Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU REPRODUKSI TERNAK


ACARA IV
ANATOMI ORGAN REPRODUKSI BETINA

Disusun Oleh :
Yanuar Adi Purwoko
17/414851/PT/07540
Kelompok : X

Asisten : Khairunnisa Sulthoni M

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK


DERPARTEMEN PEMULIAAN DAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
ACARA IV
ANATOMI ORGAN REPRODUKSI BETINA

Tinjauan Pustaka
Reproduksi adalah pembentukan individu baru dari individu yang telah ada dan
mrupakan cirri khas dari semua organism hidup. Organ reproduksi betina terletak di
dalam cavum pelvis (rungga pinggul). Organ reproduksi mamalia betina memproduksi
gamet (ovum), ovum akan dilepaskan kebagian dimana akan terjadi pembuahan oleh
gamet jantan (spermatozoa). Organ reproduksi pada sapi betina meliputi 2 ovarium,
oviduk, uterus, vagina, dan vulva. Ovarium adalah organ primer pada reproduksi betina.
Ovarium adalah sepasang kelenjar yang terletak pada tulang belakang bagian pinggang
pada rongga perut dan menghasilkan hormon pada saat ovulasi dan menghasilkan sel
telur (ovum). Oviduk adalah sepasang pipa yang berlekuk-lekuk perpanjangan dari
ovarium dan berujung di uterus. Fungsi dari oviduk adalah mengangkut ovum dan
spermatozoa. Oviduk juga merupakan tempat terjadinya pembuahan ovum oleh
spermatozoa.
Uterus pada mamalia terdri dari 3 bagian, yaitu tubuh uterus (corpus uteri), leher
uterus (cervix uteri), dan dua tanduk uterus (cornu uteri). Uterus dapat tergantung pada
tubuh karena adanya selaput penggantung (mesometrium). Uterus merupakan tempat
menempelnya embrio dan berkembangnya janin sebelum dilahirkan (Ismaya, 2014).
Serviks dikenal pula sebagai leher serviks. Serviks pada sapi dan kerbau berjumlah satu
buah, tebal, dan kenyal dan terletak diantara corpus uteri dan vagina. Fungsi serviks
adalah sebagai jalannya spermatozoa, menyekresikan cairan, penutup uterus saat terjadi
kebuntingan, dan jalannya anak saat dilahirkan (Ismaya, 2014). Vagina merupakan alat
reproduksi paling belakang setelah vulva dan digunakan sebagai tempat masuk penis
saat kopulasi dan jalannya anak saat dilahirkan. Vagina pada sapi dan kerbau berjumlah
satu dan terletak di belakang cervix. Vagina terbagi menjadi dua yaitu vestibulum dan
portio vaginalis cervices (Ismaya, 2014). Vulva adalah bagian terluar dari alat reproduksi
betina. Saat birahi vulva tampak bengkak, basah, dan berwarna merah. Vulva berfungsi
sebagai lubang luar keluarnya urin, feses, mucus saat terjadi birahi, dan lubang untuk
masuknya pipet inseminasi saat kawin (Ismaya, 2014).
Klitoris
Klitoris terdiri atas dua krura atau akar badan dan kepala. Klitoris atau jaringan
erektif yang tertutup oleh epitel skuamusa berstrata dan mengandung syaraf perasa yang
berperan saat kopulasi. Klitoris akan berereksi pada hewan yang sedang estrus dan
berfungsi membantu saat proses kawin (Afiati et al., 2013). Siklus estrus pada sapi ada
empat, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Proestrus adalah fase pertama
dari siklus estrus, pada fase ini folikel ovarium membesar dan menyekresikan esterogen.
Proestrus biasanya terjadi selama 1 sampai 2 hari. Estrus adalah fase kedua dari siklus
estrus dan merupakan fase siap kawin karena tingginya kadar esterogen dari folikel yang
sudah matang. Estrus terjadi selama 1 sampai 2 hari. Metestrus adalah fase yang
didominasi oleh fungsi corpus luteum. Diestrus adalah siklus estrus terakhir sebelum
kembali ke fase proestrus. Birahi secara alamiah maupun birahi akibat pemberian
preparat sinkronisasi birahi gejalanya dan intensits birahi tidak ada perbedaan antara sapi
jenis satu dengan yang lain (Kune, 2007).

Materi dan Metode


Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum anatomi organ reproduksi betina
adalah pita ukur, lembar kerja dan alat tulis. Pita ukur digunakan untuk mengukur
panjang tiap organ reproduksi betina.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum anatomi reproduksi betina adalah
preparat basah berupa organ reproduksi sapi Jawa betina yang berumur 2 tahun dengan
berat badan 130 kg.
Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum anatomi organ reproduksi betina adalah
organ reproduksi sapi Jawa betina diamati bagian organ reproduksinya untuk mengetahui
fungsi dari masing-masing organ reproduksi tersebut., masing-masing organ reproduksi
sapi Jawa betina diukur menggunakan pita ukur dan dicatat pada kertas kerja. Setelah
diukur kemudian hal-hal yang telah dipelajari di terangkan kembali secara langsung.
Hasil dan pembahasan
Bagian-bagian organ (alat) reproduksi ternak betina (dari bagian luar kedalam)
adalah vulva, vagina, uterus (cervix uteri, corpus uteri, dan cornua uteri), oviduk (isthmus,
ampulla, dan fimbriae), dan ovarium. Sambungan antara cornua utery dengan isthmus
disebut utero-tubal junction, sedangkan sambungan antara isthmus dengan ampulla
disebut ampullary-isthmic junction. Sambungan-sambungan tersebut berfungsi sebagai
tempat reservoir spermatozoa (Ismaya, 2014).
Berikut adalah tabel pengukuran organ reproduksi betina sapi :
Tabel 1. Hasil pengukuran organ reproduksi betina
Nama organ Panjang Lebar Tinggi Keterangan
Vulva 5 cm - -
Vestibulum 5 cm - -
Portio vaginalis
12,3 cm - -
cervices
Portio uteri - - -
Cervix uteri 8 cm 11 cm - Membuka
Corpus uteri 9,5 cm - -
Cornue uteri 17 cm - -
Oviduk 18 cm - -
Mesovarium 3 cm - -
Ovarium 3,3 cm 2,7 cm 1 cm
Ovarium
Ovarium pada sapi berjumlah satu pasang dan berfungsi untuk menghasilkan sel
telur. Ismaya (2014) menyatakan bahwa indung telur (ovarium) pada sapi dan kerbau
berbentuk oval atau bulat, berjumlah dua buah (kanan dan kiri). Ovarium dapat
menggantung dalam tubuh karena digantung oleh membran yaitu mesovarium (Frandson
et al., 2009). Praworo (2011) menyatakan bahwa semua hewan menyusui mempunyai
sepasang ovarium dan mempunyai ukuran yang berbeda-beda tergantung pada species,
umur dan masa (stadium) reproduksi hewan betina. Faktor yang mempengaruhi bentuk
ovarium adalah golongan hewan, golongan hewan yang melahirkan beberapa anak
dalam satu kebuntingan disebut Polytocous, ovariumnya berbentuk seperti buah murbei,
contoh ternak yang ovariumnya berbentuk polytocous adalah babi, anjing, kucing dan
golongan hewan yang melahirkan satu anak dalam satu kebuntingan disebut
monotocous, ovariumnya berbentuk bulat panjang oval, contoh ternak yang ovariumnya
berbentuk monotocous sapi, kerbau, sedang pada ovarium kuda bebentuknya seperti
ginjal.
Panjang ovarium pada sapi dalam praktikum ini adalah 3,3 cm dengan lebar 2,7
cm dan tinggi 1 cm. Ismaya (2014) menyatakan bahwa ukuran ovarium sapi adalah 4x3x2
cm. Berdasarkan literatur tersebut menunjukkan bahwa hasil pengukuran ovarium pada
praktikum anatomi alat reproduksi hewan betina tidak sesuai dengan literatur.

Gambar 1. Anatomi ovarium


Oviduk
Oviduk bentuknya berkelok-kelok dan berfungsi sebagai tempat terjadinya
fertilisasi. Ismaya (2014) menyatakan bahwa oviduk berkelok-kelok dari area ovarium
sampai pada ujung uterus dan digantung pada broad ligament dan berfungsi sebagai
jalannya spermatozoa dan ovum, serta tempat terjadinya fertilisasi di bagian ampulla dan
sebagai organ sekretori. Praworo (2011) menyatakan bahwa fimbria merupakan serabut
lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran
oviduk, fungsinya untukmenangkap sel ovum yang telah matang yang dikeluarkan oleh
ovarium. Infundibulum merupakan bagian ujung oviduk yang berbentuk corong dan
berdekatan dengan fimbria, berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh
fimbria. Ampulla merupakan tempat terjadinya fertilisasi yang tempat terjadi pertemuan
antara ampulla dengan isthmus (ampulla isthmus junction). Tuba fallopi merupakan
saluran memanjang setelah indundibulum yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan
jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan sillia pada dindingnya.
Gambar 2. Anatomi oviduk
Tubektomi merupakan tindakan operasi kecil untuk mencegah kehamilan yang
dilakukan pada hewan betina dengan memotong atau mengikat bagian saluran tuba
fallopii (oviduk) yang dilalui sel telur atau menghambat pertumbuhan ovum dan
spermatozoa (Race dan Smith, 2006). Panjang oviduk pada sapi dalam praktikum ini
adalah 18 cm. Ismaya (2014) menyatakan bahwa panjang oviduk pada sapi adalah 15
sampai 25 cm. Berdasarkan literatur tersebut menunjukkan bahwa hasil pengukuran
oviduk pada praktikum anatomi alat reproduksi hewan betina sudah sesuai dengan
literatur.
Uterus
Uterus adalah tempat melekatnya zigot atau ovum yang sudah dibuahi dan tempat
berkembangnya janin sebelum dilahirkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismaya (2014)
yang menyatakan bahwa uterus pada sapi dan kerbau terdiri dari tiga bagian, yaitu cervix
uteri, corpus uteri, cornua uteri dan berfungsi sebagai tempat menempelnya embrio,
tempat berkembangnya fetus hingga dilahirkan, sebagai jalan spermatozoa, organ
sekretori, dan menyupalai nutrien ke embrio. Panjang corpus uteri pada sapi dalam
praktikum ini adalah 9,5 cm, panjang cornua uteri pada sapi dalam praktikum ini adalah17
cm. Ismaya (2014) menyatakan bahwa panjang corpus uteri pada sapi adalah 5 cm.
Frandson (2009) menyatakan bahwa panjang cornue uteri pada sapi adalah 90% dari
panjang keseluruhan uterus. Berdasarkan literatur tersebut menunjukkan bahwa hasil
pengukuran uterus pada praktikum anatomi alat reproduksi hewan betina belum sesuai
dengan literatur.
Gambar 3. Anatomi uterus
Ada empat tipe dari uterus yang ditemukan pada hewan. Bicornuate uterus yang
ditemukan pada babi, sapi dan domba. Ciri-ciri uterus adalah memiliki corpus uteri kecil
yang berada dibawah dan diatasnya terdapat dua cornua uteri yang panjang. Kuda
memiliki uterus dengan tipe bipartite uterus cirinya adalah memiliki corpus uteri sedang
dan diatasnya terdapat dua cornua uteri yang tidak terlalu panjang. Duplex uterus adalah
tipe uterus yang dimiliki tikus, kelinci, dan hewan pengerat kecil. Simple uterus adalah
tipe uterus yang tidak memiliki cornua uteri dan dimiliki oleh manusia serta hewan primata
(Bearden and Fuquay, 1997).

Gambar 4. Macam-macam uterus


(Bearden and Fuquay, 1997).
Plasenta pada ternak ada 4 tipe, yaitu plasenta diffusa, plasenta cotyledonaria,
plasenta zonaria, dan plasenta discoidalis. Plasenta diffusa adalah plasenta yang
seluruh permukaan allanto-chorion mengandung villi-villi sederhana yang menjorok ke
dalam kripta-kripta endometrium uterus, contoh ternak yang memiliki plasenta tipe
diffusa adalah kuda dan babi. Plasenta cotyledonaria adalah plasenta yang memiliki
permukaan berpori-pori halus sehingga rupanya menyerupai batu karang, contoh
ternak yang memiliki plasenta tipe cotyledonaria adalah sapi, kambing, domba, dan
rusa. hewan-hewan pemakan daging seperti kucing dan anjing tipe plasentanya adalah
zonaria, plasentanya berbentuk seperti pita, berwarna agak putih dan lebarnya berayun
antara 2,54-7,62 cm mengitari uterus dibagian tengah allantochorionnya. Plasenta
induknya berupa sedikit peninggian yang merata dari endometriumnya, dan ketempat
ini menjulur villi chorion plasenta fetus memasuki kripta-kripta endometrium. Plasenta
discoidalis adalah Plasenta yang berbentuk cakram atau oval, jumlah satu atau dua
buah, hewan yang memiliki plasenta tipe discoidalis adalah monyet dan hewan primata
(Hood, 2012).

Gambar 5. Macam-macam plasenta


(Hood, 2012).
Endometrium sapi mempunyai 70-100 karunkula. Karunkula merupakan struktur
yang menonjol seperti mangkuk yang merupakan tempat perlekatan kotiledon fetus
dengan plasenta saat kebuntingan. Uterus merupakan suatu glandular, dengan
glandula uterin tersebar di sekitar endometrium, kecuali di karunkula (Frandson et al.,
2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran dan bentuk uterus adalah umur, jenis
dan bangsa ternak (Ismaya, 2014).
Serviks
Serviks disebut juga dengan mulut rahim yang berfungsi sebagai pintu masuk
spermatozoa. Ismaya (2014) menyatakan bahwa serviks berfungsi sebagai jalannya
spermatozoa, menyekresikan cairan, penutup uterus saat terjadi kebuntingan, dan
jalannya anak saat dilahirkan. Panjang serviks pada sapi dalam praktikum ini adalah 8
cm dengan lebar 11 cm. Ismaya (2014) menyatakan bahwa panjang serviks pada sapi
adalah 8 sampai 10 cm. Berdasarkan literatur tersebut menunjukkan bahwa hasil
pengukuran uterus pada praktikum anatomi alat reproduksi hewan betina belum sesuai
dengan literatur karena jenis, bangsa, dan umur sapi yang digunakan untuk praktikum
dengan yang ada pada literature berbeda dan preparat yang digunakan sudah tidak
segar. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran dan bentuk serviks adalah umur, jenis
dan bangsa ternak (Ismaya, 2014).

Gambar 6. Anatomi serviks


Vagina
Vagina adalah organ reproduksi untuk alat kopulasi dan memiliki dinding yang
tebal. Bearden et al. (1997) yang menyatakan bahwa vagina berbentuk seperti pipa,
berdinding tipis dan digunakan untuk alat kopulasi. Vagina terdiri dari dua bagian yaitu
vestibulum dan portio vaginalis cervices. Panjang vagina pada sapi dan kerbau dewasa
adalah 25 sampai 40 cm. tergantung umur, berat tubuh, bangsa, berapa kali melahirkan,
dan status reproduksinya (Ismaya, 2014).

Gambar 7. Anatomi vagina


Frandson et al. (2009) menyatakan bahwa vaginal smear ialah perubahan-
perubahan histologis vagina yang terjadi pada semua mamalia betina selama siklus
estrus. Intermediet dan parabasal sel menonjol pada goresan cairan vagina yang dilihat
dari mikroskop selama fase anestrus. Konsentrasi serum esterogen meningkat selama
fase proestrus, dan terjadi kerusakan kapiler dan kebocoran sel darah merah sampai
jaringan epitel ovarium tetapi terjadi peningkatan pada eptelium vagina. Permulaan
diestrus ditandai dengan terjadinya pengurangan ukuran permukaan sel dan
kemunculan intermediet dan parabasal sel. Fase estrus dapat ditandai dengan hampir
semua sel mengalami pertumbuhan dan cairan akan meningkat.
Gambar 8. Vaginal smear
(Frandson et al., 2009).
Vulva
Vulva merupakan alat kelamin bagian luar. Ismaya (2014) menyatakan bahwa saat
birahi vulva tampak bengkak, basah, dan berwarna merah. Berfungsi sebagai lubang luar
keluarnya urin, feses, mucus saat terjadi birahi, dan lubang untuk masuknya pipet
inseminasi saat kawin. Vulva sapi dewasa mempunyai panjang 8-12 cm, tergantung
umur, bangsa, dan status reprokdusinya.

Gambar 9. Anatomi vulva


Klitoris
Klitoris adalah bagian organ reproduksi bagian luar yang tersusun atas syaraf-
syaraf. Hal ini sesuai dengan pendapat Afiati et al., (2013). yang menyatakan bahwa
klitoris terdiri atas dua krura atau akar badan dan kepala. Klitoris atau jaringan erektif
yang tertutup oleh epitel skuamusa berstrata dan mengandung syaraf perasa yang
berperan saat kopulasi. klitoris akan berereksi pada hewan yang sedang estrus dan
berfungsi membantu saat proses kawin.

Gambar 10. Anatomi klitoris


Gangguan pada reproduksi betina
Gangguan pada reproduksi betina dapat menyebabkan kematian dan
menurunkan produksi dari ternak itu sendiri. Sayuti (2012) menyatakan bahwa Piometra
(endometritis kronis purulen) merupakan penyakit metoestral yang sebagian besar
menyerang betina yang lebih tua, dapat disebabkan karena kontaminasi uterus, retensio
sekundarium, atau kontaminasi selama proses kelahiran. Tjahajati et al. (2012)
menyatakan bahwa retensio sekundarium merupakan suatu kegagalan pengeluaran
plasenta fetalis dari alat kelamin induknya dalam waktu 1 sampai 2 jam setelah kelahiran
anaknya. Dapat disebabkan karena gangguan mekanis (kasus 0,3 %), selaput fetus
tersangkut pada tangkai karunkula yang besar, dan induk kekurangan tenaga. Distokia
(kesulitan melahirkan) adalah suatu kondisi stadium pertama kelahiran (dilatasi serviks)
dan kedua (pengeluaran fetus) yang lebih lama sehingga menjadi sulit dan tidak mungkin
lagi bagi induk untuk mengeluarkan fetus. Dapat disebabkan karena genetika, tata
laksana, gizi, infeksi, dan traumatic. Brucellosis adalah kelahiran fetus lebih awal
sehingga fetus tidak dapat bertahan hidup, tetapi pembentukan organ pada fetus tersebut
sudah selesai. Penyebab terjadinya brucellosis disebabkan oleh B. abortus dan B.
melitensis. Gejala-gejala yang timbul pada sapi, yaitu sapi mengalami keguguran pada
kebuntingan 5-8 bulan, penurunan produksi susu, cairan janin yang keluar keruh, ambing
dan alat kelamin membengkak. Tindakan yang dilakukan untuk pencegahan yaitu, sapi
yang mengalami keguguran dipisahkan, pemberian vaksin secara teratur, apabila terjadi
keguguran, maka sisa keguguran disucihamakan, fetus dan plasenta harus dibakar.

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa urutan
organ reproduksi pada sapi betina meliputi 2 ovarium, oviduk, uterus, vagina, dan vulva.
Panjang dari tiap tiap organ berbeda. Hasil pengukuran oviduk pada praktikum anatomi
reproduksi betina sudah sesuai dengan literatur. Hasil pengukuran ovarium, uterus,
serviks, pada praktikum anatomi reproduksi betina berbeda dengan literatur. Perbedaan
ukuran dipengaruhi oleh umur, jenis, pakan, serta status reproduksinya.

Daftar Pustaka
Afiati, F., Herdis., S. Said. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Bearden, H. J and J.W. Fuquay. 1997. Applied Animal Reproduction. Reston Publishing
Company. Virginia.
Frandson, R. D., W.L. Wilke., A. D. Fails. 2009. Anatomy and Physiology of Farm
Animals. Wiley-Blackwell. Colorado.
Hood, R.D. 2012. Developmental and Reproductive Toxicology. CRC Press. Alabama.
Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Kune, P., N. Solihati. 2007. Tampilan Berahi dan Tingkat Kesuburan Sapi Bali Timor yang
Diinseminasi (The Performance of Estrus and Fertility Rate of Timor Bali Cow
Inseminated). Jurnal Ilmu Ternak. 7 (1) : 1-5.
Praworo, K. 2011. Terapi Medipic Medical Picture. Penebar Swadaya. Jakarta.
Race, F. and M. Smith. 2006. Spaying-Why it’s a Good Idea. George Books. Canada.
Sayuti, A., J. Melia., Amrozi., Syafruddin., Roslizawaty., Y. Fahrimal. 2012. Gambaran
klinis sapi piometra sebelum dan setelah terapi dengan antibiotik dan prostaglandin
secara intra uteri. Jurnal Kedokteran Hewan. 6 (2) : 99-101.
Sonjaya, H. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. IPB Press. Bogor. Tjahajati, I., Husniyati. 2012.
Berbagai Penyakit pada Sapi. Citra Aji Parama. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai