Anda di halaman 1dari 12

Ilmu Nutrisi Ternak Analisis Proksimat

BAB I

PENDAHULUAN

Bahan pakan merupakan kebutuhan pokok bagi ternak. Sebagian besar


bahan pakan terdiri dari unsur-unsur pokok yaitu air, mineral, karbohidrat, lemak
dan protein. Kelima unsur ini dibutuhkan oleh hewan ternak dan manusia untuk
pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok. Makanan ternak berisi zat
gizi dengan kandungan yang berbeda-beda, karena itu perlu dilakukan analisis
untuk mengetahui kualitas dan kuantitas zat gizi yang dibutuhkan oleh ternak.
Kualitas bahan pakan dan komponennya ini dapat dinilai melalui tiga tahapan
penilaian, yaitu secara fisik, kimia, dan biologis. Salah satu tahapan dari
penilaian ini dapat dilakukan melalui analisis proksimat. Analisis proksimat
merupakan cara analisis kimia bahan pakan berdasarkan atas komposisi kimia
dan kegunaannya, dari analisis proksimat dapat diketahui enam macam fraksi
yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar serat
kasar dan kadar bahan ekstra tanpa nitrogen (BETN). Analisis proksimat dulu
dikenal dengan analisis Weende yang berarti hasilnya hanya mendekati
sempurna.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi yang
terdapat dalam rumput gajah, untuk menganalisis kandungan nutrisi seperti
kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar serat kasar. Manfaat
dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan analisis proksimat
terhadap sampel yang diujukan (rumput gajah).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Pakan

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dicerna sebagian
atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya
(Soelistyono, 1976). Pakan adalah campuran bahan pakan yang dimakan oleh
ternak yang mengandung energi, protein, dan nutrien lainnya yang dibutuhkan
oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan selama 24 jam (Parakkasi, 1995).

Rumput gajah adalah tanaman tahunan, tumbuh tegak, mempunyai perakaran


dalam dan berkembang dengan rhizoma untuk membentuk rumpun
(Soedomo, 1985). Adaptasi rumput ini toleran terhadap berbagai jenis tanah,
tidak tahan genangan, tetapi responsif terhadap irigasi, suka tanah lempung
yang subur, tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan, tahan terhadap
lindungan sedang dan berada pada curah hujan cukup, sekitar 1000 mm/tahun
atau lebih. Kultur teknis rumput ini adalah bahan tanam berupa pols dan stek,
interval pemotongan 40 60 hari, responsif terhadap pupuk nitrogen, campuran
dengan legum seperti Centro dan Kudzu, produksinya 100 200 ton/ha/th
(segar), 15 ton/ha/th (BK), renovasi 4 8 tahun (Reksohadiprodjo, 1985).
Kandungan nutrisi yang terdapat dalam rumput gajah dalam 86 % BK yaitu 14 %
air, 11,50 % abu, 33,40 % serat kasar, 1,30 % lemak kasar, 6,00 % protein kasar
dan 34,70 % bahan ekstrak tanpa nitrogen (Hartadi et al., 1993).

2.2. Analisis Proksimat

2.2.1. Kadar air

Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan
tersebut dipanaskan pada suhu 105 C. Bahan kering dihitung sebagai selisih
antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan
hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 2005). Kadar air adalah persentase
kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah
(wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode pengeringan melalui oven
sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa
makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah
terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut (Soelistyono, 1976).

Umur tanaman, kualitas dan lama penjemuran bahan pakan yang akan dianalisis
juga dapat mempengaruhi data yang dihasilkan (Sutardi, 2009). Kadar air dalam
bahan pakan terdapat dalam bentuk air bebas, air terikat lemah dan air terikat
kuat. Besar kadar air ini bisa bisa dipengaruhi oleh proses pengeringaan dalam
oven atau saat dikering udarakan (Tillman et al., 1998).

2.2.2. Kadar abu

Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (Sutardi, 2009). Kandungan abu ditentukan
dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu
4000 C sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan
organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu
yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Abu juga mengandung
bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang
Mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang
selama pembakara. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya
mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif (Anggorodi, 2005).

2.2.3. Serat kasar

Pakan hijauan merupakan sumber serat kasar yang dapat merangsang


pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya
kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak terhadap kinerja dari mikroba
rumen (Tillman et al., 1998). Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme,
sehingga ternak ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-
rumputan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi (Sutardi, 2009).
Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah
menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan
dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan
pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat
kasar (Soelistyono, 1976). Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan
hemiselulosa tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman
(Anggorodi, 1994). Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam
H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turut dimasak selama 30
menit (Legowo, 2004).

2.2.4. Lemak kasar

Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet,
yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Utomo dan Soejono,
1999). Kadar lemak dalam analisis proksimat ditentukan dengan jalan
mengekstraksi bahan pakan dengan pelarut dietil eter atau bisa juga dengan n-
hexan. Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan n-hexan sebagai
pelarut (Tillman et al., 1998). Kandungan yang ada pada lemak kasar merupakan
bukanlah lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat yang terdiri dari
klorofil, xantofil dan karoten (Yunus, 2008).

2.2.5. Protein kasar

Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan
produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan
nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25
diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan
analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar
yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan
merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan
kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen
protein tidak selalu 16% (Sutardi, 2009). Senyawa-senyawa non protein nitrogen
dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan
dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung
jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah,
maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari
makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di
dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah (Tillman et al., 1998).

2.2.6. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)

Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya,
seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein
kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Sutardi, 2009). BETN merupakan
karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida
yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang
tinggi (Parakkasi, 1995). Ekstrak tanpa nitrogen dipengaruhi oleh kandungan
nutient lainnya yaitu protein kasar, air, abu, lemak kasar dan serat kasar
(Kamal, 1998).

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dengan materi analisis proksimat dilaksanakan


padahari Jumat tanggal 5 April 2013 pukul 05.30 21.30 WIB dan hari Sabtu
tanggal 6 April 2013 pukul 05.30 - 21.00 WIB di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan
Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dengan materi Analisis Proksimat


menggunakan alat yaitu botol timbang yang berfungsi untuk meletakkan sampel
yang akan dioven, timbangan analitis berfungsi untuk menimbang sampel yang
akan dianalisis, oven yang berfungsi untuk mengoven sampel dan alat untuk
mensterilkannya. Eksikator yang berfungsi untuk mendinginkan sampel dan alat
yang telah dioven maupun ditanur hingga suhunya turun. Crussibel porselin
yang berfungsi untuk meletakkan sampel yang telah ditimbang untuk
selanjutnya ditanur listrik, tanur listrik berfungsi untuk mentanur sampel pada
suhu 4000C selama 4 jam. Labu erlenmeyer yang berfungsi untuk tempat
sampel yang telah ditimbang untuk dimasak dalam lemari asam, Corong buchner
sebagai tempat penyaringan serat kasar, kertas saring bebeas abu berfungsi
untuk menyaring serat kasar yang telah dimasak dalam lemari asam. Labu
penyaring digunakan untuk menyaring sampel sampai 10 x sirkulasi, Soxhlet
untuk melarutkan lemak bersama dengan N-Hexan, pendingin tegak berfungsi
untuk mengalirkan air pada soxhlet agar dingin. Labu destruksi berfungsi untuk
mendestruksi sampel dan katalisator, beker glass untuk mencampur H3BO4 4%
20 ml dan indikator MR dan MB, labu erlenmeyer untuk mencampur 50 ml
aquades dan 40 ml NaOH 45%. Buret untuk mentitrasi hasil yang telah
didestolasi, gelas ukur untuk mengukur setiap larutan maupun indikator yang
dibutuhkan, kompor listrik berfungsi untuk memanaskan serta alat destilasi dan
titrasi. Bahan yang digunakan pada praktikum Analisis Proksimat adalah
katalisator (selenium dan natrium sulfat), H2SO4, H3BO4 4%, indikator, NaOH
45%, HCl 0,1 N. Pelarut lemak N-Hexan, H2SO4 0,3 N 50 ml, NaOH 1,5 N 25 ml,
aseton 25 ml, air panas 100 ml dan rumput gajah yang telah dihaluskan menjadi
tepung.

3.2. Metode
3.2.1. Kadar air

Metode pada praktikum materi pengujian kadar air yaitu menyiapkan


sampel yang akan dianalisis secara proksimat beserta alat yang digunakan.
Menyuci bersih botol timbang dan mengeringkan dalam oven selama 1 jam pada
suhu 105 - 1100 C. Memasukkan dalam eksikator selama 15 menit kemudian
ditimbang. Menimbang sampel sebanyak 1 gram dan memasukkannya ke dalam
botol timbang. Mengeringkan dalam oven selama 4 jam pada suhu 105 - 1100 C.
Mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbang kembali
beratnya. Proses pengeringan dilakukan 3 x 1 jam hingga beratnya konstan
selisih 0,2 mg. Menghitung kadar airnya menggunakan rumus:

Kadar Air =

(Berat botol timbang + berat sampel sesungguhnya) berat setelah oven x


100%

Berat Sampel Sesungguhnya

3.2.2. Kadar abu

Metode pada praktikum meteri kadar abu dilakukan dengan cara mencuci
crussibel porselin hingga bersih dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 -
1100 C selama 1 jam, kemudian mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit.
Menimbang sampel sebanyak 1 gram dan dimasukkan dalam crussibel posrelin.
Memijarkan ke dalam tanur listrik selama 4 jam dengan suhu 4000 C hingga
menjadi abu semua. Selanjutnya menunggu suhu turun hingga 1200 C dan
mengangkat crussibel porselin dari tanur kemudian mendinginkan dalam
eksikator selama 15 menit. Menimbang kembali beratnya dan menghitung kadar
abu dengan rumus:

Kadar Abu = (Berat setelah tanur) (Berat Crussibel porselin) x 100%

Berat sampel sesungguhnya

3.2.3. Serat kasar

Metode praktikum pada meteri serat kasar yaitu mencuci bersih alat-alat
utama seperti labu erlenmeyer, beker glass dan gelas ukur hingga bersih.
Mengeringkan dalam oven pada suhu 105 - 1100 C selama 1 jam dan
mendinginkannya dalam eksikator. Menimbang sampel seberat 1 gram dan
memasukkannya kedalam labu erlenmeyer. Menambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N
dan NaOH 1,5 N 25 ml memasak hingga mendidih dan menghitung selama 30
menit kedepan dalam lemari asam. Menyaring dengan menggunakan kertas
saring yang telah terpasang dalam corong buchner. Kertas saring dikeringkan
terlebih dahulu dalam oven selama 1 jam pada suhu 1050 - 1100 C dan
mendinginkannya dalam eksikator kemudian menimbang beratnya. Penyaringan
dilakukan dalam labu hisap, kemudian berturut-turut dicuci dengan 50 ml air
panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas dan 25 ml aseton. Kertas saring dan
isinya memasukkan dalam crussibel porselin lalu mengeringkan dalam oven
pada suhu 105 - 1100 C selama 1 jam. Kemudian mendinginkan dalam eksikator
selama 15 menit dan menimbang beratnya. Kertas saring dan isinya yang ada
dalam crussibel porselin memijarkan lagi dalam tanur listrik pada suhu 4000 C
selama 4 jam, bersama dengan abu kemudian mendinginkan dalam eksikator
selama 15 menit dan menimbang beratnya. Menghitung kadar berat serat kasar
dengan rumus:

Serat Kasar= Berat setelah oven berat setelah tanur berat kertas saring x
100%

Berat sampel sesungguhnya

3.2.4. Kadar lemak

Metode praktikum pada materi kadar lemak dilakukan dengan cara


menimbang kertas saring yang berbentuk kotak dan sampel sebanyak 1 gram.
Kemudian memasukkan sampel yang telah ditimbang dalam kertas saring dan
dimasukkan dalam oven selama 6 jam pada suhu 105 - 1100 C.
Mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbang beratnya.
Sampel yang dimasukkan dalam soxhlet telah terpasang dalam waterbath,
Menuangkan N-Hexan dan memasang pendingin tegak yang dialiri dengan air
dingin. Penyaringan dengan N-Hexan dalam soxhlet selama 10 x sirkulasi.
Mengeluarkan dari soxhlet dan mengangin-anginkan sampai tidak berbau N-
Hexan. Memasukkan ke dalam oven selama 2 jam pada suhu 105 - 1100 C lalu
mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbang lagi sebagai
berat setalah oven 2. Menghitung kadar lemak dengan rumus:

Kadar Lemak = Berat setelah oven 1 Berat setelah oven 2 x 100%

Berat setelah oven 1 Berat kertas saring

3.2.5. Kadar protein

Metode praktikum pada meteri kadar protein dilakukan dengan cara


menimbang sampel seberat 1 gram. Memasukkan kedalam labu destruksi.
Menimbang katalisator masing-masing seberat 1 gram dan mencampur kedalam
labu destruksi. Menambah larutan H2SO4 pekat sebanyak 15 ml kemudian
mendestruksi dalam lemari asam hingga warna berubah menjadi hijau jernih.
Dan menunggu hingga dingin. Melakukan proses destilasi dengan menggunakan
penangkap H3BO3 4% sebanyak 20 ml dan memberikan 2 tetes indikator MR dan
MB. Sampel yang telah didestruksi dimasukkan kedalam labu destilasi dan
menanbahkan 50 ml aquades dan 40 ml NaOH 45%. Melakukan destilasi sampai
penangkap berubah warna ungu menjadi hijau. Menitrasi hasil destilasi dengan
menggunakan HCl 0,1 N sampai berubah menjadi warna ungu. Rumus kadar
protein:

Kadar Protein = (titran sampel blangko) x N HCl x 0,014 x 6,25 x 100%


Berat sampel sesungguhnya

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil praktikum

Berdasarkan praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dengan materi Analisis


Proksimat diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat

Parameter

Hasil Analisis*

Literatur**

---------------------------------%---------------------------------

Kadar Air

24,94

14

Kadar Abu

11,65

11,50

Serat Kasar

32,77

33,40

Lemak Kasar
0,16

1,30

Protein Kasar

6,40

6,00

BETN

49,02

34,70

Sumber : *Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2013.

**Hartadi et al., 1993.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Kadar air

Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat penentukan kadar air dengan


cara mengeringkan sampel dalam oven pada suhu 105 1100 C hingga beratnya
konstan, maka dapat diketahui hasil kadar air pada rumput gajah sebesar
24,94%. Hasil ini lebih besar dari pada literatur. Menurut Hartadi et al., (1993)
bahwa kadar air pada rumput gajah kering sebesar 14 %. Perbedaan ini terjadi
karena kemungkinan rumput gajah yang dianalisis berumur lebih muda atau
dalam proses penjemuran kurang lama, sehingga kadar air yang dianalisis lebih
besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (2009) bahwa umur tanaman,
kualitas dan lama penjemuran bahan pakan yang akan dianalisiss juga akan
mempengaruhi data yang dihasilkan. Tillman et al., (1998) berpendapat bahwa
kadar air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air bebas, air terikat lemah
dan air terikat kuat. Besar kadar air ini bisa dipengaruhi oleh proses
pengeringaan dalam oven atau saat dikering udarakan.

4.2.2. Kadar abu

Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat penentuan kadar abu dengan


cara mentanur dalam tanur listrik dengan suhu 6000 C diperoleh hasil kadar abu
sebesar 11,65 %. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et al., (1993) yang
menyatakan bahwa kadar abu tepung rumput gajah sebesar 11,50 %. Anggorodi
(2005) menambahkan bahwa kandungan abu ditentukan dengan cara
mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 6000 C
sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik
yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang
dianggap mewakili bagian anorganik makanan. Namun, abu juga mengandung
bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang
mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang
selama pembakaran. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya
mewakili bahan anorganik pada bahan pakan baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif.

4.2.3. Serat kasar

Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat penentuan kadar serat


kasar dapat diketahui kadar serat kasar sebesar 32,77 %. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hartadi et al., (1993) bahwa serat kasar dalam rumput gajah sebesar
33,40 %. Penentuan kadar serat kasar dilakukan dengan cara melarutkan bahan
organik selain serat kasar dengan menggunakan larutan H2SO4 0,3 N dan NaOH
1,5 N dan dimasak dalam lemari asam. Hal ini sesuai dengan pendapat
Soelistyono (1976) menyatakan bahwa langkah pertama metode pengukuran
kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan organik kecuali
serat kasar dengan penambahan H2SO4 (asam) dan NaOH (basa). Legowo
(2004) menambahkan bahwa serat kasar adalah semua zat organik yang tidak
larut dalam H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turut dimasak
selama 30 menit.

4.2.4. Lemak kasar

Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat, diperoleh hasil lemak kasar pada
tepung rumput gajah sebesar 0,16 %. Hasil ini lebih kecil jika dibandingkan
dengan pendapat Hartadi et al., (1993) bahwa kadar lemak kasar pada rumput
gajah sebesar 1,30 %. Perbedaan ini kemungkinan dalam pelarutan
menggunakan n-hexan tidak semua lemak dapat terekstraksi dengan baik. Yunus
(2008) bahwa kandungan yang ada pada lemak kasar merupakan bukanlah
lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat yang terdiri dari klorofil,
xantofil dan karoten. Hal ini dijelaskan oleh Tillman et al., (1998) bahwa kadar
lemak dalam analisis proksimat ditentukan dengan jalan mengekstraksi bahan
pakan dengan pelarut dietil eter atau bisa juga dengan n-hexan.

4.2.5. Protein kasar

Berdasarkan praktikum analisis proksimat penentuan kadar protein kasar


diperoleh hasil protein kasar sebesar 6,40 %. Hal ini sesuai dengan Hartadi et al.,
(1993) yang menyatakan bahwa kadar protein kasar dari tepung rumput gajah
kering sebesar 6,00 %. Kadar protein kasar dilakukan dengan cara mengalikan
6,25 dari hasil N yang dihasilkan karena dalam hal ini protein mengandung 16 %
N. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (2009) bahwa protein merupakan
salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak.
Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan
pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan
asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen.

4.2.6. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)

Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat perhitungan kadar bahan


ekstrak tanpa nitrogen (BETN) maka diperoleh hasil sebesar 49,02 % dari
perhitungan 100% dikurangi dengan kadar abu, serat kasar, lemak kasar dan
protein kasar. Hasil tersebut jauh lebih besar dari pendapat yang dikemukakan
oleh Hartadi et al., (1993) bahwa kadar BETN sebesar 34,70 %. Perbedaan ini
terjadi kemungkinan karena faktor yang menentukan kadar BETN seperti kadar
abu, protein kasar dan serat kasar dalam hasilnya juga mengalami perbedaan
sehingga jika 100 % dikurangi dari jumlah kadar sabu, serat kasar, lemak kasar
dan protein kasar maka hasil dari kadar BETN juga akan berbeda pula.
Menurut Kamal (1998) bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen dipengaruhi oleh
kandungan nutrien lainnya yaitu protein kasar, air, abu, lemak kasar dan serat
kasar.Sutardi (2009) menambahkan bahwa kandungan BETN suatu bahan pakan
sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat
kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat
kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui


kandungan nutrisi dalam bahan pakan (rumput gajah) salah satunya adalah
dengan cara analisis proksimat. Rumput gajah yang dianalisis mempunyai
kandungan nutrisi yaitu kadar air sebesar 24,94 %, kadar abu 11,65 %, serat
kasar 32,77 %, lemak kasar 0,16 %, protein kasar 6,40 % dan kadar BETN 49,18
%. Kadar air dan lemak kasar hasilnya belum sesuai dengan literatur yang ada,
hal ini dimungkinkan karena umur tanaman yang digunakan sebagai sampel
masih terlalu muda, serta kurang maksimalnya dalam proses penjemuran dan
untuk lemak kasar dimungkinkan dalam pelarutan menggunakan n-hexan belum
seluruhnya lemak terekstraksi dengan sempurna.

5.2. Saran
Analisis proksimat memerlukan ketelitian dan kecermatan, selain itu
membutuhkan waktu yang lama oleh karena itu diharapkan praktikan harus
sabar, teliti dan hati-hati saat praktikum sehingga diperoleh hasil yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press.
Jogjakarta.

Hartadi, S.Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, Tillman, A.D. 1993. Tabel Komposisi


Pakan Untuk Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak, jurusan


Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Legowo AM, Nurwantoro. 2004. Diktat Kuliah Analisis Pangan. Semarang: Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro

Parakkasi. A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan.Universitas


Indonesia Press, Bogor.

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Biji Rumput dan Legum Makanan Ternak


Tropik. BPFE Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Soedomo, R 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. PT


Gramedia, Jakarta.

Soelistyono, H.S. 1976. Ilmu Bahan Makanan Ternak. Diponegoro University,


Semarang.

Sutardi, Toha. 2009. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid 1. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Tillman,A. D, H, Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Utomo, R dan Soedjono, M. 1999. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

H.M, Yunus. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.


http://myunus.com/page/27987/untukmu-guru-html. Diakses pada tanggal 1 Mei
2013.

Anda mungkin juga menyukai