Anda di halaman 1dari 8

1.

Jenis dan Klasifikasi Asam Amino


1.1. Jenis Asam Amino
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik
menggunakan enzim maupun dengan menggunakan asam, dengan cara ini
diperoleh campuan bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis
asam amino maupun kualitasnya masing-masing asam amino perlu diadakan
pemisahan antara asam-asam amino tersebut. Asam amino adalah sembarang
senyawa organik yang memiliki gugus fungsion alkarboksil (-COOH) dan amina
(biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya
terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau ).
Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa.
Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam
pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena
asam amino mampu menjadi zwitter-ion. (Poedjiadi, 1994).
Menurut Poedjiadi dan Supriyanti, (2009), berdasarkan jenisnya, asam
amino dapat dibedakan menjadi 20 macam, antara lain:
Berdasarkan hasil hidrolisa total suatu protein dikelompokkan sebagai berikut :
a.) Asam amino esensial yaitu asam amino yang tidak dapat disintesa oleh tubuh
dan harus tersedia dalam makanan yang dikonsumsi. Pada orang dewasa
terdapat delapan jenis asam amino esensial :
1. Lisin, merupakan jenis asam diamino monokarboksilat. Lisin dapat
diuraikan dalam reaksi deaminasi menghasilkan asam glutarat. Lisin
dapat memberikan amino kepada asam amino lain tetapi tidak dapat
dibentuk lisin kembali, artinya tidak dapat terjadi proses reaminasi
setelah lisin mengalami proses deaminasi.

2. Leusin, merupakan jenis asam amino yang dapat diubah menjadi asam
keto melalui reaksi transaminasi oksidatif. Kemudian asam keto ini
melalui beberapa tahap reaksi yang kemudian diubah menjadi asetil
KoA. Leusin adalah asam amino esensial yang disintesis oleh
organisme mikro atau tumuhan dari asam piruvat.
3. Isoleusin, merupakan jenis asam amino yang metabolismenya
mengalami reaksi transaminasi oksidatif sehingga terbentuk asam keto.
Kemudian asam ini melalui tahap reaksi yang kemudian diubah
menjadi asetil KoA dan propionil KoA.
4. Valin, merupakan jenis asam amino yang dapat diubah menjadi
suksinil KoA yang kemudian masuk ke daam siklus asam sitrat.Dalam
metabolismenya, valin diubah menjadi asam ketoisovalerat degan
transaminasi lalu diubah berturut-turut menjadi isobutiril KoA dan
suksinil KoA.
5. Threonin, merupakan jenis asam amino yang mengalami metabolisme
seperti serin . Asam ketobutirat kemudian diubah menjadi propionil
KoA yang selanjutnya diubah menjadi suksinil KoA. Reaksi
pemecahan threonin terjadi berlangsung oleh enzim aldolase treonn
dan piridoksalfosfat sebagai koenzim.
6. Fenilalanin, merupakan jenis asam amino yang dapat diubah menjadi
tirosin yang kemudian melalui beberapa tahap reaksi dan dapat diubah
menadi asam formiat dan asam asetoasetat. Reaksi pembentukan
fenilalanin adalah reaksi tidak reversibel, karenanya fenilalanin adalah
asam amino esensial.
7. Methionin, merupakan jenis asam amino yang dapat diubah menjadi
sistein. Homoserin dapat dibentik pada reaksi pengubahan metionin
menjadi sistein yang kemudian dapat diubah menjadi asam
ketobutirat.
8. Tryptophan, merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein
yang bersifat esensial bagi manusia. Bentuk yang umum pada mamalia
adalah, seperti asam amino lainnya, L-triptofan. Meskipun demikian

D-triptofan ditemukan pula di alam (contohnya adalah pada bisa ular


laut kontrifan). Gugus fungsional yang dimiliki triptofan, indol, tidak
dimiliki asam-asam amino dasar lainnya. Triptofan adalah prekursor
melatonin (hormon perangsang tidur), serotonin (suatu transmiter pada
sistem saraf) dan niasin (suatu vitamin) (Colby, 1985).
9. Histidin, merupakan jenis asam amino yang dapat memperkecil
tekanan darah dan meningkatkan pengeluaran asam lambung.
Metabolismenya berlangsung di hati melalui beberapa tahap reaksi,
histidin diubah menjadi asam glutamat oleh enzim histidase dan
urokinase.
10. Arginin, merupakan jenis asam amino yang mengalami siklus urea
yang menghasilkan urea dari CO2 dan NH3. Arginin diubah oleh enzim
arginase menjadi ornitin dan urea. Selanjutnya sebagian dari ornitin
diubah menjadi prolin dan asam glutamat yang kemudian menjadi
asam ketoglutarat yang masuk ke dalam siklus asam sitrat. Arginin
dalam tubuh dapat berfungsi sebagai pengganti sel yang rusak.
b. Asam amino non esensial yaitu asam amino yang dapat disintesa oleh tubuh
antara lain :
1. Alanin, merupakan jenis asam amino yang dapat diubah menjadi asam
piruvat melalui proses transaminasi yang bersifat reversibel. Alanin adalah
asamm amino nonesensial yang dapat dibat dalam tubh melalui reaksi
transaminasi piruvat dengan asam glutamat atau asam amino lain.
2. Asparagin, merupakan jenis asam amino yang diubah menjadi asam
aspartat dengan bantuan enzim asparaginase. Dari asam aspartat tersebut
dapat dibentuk asparagin dengan bantuan enzim asparagin sintetase.
Dalam reaksi ini diperlukan bantuan asam amino dan ATP sebagai sumber
energi.
3. Asam aspartat, merupakan jenis asam amino yang berasal dari asparagin
yang kemudian diubah menjadi asam oksaloasetat. Kemudian asam
aspartat dapat membentuk beberapa buah asam amino esensial yaitu lisin,

metionin, treonin, dan isoleusin. Sebaliknya, asam aspartat dibentuk dari


asam oksaloasetat dengan reaksi transaminasi.
4. Asam glutamate, merupakan jenis asam amino yag banyak terlihat dalam

reaksi tranaminasi dengan bantuan enzim glutamat transaminase, suatu


enzim yang mempunyai aktivitas tinggi dan terdapat banyak jaringan
hewan. Asam glutamat diubah mnenjadi asam ketoglutarat.
5. Glutamin, merupakan jenis asam amino yang dapat diubah menjadi asam

glutamat oleh enzim glutaminase dalam reaksi deaminasi yang tidak


bersifat reversibel. Glutamin memiliki enzim glutamin sintase yang
membantu proses biosintesis yang terdapat pada ginjal, otak, dan retina.
6. Tirosin, merupakan jenis asam amino yang dapat diubah menjadi asam
p-hidroksifenilpiruvat dengan transaminasi yang berlangsung dengan
bantuan enzim tirosin ketoglutarat tranaminase dan piridoksal fosfat
sebagai koenzim. Lalu diubah kembali menjadi asam fumarat dan asam
asetoasetat yang kemudian diubah menjadi asetil KoA dan asam asetat.
7. Sistein, merupakan jenis asam amino yang dapat diubah menjadi asam
piruvat melalui tiga cara yaitu reaksi pengubahan sistein dengan enzim
sistein desulfihidrase, melalui pembentukan asam sistein sulfat, dan
melalui reaksi transaminasi membentuk asam tiolpiruvat kemudian diubah
menjadi asam piruvat.
8. Glisin, merupakan jenis asam amino yang mengalami reaksi deaminasi
oksidatif oleh glisin oksidase yang terdapat pada jaringan hati dan ginjal.
Dalam reaksi metabolismenya, glisin akan diubah menjadi asam glioksilat
dan amonia yang kemudian dapat diuraikan menjadi formaldehida dan
karbondioksida. Dapat berfungsi dalam proses penawar racun.
9. Serin, merupakan jenis asam amino yang dibentuk dari asam 3-fosfogliserat
yang merupakan salah satu dari proses glikolisis. Metabolisme serin
berlangsung melalui reaksi deaminasi dan menghasilkan asam piruvat. Serin
juga merupakan bagian dari fosfatifil yaitu lipid yang terdapat dalam otak.

10. Prolin, merupakan jenis asam amino yang kemudian diubah menjadi asam
glutamat dengan bantuan enzim. Kemudian asam glutamat diubah menjadi
asam ketoglutarat dan menjadi suksinat yang kemudian menjadi asam
sitrat dengan beberapa tahapan siklus asam sitrat.
1.2. Klasifikasi Asam Amino
Terdapat 20 macam asam amino yang ditemukan dalam protein. Berdasarkan
gugus R-nya asam amino terdiri dari:
1. Asam Amino dengan gugus R-nya berupa hidrogen atau rantai karbon
yaitu glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin dan fenilalanin
2. Asam Amino dengan gugus R-nya mengandung gugus hidroksil (-OH)
yaitu Serin, treonin, dan tirosin
3. Asam Amino dengan gugus R-nya mengandung gugus karboksil
(-COOH) yaitu asam aspartat dan asam glutamat.
4. Asam Amino dengan gugus R-nya mengandung N yaitu asparagin,
glutamin, lisin, arginin, histidin dan triptofan
5. Asam Amino dengan gugus R-nya mengandung S yaitu sistein, metionin
6. Asam Amino dengan gugus R-nya membentuk ikatan siklik dengan gugus
amin yaitu prolin
Klasifikasi protein dapat dilakukan dengan berbagai cara : (Nurhayati,
2010)
Berdasarkan bentuknya :
a.) Protein fibriler (skleroprotein)
Protein ini adalah protein yang berbentuk serabut. Protein ini tidak larut
dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan garam, asam basa ataupun alkohol.
Contohnya kolagen yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot,
keratin pada rambut, dan fibrin pada gumpalan darah.
b.) Protein globuler atau steroprotein
Protein ini merupakan protein yang berbentuk bola. Protein ini larut
dalam larutan garam dan asam encer, juga lebih mudah berubah dibawah
pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam dan basa dibandingkan
protein fibriler. Protein ini mudah terdenaturasi, yaitu susunan molekulnya

berubah diikuti dengan perubahan sifat fisik dan fisiologiknya seperti yang
dialami oleh enzim dan hormon.
Berdasarkan Adanya Senyawa Lain:

1. Protein sederhana, tidak mengandung senyawa non protein


2. Protein yang mengandung senyawa non protein, contonya Nukleoprotein
(P+asam nukleat), Glikoprotein (P+KH), Fosfoprotein (P+Fosfat),
Lipoprotein (P+L)
Pola Kebutuhan Asam Amino dan Skor Asam Amino Bagi Evaluasi Protein
(mg/g N). Sumber : Winarno, 1992
Asam amino
Isoleusin
Leusin
Lisin
Methionin + sistin
Fenilalanin + tirosin
Treonin
Triptofan
Valin
3.

Bayi
220
500
325
180
394
275
56
294

Pola Kebutuhan
Anak 10-12 thn
Dewasa
230
113
350
156
469
138
213
150
213
156
275
81
30
44
256
113

Pola scoring
250
440
340
220
380
250
60
310

Daftar Pustaka

Colby, D. S., 1985. Ringkasan Biokimia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Poedjiadi, A., 1994. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta.
Poedjiadi, A dan Supriyanti, F.M.T. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Edisi Revisi. UI
Press. ISBN 979-456-119-3. 472 hlm.

Anda mungkin juga menyukai