Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN INDIVIDU

ILMU PEMULIAAN TERNAK

MENGUKUR DIMENSI TUBUH TERNAK AYAM

OLEH :

NAMA : SATRYANI
NIM : I011171326
GELOMBANG : I (SATU)
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : SAHRUL

LABORATORIUM ILMU PEMULIAAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu Pemuliaan diera sekarang bertalian dengan manipulasi perbedaan
biologi diantara ternak dengan pendekatan tujuan yaitu memaksimalkan
keuntungan baik pada jangka waktu yang pendek maupun jangka waktu yang
lama. Adanya perbedaan biologis diantara ternak tercermin didalam keragaman
suatu sifat individu-individu didalam sekelompok/populasi ternak. Keragaman
merupakan sifat populasi yang sangat penting dalam pemuliaan, terutama dalam
seleksi (Warmadewi, dkk., 2015)
Keragaman fenotip diantara sapi Bali tersebut dapat menjadi dasar
perbaikkan mutu genetik melalui seleksi dalam upaya mendapatkan sapi Bali yang
berkualitas dan memiliki mutu genetic yang tinggi. Keragaman fenotipik sapi Bali
dapat diamati diantaranya melalui pengamatan dan pengukuran sifat-sifa
kuantitatif melalui analisis morfometrik. Pendekatan morfometrik dapat
digunakan untuk mempelajari hubungan genetik melalui pengukuran terhadap
bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh. Identifikasi morfometrik dapat dilakukan
dengan pendekatan Analisis Komponen Utama (AKU) dengan menentukan
penciri ukuran yang lebih dipengaruhi faktor lingkungan dan bentuk lebih
dipengaruhi faktor genetik. Informasi tersebut sangat penting dalam memberikan
informasi dasar tentang karakteristik atau ciri khas tersendiri pada sapi Bali
(Hikmawati, dkk., 2014).
Agar ternak lokal dapat dimanfaatkan harus diketahui potensinya sehingga
perlu dilakukan kajian karakteristik fenotipe berupa sifat kualitatif dan kuantitatif
dari ternak. Tujuan dari karakterisasi adalah untuk mendapatkan data sifat atau
deskripsi morfologi dari ternak yang bertujuan untuk membedakan fenotipe dan
seberapa besar keragaman genetik yang dimiliki pada wilayah tersebut. Sifat
kualitatif merupakan suatu sifat yang dapat diamati atau tampak dan
dideskripsikan secara langsung, sehingga masing-masing individu dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, berdasarkan warna bulu, bentuk
tanduk dan bentuk telinga. Sifat kuantitatif merupakan sifat yang tidak dapat
dikelompokkan secara langsung melainkan harus dilakukan dengan cara
penimbangan dan pengukuran pada tubuh ternak, seperti bobot badan (Nurfaizin
et al, 2017). Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya Praktikum Ilmu
Pemuliaan Ternak mengenai Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak pada sapi Bali.

Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak mengenai


Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak pada Sapi Bali yaitu untuk mengetahui
bagaimana cara dan teknik mengukur dimensi tubuh pada ternak juga untuk
menganalisis Kualitatif dan Kuantitatif Ternak Sapi Bali.

Manfaat Praktikum

Manfaat dilakukannya Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak mengenai Pengukuran


Dimensi Tubuh Ternak pada Sapi Bali yaitu agar praktikan dapat mengetahui
bagaimana cara dan teknik mengukur Dimensi Tubuh pada Ternak Sapi Bali juga
untuk mengetahui bagaimana cara menganalisis Kualitatif dan Kuantitatif Ternak
Sapi Bali dan sebagai syarat untuk lulus Mata Kuliah Ilmu Pemuliaan Ternak.
TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Sapi Bali

Sapi bali merupakan sapi asli indonesisa ciri-ciri khas dan berbeda dari
bangsa sapi lainnya. Pada sapi jantan maupun betina, warna kaki dari lutut ke
bawah adalah putih, memiliki “telau” yakni bulu putih pada bagian pantat, dan
terdapat “garis” (bulu) hitam di sepanjang punggung. sapi bali tidak memiliki
punuk, bentuk badan kompak dan dada dalm. Dibandingkan dengan bangsa sapi
lainnya, sapi bali jantan lebih agresif penampilnannya. Warna bulu pada sapi bali
merah bata, warna ini tidak berubah pada betina, tetapi pada jantan dewasa
berubah menjadi hitam. Ciri khusus yang dimiliki sapi murni yaitu warna putih
pada bagian paha, pinngiraan bibir atas, dan pada kaki bawah mulai tarsus dan
carpus sampai batas pinggir atas kuku. Rambut pada ujung ekor berwarna hitam,
dan rambut pada bagian dalam telinga berwarna putih. Pada bagian atas panggung
terdapat garis belut (garis hitam) yang jelas. Bentuk tanduk yang paling ideal
untuk jantan adalah bentuk tanduk yang jalan pertumbuhannya mula-mula dari
dasar sedikit keluar, lalu membengkok ke atas kemudian pada ujungnya
membengkok sedikit keluar. Pada yang betina bentuk tanduk yang ideal jalan
peetumbuhannya satu garis dengan adahi arah ke belakang sedkit melengkung ke
baah dan pada unjungnya sedikit mengarah ke bawah dan ke dalam. Tanduk ini
berwarna hitam (Susilawati, 2017).

Sifat Kualitatif dan Kuantitatif

Seekor hewan atau ternak menunjukkan fenotipenya (P) sebagai hasil


pengaruh-pengaruh seluruh gen atau genotipenya (G), lingkungan (E) dan
interaksi antara genotipe dan lingkungan (IGE). Karakter fenotipe ternak dapat
diketahui melalui ukuran-ukuran Tubuh, warna, pola warna tubuh dan
pertumbuhan tanduk telah menggunakan ukuran-ukuran tubuh hewan dalam
melakukan perbandingan antara berbagai bangsa sapi asli Indonesia, serta
hubungannya dengan berbagai bangsa sapi lain di Asia. Penggunaan ukuran tubuh
selain untuk menaksir bobot badan dan karkas, dapat digunakan juga untuk
memberikan gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas bangsa ternak
tertentu. Terdapat kesamaan ukuran tulang tengkorak di antara sapi Bali dan
Banteng dibandingkan sapi Madura dan sapi Aceh. Warna termasuk sifat kualitatif
seekor ternak. Warna tubuh ternak dianggap sebagai character displacement untuk
membedakan satu bangsa dengan bangsa lainnya (Abdullah et al 2006).
Keragaman suatu sifat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik, dan
faktor non genetik atau lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen
dan kromosom yang dimiliki oleh individu. Oleh karena itu, faktor genetik sudah
ada sejak terjadinya pembuahan atau bersatunya sel telur (ovum) dengan
spermatozoa. Faktor genetik ini tidak akan berubah selama hidup individu,
sepanjang tidak terjadi mutasi dari gen yang menyusunnya, dan faktor genetik
dapat diwariskan kepada anak keturunannya. Berbeda dengan faktor genetik,
pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan kepada anak keturunannya. Faktor
lingkungan ini tergantung pada kapan dan dimana individu yang bersangkutan
berada (Warmadewi, dkk., 2015).
Analisis Statistik

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dan bobot badan sapi Bali


menggunakan metode mean, varians, standar deviasi, koefisian varians dan
korelasi menurut Pujiati (2010) sebagai berikut:
Mean (rata-rata) pada populasi disimbolkan dengan ų dan pada populasi
disimbolkan dengan x. Rata-rata diperoleh dari menjumlahkan nilai sekumpulan
data kuantitatif yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dibagi dengan
banyaknya data dalam sampel tersebut.
Varians merupakan ukuran disperse dari sekelompok data terhadap nilai
mean. Secara matematis, varians diperoleh dari :

Akar dari varians disebut dengan standar deviasi


Koefisien variasi merupakan nilai yang dugunakan untuk membandingkan
seberan dua atau beberapa kumpulan data, dalam perbandingannya, sekelompok
data dikatan lebih presisi jika memilki koefisien variasi lebih kecil dari
sekelompok data yang lain, koefisien variasi dinyatakan secara matematis
dengan :

Kolerasi merupakan nilai yang menggambarkan hubungan antara 2


variabel secara linear, namun bukan sebab akibat. Nilai kolerai berkisar antara -1
hingga 1. Nilai kolerasi -1 atau 1 dapat diartikan ada hubungan linear yang tepat.
Ada dua hal dalam penafsiran kolerasi menurut Santoso (2005)
berkenaan dengan besaran angka. Sama dengan kolerasi Person, angka kolerasi
untuk spearman ataupun kendall berkisar pada 0 (tidak ada kolerasi sama sekali)
dan 1 (kolerasi sempurna). Sebagai pedoman sederhana, angka kolerasi di atas 0.5
menunjukkan kolerasi yang cukup kuat, sedang di bawah 0.5 kolerasi lemah.
Sama juga dengan kolerasi person, selain besar kolerasi, tanda kolerasi juga
berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda –(negative) pada output meunjukkan
adanya ara hubungan yang berlawanan, sedangkan tanda + (pisitif) menunujukkan
arah hubungan yang sama.
MATERI DAN METODE

Waktu Dan Tempat

Praktikum Ilmu Pemuliaan Pemuliaan Ternak mengenai Pengukuran


Dimensi Tubuh Ternak pada Sapi Bali dilakukan Pada Hari Senin, Tanggal 10
September 2018 Pukul 15:00 WITA sampai selesai di Kandang Peternakan Sapi
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Praktikum

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu 2 ekor sapi Bali jantan.
Adapun Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
Nama Gambar Fungsi
Tongkat ukur (cm) Tongkat ukur adalah alat ukur
yang berbentuk semacam
tongkat lurus untuk mengukur
tinggi pundak, tinggi punggung,
panjang badan, dan dalam dada.

Jangka ukur (cm) Jangka ukur adalah alat ukur


berbentuk membulat melingkar
untuk mengukur lebar dada,
lebar punggung, lebar
kelangkang, dan panjang
kelangkang.

Pita ukur (cm) Pita ukur adalah alat untuk


mengukur lingkar dada, lingkar
pergelangan kaki, panjang muka,
dan lebar muka.

Tahapan dan Prosedur kerja


Adapun prosedur praktikum pengukuran dimensi tubuh sapi dilakukan
dengan memasukkan atau memisahkan sapi ke dalam kandang fiksasi, selajutnya
sapi dibuat nyaman dengan diberi pakan berupa hijauan. Selanjutnya mengukur
keseluruhan dimensi tubuh sapi, masing- masing dengan menggunakan alat
tongkat ukur, jangka ukur dan pita ukur sesuai dengan ketentuan berikut:
Nama Alat Deskripsi
- Tinggi pundak
Tinggi pundak adalah jarak tegak lurus dari tanah sampai
titik tertinggi pundak (ingat bukan gumpa/punuk dan
bukan di belakang scapula) tapi di daerah sekitar garis
tengah kaki depan; khusus untuk sapi berpunuk maka
pengukkuran dilakukan tepat dibelakang punuk.
- Tinggi punggung
Tinggi punggung adalah jarak titik tertinggi
punggung/tajuk duri ruas tulang punggung (processus
spinosus vertebrae thoracale) yang terakir tegak urus
sampai ke tanah. Perkiraan lokasi titik tertinggi punggung
Tongkat Ukur adalah di ukur garis lurus pada daerah di atas tonjolan
pangkal tulang rusuk terkhir (sama dengan titik tempat
mengukur lebar punggung).
- Panjang badan
Panjang badan adalah panjang dari titik tulang bahu ke
tonjolan tulang tapis (os ischii).
- Dalam dada
Dalam dada adalah jarak dari titik tertinggi pundak ke
tulang dada.
- Lebar dada
Lebar dada adalah jarak terlebar dari lengkungan tulang
rusuk di daerah dada. Perkiraan daerah ukur adalah pada
lokasi yang sama saat mengukur lingkar badan.
- Lebar punggung
Lebar punggung diukur dari tojolan tulang sendi pinggul
bagian kiri dan kanan
- Lebar kelangkang
Jangka Ukur Lebar kelangkang di ukur dari tonjolan tulang paha bagian
kiri dan kanan menggunakan
- Lebar tulang Tapis
Lebar tulang tapis diukur dari tonjolan tulang tapis (tuber
ischii) bagian kiri dan kanan.
- Panjang kelangkang
Panjang kelangkang diukur dari tonjolan tulang tuber
coaxae ke tonjolan tulang tapis (tuber ischii).
- Lingkar dada
Lingkar badan/dada merupaka salah satu dimensi tubuh
yang dapat digunakan sebagai indicator mengukur
pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pengukuran
lingkar tulang rusuk paling depan persis dibelakang kaki
depan.
Pita Ukur - Lingkar pergelangan kaki
Lingkar pergelangan kaki (canon) diukur melingkar di
tulang radius-ulna di dekat perbatasan kuku.
- Panjang muka
Panjang muka di ukur dari puncak kepala (daerah titik
tengah tanduk) sampai ujung moncong.
- Lebar muka
Lebar muka diukur sebagai jarak terbesar antara \kudua
lengkungan tulang mata sebelah atas luar kiri dan kanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengukuran

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil


sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 1. Hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada Ternak Sapi Bali
Standar Koefisien
Pengukuran Mean Varians
Dimensi Deviasi Variasi

I II III IV V VI VII VIII

Tinggi
113 116 116 107 104.3 110 123 112 112.68 34.1 5.8 0.05
Pundak

Tinggi
Tongkat Ukur

110 121 102.2 105 103.2 107 122 110 110.05 58.0 7.6 0.07
Punggung

Panjang
107 104 93 106 104 97.2 109 114.2 104.33 44.8 6.7 0.06
Badan

Dalam Dada 51.7 68 59 40 56.9 56 60.2 56.4 56.03 63.7 8.0 0.14

Lebar Dada 27 27 27 33 31 31 34.3 29 29.91 8.2 2.9 0.10

Lebar
34 29 33 33 29 30.5 56.5 34 34.88 80.6 9.0 0.26
Punggung

Lebar
Jangka Ukur

38 28 34 35 30 33.5 30.4 32 32.61 10.1 3.2 0.10


Kelangkang

Lebar
Tulang 11 11.5 16 17 11 10.5 12 11 12.50 6.4 2.5 0.20
Tapis

Panjang
23 23.5 30 28 22 23 22 27 24.81 9.4 3.1 0.12
Kelangkang

Lingkar
148 150 144 148 149 148 150 152.5 148.69 5.9 2.4 0.02
Dada

Lingkar
Pergelangan 22 19 23 22 18 21 17 15 19.63 8.0 2.8 0.14
Pita Ukur

Kaki

Panjang
38 29 32 42 41 35 40 34.6 36.45 21.0 4.6 0.13
Muka

Lebar Muka 17 26 21 21 16 21 26 19 20.88 13.6 3.7 0.18

Sumber: Data Hasil Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak, 2018


Rata- rata didapatkan dari hasil penjumlahan keseluruhan data dibagi
banyak data yang ada, berdasarkan hasil pengukuran dimensi tubuh sapi
didapatkan hasil bahwa rata-rata tinggi pundak sebesar 112,68 cm, tinggi
punggung 110.05 cm, dalam dada 56.03 cm, panjang badan 104,33 cm, lebar dada
29.91 cm, lebar punggung 34.88 cm, lebar kelangkang 32.61 cm, lebar tulang
tapis 12.50 cm, panjang kelangkang 24.81 cm, lingkar dada 148.69 cm, lingkar
pergelangan kaki 19.63 cm, lebar muka 20, 88 cm dan panjang muka 36.45 cm.
Hasil pengukuran dimensi tubuh sapi yang memiliki rataan yang paling tinggi
yaitu lingkar dada dan paling rendah lebar tulang tapis masing-masing 148.69 cm
dan 12.50 cm. Hal sesuai dengan penelitian Warmadewi (2017) dengan hasil yang
dilaporkan, menyatakan bahwa Respon tertinggi adalah pada lingkar dada.
Besarnya respon seleksi adalah berbeda-beda pada setiap jenis ternak.
Varians dari tabel 1. Hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada Ternak Sapi
Bali didapatkan hasil bahwa varians tinggi pundak 34.1 cm, tinggi punggung 58.0
cm, dalam dada 63.7 cm, panjang badan 44,8 cm, lebar dada 8,2 cm, lebar
punggung 80.6 cm, lebar kelangkang 10.1 cm, lebar tulang tapis 6.4 cm, panjang
kelangkang 9.4 cm, lingkar dada 5,9 cm, lingkar pergelangan kaki 8. cm, lebar
muka 13.6 cm dan panjang muka 21.0 cm. Varians atau keragaman dari hasil
pengukuran pada tabel 1 memiliki keragaman yang besar dan menjadi peluang
untuk dilakukan seleksi demi mendapatkan bangsa unggul. Menurut Salamena et
al. (2007) dalam Nurfaizin (2017) menyatakan bahwa keragaman dalam suatu
populasi penting untuk menentukan kebijakan pemuliaan pada wilayah dimana
populasi berada.
Standar deviasi dari tabel 1. Hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada Ternak
Sapi Bali didapatkan hasil bahwa Standar deviasi tinggi pundak 5.8 cm, tinggi
punggung 7.6 cm, dalam dada 8.0 cm, panjang badan 6.7 cm, lebar dada 2.9 cm,
lebar punggung 9.0 cm, lebar kelangkang 3.2 cm, lebar tulang tapis 2.5 cm,
panjang kelangkang 3.1 cm, lingkar dada 2,4 cm, lingkar pergelangan kaki 2.8
cm, lebar muka 3..7 cm, dan panjang muka 4.6 cm. Berdasarkan hasil pengukuran
tersebut diketahui bahwa setiap dimensi tubuh sapi memiliki standar deviasi yang
berbeda-beda, semakin kecil nilai standar deviasi menunjukkan data-data tersebut
berkumpul disekitar rata-rata hitungnya, sedangkan jika nilai standar deviasi besar
hal tersebut menunjukkan penyebaran yang besar dari nilai rata-rata hitungnya.
Koevisien variasi dari tabel 1. Hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada
Ternak Sapi Bali didapatkan hasil bahwa Koevisien variasi tinggi pundak 0.05 %,
tinggi punggung 0.07 %, dalam dada 0.14 %, panjang badan 0.06 %, lebar dada
0.10 % lebar punggung 0.26 %, lebar kelangkang 0.10 %, lebar tulang tapis 0.20
%, panjang kelangkang 0.12 %, lingkar dada 0.02 %, lingkar pergelangan kaki
0.14 %, lebar muka 0.18 %, dan panjang muka 0.13%. Koevisien variasi dari tabel
1. Hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada Ternak Sapi Bali, termasuk dalam
kategori nilai yang rendah. Hanafiah (1991) dalam Warmadewi (2017)
menyatakan bahwa koefisien keragaman dikatakan rendah apabila nilainya kurang
dari 15%, sebaliknya dikatakan tinggi apabila nilainya lebih dari 15%.

Kolerasi Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Sapi Bali

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka didapatkan


hasil kolerasi sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 2. Kolerasi Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Sapi Bali
Tinggi
Lingkar Panjang Tinggi Dalam
Dimensi Punggun
Dada Badan Pundak Dada
g
Lingkar
0.00 0.86 0.54 0.03 0.17
Dada
Panjang
0.86 0.00 0.44 0.07 -0.15
Badan
Tinggi
0.54 0.44 0.00 0.73 0.55
Punggung
Tinggi
0.03 0.07 0.73 0.00 0.53
Pundak
Dalam
0.17 -0.15 0.55 0.53 0.00
Dada

Kolerasi Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Sapi Bali antara linkar dada
dan lingkar dada. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka
didapatkan kolerasi sesuai dengan tabel 2 dengan hasil yaitu 0 yang artinya sama
sekali tidak ada hubungan kolerasi antara linkar dada dan lingkar dada. Hal ini
sesuai dengan pendapat Santoso (2005) bahwa berkenaan dengan besaran angka.
Sama dengan kolerasi Person, angka kolerasi untuk spearman ataupun kendall
berkisar pada 0 (tidak ada kolerasi sama sekali) dan 1 (kolerasi sempurna).
Kolerasi Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Sapi Bali antara panjang badan
dan tinggi punggung. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka
didapatkan kolerasi sesuai dengan tabel 2 dengan hasil 0.44. Ada hubungan
kolerasi yang sama masuk kedalam kategori sedang. Nilai korelasi yang termasuk
kedalam kategori sedang yaitu nilai korelasinya sebesar 0,4 – 0,599 (Sugiono,
2007) dalam (Ahmad, 2016).
Kolerasi Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Sapi Bali antara dalam dada
dan lingkar dada. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka
didapatkan kolerasi sesuai dengan tabel 2 dengan hasil yaitu 0.17 nilai korelasi
tersebut masuk kedalam kategori rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiono
(2007) dalam Ahmad (2016) bahwa hubungan antara panjang kelangkang dengan
persentase karkas sebesar 0,284, nilai korelasi tersebut termasuk kedalam kategori
rendah.
Kolerasi Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Sapi Bali antara panjang badan
dan lingkar dada. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka
didapatkan kolerasi sesuai dengan tabel 2 dengan hasil yaitu 0.86 nilai kolerasi
tersebut masuk dalam kategori sangat tinggi. Hal sesuai dengan penelitian
Sugiono (2007) dalam Ahmad (2016) didapatkan nilai korelasi antara panjang
badan dengan panjang kelangkang sebesar 0,821, nilai korelasi tersebut termasuk
dalam kategori sangat kuat.
Kolerasi Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Sapi Bali antara panjang
badan dan dalam dada. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka
didapatkan kolerasi sesuai dengan tabel 2 dengan hasil yaitu -0.15 artinya ada
hubungan yang berlawanan masuk kedalam kategori rendah. Angka kolerasi di
atas 0.5 menunjukkan kolerasi yang cukup kuat, sedang di bawah 0.5 kolerasi
lemah. Sama juga dengan kolerasi person, selain besar kolerasi, tanda kolerasi
juga berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda –(negative) pada output
meunjukkan adanya ara hubungan yang berlawanan, sedangkan tanda + (pisitif)
menunujukkan arah hubungan yang sama (Santoso, 2005).
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan bahwa:


1. Rata-rata yang didapatkan dari hasil pengukuran dimensi tubuh ternak sapi
nilai ter tinggi yaitu lingkar dada dan paling rendah lebar tulang tapis
masing-masing 148.69 cm dan 12.50 cm.
2. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa setiap dimensi
tubuh sapi memiliki standar deviasi yang berbeda-beda, semakin kecil nilai
standar deviasi menunjukkan data-data tersebut berkumpul disekitar rata-
rata hitungnya, sedangkan jika nilai standar deviasi besar hal tersebut
menunjukkan penyebaran yang besar dari nilai rata-rata hitungnya.
3. Koevisien variasi dari tabel 1. Hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada
Ternak Sapi Bali didapatkan hasil bahwa Koevisien variasinya rendah yaitu
berada di antara 0.02% - 0.26%.
4. Kolerasi antara linkar dada dan lingkar dada dengan nilai 0 tidak ada
hubungan kolerasi yang terjadi. Kolerasi antara panjang badan dan tinggi
punggung dengan nilai 0.44 ada hubungan kolerasi yang sama masuk
kedalam kategori sedang. Kolerasi antara dalam dada dan lingkar dada
dengan nilai 0.17 ada hubungan kolerasi yang sama masuk kedalam kategori
rendah. Kolerasi antara panjang badan dan lingkar dada dengan nilai 0.86
ada hubungan kolerasi yang sama masuk kedalam kategori sangat kuat.
Kolerasi antara panjang badan dan dalam dada dengan nilai -0.15 ada
hubungan yang berlawanan yang kedalam kategori rendah.

Saran

Adapun saran terhadap pelaksanaan praktikum ini sebaiknya praktikan


memperhatikan dengan baik ketepatan pembacaan skala, selain itu kebersihan
kandang dan kondisi ternak juga harus diperhatikan sehingga ternak tidak
mengalami stress.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M.A.N., R.R. Noor., H. Martojo , D.D. Solihin., dan E. Handiwirawan.


2006. Keragaman Fenotipik Sapi Aceh Di Nanggroe Aceh Darussalam
[The Phenotypic Variability Of Aceh Cattle In Nanggroe Aceh
Darussalam]. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
J.Indon.Trop.Anim.Agric. 32 (1): 11-21

Ahmad, Dwi F., Endang Y.S., Nono S. 2016. Hubungan Panjang Badan dan
Panjang Kelangkang dengan Persentase Karkas Sapi Bali Correlations
between Body Length and Rump Length with Dressing Percentage of Bali
Cattle. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung.

Hikmawaty, A Gunawan2., RR Noor.,dan Jakaria. 2014. Identifikasi Ukuran


Tubuh Dan Bentuk Tubuh Sapi Bali di Beberapa Pusat Pembibitan Melalui
Pendekatan Analisis Komponen Utama. Identification Of Body Size And
Body Shape Of Bali Cattle In Breeding Centers On Principal Componenet
Analysis. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. Institut
Pertanian Bogor. 02 (1) 23: 1-237

Nurfaizin, Matitaputty PR. 2017. Karakteristik Sifat Kuantitatif dan Kualitatif


Kambing Lokal di Pulau Moa, Provinsi Maluku (Characteristics of
Quantitative and Qualitative Traits of Local Goat in Moa Island, Maluku
Province). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku.

Pujiati, Suhermin A. 2010. Penggunaan R dalam Psikolog. Gramedia. Jakarta


Santoso, Singgih. 2005. Mengatasi berbagai Maasalah Statistik dengan
SPSS Versi 11.5. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Santoso, Singgih. 2005. Mengatasi berbagai Maasalah Statistik dengan SPSS


Versi 11.5. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Susilawati, Trinil. Sapi Lokal Indonesia (Jawa Timur dan Bali).UB Press.
Malang.

Warmadewi, D.A., I G. L. Oka., dan I N. Ardika. 2017. Efektivitas Seleksi


Dimensi Tubuh Sapi Bali Induk. Majalah Ilmiah Peternakan. Fakultas
Peternakan Universitas Udayana, Denpasar-Bali. 20(1): 16-19

Anda mungkin juga menyukai