Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ILMU NUTRISI TERNAK RUMINANSIA

(PERAN DAN METABOLISME ASAM PROPIONAT PADA TERNAK RUMINANSIA)

DI SUSUN OLEH
1. MUHAMMAD HASAN ( 1810611011)
2. MAYANG FERDIAN ( 1810611023 )
3. FAUZAN AFFANDI ( 1810611061 )
4. REZA BUDI KURNIA ( 1810611099 )
5. DESRI WULAN DARI ( 1810611105 )
6. MARIA ULFA ( 1810611110 )

PARALEL 07

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. Ir. HERMON, M.Agr

FAKULTAS PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI …….
………………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR .
………………………………………………………………………………....……………
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………….....................……………………
1.1 Latar belakang……………………………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………….

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………..


BAB II. PEMBAHASAN ………………………………………………………………….
2.1 Pengertian asam propionate………………………………..……………………
2.2 Sifat fisik dan kimia asam propionate ………………………………………….
2.3 Peran asam propionate pada ternak ruminansia ………………………………..
2.4 Metabolisme asam propionate…………………………………………………..
BAB III. PENUTUP ………………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………..
3.2 Saran ………………………………………………………………..………….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….....…………………..
KATA PENGANTAR

Puji beserta rasa syukur kami haturka pada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
limpahan rahmat dan kasih sayangNya serta kesepatan berupa waktu yang selalu tersedia hingga
nikmat kesehatan kami dapat menyelesaikan makalah tentang Peran dan Metabolisme asam
propionate pada ternak ruminansia. Selain itu, kami juga mengucapkan terimakasih kepada
Dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pengolahan Pakan Ternak yaitu Bapak Prof. Dr. Ir.
Hermon, M.Agr.

Kami sadar betul bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna, namun kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan
kami selaku pemakalah dan orang lain yang membaca. Untuk memperbaiki dan menambah
kekurangan dari makalah kami, kami sangat perlu kritikan dan saran yang membangun.

Padang, 08 September 2020


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan tambahan makanan (BTM) merupakan zat yang ditambahkan kedalam makanan
baik disengaja maupun tidak disengaja sewaktu pengolahan. Bahan tambahan tersebut
ditambahkan untuk mencapai tujuan tertentu seperti meningkatkan rasa, warna, aroma tekstur
maupun masa simpan suatu produk makanan. BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai
nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis pada
pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan dan/atau
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen
atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung. BTM
tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan/atau tidak diperlakukan sebagai
bahan baku pangan. BTM tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi (BPOM, 2013).
Pencernaan pada ternak sapi merupakan proses yang sangat komplek yang melibatkan
interaksi antara pakan, populasi mikroba dan ternak sapi itu sendiri. Karbohidrat merupakan
komponen utama dalam ransum ternak ruminansia. Jumlahnya mencapai 60 -75 persen dari
total bahan kering yang ada di dalam ransum. Dalam makanan kasar, sebagian besar
karbohidrat terdapat dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa, sedangkan dalam konsentrat
umumnya karbohidrat terdapat dalam bentuk pati. Karbohidrat merupakan sumber energi
utama untuk pertumbuhan mikroba rumen dan ternak induk semang. Disini  sapi diberikan
pakan dengan tingkat energy yang berbeda yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Pakan akan masuk ke dalam tubuh sapi melalui organ pencernaan. Dari mulut akan
masuk melewati esophagus menuju ke rumen. Di dalam rumen karbohidrat kompleks yaitu
selulosa, hemiselulosa, pati dan pektin akan difermentasi oleh enzim ekstraseluler
menghasilkan monomernya berupa oligosakarida, disakarida dan monosakarida. Suatu
monosakarida adalah glukosa adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan
sebagai sumber tenaga bagi hewan. monomer itu difermentasi/metabolisme lebih lanjut oleh
enzim intraseluler membentuk piruvat menghasilkan kerangka karbon (C) untuk sintesis sel
mikroba dan membebaskan sejumlah energi dalam bentuk Adenosin Tri Phospat (ATP), CO2
( Carbon diokside) dan CH4 (gas methan). CO2 dan CH4 dikeluarkan dari rumen melalui
proses eruktasi. Energi dalam bentuk ATP digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
pokok dan pertumbuhan mikroba rumen.  Piruvat adalah produk intermedier yang segera
dimetabolisasi menjadi produk akhir berupa asam lemak berantai pendek yang sering disebut
dengan Volatil Fatty Acid ( VFA ) yang terdiri dari : asam asetat, asam propionat dan asam
butirat dan sejumlah kecil asam valerat. VFA rantai pendek yaitu propionate, butirat, dan
asetat dimanfaatkan oleh ternak untuk metabolisme selanjutnya sementara VFA rantai
panjang valerat digunakan untuk pertumbuhan bakteri dalam rumen. Sebagian besar VFA
diserap langsung dari reticulorumen dan masuk kedalam aliran darah, hanya 20 persen yang
masuk ke omasum dan abomasum dan diserap disini. Asam butirat dalam rumen sebelum
diserap terlebih dulu dirubah menjadi beta hidroksi butirat dan bersama dengan asam asetat
masuk kedalam peredaran darah dalam bentuk badan-badan keton kemudian masuk ke hati,
yang nantinya dalam jaringan tubuh digunakan sebagai sumber energi dan untuk sintesis
lemak tubuh. Asam propionat setelah masuk dalam peredaran darah dibawa ke hati. Di hati
asam ini diubah menjadi glukosa. Glukosa bersama dengan keton dan asetat akan dibawa ke
otot, jaringan adipose dan glandula mamari. Di dalam otot atau jaringan yang lain glukosa,
keton dan asetat menjadi sumber energy. Di glandula mamari keton dan asetat dirubah
menjadi energy, sisanya menjadi lemak. Sementara glukosa dirombak menjadi laktosa untuk
proses produksi susu. Di jaringan adipose glukosa, keton, asetat untuk menghasilkan energy
dan sisanya menjadi lemak(trigliserida).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan asam propionate ?
2. Bagaimana sifat fisik dan sifat kimia asam propionate ?
3. Bagaimana peran asam propionate bagi ternak ruminansia ?
4. Bagaimana proses metabolismeasam propionate pada ternak ruminansia ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan apa itu asam propionate
2. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana sifat fisik dan kimia asam propionate
3. Mahasiswa dapat mengetahui peran asam propionate bagi ternak ruminansia
4. Mahasiswa dapat mengetahui proses metabolism asam propionate
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asam propionate
Asam propionat merupakan salah satu zat yang tergolong dalam bahan tambahan
makanan. Asam propionat sering dipakai untuk bahan pengawet produk roti, tepung dan keju. E-
number untuk asam propionat adalah E280 dan termasuk dalam golongan pengawet. Asam
propionat berasal dari fermentasi gula (sumber karbon) menggunakan bakteri Propionibacterium
freudenreichii, melalui metode fermentasi fed-batch (Chen et al., 2012). Propionibacterium
adalah bakteri gram positif, bakteri anaerob fakultatif, yang sering digunakan dalam pembuatan
keju swiss dan produksi vitamin B12. Sumber karbon yang digunakan sebagai sumber energi
untuk bakteri propionat hidup lebih baik menggunakan gliserol dibandingkan dengan glukosa,
karena propionat yang dihasilkan lebih banyak. Namun, kombinasi fermentasi antara glukosa
dan gliserol labih menguntungkan dibandingkan hanya menggunakan gliserol saja (Wang and
Shang-Tian, 2013).
Asam propionat sebagai bahan pengawet merupakan hasil dari sintesis kimia. Ada dua
cara yang digunakan untuk meghasilkan asam propionat, yang pertama menggunakan etilen,
karbon monooksida dan air, dan menggunakan propionaldehid yang dioksidasi, keduanya
menggunakan proses distilasi
Asam propionat memiliki struktur yang terdiri dari tiga atom karbon yang tidak dapat
dimetabolisme oleh mikrob. Dalam pangan, asam ini digunakan sebagai pengawet dan flavoring
agent. Senyawa propionat dapat berupa asam dan garam-garamnya. Garam propionat disintesis
melalui reaksi penggaraman asam propionat, sedangkan asam propionat disintesis melalui
beberapa cara, antara lain: (1) fermentasi oleh Propionibacterium, (2) reaksi antara etilen dan
karbon monoksida, (3) reaksi antara metanol dan karbon monoksida, (4) oksidasi
propionaldehida, (5) reaksi antara etilen, karbon monoksida, dan uap air.

Pengawet asam propionat ini dapat laurt dalam air, baik dalam bentuk asam dan garam natrium,
kalium, dan kalsiumnya. Pengawet ini banyak digunakan pada produk: roti, daging, buah segar,
saus apel, sirup, keju, selai, puree, tomat, jelly, dan produk olahan susu. Pengawet ini paling
banyak digunakan untuk menghambat kerusakan produk pangan karena kapang, sehingga dapat
disebut rope inhibitor.
2.2 Sifat fisik dan kimia asam propionate
Asam propionat memiliki rumus kimia CH3-CH2-COOH, dan memuliki beberapa
sinonim yaitu Propanoic acid, Carboxyethane, Ethane carboxylic acid, Ethylformic acid,
Metacetonic acid, Methylacetic acid, Prozoin, dan asam pseudoasetik (Smith and Hong-Shum,
2003) . Asam propionat berbentuk cair dan agak berminyak, berbau tengik agak tajam (FDA,
1984) dalam bentuk garam, propionat berbentuk bubuk berwarna putih, larut dalam air dan
alcohol. Titik didihnya 4.6°C pada tekanan 1mmHg, 85.8°C pada tekanan 100mmHg, 122.0°C
pada tekanan 400 mmHg, dan 141.1°C pada tekanan 760 mmHg.Kemurnian asam propionat
lebih dari 99.5% (Smith and Hong-Shum, 2003).
Asam propionat sangat mudah menguap (volatile), sehingga mudah hilang ketika produk
makanan melalui proses pengeringan. Asam propionat dapat berfungsi sebagai antioksidan, agen
pengontrol pH, pengawet, dan penguat rasa, namun yang paling sering digunakan adalah
fungsinya sebagai pengawet (Smith and Hong-Shum, 2003)
Asam propionat memiliki beberapa turunan berbentuk garam propionat seperti kalsium
propionat, asam dilauril thiopropionat, kalium propionat, sodium propionat, dan asam
thiodipropionat. Masing masing garam propionat juga berfungsi sebagai pengawet, seperti
sodium propionat digunakan untuk mengawetkan produk bakery, minuman non alcohol, keju,
permen, selai, dan lain lain.(Smith and Hong-Shum, 2003).
Asam propionat memiliki sifat fisik pertengahan antara asam-asam karboksilat kecil,
asam format dan asetat, serta asam lemak yang berukuran besar. Senyawa ini dapat tercampur di
dalam air, tetapi dapat dipisahkan dengan air dengan menambahkan garam. Sementara itu, sama
halnya dengan asam format dan asetat, senyawa ini terdiri dari sepasang molekul yang berikatan
hidrogen baik pada fasa cair dan uap. Asam propionat memperlihatkan sifat umum dari asam
karboksilat: Ia dapat membentuk turunan amida, ester, anhidrida, dan klorida. Senyawa ini dapat
mengalami halogenasi-alfa dengan bromin dalam kehadiran PBr3 sebagai katalis (reaksi HVZ)
membentuk CH3CHBrCOOH
Dalam industri, asam propionat banyak diproduksi melalui hidrokarboksilasi etilena
menggunakan nikel karbonil sebagai katalis:[13]
H2C=CH2 + H2O + CO → CH3CH2CO2H
Senyawa ini juga dapat diproduksi melalui oksidasi propionaldehida. Dalam kehadiran ion kobalt
atau mangan, reaksi ini berlangsung dengan cepat pada suhu menengah sekitar 40–50 °C:
CH3CH2CHO + 1⁄2 O2 → CH3CH2COOH.
Asam propionat dalam jumlah besar pernah diproduksi sebagai produk samping pembuatan asam
asetat. Pada saat itu, produsen asam propionat terbesar di diunia adalah BASF, dengan jumlah
produksi kira-kira 150 kt/kapasitas produksi.
Asam propionat diproduksi secara biologis sebagai ester koenzim A, propionil-KoA, dari
pemecahan metabolik asam lemak yang mengandung atom karbon ganjil, serta dari pemecahan
asam amino. Bakteri dari genus Propionibacterium memproduksi asam propionat sebagai produk
samping dari metabolisme anaerobik mereka. Jenis bakteri ini umumnya ditemukan pada perut
ruminansia dan pada kelenjar keringat manusia, dan aktivitas mereka sebagian turut bertanggung
jawab terhadap timbulnya bau seperti pada keju Swiss dan keringat. Senyawa ini juga dapat
dibiosintesis dalam usus besar manusia melalui fermentasi bakteri pada serat makanan.

2.3 Peran asam propionate bagi ternak ruminansia


Asam propionat menghambat pertumbuhan kapang dan beberapa bakteri sekitar 0.1 dan 1% berat.
Sebagai hasilnya, asam propionat yang diproduksi banyak dikonsumsi sebagai bahan pengawet pada baik
pakan hewan serta makanan untuk konsumsi manusia.
Untuk pakan ternak , senyawa ini digunakan baik secara langsung atau digunakan dalam bentuk
garam amoniumnya. Antibiotik Monensin ditambahkan pada pakan ternak untuk mendukung penghasil
propionibacteria diabnding asam asetat di dalam rumen; hal ini membuat produksi karbon dioksida lebih
sedikit dan konversi makanan yang lebih baik. Aplikasi utama lainnya adalah sebagai bahan pengawet
pada makanan yang dipanggang, menggunakan garam natrium dan kalsium.
Rangsangan utama untuk perkembangan jaringan epitel rumen adalah VFA, terutama
propionat dan butirat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Warner et al.,1956. Sehingga untuk
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan rumen, pedet sebaiknya diberikan pakan dimana
ketika didegradasi oleh mikroba rumen lebih banyak menghasilkan butirat ataupun propionat.
Butirat dan propionat merupakan hasil akhir fermentasi pakan yang berupa biji-bijian
(konsentrat) oleh mikroba rumen dan bukan merupakan hasil akhir dari pencernaan hijauan
pakan ternak seperti jerami ataupun hijauan kering (hay) yang biasanya diberikan kepada pedet.
Pemberian jerami atau hay dianggap dapat merangsang perkembangan rumen pedet, sehingga hal
tersebut merupakan suatu kekeliruan.Pada gambar dibawah ini dapat dilihat perbedaan
perkembangan rumen pedet yang diberikan pakan yang berbeda saat umur 4 minggu, 6 minggu,
8 minggu dan 12 minggu.

2.4 Metabolisme asam propionate

Anda mungkin juga menyukai