SELEKSI TERNAK
Oleh:
Nama : Ilhan Mansiz
NIM : D0A020027
Penanggung Jawab Kelas: Dika Setiawan
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
laporan akhir praktikum seleksi ternak dapat tersusun hingga selesai. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih terhadap dosen dan tim pengajar praktikum serta semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan laporan akhir ini, baik dari segi moral maupun
material.
Kami sangat berharap laporan akhir praktikum mata kuliah “Seleksi Ternak” dapat
menambah pengetahuan dan juga diharapkan dapat menjadi manfaat bagi pembaca.
Kami jga berharap laporan akhir yang kami tulis dapat diaplikasikan dalam kehidupan,
sehingga menjadi panduan yang baik untuk masa depan peternakan Indonesia.
Semoga dalam laporan akhir ini para pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan. Pada penyususnan laporan akhir ini penulis merasa bahwa masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang kami miliki. Untuk
itu sangat diharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para pembaca demi
perbaikan karya laporan selanjutnya. Sekian, kurang lebihnya mohon dimaafkan dan
terima kasih banyak.
Purwokerto, 19 November 2021
Penulis,
Ilhan Mansiz
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Ilhan Mansiz
D0A020027
Dika Setiawan
NIM. D1A018136
SELEKSI TERNAK
PRAKTIKUM ACARA 1 “PEWARISAN SIFAT”
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Nama : Ilhan Mansiz
NIM : D0A020027
Kelas :G
distribusi nilai diambil secara acak sebagai nilai sebaran untuk di asumsikan dalam perhi-
tungan produksi susu sapi perah. Jumlah produksi susu sapi perah dapat diukur dengan
menjumlah semua nilai gen pada setiap kombinasi gen sapi perah dengan nilai perse-
baran nilai lingkungan (E).
Jumlah produksi susu sapi yang telah dihitung berdasarkan nilai sebaran lingkungan
dan nilai gen kemudian di cari nilai rata – rata produksi tersebut, nilai tersebut yang ke-
mudian akan dipakai dalam perhitungan simpangan baku dan koefisien keragaman.
Menurut Krisnamurti et al., (2019), penaksiran heritabilitas nilai ragam serta simpangan
baku dan karakteristik produksi susu sapi perah FH didapat dengan menggunakan rumus
2 2
Σ Y −( Σy ) /n
2
ragam terlebih dahulu: σ = , kemudian di substitusikan dalam rumus
n−1
2
σ =√ σ . Berdasarkan hasil praktikum, jumlah produksi susu sapi rata-rata adalah sebesar
3428,5 liter/ekor, jumlah produksi susu sapi masuk dalam rentang kategori menengah.
Hal tersebut telah sejalan dengan Makin dan Suharwanto (2012), bahwa jumlah produksi
sapi perah kelas menengah berada dalam rentang 2490,7 – 5701,25 liter, semua sapi hasil
persilangan memiliki performans yang cukup baik. Nilai simpangan baku dari jumlah pro-
duksi susu sapi kemudian dapat dicari, dengan menggunakn rumus “=STDEV” pada
Microsoft Excel maka kita dapat menemukan nilai simpangan baku dari kesemua hasil
produksi susu spai perah betina. Pencarian nilai simpangan baku dilakukan dengan men-
jabarkan semua data produksi sapi perah dan mengkuadratkannya, lalu nilai total kuadrat
dan nilai total produksi di substitusikan dalam rumus ragam dan simpangan baku, berikut
merupakan tabel pendataan dari produksi sapi perah:
No. Yi Yi 2
1 3480 12.110.400
2 2814 7.918.596
3 2504 6.270.016
4 3360 11.289.600
5 3081 9.492.561
6 3221 10.374.841
7 3859 14.891.881
8 3680 13.542.400
9 3131 9.803.161
10 3612 13.046.544
11 4162 17.322.244
12 3932 15.460.624
13 3492 12.194.064
14 3471 12.047.841
15 4169 17.380.561
16 4241 17.986.081
17 3993 15.944.049
18 3625 13.140.625
19 3598 12.945.604
20 3113 9.690.769
21 3455 11.937.025
22 3867 14.953.689
23 3772 14.227.984
24 3468 12.027.024
25 3433 11.785.489
26 2836 8.042.896
27 2767 7.656.289
28 2807 7.879.249
29 3131 9.803.161
30 3102 9.622.404
31 3392 11.505.664
32 3152 9.935.104
Σ 109.720 382.228.440
Rat 3428,75 -
a
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas kita dapat menemukan ragam dan sim-
pangan baku dengan mensubstitusikan nilai – niliai tersebut, dengan rumusan sebagai
( Σy )2
Σ Y 2−
berikut: 2 n
σ =
n−1
( 109.720 )2
382.228 .440−
2 32
σ =
32−1
12.038 .478 .400
382.228 .440−
32
σ 2=
31
2 382.228 .440−376.202.450
σ =
31
6.025 .990
σ 2=
31
2
σ =194.386,77 .
Maka nilai simpangan bakunya adalah:
σ =√ 194.386,77
σ =440,89
Koefisien keragaman merupakan nilai yang menunjukkan derajat kejituan atau pre-
sisi pada suatu percobaan yang dilakukan dan dihitung, data tersebut di dapat dari sam-
pel penelitian atau praktikum. Koefisien keragaman dapat ditemukan menggunakan ru-
σ
mus: KK = ×100 %
Y
440,89
KK = ×100 %
3428,75
KK =0.12859 ×100 %
KK =0.12859 atau 12,859% .
Dengan begitu nilai ragam sebesar 440,89, dan koefisien keragaman dari seluruh sapi
perah adalah 0.12859 atau 12,859%. Sapi perah juga dibagi dalam 6 kelas produksi, di-
mana kelas A merupakan kelas terendah dari penilaian tersebut dengan kelas F sebagai
kelas tertinggi. Masing – masing kelas memiliki frekuensi 2 untuk kelas A, 8 pada kelas B,
10 pada kelas C, 5 pada kelas D, 6 pada kelas E, dan 1 pada kelas F. Hampir keseluruhan
sapi termasuk dalam sapi dengan performans sedang dan produktivitas cukup baik.
Berdasarkan hasil praktikum, dapat terlihat bahwa sapi dengan jumlah gen plus atau
dominan memiliki nilai gen dan nilai E yang lebih tinggi, memiliki produktivitas lebih baik
dibandingkan dengan yang memiliki kombinasi gen resesif. Hal tersebut telah sejalan den-
gan Putra et al., (2014), bahwa nilai gen dan sebaran lingkungan (E) menentukan keung-
gulan gen sapi perah dalam suatu alur genetik ternak, sehingga dapat mempengaruhi per-
formans dan produktivitas sapi tersebut, sapi dengan gen plus lebih banyak sudah tentu
memiliki performans yang lebih tinggi dibandingkan sapi dengan gen resesif dalam kombi-
nasi gennya.
2. Kesimpulan
Pewarisan sifat antara kombinasi gen yang tercipta dari hasil persilangan induk
jantan dengan genotip AaBbCc dan betina AaBbCc akan menghasilkan 8 variasi
kombinasi gamet sepert, ABC, ABc, AbC, aBC, Abc, aBc, abC, abc. Kedelapan variasi
gamet tersebut dapat membentuk mata persilangan dalam 64 kemungkinan.
Berdasarkan hasil praktikum, jumlah produksi susu sapi rata-rata adalah sebesar
3428,5 liter/ekor, jumlah produksi susu sapi masuk dalam rentang kategori
menengah. Jumlah produksi sapi perah kelas menengah berada dalam rentang
2490,7 – 5701,25 liter, semua sapi hasil persilangan memiliki performans yang
cukup baik.
Nilai simpangan baku dapat dicari terlebih dahulu menggunakan rumus ragam
Σ Y 2−( Σy )2 /n
yaitu:σ 2= , kemudian di substitusikan dalam rumus σ =√ σ 2. Setelah
n−1
mendaptkan nilai simpangan baku kita dapat membagi nilai tersebut dengan rata-
rata produksi susu yaitu sebesar 3428,75 liter dari keseluruhan sampel,
berdasarkan rumus kita mendapatkan nilai simpangan baku sebesar 440, 89 dan
nilai koeifisien keragaman sebesar 0,12859 atau 12,859 atau 12,86 %.
Nilai gen dan sebaran lingkungan (E) menentukan keunggulan gen sapi perah
dalam suatu alur genetik ternak, sehingga dapat mempengaruhi performans dan
produktivitas sapi tersebut, sapi dengan gen plus lebih banyak sudah tentu memi-
liki performans yang lebih tinggi dibandingkan sapi dengan gen resesif dalam kom-
binasi gennya.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Y. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Magelang: Pustaka Rumah Cinta.
Krisnamurti, E., Purwantini, D., Saleh, D.M. 2019. Penaksiran Heritabilitas Karakteristik
Produksi dan Reproduksi Sapi Perah Frisien Holstein di BBPTU-HPT Baturaden. Jur-
nal Ternak Tropika. 20 (1) : 8 - 15.
Makin, M., dan Suharwanto. 2012. Performa Sifat - Sifat Produksi Susu dan Reproduksi
Sapi Perah Fries Holland di Jawa Barat. Jurnal Ilmu Ternak. 12 (2) : 39 - 44.
Pierce, B. 2016. Genetics Essentials Concepts and Connections. New York: W.H Freeman &
Company.
Prabowo, T.A., Indrajulianto, S., Pertiwiningrum, A., Sugiyanto, C., Priyanto, L. 2020. Per-
formen Reproduksi dan Produksi Susu Sapi Perah di Kecamatan Tegalombo Kabu-
paten Pacitan Provinsi Jawa Timur. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 10 (1) : 29 - 36.
ISSN 2303 - 1093.
Putra, W.P.B., Sumadi., Hartatik, T. 2014. Komponen Peragam dan Ragam Genetik Pater-
nal pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh. Jurnal Peternakan Indonesia. 16 (1) : 55 -
62. ISSN 1907-1760.
SELEKSI TERNAK
PRAKTIKUM ACARA 2 “KOREKSI DATA PRODUKSI SUSU”
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
NIM : D0A020027
Kelas : G
LABORATORIUM ILMU PEMULIAAN TERNAK TERAPAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2021
kelahiran hingga tanggal beranak atau laktasi, yang berpatokan kepada unit satuan yang
telah ditetapkan, nilai unit satuan tersebut tertera pada tabel seperti berikut:
Menurut Santosa et al., (2014), rata-rata jumlah hari laktasi pada sapi perah adalah seki-
tar 312,7 ± 63,7 hari, kondisi tersebut tidak jauh berbeda pada sapi yang dihitung pada
praktikum acara dua, yang dimana pada ketiga periode laktasi sapi memiliki periode lak-
tasi antara 300 – 320 hari. Berdasarkan hasil praktikum sapi perah yang memiliki masa
laktasi awal dengan produksi tinggi akan menghasilkan susu dengan produktivitas rendah
pada masa laktasi selanjutnya, dan usia sapi dewasa muda akan cenderung menghasilkan
susu dengan produktivitas lebih tinggi. Hal tersebut telah sejalan dengan Lasmono et al.,
(2018), bahwa usia sapi mempengaruhi tingkat produktivitas susu yang dihasilkan, serta
pemerahan berangsur-angsur dikurangi.
Setiap nilai produksi yang telah dikoreksi di haruskan untuk mencari nilai rataan
produksi, simpangan baku, dan koefisien keragaman, hal tersebut berfungsi sebagai tolak
ukur produksi susu sapi perah serta memperkirakan lama laktasi, periode pemerahan
atau laktasi pada masa laktasi mendatang. Menurut Akramuzzein (2009), nilai simpangan
baku dari produksi ternak sapi perah laktasi adalah dengan mengakumulasikan semua
data yang tersedia (ΣΥ), serta mengkuadratkan setiap data yang tersedia dan menjum-
lahkannya (ΣΥ2), . Semua data yang telah terkalkulasikan kemudian dibagi dengan jum-
lah data yang tersedia di lapangan lalu dikurangi satu, maka kita akan menemukan for-
mulasi rumus sebagai berikut:
2 2
σ =Σ y −¿ ¿¿
Keterangan:
❑
σ = Simpangan Baku
2
σ = Ragam
n = Jumlah data
ΣΥ = Total akumulasi data
ΣΥ2 = Kuadrat Data yang diakumulasikan
rumus tersebut merupakan cara mencari hasil simpangan baku pada faktor koreksi data,
selanjutnya nilai yang di cari adalah nilai koefisien keragaman. Menurut Anggraeni (2012),
nilai koefisien keragaman merupakan koefisien yang menunjukan derajat kejituan atau
akurasi suatu data, serta keandalan simpulan dalam suatu percobaan.
Berdasarkan hasil praktikum, koefisien keragaman sapi perah memiliki rataan nilai
antara 11 – 13% . Hal tersebut telah sejalan dengan Prabowo et al., (2020), bahwa nilai
koefisien keragman didapatkan dengan membagi nilai simpangan baku dengan nilai rata
rata produksi lalu dikalikan 100%, rata-rata koefisien keragaman pada sapi perah adalah
sebesar 10 – 13%. Koreksi data yang terjadi pada ternak sapi perah memiliki nilai variasi
yang berbeda antara ternak satu dengan ternak lainnya. Variasi nilai tersebut tidak memi-
liki perbedaan secara signifikan, sebab semua ternak yang di teliti telah mengalami peny-
eragaman, oleh karena presentase koefisien keragaman yang kecil maka penyeragaman
serta koreksi data ternak susu sapi perah telah bisa kita katakana efektif walaupun belum
memenuhi kriteria jitu yang baik sekitar 10%.
2. Kesimpulan
Faktor koreksi data di ambil berdasarkan pengaruh faktor genetik ternak, dan
pengaruh lingkungan yang diterima oleh ternak maupun lingkungan internal pada
ternak itu sendiri. Berdasarkan hasil praktikum, fenotipa dari ternak sapi perah da-
pat diseragamkan dengan lingkungan hingga hasilnya mendekati nol.
Faktor koreksi data di dapatkan dengan mengumpulkan semua data di lapangan
dan kemudian mencari nilai rata-rata dari hasil produksi tersebut. Faktor koreksi
terbaik adalah faktor koreksi yang dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari
ternak-ternak di lingkungan dimana ternak tersebut dikembangkan.
Produksi susu sapi perah yang telah dikoreksi didapat dengan mengalikkan nilai
faktor koreksi umur (AKU) dan faktor jumlah hari pemerahan (AKJHP), nilai AKU
dan AKJHP di dapatkan berdasarkan jumlah hari pemerahan sapi dan usia ternak
sapi perah sejak kelahiran hingga tanggal beranak atau laktasi, yang berpatokan
kepada unit satuan yang telah ditetapkan.
Nilai rataan produksi, simpangan baku, dan koefisien keragaman berfungsi sebagai
tolak ukur produksi susu sapi perah serta memperkirakan lama laktasi, periode
pemerahan atau laktasi pada masa laktasi mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Akramuzzein. 2009. Program Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Untuk Tingkat Pe-
ternak dan Koperasi Menggunakan Microsoft Access. Bogor: Thesis Program
Pascasarjana.
Anggraeni, A. 2012. Perbaikan Genetik Sifat Produksi Susu dan Kualitas Susu Spai Frisien
Holstein Melalui Seleksi. Jakarta: Wartazoa.
Krisnamurti, E., Purwantini, D., Saleh, D.M. 2019. Penaksiran Heritabilitas Karakteristik
Produksi dan Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU-HPT Baturaden.
Journal of Tropica Animal Production. 20(1) : 8 - 15.
Lasmono, G., Sugiharto, A.N., Respatijarti. 2018. Pendugaan Nilai Heritabilitas, Ker-
agaman Genetik, dan Kemajuan Genetik . Jurnal Produksi Peternakan. 668 -
677.
Prabowo, T. I., Indrajulianto, S., Pertiwiningrum, A., Sugiyanto, C., Priyanto, L. 2020. Per-
formen Reproduksi dan Produksi Susu Sapi Perah di Kecamatan Tegalombo
Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur P. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 10 (1) :
29 - 36.
Rahman, M.T., Hermawan., Tasripin, D.S. 2014. Evaluasi Performa Produksi Susu Sapi
Perah Friesholland Keturunan Sapi Impor di PT.UBPS, Pangalengan, Jawa Barat.
Jurnal Ilmu Ternak. 1- 8.
Santosa, S.A., Sudewo, A.T.A., Susanto, A. 2014. Penyusunan Faktor Koreksi Produksi
Susu Sapi Perah. Agripet. 14 (1) : 1 - 5.
SELEKSI TERNAK
PRAKTIKUM ACARA 3 “PENAKSIRAN HERITABILITAS”
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Nama : Ilhan Mansiz
NIM : D0A020027
Kelas :G
Anggraeni, A. 2012. Perbaikan Genetik Sifat Produksi Susu dan Kualitas Susu Sapi Friesian
Holstein Melalui Seleksi. Jakarta: Wartazoa.
Effendy., Respatijarti., dan Waluyo, B. 2018. Keragaman Genetik dan Heritabilitas Karakter
Komponen Hasil dan Hasil Ciplukan (Physalis sp.). Jurnal Agroteknologi. 5 (1) : 30 -
38.
Krisnamurti, E., Purwantini, D., Saleh, D.M. 2019. Penaksiran Heritabilitas Karakteristik
Produksi dan Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU-HPT Baturaden.
Journal of Tropica Animal Production. 20 (1) : 8 - 15.
Kurnianto, E. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Lasmono, G., Sugiharto, A.N., Respatijarti. 2018. Pendugaan Nilai Heritabilitas, Keragaman
Genetik, dan Kemajuan Genetik . Jurnal Produksi Peternakan. 668 - 677.
Prabowo, T. I., Indrajulianto, S., Pertiwiningrum, A., Sugiyanto, C., Priyanto, L. 2020. Per-
formen Reproduksi dan Produksi Susu Sapi Perah di Kecamatan Tegalombo Kabu-
paten Pacitan, Provinsi Jawa Timur P. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 10 (1) : 29 - 36.
Tribudi, Y.A., Nurgiartiningsih, V.M.A., Prihandini, W. 2019. Pendugaan Nilai Heritabilitas
Sifat Pertumbuhan Pada Sapi Madura. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 29 (2) : 152 -
157.
SELEKSI TERNAK
PRAKTIKUM ACARA 4 “PENAKSIRAN REPIITABILITAS”
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Nama : Ilhan Mansiz
NIM : D0A020027
Kelas :G
JKP=Σ P−
[ ( Σ P )2 ] , JHKP=Σ P− [ ( Σ PX )( Σ PY ) ] , jika kita substitusikan nilai hasil praktikum
N N
maka dapat disimpulkan hasil perhitunagn JKP1, JKP2, dan JKP3 secara berturut – turut
adalah 3,200,618; 2,241,270; dan 6,660,124. Pada nilai hasil perhitungan dari JHKP di setiap
periode menunjukkan hasil berturut – turut dari JHKP1P2, JHKP1P3, dan JHKP2P3 yaitu,
707,049; 2,164,684; dan 1,799, 010. Nilai dari JKP serta JKP pada periode serta antar periode
tertentu, kemudian kita substitusikan dalam rumus koefisien korelasi.
Koefisien korelasi merupakan sebuah nilai yang menunjukkan seberapa besar atau kuat
suatu hubungan linear antara dua variabel. Berdasarkan hasil praktikum nilai koefisien kore-
lasi dapat ditaksir dengan mensubstitusikan nilai JHKP yang dibagi dengan akar kuadrat dari
nilai JKP satu dengan yang lain. Hal tersebut telah sejalan dengan Wardana et al., (2015),
bahwa produksi susu sapi perah pada masa laktasi tertentu ditaksir dengan koefisien korelasi
antara ternak yang satu dengan yang lainnya serta antara periode laktasi satu dengan yang
lainnya, nilai tersebut ditaksir dengan rumusan sebagai berikut,
JHKPxPy Σ xy−(Σ x)( Σ y )
r Px PY = ataurPxPy= Hasil perhitungan JKP serta JHKP
√ JKPx √ JKPy √
[ n Σ x 2− ( Σ x ) 2 ] ¿ ¿ ¿
yang telah disubstitusikan dalam rumus koefisien korelasi kemudian akan menjadi patokan
dalam menentukan repitabilitas mutlak. Nilai dari r P1 P2 , r P1 P3 , danr P2 P 3 , pada praktikum
secara berturut – turut yaitu 0,264; 0,469; dan 0,466.
Koefisien repitabilitas berjumlah 3, yang berarti nilai repitabilitas ternak tersebut dapat
ditaksir dengan menjumlahkan semua nilai koefisien tersebut dibagi dengan jumlah koefisien
korelasi, maka akan didapatkan rumus perhitungan
(r P1 P 2+ r P1 P 3+ r P2 P3) ( 0,264+0,469+0,466)
Repitabilitas= = =0,399. Berdasarkan hasil
n 3
perhitungan praktikum, nilai repitabilitas dari populasi ternak sapi perah adalah 0,399 nilai
tersebut merupakan nilai repitabilitas sedang. Hal tersebut sejalan dengan Sutisna et al.,
(2020), yang menyatakan bahwa nilai repitabilitas 0,0 – 0,2 dikategorikan sebagai nilai
repitabilitas kecil, nilai 0,2 – 0,4 dikategorikan sebagai nilai repitabilitas sedang, dan nilai
repitabilitas lebih dari 0,4 dikategorikan sebagai nilai repitabilitas tinggi. Nilai repitabilitas
sedang, artinya kemampuan induk dalam menghasilkan bobot sapih yang relatif serupa pada
setiap paritas termasuk dalam kualitas sedang, hal tersebut juga berlaku pada kuantitas pro-
duksi sapi perah pada periode tertentu pada keturunanya kelak.
2. Kesimpulan
Koefisien repitabilitas berarti, merupakan nilai pengulangan atau besaran yang me-
nunjukkan peluang suatu sifat untuk diulang kembali pada produksi mendatang. Pada
pengamatan repitabilitas, genotipe ternak yang sama akan terus berlaku selama masa
hidupnya, sedang perubahan atau keragaman akan timbul sebagai akibat faktor pe-
rubahan lingkungan menurut waktu dan ruang.
Rumus perhitungan JKP dan JHKP, rumus tersebut diantaranya yaitu,
JKP=Σ P−
[ ( Σ P )2 ] , JHKP=Σ P− [ ( Σ PX )( Σ PY ) ] .
N N
Koefisien korelasi antara ternak yang satu dengan yang lainnya serta antara periode
laktasi satu dengan yang lainnya, nilai tersebut ditaksir dengan rumusan sebagai
JHKPxPy Σ xy−( Σ x)( Σ y )
berikut, r Px PY = ataurPxPy= Nilai dari
√ JKPx √ JKPy √
[ n Σ x 2− ( Σ x ) 2 ] ¿ ¿ ¿
r P1 P2 , r P1 P3 , danr P2 P 3 , pada praktikum secara berturut – turut yaitu 0,264; 0,469;
dan 0,466.
(r P1 P 2+ r P1 P 3+ r P2 P3) (0,264+0,469+0,466)
Perhitungan Repitabilitas= = =0,399.
n 3
Berdasarkan hasil perhitungan praktikum, nilai repitabilitas dari populasi ternak sapi
perah adalah 0,399 nilai tersebut merupakan nilai repitabilitas sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, R.K., dan Wahyuni. 2020. Dasar Pemuliaan Ternak. Lamongan: LITBANG PEMAS
UNISLA.
Habiburahman, R., Darwati, S., Sumantri, C., Rukmiasih. 2020. Produksi Telur dan Kualitas
Telur Ayam IPB D-1 G7 serta Pendugaan Nilai Ripitabilitasnya. Jurnal Ilmu Produksi
dan Teknologi Hasil Peternakan. 8(2) : 97 - 101.
Hadiansyah., Mudawamah., Sumartono. 2020. Estimasi Ripitabilitas dan Most Probable Pro-
ducing Ability (MPPA) Sifat Berat Lahir Sebagai Seleksi dan Culling Kambing Peranakan
Ettawah. Jurnal Dinamika Rekasatwa. 3(2) : 164 - 166.
Kubangun, N.S., Lumatuw, S., Santoso, B. 2018. Estimasi nilai heritabilitas, ripitabilitas, kore-
lasi genetik produksi susu dan. CASSOWARY, 1(2) : 81 - 88.
Sutisna, E., Sulastri, M., Hamdani, D.I., Dakhlan, A. 2020. Estimasi Nilai Ripitabilitas dan Nilai
Most Probable Producing Ability Bobot Lahir Sapi Peranakan Ongole di Desa Wawasan
Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Riset dan Inovasi Peter-
nakan. 4 (1) : 41 - 46.
Tribudi, Y.A., Prihandini, P.W., Nurgiartiningsih, V.M.A. 2020. ESTIMASI MOST PROBABLE
PRODUCING ABILITY (MPPA) SIFAT PRODUKSI PADA SAPI MADURA. Journal of Tropi-
cal Animation Production. 21 (1) : 77 - 82.
Wardana, C.K., Karyawati, A.S., Sitompul, S.M. 2015. Keragaman Hasil, Heritabilitas dan Kore-
lasi F3 Hasil Persilangan Kedelai (Glycine max dan L.merril) Varietas Anjasmoro Den-
gan Varietas Tanggamus, Grobogan, Galur AP dan UB. Jurnal Produksi Tanaman. 3 (3) :
182 - 188.
Warmadewi, D.A., Oka, I.G.L., Sarini, N.P., Ardika, I.N., Dewantari, I.M. 2015. BAHAN AJAR:
Ilmu Pemuliaan Ternak. Denpasar: Udayana Press.
SELEKSI TERNAK
PRAKTIKUM ACARA 5 “SELEKSI 1”
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Nama : Ilhan Mansiz
NIM : D0A020027
Kelas :G
Berdasarkan hasil praktikum, sifat genetik ternak yang beragam pada suatu populasi
yang kemudian diambil secara acak, memungkinkan terjadinya penurunan fenotipe se-
cara proporsional dari tetua. Hal tersebut akan berdampak kepada individu generasi
penerus yang kelak akan meneruskan sifat genetik yang sama dengan tetuanya, sehingga
seleksi menjadi penting demi mendapatkan sifat genetik terbaik. Hal tersebut telah se-
jalan dengan Darmawan dan Supartini (2012), bahwa seleksi ternak merupaka metode
yang digunakan peternak dalam memilih tetua terbaik berdasarkan nilai pemuliaan yang
menjadi dasar kualitas produktivitas, mutu genetik terbaik. Dengan rumusan perhitungan
secara matematis nilai pemuliaan dapat ditaksir dengan rumus: NP=h 2 ( Pi−Pbar ) .Bila
kita jabarkan masing – masing nilai tersebut berfungsi sebagai “pencari” nilai pemuliaan
dalam satu populasi.
Nilai pemuliaan dengan jumlah catatan populasi ternak lebih dari satu akan di-
2
nh ( Pi−Pbarbar ) . Masing
jabarkan dalam rangkaian rumus sebagai berikut: NP=
1+ n−1 ) t
(
– masing huruf merepresentasikan sebagai berikut; NP merupakan nilai pemuliaan, n
merupakan jumlah individu dalam suatu populasi, h2 merupakan nilai heritabilitas konstan
0,3; t merupakan nilai repitabilitas (0,4), Pi merupakan produksi ternak ke i, dan Pbar dan
Pbarbar merupakan nilai rataan produksi per populasi. Berdasarkan hasil praktikum, pada
catatan satu populasi nilai produksi ternak per individu di kurang dengan niali rataan pro-
duksi per populasi yang kemudian dikalikan dengan nilai heritabilitas, akan kita dapatkan
nilai pemuliaan dari seekor individu ternak. Hal tersebut telah sejalan dengan Syahputra
et al., (2012), bahwa nilai pemuliaan ternak pada satu populasi didapatkan dengan men-
cari selisih antara produksi per individu dengan produksi rata-rata populasi, kemudian
dikali dengan nilai heritabilitas. Bila kita ikuti setiap langkah perhitungan berdasarkan ru-
mus yang tertera, maka akan di dapatkan hasil nilai pemuliaan berdasarkan data di lapan-
gan dengan yang ada di hasil praktikum telah sesuai.
Berdasarkan hasil praktikum, pada catatan 2 atau banyak populasi nilai produksi
ternak per individu di kurang dengan nilai rataan produksi per populasi. Pada ruas perhi-
tungan sebelah kiri kita cari terlebih dahulu nilai dari 1+ ( n−1 ) t , sebagai bilangan pem-
bagi dari nh2 .Hal tersebut telah sejalan dengan Ciptadi (2017), bahwa nilai pemuliaan ter-
nak pada populasi lebih dari satu didapatkan dengan mencari selisih antara produksi per
individu dengan produksi rata-rata populasi, kemudian dikali dengan nilai nh2 ,yang didap-
atkan dengan mengkali jumlah populasi dengan nilai heritabilitas. Dalam menghitung
pembagi bilangan penyebut tersebut kita cari terlebih dahulu nilai 1+ ( n−1 ) t , yaitu jum-
lah populasi dikurangi satu dikali nilai tetap 0,4 dari repitabilitas dengan adisi nilai 1. Kes-
impulannya akan kita dapatkan hasil dari nilai pemuliaan ternak dengan populasi lebih
dari satu. Berdasarkan hasil praktikum, menunjukkan bahwa semakin besar nilai pemuli-
aan ternak tersebut maka mutu genetiknya akan menghasilkan tetua dan keturunan den-
gan mutu genetik berkualitas dengan produktivitas tinggi. Hal tersebut telah sejalan den-
gan Tribudi et al., (2021), bahwa nilai pemuliaan yang tinggi akan menghasilkan individu
ternak tetua maupun generasi penerus tetua dengan kontributor gen unggul serta pro-
duktivitas tinggi.
Nilai pemuliaan ternak terdiri atas nilai positif dan negatif, ternak dengan nilai posi-
tif atau nilai pemuliaan di atas rata - rata lebih diunggulkan dibandingkan ternak dengan
nilai pemuliaan negatif atau dibawah rata – rata pada suatu populasi ternak. Berdasarkan
hasil praktikum, ternak dengan nilai pemuliaan besar lebih baik dijadikan sebagai ternak
bibit. Hal tersebut telah sejalan dengan Putra et al., (2015), bahwa nilai pemuliaan yang
tinggi menunjukkan potensi, kualitas, produktivitas ternak yang baik. Berdasarkan hasil
praktikum, nilai pemuliaan juga dapat dijadikan dasar patokan untuk pemilihan bakal
calon pejantan atau induk di masa mendatang atau bibit pedet sapi atau ternak ruminan-
sia. Hal tersebut telah sejalan dengan Dewi dan Wahyuni (2020), bahwa bibit individu ter-
nak yang unggul telah teruji akan menghasilkan ketrurunan yang unggul seperti tetuanya.
2. Kesimpulan
Nilai pemuliaan ternak tetua begitu menentukan produktivitas, performans, serta
mutu genetik penerusnya, oleh sebab itu kepentingan nilai pemuliaan dihitung se-
bagai dasar penaksiran dalam melakukan seleksi ternak dengan nilai atau kualitas
tetua terbaik.
Berdasarkan hasil praktikum, sifat genetik ternak yang beragam pada suatu popu-
lasi yang kemudian diambil secara acak, memungkinkan terjadinya penurunan
fenotipe secara proporsional dari tetua.
Dengan rumusan perhitungan secara matematis nilai pemuliaan dapat ditaksir
dengan rumus: NP=h 2 ( Pi−Pbar ) .Nilai pemuliaan dengan jumlah catatan popu-
lasi ternak lebih dari satu akan dijabarkan dalam rangkaian rumus sebagai berikut:
nh2 ( Pi−Pbarbar ) .
NP=
1+ ( n−1 ) t
Nilai pemuliaan yang tinggi akan menghasilkan individu ternak tetua maupun gen-
erasi penerus tetua dengan kontributor gen unggul serta produktivitas tinggi, dan
juga sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ciptadi, G. 2017. Buku Petunjuk Dasar Pemuliaan Ternak. Malang: Laboratorium Genetika
dan Pemuliaan Ternak Brawijaya.
Darmawan, H., dan N. Supartini. 2012. Heritabilitas dan Nilai Pemuliaan Domba Ekor
Gemuk di Kabupaten Situbondo. Buana Sains. 12 (1): 51 - 62.
Dewi, R. K., dan Wahyuni. 2020. DASAR PEMULIAAN TERNAK. Lamongan: LITBANG PEMAS
UNISLA.
Putra, W. P. B., Sumadi., T. Hartatik dan H. Saumar. 2015. Seleksi Awal Calon Pejantan
Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 10 (1): 7 -
12.
Safitri, L., M. D . I, Hamdani., A. Husni dan Sulastri. 2019. ESTIMASI NILAI PEMULIAAN
BOBOT SAPIH PERANAKAN ONGOLE. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan. 3 (2): 28
- 33.
Saputra, I. I., Sulastri., M. D. I, Hamdani dan A. Dakhlan. 2021. ESTIMASI REPITABILITAS
BOBOT SAPIH DAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY KAMBING SABURAI
BETINA DI KECAMATAN SUMBEREJO, GISTING, DAN KOTA AGUNG TIMUR KABU-
PATEN TANGGAMUS. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan. 5 (1): 43 - 49.
Syahputra, F., I. Harris dan Sulastri. 2012. Seleksi Calon Induk Berdasarkan Nilai Pemuliaan
Bobot Sapih Kambing Peranakan Etawah di Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro.
Jurnal Peternakan UNILA. 1 - 4.
Tribudi, Y. A., Prihandini, P.W., Rahaddiansyah, M. I., dan Anitasari, S. 2021. Seleksi Calon
Pejantan dan Induk Sapi Madura Berdasarkan Nilai Pemuliaan Berat Lahir dan
Sapih. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 16 (1) : 1 - 7.
SELEKSI TERNAK
PRAKTIKUM ACARA 6 “SELEKSI 2”
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Nama : Ilhan Mansiz
NIM : D0A020027
Kelas :G
2 1−r ¯
( Pfi −Pfibarbar )+
[ 1+( n−1 ) r ] ( Pfi −Pfibarbar
¯
menjadi NPfi=h [ )]. Nilai pemuliaan
1−t [ 1+ ( n−1 ) t ]
ternak terbagi atas dua hasil taksiran seleksi, yang pertama hasil seleksi dalam suatu pop-
ulasi dengan satu pejantan yang sama yaitu dalam bentuk famili, serta dalam bentuk nilai
per satuan individu. Berdasarkan hasil praktikum, nilai rataan pejantan A dengan C memi-
liki nilai rataan minus, sedangkan pejantan B dengan D memiliki nilai positif yang tinggi.
Nilai negatif dan positif pada sebuah nilai taksir merupakan sebuah dasar seleksi. Hal
tersebut telah sejalan dengan Ciptadi (2017), bahwa pada nilai pemuliaan ternak meru-
pakan dasar pemeringkatan suatu kualitas genetik serta produktivitas ternak.
2 1−r ¯
( Pfi −Pfibarbar )+
[ 1+( n−1 ) r ] ( Pfi −Pfibarbar
¯
muskan menjadi NPfi=h [ )].
1−t [ 1+ ( n−1 ) t ]
Nilai pemuliaan pejantan mempengaruhi nilai rataan suatu popukasi ternak be-
serta anakannya, maka dari itu hal tersebut perlu dihindari bagi peternak yang in-
gin memiliki ternak dengan nilai genetik unggul. Besarnya dugaan nilai pemuliaan
ternak produksi susu sapi perah menunjukkan korelasi atau hubungan antara kual-
itas pemuliaan ternak calon pejantan dengan induk.
Pejantan sapi dengan nilai pemuliaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pop-
ulasi individu lain dalam suatu famili, maka ternak tersebut layak untuk dijadikan
calon tetua pengganti, jika nilai dibawah rata – rata maka ternak tersbeut tidak
layak.
DAFTAR PUSTAKA
Ciptadi, G. 2017. Buku Petunjuk Dasar Pemuliaan Ternak. Malang: Laboratorium Genetika
dan Pemuliaan Ternak Brawijaya.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan Gramedia Widi-
asarana Indonesia. Jakarta.
Panji, M. B., S. Bandiati, K., dan Primiani, E. 2016. NILAI PEMULIAAN DOMBA GARUT
BERDASAR BOBOT LAHIR MENGGUNAKAN METODE PATERNAL HALF-SIB DI UPTD
BPPTD MARGAWATI. [skripsi]. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.
Safitri, L., M. D . I, Hamdani., A. Husni dan Sulastri. 2019. ESTIMASI NILAI PEMULIAAN
BOBOT SAPIH PERANAKAN ONGOLE. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan 3 (2): 28 -
33.
Tribudi, Y. A., Prihandini, P.W., Rahaddiansyah, M. I., dan Anitasari, S. 2021. Seleksi Calon
Pejantan dan Induk Sapi Madura Berdasarkan Nilai Pemuliaan Berat Lahir dan
Sapih. Jurnal Sains Peternakan Indonesia 16 (1) : 1 - 7.
Widya, P. P. B., Sumadi., T. Hartatik dan H. Saumar. 2014. ESTIMASI NILAI PEMULIAAN
DAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY SIFAT PRODUKSI SAPI ACEH DI KECA-
MATAN INDRAPURI PROVINSI ACEH. Buletin Peternakan 38 (1): 1 - 7.
Widya, P. P. B., Sumadi., T. Hartatik dan H. Saumar. 2014. SELEKSI PADA SAPI ACEH
BERDASARKAN METODE INDEKS SELEKSI (IS) DAN NILAI PEMULIAAN (NP). Majalah
Ilmu Peternakan 17 (3): 100 – 106.
SELEKSI TERNAK
PRAKTIKUM ACARA 7 “SELEKSI 3”
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Nama : Ilhan Mansiz
NIM : D0A020027
Kelas :G
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Nama : Ilhan Mansiz
NIM : D0A020027
Kelas :G
Ariyanto, D. 2015. Seleksi Yang Tepat Memberikan Hasil yang Tepat. Media Akuakultur.
10 (2): 65 – 70.
Noor, R. R. 2010. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Prabowo, S., Atabany, A. I., I. Komala., A. Yani., Cyrilla, L., Murfi, A., dan Purwanto, B. P.
2013. AKURASI ESTIMASI PRODUKSI SUSU TEST INTERVAL METHOD SEBAGAI ALTER-
NATIF SELEKSI SAPI PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI AREA TROPIKA BASAH. Jur-
nal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasi; Peternakan. 1 (3): 127 – 131.
Safitri, L., Hamdani, M. D. I., Husni, A., dan Sulastri. 2019. Estimasi Nilai Pemuliaan Bobot
Sapih Sapi Peranakan Ongole (PO) di Desa Wawasan Kecamatan Tanjungsaru Kabu-
paten Lampung Selatan. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan. 3 (2): 28 – 33.
Saputra, I. I., Sulastri., M. D. I, Hamdani dan A. Dakhlan. 2021. ESTIMASI REPITABILITAS
BOBOT SAPIH DAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY KAMBING SABURAI
BETINA DI KECAMATAN SUMBEREJO, GISTING, DAN KOTA AGUNG TIMUR KABU-
PATEN TANGGAMUS. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan, 5 (1): 43 - 49.
Sulastri, dan Hamdani, M. D. I. 2018. DASAR PEMULIAAN TERNAK. ANUGRAH UTAMA RA-
HARJA. Bandar Lampung.
Tribudi, Y. A., Prihandini, P. W., Rahaddiansyah, M. I., dan S. Anitasari. 2021. Seleksi Calon
Pejantan dan Induk Sapi Madura Berdasarkan Nilai Pemuliaan Berat Lahir dan Sapih.
Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 16 (1): 1 – 7.
Warmadewi, D. A., Oka, I. G. L., dan Ardika, I. N. 2017. EFEKTIVITAS SELEKSI DIMENSI
TUBUH SAPI BALI INDUK. MAJALAH ILMIAH PETERNAKAN. 20 (1): 16 – 19.
Widya, P. P. B., Sumadi., T. Hartatik dan H. Saumar. 2014. SELEKSI PADA SAPI ACEH
BERDASARKAN METODE INDEKS SELEKSI (IS) DAN NILAI PEMULIAAN (NP). Majalah
Ilmu Peternakan 17 (3): 100 – 106.
BIODATA PENULIS