Anda di halaman 1dari 7

Piliang, W. G. 2002. Nutrisi Vitamin. Volume I. Edisi ke-5. Institut Pertanian Bogor.

Press,
Bogor. Piliang, W. G. & S. Djojosoebagio. 2000. Fisiologi Nutrisi.
Ruckebusch, Y and P. Thivend, 1980. Digestive Physiologi and Metabolism in in Ruminant. Avi
Publishing Co. Westport, Connecticut.
Toharmat, T & T. Sutardi. 1985. Kebutuhan mineral makro untuk produksi Susu pada sapi perah
laktasi Dihubungkan dengan kondisi faalnya. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Vrzgula, L., Sokol, J. 1990: Interpretacia enzymatickeho profilu. In: Vrzgula L. a kol.: Poruchy
latkoveho metabolizmu hospodarskych zvierat a ich prevencia. 2th ed., Priroda Bratislava,
pp. 479-481

Williamson dan Payne G. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Diterjemahkan oleh Djiwa
Darmaja. Yogyakarta : UGM Press.

Hijauan kasar merupakan sumber utama zat gizi yang dipergunakan ternak untuk
pembangun tubuh. Dengan demikian, walaupun begitu besar keanekaragaman kondisi alam,
tanaman pertanian dan hewan umumnya memiliki komposisi unsur yang sama (dalam g%).
Bahan (tanaman/hewan) tersebut 96 - 98 berat persen terdiri dari karbon, oksigen, hidrogen,
dan nitrogen. Tubuh ternak mengandung lebih banyak karbon dan nitrogen, sedangkan
jaringan tanaman mengandung lebih banyak oksigen. Persenyawaan organik - protein, lemak,
dan karbohidrat - sebagian besar tersusun dari karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen, dan
terakhir diketahui sebagai unsur-unsur organik. Pada temperatur tinggi atau bercampur
dengan asam pekat, bahan organik dari jaringan tanaman dan hewan akan mengalami
pembakaran, disertai dengan pembebasan karbondioksida, air, dan amonia, sedangkan
sisa/hasil sampingan sebagai residu adalah fraksi anorganik (abu). Unsur-unsur yang telah
mengalami pembebasan dikenal sebagai mineral, abu, atau unsur-unsur anorganik. Saat ini
lebih dari 60 unsur mineral, unsur makro dan mikro, telah dideteksi dalam abu ari organ dan
jaringan hewan tingkat tinggi. Dari 60 ini, 45 telah ditentukan secara kuantitatif, dan
merupakan komponen-komponen yang hakiki dari organisme.
Pada umumnya gizi dibagi menjadi lima kelompok yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin dan mineral. Berbagai mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi
pembentukan tulang, dan banyak fungsi tubuh lainnya. Menambahkan mineral tambahan
untuk ransum biasanya diperlukan untuk memastikan bahwa jumlah yang tepat dari elemen-
elemen yang tersedia untuk hewan. Jenis campuran mineral tambahan yang diperlukan
ditentukan oleh makanan dalam ransum dan persyaratan ternak itu.
Logam atau mineral pada hewan ternak dibagi menjadi dua bagian yaitu esensial dan
non esensial. Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan sehingga hewan
dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan
kelainan proses fisiologik yang disebut defisiensi mineral. Sedangkan kelompok non esensial
adalah kelompok logam yang tidak berguna atau belum diketahui kegunaanya dalam tubuh
hewan sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal menyebabkan keracunan. Logam
yang bersifat esensial dalam tubuh hewan ini dibagi menurut jumlah kandungan dalam tubuh
hewan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
Unsur Mineral makro: kalsium(Ca), Magnesium(Mg), Fosfor(P), Natrium(Na),
Klor(Cl), Sulfur(S). dan Mineral mikro: besi(Fe), Tembaga(Cu), Seng(Zn), Mangan(Mn),
Kobal(Co), Selenium( Se). Hewan yang diberi pakan dengan dikurangi jumlah salah satu
unsur mineralnya akan terlihat gejala-gejala penyakit defisiensi mineral kemudian jika
ditambahkan maka gejala klinis tersebut akan hilang dan hewan akan kembali
normal. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mineral, biasanya hewan memperoleh
dari pakan dan minuman yang mengandung mineral cukup. Mineral untuk pakan biasanya
didapatkan dari hijauan untuk unggas. hampir semua mineral esensial baik makro maupun
mikro berfungsi sebagai katalisator dalam sel. Dan beberapa mineral lainya berikatan dengan
protein dalam system enzim.
1) Unsur Mineral Makro antara lain:
1. Kalsium (Ca)
Kalsium adalah mineral yang paling banyak ditemukan dalam tubuh hewan. Kalsium
merupakan komponen penting untuk kehidupan sel dan cairan jaringan. kalsium juga penting
dalam aktivitas beberapa sistem enzim dan juga terlibat dalam system koagulasi
darah yang unsur kalsiumnya terdapat dalam plasma. Kalsium adalah logam putih perak
yang agak lunak, melebur pada 8450 C Terserang
atmosfer dan udara lembab, pada reaksi ini terbentuk kalsium oksida dan
atau kalsium hidroksida. Fungsi penting dari kalsium di
luar sel (ekstraselkuler) ialah mencegah terjadinya gumpalan darah, gumpalan ini
adalah merupakan protein darah yang tidak larut. Peranan kalsium dalam sel
(intraseluler) yang penting adalah dalam eksitasi saraf dan kontraksi otot. Kontraksi
otot merupakan proses yang kompleks dimana terjadinya perubahan permeabilitas
memberan sehingga Ca2+ terbebaskan dan menyebabkan kontraksi. Aktifitas kalsium
tersebut dalam protein tidak dapat digantikan oleh ion lain.

Kalsium pada pakan ternak

Tanaman pakan seperti rumput dan hijauan lainya merupakan sumber pe


rolehanlogam/mineral yang utama baik hewan maupun ternak. Logam esensial dip
erlukan dalam proses fisiologis hewan sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan
unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mineral, biasanya hewan memperolehdari pakan
dan minuman yang mengandung mineral cukup. Mineral untuk pakan
biasanya didapatkan dari hijauan untuk unggas,
hampir semua mineral esensial baik
makro maupun mikro berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan beberapa miner
al lainya berikatan dengan protein dalam sistem enzim. Mineral kalsium merupakan
unsur nutrisi yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis ternak sehingga hewan
dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang
jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik yang disebut
defisiensi mineral. Defisiensi mineral yang terjadi pada ternak ayam antara lain:
pertumbuhan menjadi terlambat, konsumsi ransum menjadi menurun, laju metabolis basal
tinggi, kepekaan dan aktivitas menjadi menurun, osteoporosis, sikap dan cara cara
berjalan abnormal, peka terhadap perdarahan di dalam, suatu kenaikan dalam jumlah urine,
daya hidup berkurang, kulit telur menipis dan produksi telur menurun, tetanus, pika yaitu
nafsu makan menurun, hewan mengunyah kayu, tulang,dan batu dan pertumbuhan bulu
kasar. Kalsium banyak ditemukan di dalam tepung ikan namun untuk kelengkapanya
digunakan juga mineral tambahan buatan pabrik untuk menjaga kebutuhan
mineral yang seimbang dan proporsional, ransum komersial biasanya sudah mengandung
mineral yang dimaksud, bahkan peternak kadang-kadang sering menambahkan mineral di
dalam air minum ternak. Kebutuhan mineral oleh ayam sangat berbeda beda menurut jenis
dan umur ayam.

"Susu demam" - hipokalsemia dalam sapi. Ternak yang terkena biasanya mengalami depresi
dan tenang, dan sering ketika mereka pergi ke memiliki kepala mereka ke panggul, seperti di
sini. Demam susu adalah keliru ternak ini tidak memiliki demam.
2. Magnesium ( Mg )
Magnesium merupakan mineral makro yang sangat penting. Sekitar 70% dari total
Mg dalam tubuh terdapat dalam tulang atau kerangka ( Underwood, 1981 ), sedangkan 30%
lainnya tersebar dalam berbagai cairan tubuh dan jaringan lunak (Tillman et al., 2003 ). Mg
dibutuhkan oleh sebagian besar sistem enzim, berperan dalam metabolisme karbohidrat dan
dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi sistem saraf ( Perry et al., 2003 ). Selain itu Mg
berperan penting untuk sintesis protein, asam nukleat, nukleotida, dan lipid ( Girindra, 1988 ).
Indikator defesiensi Mg adalah menurunnya kadar Mg dalam plasma menjadi 1,2 – 1,8
mg/100ml dari kadar normal sebesar 1,8 – 3,2 mg/100ml ( McDowell, 1992 ). Tempat utama
absorsi Mg pada ternak ruminansia adalah pada bagian rumen, sekitar 25% Mg diabsorsi oleh
hewan dewasa. Jumlah Mg yang diabsorsi menurun seiring dengan penurunan tingkat mineral
di dalam pakan. Dalam kondisi defisiensi status Mg cadangan dalam tubuh untuk
menggantikan sumbangan dari absorpsi Mg yang rendah (McDowell, 1992)

Magnesium (Mg) anak sapi yang hanya diberi air susu yang ditambah dengan Fe, Cu,
Mn, dan vitamin D ternyata banyak yang menderita tetani dan akhirnya mati. Kadar Mg
dalam darahnya sangat menurun. Anak sapi yang telah dapat makan hijauan bila ditambah
10-12 mg/kg Mg pertumbuhannya akan lebih baik. Kejadian grass tetani, yang gejalanya
mirip dengan milk faver, banyak dialami oleh-oleh sapi yang produksinya tinggi. Untuk
mencegahnya hanya dapat dilakukan dengan menambah unsur Mg di dalam rasumnya.
Kebutuhan tambahan untuk sapi berproduksi adalah 40 g/ ekor yang dapat diperoleh dari
MgO.
Gambar 3. Grass Tetani

3. Fosfor ( P )
Fosfor (P) dibutuhkan untuk jaringan otot dan tulang. Kekurangan fosfor akan
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan terhambat serta menekan nafsu makan.
Daun legum semak dan pohon dilaporkan banyak mengandung fosfor lebih banyak dari pada
rumput. Oleh karena itu, pemberian pakan campuran rumput-rumputan dan kacang-kacangan
akan mengurangi kemungkinan kekurangan fosfor.

Phosphor merupakan komponen esensial yang dibutuh oleh unggas. Fungsi


phosphor dalam tubuh unggas adalah sebagai berikut :

a) Sebagai komponen utama untuk pembentukan tulang rawan, dan eksoskleton krustacea.

b) Phosphor juga merupakan komponen esensial dari phospholipid, asam nukleat, kasein,
adenosin triphosphat, heksosa phosphat, dan beberapa enzim. Phosphor sebagai komponen
utama dari senyawa-senyawa tersebut di atas, maka secara tidak langsung mempunyai
peranan dalam proses metabolisme karbohidrat, protein, lipid, dan metabolisme otot dan
jaringan syaraf.

c) Phosphat organik berguna sebagai buffer atau penyangga untuk menormalkan


keseimbangan asam basa cairan tubuh.

Jumlah phosphat yang terserap dari bahan pangan dipengaruhi oleh tingkat
kandungan phosphat dalam darah dan keasaman lambung. Phosphat yang terserap
umumnya disimpan dalam jaringan-jaringan lunak seperti hati, jantung, ginjal dan
darah. Selain itu phosphat yang terserap juga disimpan dalam jaringan skeletal.
Larutan garam phosphor dapat diserap melalui kulit, sirip, dan insang dari lingkungan
perairan (tawar dan asin), akan tetapi kebutuhan phosphor pada unggas pada
umumnya masih dipenuhi dari sumber makanannya. Hal ini disebabkan kandungan
phosphor dalam air baik pada air tawar maupun air asin sangat rendah yaitu sekitar 0,02
mg/liter. Defisiensi atau kekurangan phosphor pada unggas dapat menyebabkan
pertumbuhan menurun, konversi pakan rendah, dan kandungan kalsium serta phosphor dalam
tulang belakang rendah. Pada unggas-unggas tertentu kekurangan phosphor ini dapat
menyebabkan terjadinya ketidak normalan jaringan skeletal dan mineralisasi tulang rendah.
Sumber yang kaya phosphor meliputi batu phosphat, tepung tulang, tepung unggas,
tepung udang, dedak beras, dedak gandum, tepung biji bunga matahari, dan tepung biji
kapas. Untuk sumber phosphor yang berasal dari tanaman seperti serialia dan minyak biji-
bijian, hampir 50 sampai 80 persen phosphor berasa dalam asam phytic. Asam phytic adalah
ester heksa phosphat dari inositol. Oleh karena itu bentuk organik dari phosphor ini harus
dihidrolis didalam saluran pencernaan dengan enzim phytase menjadi inositol dan asam
phosphorit sebelum dapat diserap atau digunakan oleh unggas atau hewan lainnya.
4. Klor ( Cl )
Klor adalah anion utama monovalen dalam cairan ekstra selular. Klor dalam plasma
darah dan cairan ekstra selular terdapat sekitar 65 persen dari anion yang ada.Klor juga
mempunyai peranan sebagai pengatur tekanan osmotik dan kesimbangan asam basa. Klor
juga berperan khusus dalam transpor oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan
pemeliharaan cairan tubuh. Potasium, sodium dan klor mudah diserap dari saluran
pencernaan, kulit, dan insang unggas. Kekurangan sodium, potasium, dan klor pada unggas
jarang terjadi karena unggas mendapatkan elemen-elemen ion dari lingkungan akuatiknya.
Sumber yang kaya akan klor,sodium,dan potassium yaitu tepung ganggang,tepung udang,
tepung unggas, tepung alfalfa, molase tebu, tepung kedelai, dedak beras, dedak gandum,
tepung biji kapas, tepung kopra, gandum giling, tepung kacang, dan tepung biji bunga
matahari.

5. Sulfur ( S )
Sulfur (S) sangat penting dan berperan sebagai penyusun asam amino metionin dan
sistein. Asam amino ini sangat berguna bagi ternak. Sulfur juga penting untuk sintesa protein
mikroba sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan oleh mikroba rumen.
Sulfur adalah komponen penting dari beberapa asam amino (metionin dan sistein),
vitamin (thiamin dan biotin), hormon insulin dan eksoskleton krustacea. Sulfur
dalam bentuk asam sulfat merupakan komponen penting dari chondroitin,
fibrinogen, dan taurin. Beberapa enzim seperti koenzim A dari glutathione, keaktifan
mereka tergantung kepada gugus sulphidril bebas. Sulfur juga terlibat dalam detoksifikasi
senyawa-senyawa aromatik di dalam tubuh unggas dan hewan lainnya. Sulfur yang terikat
dalam asam amino dan sulfur anorganik mudah diserap dari saluran pencernaan unggas.
Sumber yang kaya sulfur antara lain tepung unggas, telur ayam. Bulu burung atau ayam yang
telah dihidrolisis lebih lanjut.
Sumber-Sumber Mineral Sebagai Campuran Pakan Ternak
Ada beberapa sumber mineral yang bisa dijadikan campuran pakan ternak ruminansia
diantaranya :
a. Tepung kapur
Tepung kapur (CaCO3) terbuat dari proses penggilingan batu kapur, Kandungannya terdiri dari
kalsium sebanyak 55 % selain itu juga mengandung zat besi, fosfor dan magnesium.
b. Garam
Garam merupakan sumber natrium dan klor, maksimal pemberian sebanyak 0,25 %. Garam
yang diberikan adalah garam yang mengandung yodium.
c. Tepung Cangkang Kerang
Tepung Cangkang kerang memiliki kandungan Kalsium dan Magnesium yang tinggi. Kalsium
dan Magnesium merupakan sumber mineral. Tepung cangkang kerang terbuat dari cangkang
kerang yang digiling menjadi tepung.
d. Onggok
Onggok merupakan limbah dari pembuatan tepung tapioka, onggok memiliki kandungan Kalsium
0,32 % dan fosfor 0,03 %.

d. Dedak Padi
Kandungan mineral yang terdapat pada dedak padi adalah kalsium 0,20 % dan fosfor 1 %.
Masih banyak lagi sumber mineral yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran pada pakan
ternak, seperti cangkang telur, cangkang keong, cangkang bekicot dan yang lainnya.

KESIMPULAN

Mineral merupakan salah satu zat nutrisi yang sangat esensial untuk kehidupan
unggas dan organisme akuatik lainnya. Berdasarkan jumlah kebutuhan dan keberadaan
dalam tubuh unggas, mineral dibedakan atas dua kelompok yaitu makro mineral
dan
mikro mineral. Makro mineral terdiri dari phosphor, kalsium, magnesium, natrium
sodium,potasium, klor, dan sulfur. Mikro mineral terdiri dari besi, seng, mangan,
tembaga, kobalt, iodin, dan selenium.

Fungsi utama mineral dalam tubuh unggas adalah sebagai berikut :

a) Penyusun penting dalam struktur skeleton (tulang dan gigi) dan esoskeleton.

b) Penting dalam pemeliharaan tekanan osmotik dan mengatur perubahan air


dan larutan dalam tubuh unggas.

c) Berguna sebagai penyusun struktur jaringan lunak unggas.

d) Penting untuk transmisi impuls syaraf dan kontraksi otot.


e) Berperanan vital di dalam keseimbangan asam-basa tubuh, dan mengatur pH darah dan
cairan tubuh lainnya.

f) Berguna sebagai komponen penting dari banyak enzim, vitamin, hormon, pigm
en pernafasan atau sebagai kofaktor dalam metabolisme, katalis dan aktifator enzim.

Penyakit difisiensi mineral pada ternak pada ruminansia, baik ruminansia kecil dan
ruminansia besar merupakan salah satu kendala dalam pengembangan ternak. Pemberian
mineral tambahan untuk pengobatan penyakit difisiensi mineral perlu mempertimbangkan
unsur mineral yang kurang berdasarkan hasil pemeriksaan serum darah pada ternak dengan
diketahuinya mineral yang kurang maka pemberian jenis mineral dalam pakan tambahan
akan sesuai dengan yang dibutuhkan ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Darmono dan S. Bahri. 1989. Status beberapa mineral makro (Na, K, Ca, Mg, dan P) dalam
saliva dan serum sapi di Kalimantan Selatan. Penyakit Hewan 22(40): 138−142.

Darmono, 2007. Penyakit defisiensi mineral pada ternak ruminansia dan upaya
pencegahannya. Jurnal Litbang Pert 26(3):104-108.

Yovi , M., 2015., Pengertian-mineral- fungsi-mineral.

Darmono, 2017. Balai Besar Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata No. 30, Bogor
16114

Sukariada I. P. J., Suwiti N.K., Utama I.H., Suarsana I.N.S. 2014. Profil Makro Mineral
Natrium (Na) dan Mikro Mineral Seng (Zn) Serum Sapi Bali yang Dipelihara di Lahan
Hutan. Denpasar: Laboratorium Histologi, Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana.

Besung I. N. K. 2013. Analisis Faktor Tipe Lahan dengan Kadar Mineral Serum Sapi Bali.
Denpasar: Laboratotium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
ARC (1980) The Nutrients Requirements of Ruminant Livestock. CAB International.
Cuesta, P. A., at al (1993) Seasonal variation of soil and forage mineral consentrations
in nort Florida. Common Sci

Anda mungkin juga menyukai