arachis hypogeae L) berasal dari benua Amerika.

Penyebarannya di Indonesia diperkirakan dibawa oleh pedagang-pedagang

Spanyol sewaktu melakukan pelayaran dari Meksiko menuju Maluku pada

tahun 1597.

Gambar 2.1 Kacang Tanah

Nama lain kacang tanah adalah kacang una, kacang suuk, kacang jebrol,

kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, dan kacang banggala. Dalam

bahasa inggris kacang tanah disebut peanut sering juga disebut groundnut

(Astawan, 2009).

1. Morfologi kacang tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea (L.) Merr.) merupakan anggota

famili Papilionidae, subfamili Leguminosae, genus Arachis. Genus

Arachis merupakan tanaman herba, daunnya terdiri dari 3–4 helai,

memiliki daun penumpu, bunga berbentuk kupu-kupu dengan tabung

hipantium, dan buah atau polongnya tumbuh di dalam tanah.

Sebelum tahun 1839, genus Arachis hanya dikelompokkan menjadi 1

spesies, kemudian pada tahun 1841 berkembang menjadi 5 spesies, 6

spesies, 9 spesies, dan terakhir dikelompokkan menjadi 22 spesies yang

didasarkan pada struktur morfologi, kesesuaian silang, dan fertilitas dari

turunannya, salah satunya adalah Arachis hypogaea Linn. Spesies ini


8

dibagi menjadi 2 subspesies, yaitu subspesies hypogaea yang terdiri dari

varietas hypogaea dan varietas hirsuta dan subspesies fastigiata yang

terdiri dari varietas fastigiata (tipe Valencia) dan varietas vulgaris (tipe

Spanish). Subspesies hypogaea memiliki percabangan menjalar

(procumbent), menjalar dengan ujung mengarah ke atas (decumbent), atau

tegak (erect). Cabang dan bunganya terbentuk secara berselang-seling

pada cabang primer atau sekunder, pembungaannya sederhana dan

biasanya bunga tidak muncul pada batang utama, 2 sampai 4 biji per

polong dengan polong berparuh, biasanya biji memiliki masa dorman, dan

daun berwarna hijau gelap.

Pada subspesies fastigiata pertumbuhannya tegak sampai menjalar

agak tegak, bunganya sederhana atau majemuk, dan muncul tidak hanya

pada cabang tetapi juga pada batang utama. Umumnya biji tidak

mengalami dormansi, dan warna daun lebih terang dibanding subspesies

hypogaea (Trustinah, 2015).

2. Kandungan kimia kacang tanah

Kadar protein pada kacang tanah mencapai 25 gram per 100 gram

kacang tanah. Protein kacang merupakan protein nabati berkualitas tinggi

yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak, vegetarian, dan orang

yang mengonsumsi sedikit daging. Kacang tanah merupakan bahan

pangan sumber minyak. Kadar minyak kacang tanah mencapai 43 gram

per 100 gram kacang tanah. Kacang tanah kaya akan asam lemak tidak

jenuh yang dapat menurunkan kolesterol darah. Kadar asam lemak tak

jenuh pada kacang tanah mencapai 21%, sedangkan asam lemak jenuhnya

mencapai 10% (Astawan, 2009).


9

Setiap 100 gram kacang tanah mengandung 2 gram serat pangarn

yang berarti telah memenuhi 10% kebutuhan serat pangan setiap hari Dari

konsumsi 100 gram kacang tanah telah terpenuhi 25% kebutuhan vitamin

E dalam sehari Vitamin E terbukti sebagai antioksidan yang bisa

mengurangi resiko penyakit jantung koroner. Kacang tanah juga kaya

vitamin B yang berguna untuk mencegah cacat janin dalam kandungan.

Vitamin B juga mengurangi homosistein dalam darah yang bisa

menimbulkan penyakit jantung (Astawan, 2009).

Minyak yang dikandung pada kacang tanah bukan lemak yang dapat

menyebabkan kolesterol, melainkan lemak tidak jenuh yang justru

bermanfaat bagi tubuh karena dapat menurunkan total kolesterol. Lemak

yang dapat meningkatkan kolesterol adalah lemak jenuh yang banyak

terdapat pada produk hewani. Lemak tidak jenuh mampu menurunkan

kolesterol LDL dan meningkatkan kolesterol HDL. Kolesterol LDL

dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena dapat menyebabkan

penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah. LDL merupakan

pembawa kolesterol terbanyak, yaitu kurang lebih 60% dari kolesterol

total plasma sedangkan HDL sering disebut sebagai lemak yang "baik"

karena dalam operasinya, membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding

pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati (Astawan, 2009).

C. Ekstraksi

1. Pengertian

Ekstraksi merupakan proses pemisahan senyawa tertentu yang

terdapat pada suatu bahan dengan bantuan pelarut. Pelarut yang

digunakan harus sesuai dengan karakteristik senyawa yang diinginkan.


10

Metode yang diduga efektif dalam mengekstrak senyawa bioaktif

soxhletasi. Prinsip soxhletasi adalah penyaringan yang berulang-ulang

sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif

sedikit. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam

secara berulang-ulang (Setyawan, 2016)

2. Ekstraksi sokletasi

Metode soxhlet merupakan salah satu metode ekstraksi yang

menggunakan alat soxhlet dengan pelarut pelarut organik seperti metanol,

aseton, kloroform (CHCl3), dan benzena/benzol. Metode ini adalah

metode paling baik digunakan dalam memisahkan senyawa bioaktif dari

alam. Cara ini memiliki beberapa kelebihan dibanding yang lain antara

lain sampel kontak dengan pelarut yang murni secara berulang,

kemampuan mengekstraksi sampel lebih tanpa tergantung jumlah pelarut

yang banyak. Karena bagaimanapun, dengan alasan toksisitas, prosedur

obat dan pengobatan harus menekan penggunaan pelarut dalam proses

farmasetis. Penggunaan pelarut juga dapat mempengaruhi kinetika

kristalisasi dan morfologi kristal dari produk (Setyawan, 2016).

Gambar 2.2 Alat Soxhlet


11

Keterangan alat oleh Setyawan (2016):

1) Kondensor, berfungsi sebagai pendingin

2) Timbel, berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang akan diambil

zatnya

3) Pipa F, berfungsi sebagai jalannya atau lewatnya uap bagi pelarut

(n-heksana) yang menguap

4) Sifon, berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon

larutannya penuh kemudian jatuh kedalam labu alas bulat, maka itu

adalah 1 siklus

5) Labu alas bulat, berfungsi sebagai wadah bagi sampel pelarut

(n-heksana)

6) Kompor listrik, berfungsi sebagai pemanas untuk memanaskan

temperatur larutan.

D. Metode Evaporasi

Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut

sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.

Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri

dari zat terlarut yang tidak mudat menguap dan pelarut yang mudah menguap.

Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak

sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair,

kadang-kadang zat cair yang sangat viskos dan bukan zat padat. Begitu pula,

evaporasi berbeda dengan distilasi karena disini uapnya biasanya komponen

tunggal, dan walaupun uap itu merupakan campuran dalam proses evaporasi

ini tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Biasanya


12

dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan produk yang berharga

dan uapnya biasanya di kondensasikan dan di buang (Putri, 2012).

Evaporator adalah alat yang banyak digunakan dalam industri kimia

untuk memekatkan suatu larutan. Pada proses fisik, evaporator memerlukan

energi untuk mengubah cair menjadi uap. Evaporator menggunakan proses

penguapan untuk menurunkan pelarut, evaporator membutuhkan panas dalam

pengoperasiannya. salah satu sumber panas untuk evaporator berasal dari uap

air yang terbentuk dari boiler steam atau buangan uap proses lain (Abbas,

2012).

Rotary vakum evaporator adalah instrumen yang menggunakan prinsip

destilasi (pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada

penurunan tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga

berguna agar pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya.

Instrumen ini lebih disukai, karena hasil yang diperoleh sangatlah akurat. Bila

dibandingkan dengan teknik pemisahan lainnya, misalnya menggunakan

teknik pemisahan biasa yang menggunakan metode penguapan menggunakan

oven. Maka bisa dikatakan bahwa instrumen ini akan jauh lebih unggul.

Karena pada instrumen ini memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik

pemisahan yang lainnya. Dan teknik yang digunakan dalam rotary vakum

evaporator ini bukan hanya terletak pada pemanasannya tapi dengan

menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu alas bulat dengan

kecepatan tertentu. Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut akan

menguap dan senyawa yang larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap

namun mengendap. Dan dengan pemanasan dibawah titik didih pelarut,

sehingga senyawa yang terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi

(Abbas, 2012).
13

Gambar 2.3 Alat Evaporator

Keterangan alat oleh Abbas (2012):

1. Hot plate berfungsi untuk mengatur suhu pada waterbath dengan

temperatur yang diinginkan (tergantung titik didih dari pelarut).

2. Waterbath sebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot plate untuk labu

alas yang berisi sampel.

3. Ujung rotor “sampel” berfungsi sebagai tempat labu alas bulat sampel

bergantung.

4. Lubang kondensor berfungsi pintu masuk bagi air ke dalam kondensor

yang airnya disedot oleh pompa vakum.

5. Kondensor berfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses

perubahan fasa, dari fasa gas ke fasa cair.

6. Lubang kondensor berfungsi sebagai pintu keluar bagi air dari dalam

kondensor.

7. Labu alas bulat penampung berfungsi sebagai wadah bagi penampung

pelarut.

8. Ujung rotor “penampung” berfungsi sebagai tempat labu alas bulat

penampung bergantung.
BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum percobaan lipid ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 18

Oktober, 2018 pukul 08.00 – 16.30 WITA di Laboratorium Kimia Organik

Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah aerator,

corong, blender, ember, evaporator, gelas kimia 250 mL, gunting, hot

plate, kondensor, klem, labu alas bulat 500 mL, neraca analitik, pipa F,

selang, sendok tanduk, spatula, dan statif.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah

aluminium foil, aquades, batu didih, benang, kacang tanah kupas ±50

gram, es batu, kertas saring, larutan kloroform (CHCl3) sebanyak 200 ml,

dan vaselin.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Kacang tanah diangin-anginkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan dan

ditimbang sebanyak 50,0034 gram.Kacang tanah dibungkus

menggunakan kertas saring dan diikat dengan benang sehingga

membentuk selongsong kemudian dimasukkan ke daam pipa F.

14
15

2. Labu alas bulat diisi dengan larutan kloroform ± 200 mL dan batu didih.

3. Alat soxhlet dirangkai dengan sistematis.

4. Hot Plate dinyalakan. Proses ekstraksi berlangsung selama ±2 jam.

5. Setelah dilakukan proses ekstraksi soxhletasi, selanjutnya dilakukan

proses evaporasi menggunakan alat evaporator. Ditunggu hingga pelarut

menguap dan terpisah dari minyak.

6. Minyak dimasukkan ke dalam wadah kemudian ditimbang.

7. Volume minyak yang diperoleh dihitung untuk mengetahui kadar minyak

dalam kacang tanah.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel hasil pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan

No. Perlakuan Hasil

1. Volume kloroform 200 mL

2. Hasil sirkulasi 2 kali

3. Warna minyak hasil ekstraksi Kuning

2. Analisis Data

a. Diketahui:

1. Bobot sampel (kacang tanah) = 50,0034 gram

2. Bobot botol kosong = 122,9496 gram

3. Bobot botol kosong + Minyak = 136,2420 gram

b. Ditanyakan:

Berapa kadar minyak yang terkandung dalam kacang tanah?

c. Penyelesaian:

Bobot minyak = (Bobot botol kosong + Minyak) – Bobot botol kosong

= 136,2420 gram – 122,9496 gram


= 13,2924 gram

Bobot minyak (gram)


Kadar minyak = x 100%
Bobot sampel (gram)
13,2924 gram
= x 100%
50,0034 gram
= 0,2658 × 100%
= 26,58 %

19
17

Jadi, kadar minyak yang terkandung dalam 50,0034 gram kacang

tanah sebanyak 26,58%.

B. Pembahasan

Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah kacang tanah.

Kacang tanah terbukti memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi Kadar

minyak kacang tanah mencapai 43 gram per 100 gram kacang tanah. Kacang

tanah kaya akan asam lemak tidak jenuh yang dapat menurunkan kolesterol

darah. Kadar asam lemak tak jenuh pada kacang tanah mencapai 21% ,

sedangkan asam lemak jenuhnya mencapai 10% (Astawan, 2009). Metode

yang digunakan adalah metode soxhletasi. Prinsip soxhletasi adalah

penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan

pelarut yang digunakan relatif sedikit. Pelarut organik dapat menarik senyawa

organik dalam bahan alam secara berulang-ulang. Pelarut yang digunakan

adalah kloroform (CHCl3) karena lipid bersifat tidak larut dalam air, tetapi

larut dalam pelarut organik non polar dan salah satunya adalah kloroform.

Selain kloroform pelarut lain yang bisa digunakan adalah eter, aseton,

benzena, dan pelarut organik non polar lainnya.

Sampel diangin-anginkan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar air

dalam sampel. Sampel dihaluskan agar dapat dimasukkan ke dalam alat dan

memudahkan proses ekstraksi. Penimbangan pada sampel berguna untuk

mengetahui berat/bobot sampel. Penggunaan kertas saring dalam pembuatan

selongsong dilakukan agar ampas pada sampelnya tidak ikut kedalam labu

alas bulat ketika diekstraksi. Pelarut yang digunakan adalah pelarut kloroform

karena lipid bersifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik

non polar dan salah satunya adalah kloroform. Posisi sifon harus lebih tinggi
18

dari pada sampelnya karena dikhawatirkan sampel yang berada diposisi atas

tidak terendam oleh pelarut. Penambahan batu didih ke dalam labu alas bulat

yang berisi kloroform berguna untuk meratakan pemanasan agar tidak terjadi

peledakan ke dalam labu alas bulat. Pelarut dipanaskan agar uapnya naik

melewati soxhlet menuju pipa pendingin. Dilakukan proses evaporasi pada

larutan agar pelarut kloroform menguap dan terpisah dari minyak. Larutan

didiamkan kembali selama beberapa saat untuk memastikan bahwa pelarut

benar-benar menguap dan terpisah dari minyak.

Berdasarkan percobaan diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian

kadar minyak yang kami dapatkan adalah sebanyak 13,2924 gram dalam

50,0034 gram kacang tanah. Hasil tersebut berbeda dengan teori dari Astawan

(2009) yang mengatakan bahwa kadar minyak kacang tanah mencapai 43

gram per 100 gram kacang tanah. Berarti untuk 50 gram kacang tanah

menghasilkan 21,5 gram minyak. Perbedaan kadar minyak yang cukup besar

ini bisa dikarenakan perbedaan akurasi pada proses ekstraksi metode

soxhletasi. Seharusnya pada metode soxhletasi ini melalui sirkulasi minimal

sebanyak 6 kali, sedangkan pada praktikum dilakukan hanya melalui 2

sirkulasi saja.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Cara memisahkan minyak dengan kacang tanah yaitu menggunakan

metode ekstraksi sokletasi dengan pelarut kloroform (CHCl3).

2. Kadar minyak dari 50,0034 gram kacang tanah sebanyak 13,2924 gram

gram atau 26,58% .

B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah sebaiknya

praktikum selanjutnya menggunakan metode lain dalam proses ekstraksi,

misalnya yaitu metode refluks. Agar bisa didapatkan perbandingan kadar

minyak dari metode yang berbeda.

19

Anda mungkin juga menyukai