BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi yang
terdapat dalam rumput gajah, untuk menganalisis kandungan nutrisi seperti
kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar serat kasar. Manfaat
dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan analisis proksimat
terhadap sampel yang diujukan (rumput gajah).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dicerna sebagian
atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya
(Soelistyono, 1976). Pakan adalah campuran bahan pakan yang dimakan oleh
ternak yang mengandung energi, protein, dan nutrien lainnya yang dibutuhkan
oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan selama 24 jam (Parakkasi, 1995).
Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan
tersebut dipanaskan pada suhu 105 C. Bahan kering dihitung sebagai selisih
antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan
hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 2005). Kadar air adalah persentase
kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah
(wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode pengeringan melalui oven
sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa
makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah
terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut (Soelistyono, 1976).
Umur tanaman, kualitas dan lama penjemuran bahan pakan yang akan dianalisis
juga dapat mempengaruhi data yang dihasilkan (Sutardi, 2009). Kadar air dalam
bahan pakan terdapat dalam bentuk air bebas, air terikat lemah dan air terikat
kuat. Besar kadar air ini bisa bisa dipengaruhi oleh proses pengeringaan dalam
oven atau saat dikering udarakan (Tillman et al., 1998).
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (Sutardi, 2009). Kandungan abu ditentukan
dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu
4000 C sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan
organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu
yang dianggap mewakili bagian inorganik makanan. Abu juga mengandung
bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang
Mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang
selama pembakara. Kandungan abu dengan demikian tidaklah sepenuhnya
mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif (Anggorodi, 2005).
Kandungan lemak suatu bahan pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet,
yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Utomo dan Soejono,
1999). Kadar lemak dalam analisis proksimat ditentukan dengan jalan
mengekstraksi bahan pakan dengan pelarut dietil eter atau bisa juga dengan n-
hexan. Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan n-hexan sebagai
pelarut (Tillman et al., 1998). Kandungan yang ada pada lemak kasar merupakan
bukanlah lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat yang terdiri dari
klorofil, xantofil dan karoten (Yunus, 2008).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan
produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan
nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25
diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan
analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar
yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan
merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan
kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen
protein tidak selalu 16% (Sutardi, 2009). Senyawa-senyawa non protein nitrogen
dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan
dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung
jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah,
maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari
makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di
dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah (Tillman et al., 1998).
Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya,
seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein
kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Sutardi, 2009). BETN merupakan
karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida
yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang
tinggi (Parakkasi, 1995). Ekstrak tanpa nitrogen dipengaruhi oleh kandungan
nutient lainnya yaitu protein kasar, air, abu, lemak kasar dan serat kasar
(Kamal, 1998).
BAB III
3.1. Materi
3.2. Metode
3.2.1. Kadar air
Kadar Air =
Metode pada praktikum meteri kadar abu dilakukan dengan cara mencuci
crussibel porselin hingga bersih dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 -
1100 C selama 1 jam, kemudian mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit.
Menimbang sampel sebanyak 1 gram dan dimasukkan dalam crussibel posrelin.
Memijarkan ke dalam tanur listrik selama 4 jam dengan suhu 4000 C hingga
menjadi abu semua. Selanjutnya menunggu suhu turun hingga 1200 C dan
mengangkat crussibel porselin dari tanur kemudian mendinginkan dalam
eksikator selama 15 menit. Menimbang kembali beratnya dan menghitung kadar
abu dengan rumus:
Metode praktikum pada meteri serat kasar yaitu mencuci bersih alat-alat
utama seperti labu erlenmeyer, beker glass dan gelas ukur hingga bersih.
Mengeringkan dalam oven pada suhu 105 - 1100 C selama 1 jam dan
mendinginkannya dalam eksikator. Menimbang sampel seberat 1 gram dan
memasukkannya kedalam labu erlenmeyer. Menambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N
dan NaOH 1,5 N 25 ml memasak hingga mendidih dan menghitung selama 30
menit kedepan dalam lemari asam. Menyaring dengan menggunakan kertas
saring yang telah terpasang dalam corong buchner. Kertas saring dikeringkan
terlebih dahulu dalam oven selama 1 jam pada suhu 1050 - 1100 C dan
mendinginkannya dalam eksikator kemudian menimbang beratnya. Penyaringan
dilakukan dalam labu hisap, kemudian berturut-turut dicuci dengan 50 ml air
panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas dan 25 ml aseton. Kertas saring dan
isinya memasukkan dalam crussibel porselin lalu mengeringkan dalam oven
pada suhu 105 - 1100 C selama 1 jam. Kemudian mendinginkan dalam eksikator
selama 15 menit dan menimbang beratnya. Kertas saring dan isinya yang ada
dalam crussibel porselin memijarkan lagi dalam tanur listrik pada suhu 4000 C
selama 4 jam, bersama dengan abu kemudian mendinginkan dalam eksikator
selama 15 menit dan menimbang beratnya. Menghitung kadar berat serat kasar
dengan rumus:
Serat Kasar= Berat setelah oven berat setelah tanur berat kertas saring x
100%
BAB IV
Parameter
Hasil Analisis*
Literatur**
---------------------------------%---------------------------------
Kadar Air
24,94
14
Kadar Abu
11,65
11,50
Serat Kasar
32,77
33,40
Lemak Kasar
0,16
1,30
Protein Kasar
6,40
6,00
BETN
49,02
34,70
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat, diperoleh hasil lemak kasar pada
tepung rumput gajah sebesar 0,16 %. Hasil ini lebih kecil jika dibandingkan
dengan pendapat Hartadi et al., (1993) bahwa kadar lemak kasar pada rumput
gajah sebesar 1,30 %. Perbedaan ini kemungkinan dalam pelarutan
menggunakan n-hexan tidak semua lemak dapat terekstraksi dengan baik. Yunus
(2008) bahwa kandungan yang ada pada lemak kasar merupakan bukanlah
lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat yang terdiri dari klorofil,
xantofil dan karoten. Hal ini dijelaskan oleh Tillman et al., (1998) bahwa kadar
lemak dalam analisis proksimat ditentukan dengan jalan mengekstraksi bahan
pakan dengan pelarut dietil eter atau bisa juga dengan n-hexan.
BAB V
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Analisis proksimat memerlukan ketelitian dan kecermatan, selain itu
membutuhkan waktu yang lama oleh karena itu diharapkan praktikan harus
sabar, teliti dan hati-hati saat praktikum sehingga diperoleh hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi. R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press.
Jogjakarta.
Legowo AM, Nurwantoro. 2004. Diktat Kuliah Analisis Pangan. Semarang: Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro
Sutardi, Toha. 2009. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid 1. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Tillman,A. D, H, Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Utomo, R dan Soedjono, M. 1999. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.