Disusun Oleh :
Yanuar Adi Purwoko
17/414851/PT/07540
Kelompok : X
Tinjauan Pustaka
Reproduksi adalah pembentukan individu baru dari individu yang telah ada dan
mrupakan cirri khas dari semua organism hidup. Organ reproduksi betina terletak di
dalam cavum pelvis (rungga pinggul). Organ reproduksi mamalia betina memproduksi
gamet (ovum), ovum akan dilepaskan kebagian dimana akan terjadi pembuahan oleh
gamet jantan (spermatozoa). Organ reproduksi pada sapi betina meliputi 2 ovarium,
oviduk, uterus, vagina, dan vulva. Ovarium adalah organ primer pada reproduksi betina.
Ovarium adalah sepasang kelenjar yang terletak pada tulang belakang bagian pinggang
pada rongga perut dan menghasilkan hormon pada saat ovulasi dan menghasilkan sel
telur (ovum). Oviduk adalah sepasang pipa yang berlekuk-lekuk perpanjangan dari
ovarium dan berujung di uterus. Fungsi dari oviduk adalah mengangkut ovum dan
spermatozoa. Oviduk juga merupakan tempat terjadinya pembuahan ovum oleh
spermatozoa.
Uterus pada mamalia terdri dari 3 bagian, yaitu tubuh uterus (corpus uteri), leher
uterus (cervix uteri), dan dua tanduk uterus (cornu uteri). Uterus dapat tergantung pada
tubuh karena adanya selaput penggantung (mesometrium). Uterus merupakan tempat
menempelnya embrio dan berkembangnya janin sebelum dilahirkan (Ismaya, 2014).
Serviks dikenal pula sebagai leher serviks. Serviks pada sapi dan kerbau berjumlah satu
buah, tebal, dan kenyal dan terletak diantara corpus uteri dan vagina. Fungsi serviks
adalah sebagai jalannya spermatozoa, menyekresikan cairan, penutup uterus saat terjadi
kebuntingan, dan jalannya anak saat dilahirkan (Ismaya, 2014). Vagina merupakan alat
reproduksi paling belakang setelah vulva dan digunakan sebagai tempat masuk penis
saat kopulasi dan jalannya anak saat dilahirkan. Vagina pada sapi dan kerbau berjumlah
satu dan terletak di belakang cervix. Vagina terbagi menjadi dua yaitu vestibulum dan
portio vaginalis cervices (Ismaya, 2014). Vulva adalah bagian terluar dari alat reproduksi
betina. Saat birahi vulva tampak bengkak, basah, dan berwarna merah. Vulva berfungsi
sebagai lubang luar keluarnya urin, feses, mucus saat terjadi birahi, dan lubang untuk
masuknya pipet inseminasi saat kawin (Ismaya, 2014).
Klitoris
Klitoris terdiri atas dua krura atau akar badan dan kepala. Klitoris atau jaringan
erektif yang tertutup oleh epitel skuamusa berstrata dan mengandung syaraf perasa yang
berperan saat kopulasi. Klitoris akan berereksi pada hewan yang sedang estrus dan
berfungsi membantu saat proses kawin (Afiati et al., 2013). Siklus estrus pada sapi ada
empat, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Proestrus adalah fase pertama
dari siklus estrus, pada fase ini folikel ovarium membesar dan menyekresikan esterogen.
Proestrus biasanya terjadi selama 1 sampai 2 hari. Estrus adalah fase kedua dari siklus
estrus dan merupakan fase siap kawin karena tingginya kadar esterogen dari folikel yang
sudah matang. Estrus terjadi selama 1 sampai 2 hari. Metestrus adalah fase yang
didominasi oleh fungsi corpus luteum. Diestrus adalah siklus estrus terakhir sebelum
kembali ke fase proestrus. Birahi secara alamiah maupun birahi akibat pemberian
preparat sinkronisasi birahi gejalanya dan intensits birahi tidak ada perbedaan antara sapi
jenis satu dengan yang lain (Kune, 2007).
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa urutan
organ reproduksi pada sapi betina meliputi 2 ovarium, oviduk, uterus, vagina, dan vulva.
Panjang dari tiap tiap organ berbeda. Hasil pengukuran oviduk pada praktikum anatomi
reproduksi betina sudah sesuai dengan literatur. Hasil pengukuran ovarium, uterus,
serviks, pada praktikum anatomi reproduksi betina berbeda dengan literatur. Perbedaan
ukuran dipengaruhi oleh umur, jenis, pakan, serta status reproduksinya.
Daftar Pustaka
Afiati, F., Herdis., S. Said. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Bearden, H. J and J.W. Fuquay. 1997. Applied Animal Reproduction. Reston Publishing
Company. Virginia.
Frandson, R. D., W.L. Wilke., A. D. Fails. 2009. Anatomy and Physiology of Farm
Animals. Wiley-Blackwell. Colorado.
Hood, R.D. 2012. Developmental and Reproductive Toxicology. CRC Press. Alabama.
Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Kune, P., N. Solihati. 2007. Tampilan Berahi dan Tingkat Kesuburan Sapi Bali Timor yang
Diinseminasi (The Performance of Estrus and Fertility Rate of Timor Bali Cow
Inseminated). Jurnal Ilmu Ternak. 7 (1) : 1-5.
Praworo, K. 2011. Terapi Medipic Medical Picture. Penebar Swadaya. Jakarta.
Race, F. and M. Smith. 2006. Spaying-Why it’s a Good Idea. George Books. Canada.
Sayuti, A., J. Melia., Amrozi., Syafruddin., Roslizawaty., Y. Fahrimal. 2012. Gambaran
klinis sapi piometra sebelum dan setelah terapi dengan antibiotik dan prostaglandin
secara intra uteri. Jurnal Kedokteran Hewan. 6 (2) : 99-101.
Sonjaya, H. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. IPB Press. Bogor. Tjahajati, I., Husniyati. 2012.
Berbagai Penyakit pada Sapi. Citra Aji Parama. Yogyakarta.