Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN INDIVIDU

ILMU PEMULIAAN TERNAK

MENGUKUR DIMENSI TUBUH PADA TERNAK KAMBING

NAMA : NURUL SHARFINA HAZTI


NIM : I011171521
KELOMPOK : XXXIX (TIGA PULUH SEMBILAN)
GELOMBANG : II (DUA)
ASISTEN : MUH. ICHSAN SYAM

LABORATORIUM ILMU PEMULIAAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PENDAHULUAN

Ilmu pemuliaan ternak banyak kemajuan di bidang bioteknologi reproduksi

ternak yang menunjang program-program pemulian ternak, contohnya IB dan

teknologi ET. Hal ini menunjukkan bahwa antara ilmu reproduksi ternak dengan llmu

pemuliaan ternak adalah sangatlah erat kaitannya. Perkawinan silang antara ternak

yang secara natural sulit dilakukan, menjadi mudah dikerjakan dengan cara IB,

misalnya ternak betinanya ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dari yang jantan atau

sebaliknya adalah sulit mengadakan perkawinan secara natural, kesulitan perkawinan

ini dapat diatasi dengan teknik IB atau dengan mengadakan IVF yakni pembuahan

diluar tubuh, selanjutnya janin yang dihasilkan ditransfer ke induk akseptor (Nuryadi,

2014).

Sifat kualitatif dan sifat kuantitatif memiliki fungsi yang sangat penting bagi

petani atau peternak, dapat dilihat dengan mengetahui bobot badan pada hewan

ternak hanya dengan melakukan pengukuran dimensi tubuh ternak. Pada sifat

kuantitatif diketahui bobot badan dan hasil produksi itu terjadi karena dipengaruhi

oleh lingkungan. Sifat kualitatif yaitu tidak dipengaruhi oleh lingkungan karena sifat

ini dikontrol oleh gen dan hanya dapat dilakukan dengan cara mengamati kondisi

tubuh ternak dari samping, belakang, dan depan.

Pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang meliputi

perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linier dan komposisi tubuh. Dimensi tubuh

yang termasuk perubahan komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein

dan abu pada karkas (Kuswati dan Trinil, 2016). Hal inilah yang metalarbelakangi
dilakukannya Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak mengenai Pengukuran Dimensi

Tubuh Ternak pada Kambing.

Tujuan Praktikum

1. Menjelaskan beragai sifat kualitatif dan kauntitatif ternak kambing

2. Menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagain tubuh ternak yang harus di

ukur saat mengukur dimensi ternak

3. Menyebutkan nama dan menjelaskan fungsi beberapa alat ukur dimensi

tubuh ternak

4. Menggunakan alat ukur dimensi tubuh

Kegunaan Praktikum

1. Mahasiswa melakukan tiap langkah prosedur praktikum

2. Mahasiswa menilai sifat kualitatif dan sifat kauntitaif (dimensi tubuh) ternak

kambing yang diamati

3. Meyimpulkan hasil pengamatan sifat kualitatif dan kuantitatif ternak kambing.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Ternak Kambing Peranakan Etawa

Kambing merupakan jenis hewan ternak yang sangat lazim dijumpai di negeri

ini. Kambing mudah di ternakkan, karena mememiliki beberapa kelebihan

dibandingkan ternak lainnya. Kelebihan itu antara lain adalah daya adaptasinya yang

sangat tinggi terhadap lingkungan dan mudah dipelihara. Kelebhan lain, kambing

lebih cepat besar sehingga lebih cepat siap potong. Kambing juga mampu

mengkonversi limbah pertanian menjadi produk bernilai tinggi (daging, kulit, dan

susunya). Daging kambing pun banyak penggemarnya. Sekalipun memiliki bau khas,

daging kambing cukup lezat. Jika diolah dengan bumbu dan rempah-rempah yang

tepat, daging kambing dapat membuat penyantapan ketagihan (Rozak, 2005).

Berikut ini klasifikasi kambing secara umum:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub-filum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Sub-ordo : Ruminantia

Familia : Bovidae

Sub-familia : Caprinae

Genus : Capra

Spesies : Capra hircus

Kambing peranakan ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing

etawa (dari India) dengan kambing kacang, yang penampilannya mirip ettawa tetapi

lebih kecil. Sebagai kambing pemeliharaan, kambing peranakan ettawa memiliki dua
kegunaan, yaitu sebagai penghasil susu (perah) dan pedaging. Peranakannya yang

penampilannya mirip kacang disebut bligong atau jawa randu. Peranakan ini

digunakan untuk ternak potong. Kambing ettawa atau jumnari didatangkan dari India

ke Indonesia pada tahun 1931. Kambing ini berukuran besar, tinggi tubuh rata-rata 80

cm (jantan) dan 70 cm (betina), serta bobot dewasa rata-rata 40-45 kg. keturunannya

yang beranak pinak di Kecamatan Kaligesing, Purworejo (Jateng), di sebut peranakan

ettawa (PE). Kambing ini cocok untuk diternakkan sebagai penghasil susu dan daging

(Sarwono dan Subangkit, 2004).

Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal di Indonesia dengan

populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas. Kambing kacang memiliki ukuran

tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing ini

telah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada tingkat

kelahiran. kambing ini memiliki keterbatasan dengan rataan bobot badan dewasa

yang cukup rendah yaitu sekitar 20–25 kg, dengan tinggi pundak pada jantan dewasa

dan betina dewasa adalah 53,80 ± 2,88 cm dan 52,00 ±7,38 cm Kambing ini memiliki

tanduk baik jantan maupun betina. Secara umum warna tubuhnya adalah gelap dan

coklat (Mahmilia dan Andi, 2011).

Sifat Kualitatif dan Kuantitatif

Sifat Kualitatif
Sifat kualitatif adalah sifat yang tanpak dan tidak dapat diukur dengan satuan

ukuran tertentu. Ukuran kualitatif ragamnya tidak konsisten dan terdapat kelas kelas

fenotipe yang perbedaannya jelas. Sifat kualitatif juga di kontrol oleh gen tunggal.

Karakter kualitatif dikontrol oleh beberapa gen yang berkaitan dengan struktur,

diantaranya mengenai bentuk dan susunan, rasa, warna, serta bau. Karakter kualitatif

sering digunakan sebagai dasar utama pembedaan atau mengelompokkan dalam

taksonomi. Contoh dari karakter kualitatif antara lain plasentasi, bentuk daun serta

bentuk susunan bunga (Daryo dan Sigit, 2016).

Sifat kualitatif yang tidak dapat dihitung dan hanya dapat dilakukan melalui

pengamatan karena hanya memiliki satu gen. Pengamatan yang dilakukan dengan

melihat keadaan tubuh, kesehatan kulit, kondisi kuku, warna tubuh, sikap ternak,

pandangan mata, bentuk tubuh, bentuk tanduk, jenis kelamin, warna bulu, dan

keserasian.

Sifat Kuantitatif

Sifat kuantitatif adalah sifat atau karakter individu yang diperoleh dari hasil

pengukuran. Sifat-sifat ternak yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dipengaruhi

oleh banyak pasangan gen serta faktor lingkungan. Sifat-sifat ini diukur secara

kuantitatif dan menunjukkan nilai yang kontinu dan terdistribusi secara normal.

Berdasarkan pengertian bahwa ekspresi performan individu dipengarui oleh faktor

genetic dan lingkungan (Nurgiartiningsih, 2017).

Sifat kuantitatif yang dilakukan untuk menduga bobot badan dengan

melakukan pengukuran dimensi tubuh pada kamning peranankan etawa. Perubahan

dimensi tubuh dapat dijadikan sebagai indicator pertumbuhan ternak. Sifat kuantitatif
pada kambing peranakan etawa dengan melakukan pengukuran dimensi tubuh pada

kambing yaitu tinggi pundak, tinggi punggung panjang badan, lingkar dada, lingkar

dada, dalam dada, lebar punggung, lebar kelangkang, lebar tulang tapis, lingkar perut,

panjang telinga, lebar telinga, panjang kelangkang dan panjang ekor.

Analisis Statik

Mean

Rara-rata (mean) yang menggambarkan rata-rata hitung semua nilai dalam

satu populasi. Nilai ini merupakan hasil perhitungan semua nilai yang ada dalam

populasi dibagi dangan jumlah pengamatan (Nurgiartiningsih, 2017). Rumus

perhitungan rata-rata adalah sebagai berikut :

x 1+ x 2+ x 3+ ….+ xn
μ=
n

Keterangan:

X1, X2, … , Xn = Ukuran masing-masing individu dalam populasi

μ = Rata – rata populasi

n = Jumlah pengamatan seluruh anggota dalam populasi

Standar Deviasi

Standar deviasi merupakan akar dari ragam dari sampel. Satuan dari standar

deviasi sama dengan satuan ukuran sifat yang ukur, misalnya kilogram dan

centimeter (Nurgiartiningsih, 2017). Rumus standar devisiasi adalah sebagai berikut :

s= √ s2

Keterangan;
s = Simpangan baku sampel

Koefisien Variansi

Koefisien variansi merupakan standar deviasi yang dinyatakan sebagai

persentasi dari kata-kata. Nilai ini berguna untuk membandingkan keragaman dari

sifat-sifat yang diukur dengan satuan yang berbeda (Nurgiartiningsih, 2017).

Koefisien variansi dihitung dengan rumus sebagai berukut :

( σ x 100)
KK = %
x

Keterangan:

KK = Koefisien Keragaman

σ = Simpangan baku

x = Rata-rata populasi

Korelasi

Korelasi yaitu mengukur derajat anatara kedua sifat atau dia perubah variabel.

Nilai r berkisar antara -1,0 sampai +1,0 yang merupakan nilai abstrak yang tidak

mempunyai satuan (Nurgiartiningsih, 2017). Korelasi r dapat diukur dengan rumus :

cov xy cov xy
r= =
2 2 σx σ y
√ ( σ )( σ )
x y

Keterangan:

r = Koefisisen Korelasi

cov xy = Peragam sifat X dan Y

σ 2x = Ragam sifat X
σ 2y = Ragam sifat Y

σx = Simpangan baku sifat X

σy = Simpangan baku sifat Y

METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Pemulian Ternak mengenai Analisa Sifat Kualitatif dan

Kuantitatif dilakukan pada Hari Selasa, tanggal 11 September 2018 pukul 13:00

WITA sampai selesai di Kandang Peternakan Kambing, Fakultas Peternakan,

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum yaitu 2 ekor kambing peranakan

etawa.

Alat yang digunakan pada praktikum dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 5. Alat Ukur


Alat Ukur Fungsi Gambar

Tongkat Ukur mengukur tinggi pundak,


tinggi punggung, dalam
dada, panjang badan.

sumber: Qanita (2014)

Pita Ukur/Meteran mengukur lingkar dada,


lingkar perut, panjang
kelangkang, lebar punggung,
lebar kelangkang , panjang
telinga, lebar telinga,
panjang ekor.
sumber: Fani (2013)

Prosedur Kerja
Adapun prosedur praktikum pengukuran dimensi tubuh kambing dilakukan
dengan mengikat kambing dengan tali, selajutnya kambing dibuat nyaman dengan
diberi pakan. Selanjutnya mengukur keseluruhan dimensi tubuh kambing, masing-
masing dengan menggunakan alat tongkat ukur dan pita ukur sesuai dengan ketentuan
berikut dapat dilihat tabel 2.

Tabel 2. Prosedur Kerja


Alat Ukur Dimensi Tubuh Prosedur Kerja Gambar
Tinggi Pundak Jarak tegak lurus dari
tanah sampai titik
tertinggi pundak

Tinggi Punggung Jarak titik tertinggi


punggung/ hip bone/
tajuk duri ruas tulang
punggung yang terakhir
tegak lurus sampai ke
tanah.

Tongkat Ukur Dalam Dada Jarak dari titik tertinggi


pundak ke tulang dada

Panjang Badan Panjang dari titik tulang


bahu ke tonjolan tulang
tapis
Lingkar Dada Diukur pada tulang
rusuk paling depan
persis dibelakang kaki
depan

Lingkar Perut Diukur pada bagian


perut terbesar dari tubuh

Pita Ukur/ Panjang Diukur dari tonjolan


meteran Kelangkang tulang tuber coaxae/hip
bone ke tonjolan tulang
tapis (tuber ischii)/pin
bone

Lebar Punggung Diukur dari tonjolan


tulang sendi pinggul
bagian kiri dan kanan

Lebar Kelangkang Diukur dari tonjolan


tulang paha bagian kiri
dan kanan
Panjang Telinga Diukur dari pangkal
telinga hingga ujung
telinga

Lebar Telinga Diukur dari jarak


terpanjang sisi lebar
telinga

Panjang Ekor Diukur dari pangkal


hingga ujung ekor

Keterangan:

T. P = Tinggi Pundak D. M = Diameter Moncom


T. Pu = Tinggi Punggung P. K = Panjang Kelangkang

P. B = Panjang Badan L. D = Lingkar Dada

D. D = Dalam Dada P. T = Panjang Telinga

L. K = Lebar Kelangkang L. P = Lebar Perut

L. T = Lebar Telinga

P. E = Panjang Ekor

Berdasarkan hasil praktikum tabel 3. Rata-rata (mean) didapatkan dari hasil

penjumlahan keseluruhan data dibagi banyak data yang ada, berdasarkan hasil

pengukuran dimensi tubuh kambing didapatkan hasil bahwa pada tinggi pundak

sebesar 83,1 cm, tinggi punggung 89,3 cm, pangjang badan 70,2 cm, dalam dada 33

cm, lingkar dada 91,8 cm, lingkar perut 88 cm, panjang kelangkang 20,71 cm, lebar

punggung 16,1 cm, lebar kelangkang 24,6 cm, panjang telinga 25,7 cm, lebar telinga

10,8, panjang ekor 35,6 cm, dan diameter moncong 8,7 cm.

Standar deviasi didapatkan dari hasil pengukuran dimensi tubuh kambing

didapatkan hasil bahwa rata-rata pada tinggi pundak sebesar 8.4 cm, tinggi punggung

8.5 cm, panjang badan 16,8 cm, dalam dada 5,5 cm, lingkar dada 3,4 cm, lingkar

perut 32,7 cm, panjang kelangkang 6,9 cm, lebar punggung 2,6 cm, lebar kelangkang

3,2 cm, panjang telinga 2,4 cm, panjang ekor 34,3 cm dan diameter moncong 3,3 cm.

Koefisien variasi didapatkan dari hasil pengukuran dimensi tubuh kambing

didapatkan hasil pada tinggi pundak sebesar 10,1%, tinggi punggung 9,5%, panjang

badan 23,9%, dalam dada 14,4%, lingkar dada 3,7%, lingkar perut 37,1%, panjang

kelangkang 33,3%, lebar punggung 16,1%, lebar kelangkang 13%, panjang telinga

9,3%, panjang ekor 96,3 dan diameter moncong 37,9%.


.

Kolerasi Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawa

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil

kolerasi sesuai dengan tabel berikut:


Tabel 8. Tabel Korelasi Pengukuran Dimensi Tubuh
Dimensi Tinggi Punggung Lingkar Dada Dalam Dada
Tubuh
Tinggi 0 0.419367075 -0.2316
Punggung
Lingkar Dada 0.419367075 0 -0.3214
Dalam Dada -0.231569784 -0.40308485 0
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Pemuliaan Tenak 2018.
Kolerasi Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Kambing. Berdasarkan hasil

pengukuran yang telah dilakukan, maka didapatkan kolerasi sesuai dengan tabel yang

paling tinggi adalah 0.419367075 pada tinggi punggung dan lingkar dada.

Berdasarkan dari hasil pengukuran korelasi tersebut termasuk korelasi yang memiliki

nilai yang berbeda beda setiap apa dimensi tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat

Warmadewi (2017) dengan hasil yang dilaporkan, menyatakan bahwa Respon

tertinggi adalah pada lingkar dada. Besarnya respon seleksi adalah berbeda-beda pada

setiap jenis ternak.


PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan bahwa:

1. Rata-rata (mean) yang didapatkan dari hasil pengukuran dimensi tubuh


kambing memiliki rataan yang paling tinggi yaitu tinggi punggung dengan nilai
89.3.
2. Dari hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa setiap dimensi tubuh sapi
memiliki standar deviasi yang berbeda-beda, semakin kecil nilai standar deviasi
menunjukkan data-data tersebut berkumpul disekitar rata-rata hitungnya,
sedangkan jika nilai standar deviasi besar hal tersebut menunjukkan penyebaran
yang besar dari nilai rata-rata hitungnya.
3. Pada koevisien variasi hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada Ternak Kambing
didapatkan hasil yang cukup rendah karena nilai standarnya nilai munus.
4. Pada perhitungan kolerasi antara lebar telinga dan panjang ekor dengan nilai
0.419367075.

Saran

Adapun saran terhadap pelaksanaan praktikum ini sebaiknya praktikan


memperhatikan dengan baik ketepatan pembacaan skala dan nilai pada saat
melakukan pengukuran dimensi tubuh, selain dengan menjaga kondisi ternak juga
harus diperhatikan sehingga ternak tidak mengalami stress.

DAFTAR PUTAKA
Ahmad, Dwi F., Endang Y.S., Nono S. 2016. Hubungan Panjang Badan dan Panjang
Kelangkang dengan Persentase Karkas Sapi Bali Correlations between Body
Length and Rump Length with Dressing Percentage of Bali Cattle. Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung.

Anggitasari, S., Osfar, S., Irfan, H, D. 2016. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan
Komersial Terhadap Kinerja Produksi Kuantitatif dan Kualitatif Ayam
Pedaging. Universitas Brawijaya. Malang. Vol. 40. No. 3. Hal. 187-196.

Daryono, B, S dan Sigit D, M. 2018. Keanekaragaman Dan Potensi Sumber Daya


Genetik Melon. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Fani. 2013. Pengukur Baju. https://www.indotrading.com/showcase/pita-ukur.


Diakses: 12 April 2013.

Kuswati dan Trinil. 2016. Industri Sapi Potong. Malang. UB Press.

Mahmalia, F dan Andi, T. 2011. Karakteristik Morfologi Dan Performans Kambing


Kacang, Kambing Boer Dan Persilangan. Sumatera Utara.
Nurgiartiningsih, A. 2017. Pengantar Parameter Genetika Pada Ternak. Malang. UB
Press.
Nuryadi. 2014. Perpustaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT) Ilmu Reproduksi
Ternak. Malang. Tim UB Press.

Qanita. 2014. Alat Hewan. https://www.qanita.co.id/product/tongkat-ukur-sapi-


5671450. Diakses : 28 Mei 2014

Rozak, A. 2005. Variasi Olahan Daging Kambing. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Sarwono, B dan Subangsit, M. 2004. Penggemukan Kambing Potong. Jakarta Utara.


Penebar Swadaya.
Warmadewi, D.A., I G. L. Oka., dan I N. Ardika. 2017. Efektivitas Seleksi Dimensi
Tubuh Sapi Bali Induk. Majalah Ilmiah Peternakan. Fakultas Peternakan
Universitas Udayana, Denpasar-Bali. 20(1): 16-19

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai