PENDAHULUAN
Faktor yang menentukan kelezatan dan daya terima daging antara lain
warna, daya ikat air oleh protein atau water-holding capacity (WHC), kesan jus
daging (juiciness), tekstur, keempukan, rasa atau flavor, dan nilai pH daging
(Soeparno, 2005). Kualitas fisik dan sensoris pangan (Isleten dan Karagul-Yuceer,
2006) termasuk daging sangat menentukan akseptabilitas konsumen terhadap
daging yang akan dikonsumsi yang dapat dipengaruhi salah satunya oleh pakan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pengamatan ini untuk mengetahui kualitas fisik karkas pada
daging ayam, dengan parameter yang diamati yaitu uji pH, penentuan kadar air,
daya ikat air dan susut masak,
1.3 Manfaat
Manfaat dari pengamatan ini yaitu dapat mengetahui kualitas fisik karkas
pada daging ayam.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Karkas ayam pedaging adalah bagian tubuh ayam broiler hidup setelah
dikurangi bulu, dikeluarkan viscera dan lemak abdominalnya, dipotong kepala
dan leher serta kedua kakinya (Sulandari et al., 2017). Karkas tersusun dari lemak,
jaringan kulit, tulang, daging dan lemak. Tingkat konsumsi ransum dan energi
berpengaruh pada komposisi karkas.
2.2.1 Uji pH
Kadar air daging merupakan komposisi kimia yang paling banyak dari
daging. Kadar daging broiler segar adalah 65 - 80% (Forest et al., 2012) yang
disitasi Afrianti et al., 2013). Kadar air daging broiler dipengaruhi oleh umur
ternak, semakin tua umur ternak kandungan air akan semakin turun. Kadar air
daging broiler juga mempunyai korelasi negatif dengan kadar lemak, dimana
kandungan kadar air yang tinggi akan menghasilkan kadar lemak yang rendah
(Soeparno, 2015).
Perubahan kadar air daging broiler erat kaitannya dengan protein otot,
kerana protein dalam otot mempunyai sifat hidrofilik yaitu sifat mengikat molekul
air dalam daging (Syamsuryadi et al., 2017). Hal ini menunjukkan kadar air
daging ayam broiler juga dapat berubah jika mendapatkan paparan 17 emisi
amonia yang berbeda, karena emisi amonia yang tinggi menyebabkan stress panas
yang mempengaruhi protein dalam otot. Kadar air mempunyai hubungan dengan
drip loss, kadar air yang tinggi diikuti dengan mudahnya air yang hilang dan
nutrient yang larut dalam air. Hal ini menunjukkan kadar air yang tinggi dapat
menyebabkan nutrien yang hilang dalam daging bisa hilang melalui proses
pemasakan (Prayitno et al., 2010).
Soeparno menyatakan bahwa daya mengikat air oleh protein daging atau
kemampuan daging untuk mengikat air yang ditambah selama ada penaruh
kekuatan dari luar, misalnya pemanasan daging. Kadar air, metode oven dilakukan
dengan Sampel nugget ditimbang (kurang lebih 5 gram) dimasukkan kedalam
cawan yang telah diketahui beratnya. Kemudian cawan yang dimasukkan kedalam
oven bersuhu 105℃ hingga diperoleh berat yang konstan. Absorpsi air atau
kapasitas gel adalah kemampuan daging menyerap air secara spontan dari
lingkungan yang mengandung cairan. Pemanasan menyebabkan perubahan daya
mengikat air (DMA), daya pengikat air mengalami perubahan besar dengan
pemanasan pada temperatur 60℃, dan penurunan DMA terjadi hingga 80℃.
berbeda dengan daging segar, daging olahan, mengandung lebih sedikit protein
dan air, tetapi lebih banyak mengandung lemak dan mineral. Kenaikan presentase
mineral pada daging olahan disebabkan karena penambahan bumbu-bumbu dan
garam, sedangkan kenaikan kalorinya disebabkan karena penambahan bahan lain
(tepung-tepungan) pada nugget. Nilai daya mengikat air pada daging yang
berbeda menurut Ockerman di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kandungan
protein dan karbohidrat daging. Semakin tinggi kandungan protein maka semakin
tinggi pula daya mengikat air. Rumus :
Daya ikat air merupakan kemampuan daging untuk mengikat air atau
menahan airnya selama mendapatkan tekanan dari luar seperti pemanasan,
pemotongan, atau penggilingan . Daya ikat air juga menentukan keempukan,
warna, dan tekstur daging yang menjadi faktor penting mutu daging. Persentase
daya ikat air pada daging ayam broiler segar sekitar 16,9 - 21, 74% (Hartono et
al., 2013).
Mekanisme perubahan nilai daya ikat air dimulai dari mulai ternak
dipotong, broiler yang sebelum dipotong dalam kondisi stress akan menghasilkan
pH akhir yang tinggi, karena jumlah glikogen dalam otot pada saat dipotong
sedikit. pH akhir yang cenderung tinggi mempengaruhi daya ikat air tinggi pada
otot daging, dan menghasilkan warna yang gelap (Fletcher; Adzitey dan Huda,
2012). Daya ikat air juga dipengaruhi oleh jumlah miofibriler protein dalam
daging, semakin tinggi miofibriler protein yang rusak, maka nilai daya ikat air
semakin turun karena banyak protein yang terdenaturasi (Hartono et al., 2013).
Area basah = a - b
0,0948
300
Susut masak adalah berat yang hilang setelah perebusan, kadar air yang
hilang merupakan indikator nilai nutrisi daging yang berhubungan dengan jus
daging yang merupakan komponen dari struktur daging. Menurut Soeparno susut
masak sangat dipengaruhi oleh hilangnya air selama pemasakan. Makin tinggi
temperature pemasakan atau makin lama watku 7 pemasakan, makin tinggi kadar
air produk daging yang hilang. Lama pemasakan dan suhu pemasakan yang
digunakan pada setiap saat perlakuan adalah sama yaitu 50 detik dan 125℃.
Selain itu menurut Haris dan Karmas, penurunan kadar air dalam produk daging
turut mempengaruhi susut masak produk daging tersebut.
B
BAB 3
METODELOGI
Praktikum Evaluasi Karkas dan Daging tentang uji kualitas fisik karkas
ayam di ruang kuliah Program Studi Peternakan dan Laboratorium Nutrisi
Makanan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, pada tanggal 28 dan
31 Oktober 2022.
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Evaluasi Karkas dan Daging untuk
uji kualitas fisik karkas ayam ini adalah air, daging ayam, dan aquades.
3.3.1 pH
1. Daging seberat 1 gram diletakkan diatas plat kaca, dialasi dengan kertas
saring, dan diberi beban 35 kg selama 5 menit.
2. Area basah yang terbentuk dihitung (luas area basah).
4.1 Hasil
Adapun hasil praktikum uji kualitas fisik karkas ayam kali ini yaitu:
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji pH
Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui jumlah kadar air yang terdapat
pada daging ayam, satuan yang digunakan adalah presentasi. Rumus yang
digunakan pada uji kadar air ini adalah :
20
= 15,1555 x 100%
20
= 75,7%
Daya ikat air (DIA) merupakan parameter kualitas daging yang sangat
terkait dengan kemampuan air, oleh karena itu daya ikat air berhubungan dengan
parameter kualitas. Daya ikat air juga menunjukkan seberapa besar kemampuan
daging untuk mengikat air dalam persen. DIA daging dipengaruhi oleh keadaan
protein daging, meskipun hanya kurang dari 5% air yang berikatan langsung
dengan gugus hidrophyl dari protein daging. Nilai daya mengikat air pada daging
yang berbeda menurut Ockerman (1983) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
kandungan protein dan karbohidrat daging. Semakin tinggi kandungan protein
maka semakin tinggi pula daya mengikat air. Tinggi rendahnya pH dapat
mempengaruhi peningkatan DIA. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrie (2005),
bahwa kehilangan air yang disebabkan oleh pengerutan pada waktu pemasakan
akan lebih besar karena suhu tinggi yang terlibat akan menyebabkan denaturasi
protein dan banyak menurunkan kapasitas mengikat air.
Kandungan air sampel (pada area basah) dapat di ukur dengan menggunakan
rumus:
Area basah = a - b
0,0948
300
Nilai a = 14
Nilai b = 3,25
= 14-3,25
= 10,75
0,0948
= 10,75 – 8,0
0,0948
= 29,008
300
300
= 66,03%
Susut masak merupakan salah satu penentu kualitas daging yang penting,
karena berhubungan dengan banyak sedikitnya air yang hilang serta nutrien yang
larut dalam air akibat pengaruh pemasakan. Semakin kecil persen susut masak
berarti semakin sedikit air yang hilang dan nutrien yang larut dalam air. Begitu
juga sebaliknya semakin besar persen susut masak maka semakin banyak air yang
hilang dan nutrien yang larut dalam air.
Dari praktikum yang dilakukan nilai A itu besarnya adalah 5 gram; nilai B
besarnya adalah 3 gram. Sehingga didapatkan, besarnya nilai susut masak dalam
daging ayam pada praktikum ini adalah
= 5 – 3 x 100%
3
= 0,67%
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pada uji kualitas fisik karkas ayam ini dapat disimpulkan
bahwa diperoleh pH pada daging ayam yang dilakukan pada praktikum ini yaitu
6. Kadar air dari praktikum yang dilakukan pada daging ayam ini didapatkan nilai
A itu besarnya 33,6852 gram, nilai B itu besarnya 20 gram, dan nilai C itu
besarnya 38,5297 gram. Sehingga didapatkan hasil kadar airnya yaitu 75,7%.
Didapatkan nilai daya ikat air sebesar 66,03 % yang mengindikasikan bahwa nilai
daya ikat air dari daging ayam yang dikur memenuhi atau melebihi standar
optimal yaitu 20-60%. Dari praktikum yang dilakukan didapatkan nilai A itu
besarnya adalah 5 gram; nilai B besarnya adalah 3 gram. Sehingga didapatkan,
besarnya nilai susut masak dalam daging ayam praktikum ini adalah 0,67 %.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini sebaiknya dalam menguji sampel harus benar-benar
karena banyak mahasiswa yang tidak mengikuti prosedur laboratorium supaya
data yang di ambil bisa akurat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 11. Sampel DIA setelah diberi Gambar 12. Hasil dari DIA
beban seberat 35 kg