Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH REPRODUKSI TERNAK

ORGAN REPRODUKSI
TERNAK BETINA

Disusun Oleh Kelompok 8


KELAS B

Dicky Adi Nugroho 200110170214


Muhamad Luthfi Naufaldi 200110170215
Fajriana Ihsan Maulana 200110170217
Ricky Andriadi Sembiring 200110170218
Eluzia Aloina Barus 200110170219
Muhamad Reza Tresna P 200110170220
Naufal Muhammad Abdul A 200110170243

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi adalah naluri setiap organisme untuk beranak-pinak. Ciri etik individu
makhluk hidup ialah bahwa umurnya terbatas, dan pada suatu ketika akan menjadi tua
kemudian mati karena suatu faktor, baik itu parasit, pemangsa atau sebagainya. Karena itu perlu
suatu perkembangan baru untuk mengganti reputasi yang telah tiada. Jadi kelangsungan hidup
individu sebagian di tunjukan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi bagi
kelestarian spesies.

Sapi betina tidak hanya memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali
kehidupan turunannya yang baru, tetapi ia menyediakan pula tempat beserta lingkungan untuk
perkembangan idnividu baru itu, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memiliharanya
selama awal kehidupannya. Tugas ini dilaksanakan oleh alat reproduksi primer dan sekunder.
Alat reproduksi primer, yaitu ovaria memproduksi ovum dan hormon betina. Organ reproduksi
sekunder terdiri dari tuba fallopi, uterus, cerviks, vagina, dan vulva. Fungsi alat-alat ini adalah
menerima dan mempersatukan sel kelamin jantan dan betina, memilihara dan melahirkan
individu.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan di bahas dalam makalah ini sebagai
batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara lain :

a) Apa peran penting organ reproduksi betina dalam peternakan ?


b) Apa saja bagian-bagian beserta fungsi dari organ reproduksi betina ?
c) Bagaimana anatomi dan fisiologi dari organ reproduksi betina ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai
berikut :

a) Mengetahui perananan penting dari organ reproduksi betina dalam peternakan


b) Mengetahui dan memahami bagian-bagian serta fungsi dari organ reproduksi betina
c) Mengetahui dan memahami struktur anatomi dan fisiologi dari organ reproduksi
betina
II

TINJAUAN PUSTAKA

Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu fisiologi yang secara
fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual yang berarti meskipun siklus reproduksi suatu
hewan berhenti, hewan tersebut masih dapat bertahan hidup. Sebagai contoh hewan yang diambil
organ reproduksinya (testes atau ovarium) hewan tersebut tidak mati (Widayati dkk, 2008).

Reproduksi merupakan proses untuk


menghasilkan keturunan. Hewan tingkat tinggi, seperti
sapi, bereproduksi secara seksual. Proses reproduksinya
meliputi beberapa tingkatan yang meliputi fungsi-fungsi
yang sangat kompleks dan terintegrasi antara proses
yang satu dengan yang lainnya. Tingkatan-tingkatan
tersebut meliputi pembentukan sel-sel kelamin,

Gambar 1.1 Sapi betina dengan peranakannya. pelepasan sel-sel gamet yang telah terdiferensiasi secara
Sumber: Flickr @swallowedtail fungsional, perkawinan (untuk mempertemukan gamet
jantan dan gamet betina), fertilisasi, fusi antara kedua pronuklei, pertumbuhan, diferensiasi,
perkembangan zigote, sampai kelahiran normal. Sehingga menjadi kebutuhan yang esensial untuk
selalu memperhatikan organ tersebut, terutama pemahaman masing-masing bagian dan fungsinya.

Pada betina, organ sistem reproduksinya terdiri dari ovarium kiri dan kanan, serta
oviduktus, uterus, cervix ,vagina, vestibulum dan kelenjar yang berkaitan. Berperan dalam
produksi serta transpor ovum, transport spermatozoa, pembuahan dan akomodasi ovum yang telah
dibuahi (conceptus) sampai lahir (partus) (Dellmann and Brown, 1992).

Fungsi organ-organ reproduksi sekunder adalah menerima dan menyalurkan sel-sel


kelamin jantan dan betina yang memberi makan dan melahirkan individu baru. Kelenjar susu dapat
dianggap sebagai suatu organ kelamin pelengkap karena sangat erat berhubungan dengan proses-
proses reproduksi dan esensial untuk pemberian makanan bagi individu yang baru lahir.

Hewan betina tidak hanya menghasilkna sel-sel kelamin betina yang penting untuk
membentuk suatu individu baru, tetapi juga menyediakan lingkungan di mana individu tersebut
terbentuk untuk diberi makan dan berkembang selama masa-masa permuliaan hidupnya. Fungsi-
fungsi ini dijalankan oleh organ-organ reproduksi primer dan sekunder.
III

PEMBAHASAN

3.1 Organ Reproduksi Ruminansia

Gambar 2.1 Organ Reproduksi Ternak Sapi

Organ reproduksi ternak betina (kecuali unggas) sama halnya dengan organ reproduksi
wanita, yang membedakannya hanyalah bentuk dan ukuran organ setiap spesies. Organ-organ serta
hormon yang dihasilkan pada umumnya sama. Organ dalam reproduksi betina tersusun dari
ovarium, oviduk, uterus, serviks, dan vagina. Dan untuk organ luar reproduksi betina adalah vulva
fsn klitoris.

3.1.1 Ovarium
Ovarium adalah organ primer (atau esensial) reproduksi pada betina seperti halnya testes
pada hewan. Ovari dapat dianggap bersifat endokrin atau sitogenik (menghasilkan sel) karena
mampu menghasilkan hormon yang akan diserap langsung ke dalam peredaran darah, dan juga
ovum. Sapi, kuda, dan domba betina adalah monotocous (hewan yang melahirkan satu anak
dalam satu kebuntungan, ovarium berbentuk bulat panjang oval). Oleh karena itu, satu sel telur
dihasilkan pada setiap siklus birahi. Babi dan kelinci merupakan ternak polytocus (hewan yang
melahirkan beberapa anak dalam satu kebuntingan, ovarium berbentuk seperti buah murbei).

Ovarium terdiri dari medulla dan cortex korteks pada kulit terluarnya, medula tersusun dari
pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat. Korteks berisi lapisan-lapisan sel dan jaringan yang
terkait dengan ovum dan produksi hormon steroid.

Folikel primer terbentuk selama masa kelahiran dari induk. Contohnya diperkirakan sekitar
75.000 folikel primer di dalam ovarium ternak sapi muda. Dengan berlanjutnya pertumbuhan
dan pematangan folikel sapi selama hidupnya, hanya sekitar 2.500 ovum yang berpotensi
menjadi ova. Beberapa potensial ova mencapai kematangan dan dilepaskan ke dalam sistem
salurab untuk kemungkinan terjadinya fertilisasi dan perkembangan anak. Kebanyakan mulai
berkembang dan merosot.

Gambar 2.2 Diagram dan Struktur yang Teridentifikasi dalam pembelahan ovarium

Folikel primer diikuti oleh proliferasi sel-sel granulosa yang mengelilingi sel telur. Ovum
yang dikelilingi oleh dua atau lapisan sel granulosa adalah folikel sekunder. Folikel sekunder,
terbentuk setelah hewan lahir dan sel folikulernya lebih banyak. Folikel tertier, terbentuk pada
saat hewan mencapai dewasa dan mulai mengalami siklus birahi. Dan yang terakhir adalah
folikel de Graaf, merupakan folikel terbesar pada ovarium pada waktu hewan betina menjelang
birahi. Bentuk dan ukuran ovarium tergantung spesies dan tahapan dalam siklus berahi.

Folikel de Graaf inilah yang akan siap diovulasikan (peristiwa keluarnya ovum dari
folikel). Peristiwa ovulasi diawali dengan robeknya folikel de Graaf pada bagian stigma
dipengaruhi oleh hormon LH (Luteinizing hormone). LH menyebabkan aliran darah di sekitar
folikel meningkat dan menyebabkan dinding folikel pecah. Bekas tempat ovum yang baru
keluar disebut corpus haemorragicum yang dapat kemasukan darah akibat meningkatnya aliran
darah dan menjadi merah, setelah itu terbentuk corpus luteum (berwarna coklat) yang akan
menghasilkan hormon progesteron untuk mempertahankan kebuntingan dan menghambat
prostaglandin. Sehingga pada saat bunting tidak terjadi ovulasi karena prostaglandin yang
mempengaruhi hormon estrogen dan FSH. Apabila pembuahan tidak terjadi, corpus luteum
bertambah ukurannya di bawah hormon pituitari anterior yaitu prolaktin dan dibentuklah
hormon progesteron yang menekan birahi yang berkepanjangan dan memepertahankan
kebuntingan.

Pada ovarium terdapat juga proses oogenesis, dimana tempat terbentuknya sel telur. Sel
telur terdapat didalam folikel. Oleh karena itu, ovum akan berkembang dan tumbuh dalam
lapisan sel-sel folikel. Pembelahan secara meisosis pertama dilakukan pada saat folikel primer
dan akan berhenti pada fase profase sampai ternak birahi. Pada saat birahi selesailah
pembelahan meiosis pertama dimana dari pembelahan tersebut dihasilkan badan polar pertama.
Kemudian terjadi pembelahan secara meiosis kedua dan dilakukan pada saat folikel tersier.
Dimana dari pembelahan tersebut dihasilkan badan polar lainnya.
Gambar 2.3 Proses Oogenesis dan Folikulogenesis

3.1.2 Oviduct

Oviduct merupakan saluran yang bertugas untuk menghantarkan sel telur (ovum) dari
ovarium ke uterus. Oviduct digantung oleh suatu ligamentum yaitu mesosalpink yang
merupakan saluran kecil yang berkelok-kelok dari depan ovarium dan berlanjut di tanduk
uterus.Panjang dan diameter oviduct bervariasi pada setiap mamalia. Oviduct dapat dibagi
kedalam empat bagian fungsional: 1. Fimbrae, bentuk saluran abdominal terbuka dekat dengan
ovarium, 2. Infundibulum, yaitu ujung oviduct yang letaknya paling dekat dengan ovarium.
Infundibulum memiliki mulut dengan bentuk berjumbai yang berfungsi untuk menangkap
ovum yang telah diovulasikan oleh ovarium; 3. Ampulla, tempat terjadinya fertilisasi dan sel
spermatozoa akan menunggu ovum di ampula untuk dibuahi. Panjang ampula merupakan
setengah dari panjang oviduct. Ampula bersambung dengan bagian oviduct yang terakhir yaitu
isthmus; dan 4. Isthmus, yang menghubungkan antara oviduct dengan uterus. Panjang ampulla
sekitar setengah dari total panjang oviduct, menyatu dengan perbatasan isthmus. Isthmus
berhubungan langsung dengan uterus.

Gambar 2.4 Anatomi oviduct: atas, fitur makroskopik dari saluran telur; bawah,
penampang ampula dan isthmus membandingkan ketebalan otot-otot dinding dan
kompleksitas lipatan mukosa.

3.1.3 Uterus
Fungsi uterus pada umumnya untuk mempertahankan dan memelihara embrio, atau fetus.
Sebelum embrio melekat ke uterus, makanan embrio berasal dari kungin telur dalam embrio
atau dari susu uterus rahim yang disekresikan oleh kelenjar dalam lapisan mukosa uterus.
Setelah melekat pada uterus embrio mengambil nutrisi dan buangan produk-produk limbah
melalui plasenta.

Uterus terdiri dari tanduk uterus, badan uterus, dan leher uterus (serviks). Cornu uteri ini
jumlahnya ada 2 dan persis menyerupai tanduk yang melengkung. Cornu uteri merupakan
bagian uterus yang berhubungan dengan oviduct. Kedua cornu ini memiliki satu badan uterus
yang disebut corpus uteri dan merupakan bagian uterus yang kedua. Corpus uteri berfungsi
sebagai tempat perkembangan embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus uteri terbentuk
PGF2 alfa. Bagian uterus yang ketiga adalah cervix atau leher uterus.

Fungsi uterus: 1. Saluran yang dilewati gamet (spermatozoa). Spermatozoa akan


membuahi sel telur pada ampula. Secara otomatis untuk mencapai ampulla akan melewati
uterus dahulu; 2. Tempat terjadinya implantasi. Implantasi adalah penempelan embrio pada
endometrium uterus; 3. Tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio; 4. Berperan pada
proses kelahiran (parturisi); 5. Pada hewan betina yang tidak bunting berfungsi mengatur siklus
estrus dan fungsi corpus luteum dengan memproduksi PGF2 alfa.

Berikut adalah beberapa jenis-jenis uterus hewan:


Gambar 2.5 Jenis-jenis uterus hewan

1. Uterus Simpleks

Uterus tipe ini dimiliki oleh primata dan mamalia sejenis.Uterus tipe ini mempunyai servik uteri,
korpus uteri nya jelas dan tidak memiliki kornua uteri.

2. Uterus Bipartitus

Uterus tipe ini dimiliki oleh sapi, domba, anjing, kucing, dan kuda. Uterus tipe ini mempunyai satu
servik, korpus uteri jelas terutama pada kuda, mempunyai kornua uteri, dan terdapat sebuah
septum pemisah kedua kornua uteri.

3. Uterus Bikornis

Uterus tipe ini dimiliki oleh babi. Korpus uterus sangat pendek, sebuah servik dan kornua uteri
panjang serta berkelok-kelok.

4. Uterus Duplek

Uterus tipe ini dimiliki oleh tikus, mencit, kelinci, dan marmot. Uterus tipe ini memiliki dua korpus
uteri, dan dua servik.

5. Uterus Delphia

Uterus tipe ini dimiliki oleh hewan berkantung, seperti opossum, kanguru, dan platypus. Semua
saluran kelaminnya terbagi dua yaitu dua kornua uteri, dua korpus uteri, dua servik, dan dua
vagina.

Untuk ternak betina itu sendiri, yang dipelajari adalah uterus bipartipus, uternus bikornis, dan
uterus duplek.
3.1.4 Serviks (Leher Rahim)
Serviks terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan sebagai pintu masuk ke
dalam uterus. Serviks tersusun atas otot daging sphincter. Serviks berdinding tebal dan elastis,
bagian anterior yang menuju badan uterus sedangkan ujung posterior menjorok ke vagina.
Serviks terdiri dari saluran yang merupakan pembukaan ke dalam uterus yang berfungsi untuk
mencegah kontaminasi mikroba terhadap uterus, namun juga dapat berfungsi sebagai reservoir
sperma setelah perkawinan. Semen disimpan ke dalam serviks saat kawin alam pada induk
babi dan kuda.

Serviks pada sapi, rusa, dan domba memiliki lekukan saling melintang yang dikenal
sebagai cincin melingkar yang membantu menutup uterus dari kontaminan. Saluran serviks
berbentuk corong, dengan lekukan pada saluran yang memiliki konfigurasu pembuka botol.
Hormon estrogen juga membantu dalam mempertahankan uterus karena dapat menyebabkan
sel-sel epitel serviks mengeluarkan lendir yang sifat antibakteri.

Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai masuknya sperma. Jika kemudian
terjadi kebuntingan saluran uterin itu tertutup dengan sempurna guna melindungi fetus.
Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus
dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran.

3.1.5 Vagina
Vagina adalah organ reproduksi hewan betina yang terletak di dalam pelvis di antara uterus
dan vulva. Vagina berbentuk tabung, berdinding tipis dan cukup elastis. Vagina memiliki
membran mukosa disebut epitel squamosa berstrata yang tidak berkelenjar tetapi pada sapi
berkelenjar. pada bagian kranial dari vagina terdapat beberapa sel mukosa yang berdekatan
dengan serviks. Pada sapi, kambing dan domba, semen disimpan di dalam ujung anterior
vagina, dekat pembukaan serviiks, selama perkawinan alami.

Fungsi dari vagina adalah sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan; berperan
sebagai saluran keluarnya sekresi serviks, uterus dan oviduct; dan sebagai jalan peranakan saat
proses beranak. Vagina akan mengembang agar fetus dan membran dapat keluar pada
waktunya.

Lapisan luar, tunika serosa, diikuti oleh lapisan otot polos yang mengandung serat. Pada
kebanyakan spesies, lapisan mukosa terdiri dari sel skuamosa epitel (kecuali pada sapi). Sel-
sel epitel cornify (sel tanpa inti) di bawah pengaruh hormon estrogen.

3.1.6 Vulva
Vulva, atau alat kelamin luar, terdiri dari vestibula depan dengan bagian-bagian terkait dan
ruang depan labia. Vestibula adalah bagian dari sistem saluran betina yang umum bagi sistem
reproduksi dan saluran kencing. Bagian luar uretra terdiri dari labia minora, lipatan dalam atau
bibir vulva, dan labia majora, lipatan luar atau bibir vulva. Labia minora adalah homolog
dengan preptium (selubung) pada jantan dan tidak menonjol. Labia majora, homolog dengan
skrotum pada jantan, merupakan bagian dari sistem betina yang dapat terlihat secara eksternal.
Pada sapi labia majora ditutupi dengan rambut halus hingga klitorus mucosa.

Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal atau oleh suatu
pematang pada posisi kranial terhadap uretral eksteral yaitu himen vestigial. Himen tersebut
rapat sehingga mempengaruhi kopulasi. Vulva akan menjadi tegang karena bertambahnya
volume darah yang mengalir ke dalamnya.

3.1.7 Uterus

Klitoris merupakan alat reproduksi betina bagian luar yang homolog dengan gland penis
pada hewan jantan yang terletak pada sisi ventral sekitar 1 cm dalam labia. Klitoris terdiri atas
dua krura atau akar badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri atau jaringan erektil yang tertutup
oleh epitel skuamusa berstrata. Selain itu klitoris juga mengandung saraf perasa yang berperan
pada saat kopulasi. Klitoris akan berereksi pada hewan yang sedang estrus. Fungsi dari klitoris
ini membantu dalam perkawinan.

3.2 Organ Reproduksi Betina Pada Satwa Harapan

A. Lebah
Alat reproduksi lebah ratu merupakan jenis kelamin betina yang alat reproduksinya
berkembang sempurna. Alat reproduksi lebah pekerja betina kurang lebih sama dengan
alat reproduksi ratunya. Alat reproduksinya terdiri dari ovarium, oviduct, uterus, bursa
copulatrx, spermatheca, dan vagina. Ovarium lebah ratu berukuran besar dan berjumlah
dua yang hampir memenuhi rongga abdomen, dan di dalam ovarium terdapat ovariole
yang berfungsi sebagai tempat produksi ovum. Ovum akan menuju saluran sempit yang
disebut oviduct yang berfungsi sebagai saluran menuju vagina. Vagina terbentuk dari
dua oviduct yang berasal dari dua ovarium dan bersatu membentuk saluran yang
disebut bursa copulatrix yang berfungsi sebagai penerima penis lebah jantan saat
kawin, dan diantara vagina dan oviduct terdapat kantong yang disebut spermatheca
yang berfungsi menyimpan spermatozoa hasil perkawinan ratu dengan jantan. Saat
ovum keluar dari oviduct menuju vagina dan saat spermatozoa keluar dari spermatheca
menuju vagina, saat itulah terjadi fertilisasi di vagina. Spermatheca dapat 180
menyimpan kurang lebih 200 juta spermatozoa, hal ini sangat memungkinkan bagi
lebah ratu dapat membuahi telur-telurnya.
B. Kelinci

Gambar 2.6 Organ reproduksi pada kelinci betina

Organ reproduksi kelinci masih bisa disebut primitive karena system split two-horned
hanya terdapat pada hewan ovipar dan lagomorphs (pika, hare, kelinci). Sistem reproduksi tersusun
atas sistem genital interna dan eksterna. Genital interna terdiri atas sepasang ovarium dan uterus.
Kelinci betina memiliki ovarium berjumlah sepasang dan berbentuk oval dengan panjang tidak
melebihi 1 – 1.5 cm, tepat di bawah (caudal) dari hati dan ginjal, dengan folikel-folikel Graaf
berbentuk gelembung di dalamnya. Ovarium itu terlindung di bawah mesometrium dan lemak. Di
bawah ovarium terdapat oviduct, yang terdiri atas saluran, ampulla dan isthmus. Terdapat sepasang
tanduk uteri (cornua utery) sepanjang kira-kira 7 cm, berkelok-kelok dan terdiri atas infundibulum,
tuba dan uterus. Cornue uteri membuka secara terpisah melalui dua saluran serviks menuju vagina
sepanjang 6 - 10 cm. Urethra melewati sepanjang jalan vagina dan keluar pada vaginal vestibula.
Organ eksterna tersusun atas vagina, vulva, labium majus, labium ninus, dan clitoris Secara garis
besar vagina kelinci tidak memiliki banyak perbedaan dengan hewan lain. Kelenjar Bartholin,
yang homolog dengan kelenjar Cowper pada organ reproduksi kelinci jantan dan kelenjar
preputial, kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi feromon dapat terlihat pada ujung akhir
vagina. Semuanya ditopang oleh otot luas (broad ligament) yang terpasang atau terikat pada 4 titik
utama di bawah tulang belakang.

Folikel pertama milik kelinci betina muncul pada hari ke-13 setelah lahir, dan antrum
folikel muncul pada hari ke 65-70. Kelinci betina tidak memiliki siklus estrus dengan periode yang
regular. Bahkan kelinci betina dewasa dapat dianggap untuk selalu ada dalam kondisi estrus dan
adalah ‘ovulator refleks’. Hal ini berarti bahwa ovulasi hanya diinduksi setelah distimulasi dan
terjadi secara otomatis sekitar 9 – 13 jam setelah kopulasi.
3.3 Organ Reproduksi Non Ruminansia

Gambar organ reproduksi unggas betina

Pada gambar di atas, menggambarkan sistem reproduksi betina. Dapat dilihat bahwa unggas betina
secara normal hanya memiliki ovari dan oviduk sebelah kiri yang berkembang sempurna. Selama
masa penetasan, bagian sebelah kanan tidak berkembang dan pada saat menetas telah mengalami
degenerasi menjadi suatu rudimen. Ada lima bagian oviduk yang secara jelas dapat dibedakan:

1. funnel atau infundibulum yang berperan dalam penangkapan kuning telur


atau volk setelah volk itu diovulasikan,
2. magnum yang mensekresikan albumen atau putih telur,
3. isthmus yang mensekresikan membran cangkang atau kerabang,
4. uterus (kelenjar cangkang) yang mensekresikan cangkang,
5. vagina, terdapat di mana telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan bila telah tercapai
bentuk sempurna.

Sistem reproduksi betina berfungsi pertama-tama melalui stimulasi hormon FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dari pituari anterior, yang menyebabkan terjadinya perkembangan folikel-
folikel yang telah dewasa (yolk). Produksi FSH secara normal dirangsang oleh peningkatan
periode pencahayaan. Secara alami, peningkatan itu disebabkan oleh bertambah lamanya siang
hari pada musim semi. FSH dapat diproduksi melalui rangsangan sistem pencahayaan buatan oleh
manusia.

Ovari dipengaruhi oleh rangsangan tersebut untuk mulai menghasilkan


hormon estrogen dan progesterone. Estrogen menyebabkan peningkatan kadar kalsium, protein,
lemak, vitamin dan substansi lainnya di dalam darah, yang diperlukan untuk pembentukan telur.
Estrogen juga merangsang peregangan tulang pubis dan pembesaran vent guna mempersiapkan
ayam betina untuk bertelur. Progesteron berperan terhadap kelenjar hipothalamus untuk
memproduksi LH (luiteinizing hormone) dari pituitari anterior, yang menyebabkan
pelepasan volk yang sudah masak dari ovarium ke funnel atau infundibulum. Apabila pada saat itu
terdapat sperma dan membuahi, akan dihasilkanlah telur yang fertil. Sebaliknya, bila tidak ada
sperma produksi tetap akan terus berlangsung, tetapi yang dihasilkan adalah telur infertil.
IV
KESIMPULAN

Organ reproduksi ternak betina mamalia terdiri dari ovarium, tuba fallopii (oviduk),
uterus, serviks, vagina, vulva dan klitoris.

Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduk, namun bagian dari oviduk
ini terbagi menjadi lima bagian yaitu infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina,
kloaka.

Fungsi organ reproduksi ternak mamalia betina dari ovarium adalah menghasilkan sel
telur dan hormon esterogen, tuba falopii adalah untuk menangkap telur yang dilepaskan dari
ovarium setiap bulan selama ovulasi, uterus merupakan saluran untuk penerimaan sel telur
yang telah dibuahi, nutrisi dan perlindungan fetus, serviks adalah menutup lumen utuerus,
vagina berfungsi sebagai lubrikasi dan melindungi terjadinya aberasi pada saat kopulasi,
vulva berfungsi sebagai saluran reproduksi dan urinaria.

Fungsi organ reproduksi betina unggas dari ovarium adalah penghasil gamet betina dan
pembentukan kuning telur, Infundibulum berfungsi menangkap ovum (yolk) terjadinya
fertilisasi, Magnum berfungsi Produksi putih telur kental bagian dalam, Isthmus berfungsi
Pembentukan kerabang tipis, Uterus berfungsi pembentukan kerabang telur, Vagina
berfungsi Pembentukan kulikula dan pewarnaan kerabang, dan Kloaka berfungsi
Pengeluaran telur dan organ reproduksi terluar.
Daftar Pustaka

Yusuf, M. (2012). Ilmu Reproduksi Ternak. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Blakely, J. Dan D. H. Bade. (1998). Ilmu Peternakan Edisi ke-4. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Frandson, R. D. (1992). Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Hardjopranjoto, S. (1993). Ilmu Kemajiran pada Ternak. Surabaya: Airlangga University Press.

Toliehere, M.R., (1981). Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai