Anda di halaman 1dari 5

Bawang Putih Sebagai Feed Additive Untuk Ayam

Oleh : Putri Anggraini


ABSTRACK
Penggunaan antibiotik sintetik dalam dunia peternakan ayam dapat menimbilkan
dampak negatif bagi kesehatan ternak dan manusia. Antibiotik sintetik mengakibatkan residu
bahan kimia berbahaya dalam produk yang dihasilkan dan menyebabkan resistensi bakteri
bakteri berbahaya yang terdapat didalam tubuh ayam.bawang putih memiliki kandungan
senyawa aktif yang terbukti mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik didalam
tubuh ayam. beberapa senyawa aktif yang terkandung didalam umbi bawang putih adalah
allicin, selenium dan metilatil trisulfida. Ketiga senyawa aktif ini mampu membantu
terjadinya proses metabolisme di dalam tubuh ayam yang jauh lebih baik. Adanya beberapa
kandungan senyawa aktif ini membuat bawang putih berpotensial untuk digunakan sebagai
feed additive pengganti antibiotik sintetik pada ternak ayam. Sudah banyak para ahli yang
melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian bawang putih tarhadap
performans, produktivitas serta kesehatan ayam. Mereka mencampurkan ekstrak bawang
putih kedalam ransum yang akan diberikan kepada ayam. Hasil penelitian dibandingkan
dengan hasil penelitian yang tidak menggunakan bawang putih tetapi menggunakan
antibiotik sintetik. menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulbardi dan Bintang
( 2007) pemberian tepung bawang putih sebanyak 0,02% mampu merangsang pertambahan
bobot badan ayam broiler lebih cepat, dengan pencapaian konversi pakan sebesar 1,81 dan
diikuti dengan penurunan jumlah konsumsi pakan oleh ayam broiler. Sedangkan untuk ayam
petelur, menurut Maryam et al (2003), pemberian ektrak bawang putih sebanyak 4% pada
ransum ayam petelur yang diinfeksi aflaktosin 0,4 mg AFB1/kg BH dapat meningkatkan
bobot badan dan produksi telur serta dapat mengurangi kadar residu aflaktosin pada telur
yang dihasilkan.
Kata kunci : ayam, bawang putih, feed additive, antibiotik sintetik, allicin.

Pendahuluan
Feed additive atau imbuhan pakan biasa digunakan didalam campuran pakan ternak.
Penggunaan feed additive dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas, kesehatan dan
keadaan gizi ternak. Beberapa jenis Feed additive yang biasa digunakan para peternak ayam
khususnya ayam petelur dan pedaging adalah antibiotika sintetik, enzim, probiotik, asam
organik, flavor dan antioksidan. Antibiotika sintetik adalah jenis feed additive yang paling
banyak digunakan oleh para peternak.
Penggunaan feed additive jenis antibiotik sintetik ini banyak memberikan pengaruh
yang buruk pada produk yang dihasilkan oleh ternak. Salah satunya adalah residu bahan
bahan kimia yang terkandung didalam antibiotik sintetik ini ke dalam produk yang dihasilkan
seperti telur dan daging. Bahan bahan kimia yang teresidu ini sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia.

Tidak hanya memberikan imbuhan pakan, untuk meningkatkan produktivitas ternak


mereka para peternak unggas jenis ayam biasanya juga memberikan pakan yang memiliki
kadar lemak tinggi. Dengan pemberian pakan yang mengandung lemak tinggi efisiensi pakan
oleh ternak akan lebih tinggi namun produk yang dihasilkan tidak aman untuk dikonsumsi.
Karena memiliki kandungan kolestrol yang tinggi. Bahan pangan yang mengandung kadar
kolestrol tinggi tidak aman untuk dikonsumsi karena dapat mengakibatkan dampak yang
buruk bagi kesehatan kita.
Selain produktivitas dan produk yang dihasilkan, pakan juga dapat mempengaruhi
kesehatan dari ternak yang kita pelihara. Ada beberapa jenis penyakit unggas khususnya jenis
ayam yang disebabkan oleh faktor pakan seperti Aflatoksikosis. Penyakit ini bersifat kronis,
dan akut pada ternak ayam. Aflatoksikosis adalah penyakit yang disebabkan karena adanya
kontaminasi Aflaktosin (senyawa kumrin yang dihasilkan oleh kapang jenis Aspergillus spp)
pada pakan ternak (IARC, 1993; Ginting, 1998).
Bawang putih adalah salah satu jenis tanaman herbal yang selain digunakan sebagai
bumbu dalam masakan juga bisa digunakan sebagai obat. Kandungan senyawa aktif yang
terdiri atas allisin dan ajoene serta senyawa flavonoid dalam bawang putih menjadikannya
dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan di dalam tubuh (Santosa et al., 1991; Kim et al.,
2000). Maryam et al (2003) melaporkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih sebesar 4%
pada ransum yang mengandung Aflatoksin rendah (0,4 mg AFB/kg) menunjukan adanya
peningkatan produktivitas ayam dan produksi telur ayam.
Senyawa senyawa aktif yang terkandung di dalam bawang putih diduga dapat
menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik yang biasa diberikan kepada ayam. Sehingga
efek buruk dari penggunaan antibiotik sintetik ini bisa kita hindari, kesehatan ternak terjaga
dan produk yang dihasilkan oleh ternak juga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Potensi bawang putih sebagai feed additive


Bawang putih mempunyai kandungan yaitu saponin dan flavonoid, disamping minyak
atsiri yan sama-sama berfungsi sebagai antibakteri. Saponin adalah senyawa aktif yang kuat
dan menimbulkan busa jika digosok dalam air sehingga bersifat seperti sabun (Robinson,
1995) dan mempunyai kemampuan antibakterial (Ilmi, 1995).
Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat
mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga
membran sel akan rusak dan lisis (Siswandono dan Soekarjo, 1995).Menurut Dwidjoseputro
(1994) menyatakan bahwa saponin memiliki molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik
dan molekul yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik sehingga dapat menurunkan
tegangan permukaan sel yang akhirnya menyebabkan kehancuran kuman.
Flavonoid merupakan senyawa fenol yang bersifat desinfektan yang bekerja dengan
cara mendenaturasi protein yang dapat menyebabkan aktifitas metabolisme sel bakteri
berhenti karena semua aktifitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh suatu enzim yang
merupakan protein. Berhentinya aktifitas metabolisme ini akan mengakibatkan kematian sel
bakteri (Trease dan Evans, 1978). Flavonoid juga bersifat bakteriostatik yang bekerja melelui
penghambatan sintesis dinding sel bakteri (Masya, 1985; Soedibyo, 1998).
Bawang putih mengandung minyak atsiri dengan unsur utama alliin. Alliin secara
enzimatis akan dipecah oleh enzim allinase menjadi senyawa berbau khas yaitu allicin.
Senyawa allicin dikenal mempunyai daya antibakterial yang kuat. Efek antibakteri allicin
bekerja dengan cara menghancurkan kelompok SH, yaitu kelompok Sulfhidril dan disulfida
yang terikat pada protein dan merupakan enzim penting untuk metabolisme sel bakteri serta
merupakan gugus yang penting untuk proliferasi bakteri atau sebagai stimulator spesifik
untuk multiplikasi sel bakteri. Dengan adanya allicin inilah maka pertumbuhan kuman dapat

dihambat dan proses selanjutnya mengakibatkan terjadinya kematian kuman (Mursito, 2003).
Kandungan kimia bawang putih per 100 gram bahan, dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan kimia bawang putih per 100 gram bahan

Bawang putih sebagai feed additive untuk ayam broiler


Pemberian bawang putih untuk ayam broiler dapat memberikan banyak keuntungan.
Kandungan kandungan senyawa aktif didalam umbi bawang putih mampu menggantikan
fungsi dari antibiotik sintetik didalam tubuh ayam broiler dengan jauh lebih baik. Kandungan
senyawa-senyawa aktif ini mampu memperbaiki konversi ransum, meningkatkan kesehatan
dan produktivitas ayam broiler serta mampu mengurangi kadar lemak yang terkandung
didalam daging ayam broiler. Menurut Zulbardi dan Bintang ( 2007) pemberian tepung
bawang putih sebanyak 0,02% mampu merangsang pertambahan bobot badan ayam broiler
lebih cepat, dengan pencapaian konversi pakan sebesar 1,81 dan diikuti dengan penurunan
jumlah konsumsi pakan oleh ayam broiler. Selain itu menurut Wiryawan et al (2005)
pemberian tepung bawang putih sebanyak 2,5% didalam ransum mampu meningkatkan
efisiensi pakan ayam broiler yang teinfeksi S. Typhimurium. Hal ini diduga dipengaruhi oleh
senyawa- senyawa aktif seperti allisin, selenium dan metilatil trisulfida yang terkandung
didalam umbi bawang putih. Allisin memiliki sifat anti bakteri yang mampu membunuh
bakteri bakteri patogen. Sedangkan selenium mampu bekerja sebagai anti oksidan dan
metilatil trisulfisa berperan dalam mencegah pengentalan darah. Sifat - sifat dari ketiga
senyawa aktif ini dapat mempengaruhi terjadinya proses metabolisme yang lebih baik,
sehingga proses penyerapan zat makanan dapat beralangsung lebih optimal, konsumsi ransum
lebih sedikit, yang menyebabkan angka konversi ransum lebih rendah dan pencapaian bobot
badan lebih cepat.
Hasil penelitian Hidajati (2005) memperlihatkan bahwa pemberian bawang putih
dengan dosis 2 - 3mg/ekor /hari mampu menurunkan kadar kolestrol yang terkandung
didalam daging serta meningkatkan persentase karkas ayam broiler lebih baik jika
dibandingkan dengan ayam broiler tanpa pemberian bawang putih. Menurut Sunarto dan
Pikir (1995) penurunan kadar kolestrol pada daging ayam broiler ini disebabkan karena
adanya efek hipokolesterolemik dari senyawa aktif bawang putih yaitu allicin (disulphideoxide tidak jenuh). Allicin mampu mengikat gugus SH group dari Ko-A, menyebabkan
NADH dan NADPH yang dibutuhkan dalam proses pembentukan kolestrol dihati menurun.
Penurunan ini menyebabkan kolestrol yang terkandung didalam hati ayam akan berkurang
sehingga kolestrol yang ditransfer oleh darah ke daging melalui pembuluh darah juga
berkurang.

Bawang putih sebagai feed additive untuk ayam petelur


Pada ayam petelur, pemberian ekstrak bawang putih dalam ransumnya mampu
memberikan efek yang cukup baik juga tidak jauh berbeda dengan ayam broiler. Senyawa
senyawa aktif yang terkandung didalam umbi bawang putih mampu menggantikan fungsi
antibiotik sintetik di dalam tubuh ayam petelur. Jika pada ayam broiler lebih terfokus pada
kualitas daging yang dihasilkan dan tingkat konsumsi ransum, maka pada ayam petelur lebih
terfokus pada kualitas dan tingkat produksi telur yang dihasilkan. Sutama dan Lindawati
(2005) melaporkan, ayam petelur yang diberi suplementasi bawang putih sebesar 4% dalam
ransumnya secara nyata mampu menurunkan kolesterol telur yang dihasilkan. Sedangkan
untuk pemberian suplementasi bawang putih sebesar 2-6% dalam ransumnya tidak

memberikan pengaruh terhadap konsumsi ransum dan produksi telur yang dihasilkan. Faktor
yang memyebabkan penurunan kadar kolestrol telur ini sama dengan faktor yang
menyebabkan terjadinya penurunan kadar kolestrol pada daging ayam broiler.
Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryam et al (2003), pemberian
ektrak bawang putih sebanyak 4% pada ransum ayam petelur yang diinfeksi aflaktosin 0,4
mg AFB1/kg BH dapat meningkatkan bobot badan dan produksi telur serta dapat mengurangi
kadar residu aflaktosin pada telur yang dihasilkan. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh
jenis ayam yang digunkan dalam penelitian ini. Untuk penelitian yang dilakukan oleh Sutama
dan Lindawati menggunakan ayam petelur yang sehata tanpa infeksi aflaktosin sedangkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Maryam et al menggunakan ayam petelur yang diinfeksi
dengan aflaktosin sehingga menyebabkan respon yang berbeda.

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:


Bawang putih memiliki kandungan kandunga senyawa aktif yang mampu menggantikan
fungsi dari antibiotik sintetik bila di berikan kedalam pakan ayam sehingga kita tidak perlu
lagi menggunakan antibiotik sintetik untuk ternak ayam kita.
Untuk hasil yang memuaskan, pemberian bawang putih dalam ransum ayam harus sesuai
dosis yang diterapkan didalam beberapa penelitian yaitu berkisar antara 2-6%.
Dengan menggunakan bawang putih sebagai feed additive untuk ternak ayam, kita akan
memperoleh produk ayam yang berkualitas dengan kadar kolestrol rendah sehingga aman
untuk kita konsumsi.

Daftar Pustaka
Hidajati, novel. 2005. Peran Bawang Putih (Allium sativum) dalam Meningkatkan kualitas Daging
Ayam Pedaging. Media Kedokteran Hewan Vol. 21, No. 1, Januari 2005: 32-34.
Maryam,R., Y.Sani, S.Juariah, R.Firmansyah, dan Miharja. 2003. Efektivitas Ekstrak Bawang Putih
(Allium Sativum Linn). Dalam Penanggulangan Aflatoksikosis Pada Ayam Petelur. Jurnal
ilmu ternak dan veteriner Vol. 8 No. 4 Th 2003 : 239 - 246.
Muhammad. Z., dan I.A.K. Bintang. Mencapai Bobot Badan Siap Pasar Melalui Penggunaan
Bawang Putih (Allium sativum L) pada Ransum Komersial untuk Ayam Broiler. Jurnal
Indonesia Tropic Animal Agriculture Vol. 32 No. 3 Th 2007: 167 172.
Purwaningsih, E. 2005. Manfaat Bawang Putih.. Ganesa Ecsat, Bandung.
Purwanti,S.2008.Kajian Efektivitas Pemberian Kunyit, bawang putih dan Zink Terhadap Performa,
Kadar Lemak, Kolesterol dan Status Kesehatan Broiler (Tesis). Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Santosa, H.B. 1991. Bawang Putih. Kanisius, Jakarta.
Sunarto, P., dan B. S. Pikir. 1995. Pengaruh Garlic terhadap Penyakit Jantung koroner. UPF
Kardiologi Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga: Surabaya.
Sutama,S.I.N., dan Sri .A.L. Pengaruh Suplementasi Bawang Putih (Allium sativum L) terhadap
Produksi dan Kandungan Kolestrol Telur Ayam Hysex Brown. Animal Production Vol. 10
No. 3 Th 2005 : 168 -173.

Wiryawan, K. G., S. Suharti dan M. Bintang. 2005. Kajian Antibakteri Temulawak, Jahe dan Bawang
Putih terhadap Salmonella typhimurium serta Pengaruh Bawang Putih terhadap Performans
dan Respon Imun Ayam Pedaging. Media Peternakan Vol. 28, No. 2 Agustus 2005 : 52-62.

Anda mungkin juga menyukai