Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu Pemuliaan diera sekarang bertalian dengan manipulasi perbedaan


biologi diantara ternak dengan pendekatan tujuan yaitu memaksimalkan
keuntungan baik pada jangka waktu yang pendek maupun jangka waktu yang
lama. Adanya perbedaan biologis diantara ternak tercermin didalam keragaman
suatu sifat individu-individu didalam sekelompok/populasi ternak. Keragaman
merupakan sifat populasi yang sangat penting dalam pemuliaan, terutama dalam
seleksi (Warmadewi, dkk., 2015)
Keragaman fenotip diantara sapi Bali tersebut dapat menjadi dasar
perbaikkan mutu genetik melalui seleksi dalam upaya mendapatkan sapi Bali yang
berkualitas dan memiliki mutu genetic yang tinggi. Keragaman fenotipik sapi Bali
dapat diamati diantaranya melalui pengamatan dan pengukuran sifat-sifa
kuantitatif melalui analisis morfometrik. Pendekatan morfometrik dapat
digunakan untuk mempelajari hubungan genetik melalui pengukuran terhadap
bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh. Identifikasi morfometrik dapat dilakukan
dengan pendekatan Analisis Komponen Utama (AKU) dengan menentukan
penciri ukuran yang lebih dipengaruhi faktor lingkungan dan bentuk lebih
dipengaruhi faktor genetik. Informasi tersebut sangat penting dalam memberikan
informasi dasar tentang karakteristik atau ciri khas tersendiri pada sapi Bali
(Hikmawati, dkk., 2014).
Agar ternak lokal dapat dimanfaatkan harus diketahui potensinya sehingga
perlu dilakukan kajian karakteristik fenotipe berupa sifat kualitatif dan kuantitatif
dari ternak. Tujuan dari karakterisasi adalah untuk mendapatkan data sifat atau
deskripsi morfologi dari ternak yang bertujuan untuk membedakan fenotipe dan
seberapa besar keragaman genetik yang dimiliki pada wilayah tersebut. Sifat
kualitatif merupakan suatu sifat yang dapat diamati atau tampak dan
dideskripsikan secara langsung, sehingga masing-masing individu dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, berdasarkan warna bulu, bentuk
tanduk dan bentuk telinga. Sifat kuantitatif merupakan sifat yang tidak dapat
dikelompokkan secara langsung melainkan harus dilakukan dengan cara
penimbangan dan pengukuran pada tubuh ternak, seperti bobot badan (Nurfaizin
et al, 2017).
Peternak atau pedagang yang curang terkadang memberikan pakan sebanyak
mungkin untuk meningkatkan bobot badan ternak sebelum dijual. Oleh karena itu
perlu dilakukan pendugaan bobot badan melalui ukuran–ukuran tubuh ternak
untuk mengetahui bobot badan ternak yang sesungguhnya. Ukuran-ukuran tubuh
menjadi penting diketahui sebagai kriteria dalam mendapatkan bobot badan ternak
secara efisien dan akurat. Ukuran tubuh mempunyai sum-bangan penting untuk
memperkirakan bobot tubuh ternak yang cukup besar yaitu ±90% dari bobot
badan ternak se-benarnya, karena tubuh ternak diibarat-kan sebuah silinder
(Victori et al, 2016). Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya Praktikum
Ilmu Pemuliaan Ternak mengenai Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak pada sapi
Bali.

Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak mengenai


Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak pada Sapi Bali yaitu untuk mengetahui
bagaimana cara dan teknik mengukur dimensi tubuh pada ternak juga untuk
menganalisis Kualitatif dan Kuantitatif Ternak Sapi Bali.

Manfaat Praktikum

Manfaat dilakukannya Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak mengenai Pengukuran


Dimensi Tubuh Ternak pada Sapi Bali yaitu agar praktikan dapat mengetahui
bagaimana cara dan teknik mengukur Dimensi Tubuh pada Ternak Sapi Bali juga
untuk mengetahui bagaimana cara menganalisis Kualitatif dan Kuantitatif Ternak
Sapi Bali dan sebagai syarat untuk lulus Mata Kuliah Ilmu Pemuliaan Ternak.
TINJAUAN PUSTAKA

Sapi bali merupakan sapi asli indonesisa ciri-ciri khas dan berbeda dari
bangsa sapi lainnya. Pada sapi jantan maupun betina, warna kaki dari lutut ke
bawah adalah putih, memiliki “telau” yakni bulu putih pada bagian pantat, dan
terdapat “garis” (bulu) hitam di sepanjang punggung. sapi bali tidak memiliki
punuk, bentuk badan kompak dan dada dalm. Dibandingkan dengan bangsa sapi
lainnya, sapi bali jantan lebih agresif penampilnannya. Warna bulu pada sapi bali
merah bata, warna ini tidak berubah pada betina, tetapi pada jantan dewasa
berubah menjadi hitam. Ciri khusus yang dimiliki sapi murni yaitu warna putih
pada bagian paha, pinngiraan bibir atas, dan pada kaki bawah mulai tarsus dan
carpus sampai batas pinggir atas kuku. Rambut pada ujung ekor berwarna hitam,
dan rambut pada bagian dalam telinga berwarna putih. Pada bagian atas panggung
terdapat garis belut (garis hitam) yang jelas. Bentuk tanduk yang paling ideal
untuk jantan adalah bentuk tanduk yang jalan pertumbuhannya mula-mula dari
dasar sedikit keluar, lalu membengkok ke atas kemudian pada ujungnya
membengkok sedikit keluar. Pada yang betina bentuk tanduk yang ideal jalan
peetumbuhannya satu garis dengan adahi arah ke belakang sedkit melengkung ke
baah dan pada unjungnya sedikit mengarah ke bawah dan ke dalam. Tanduk ini
berwarna hitam (Susilawati, 2017)
Seekor hewan atau ternak menunjukkan fenotipenya (P) sebagai hasil
pengaruh-pengaruh seluruh gen atau genotipenya (G), lingkungan (E) dan
interaksi antara genotipe dan lingkungan (IGE). Karakter fenotipe ternak dapat
diketahui melalui ukuran-ukuran Tubuh, warna, pola warna tubuh dan
pertumbuhan tanduk telah menggunakan ukuran-ukuran tubuh hewan dalam
melakukan perbandingan antara berbagai bangsa sapi asli Indonesia, serta
hubungannya dengan berbagai bangsa sapi lain di Asia. Penggunaan ukuran tubuh
selain untuk menaksir bobot badan dan karkas, dapat digunakan juga untuk
memberikan gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas bangsa ternak
tertentu. Terdapat kesamaan ukuran tulang tengkorak di antara sapi Bali dan
Banteng dibandingkan sapi Madura dan sapi Aceh. Warna termasuk sifat kualitatif
seekor ternak. Warna tubuh ternak dianggap sebagai character displacement untuk
membedakan satu bangsa dengan bangsa lainnya (Abdullah, dkk., 2006).
Keragaman suatu sifat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik, dan
faktor non genetik atau lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen
dan kromosom yang dimiliki oleh individu. Oleh karena itu, faktor genetik sudah
ada sejak terjadinya pembuahan atau bersatunya sel telur (ovum) dengan
spermatozoa. Faktor genetik ini tidak akan berubah selama hidup individu,
sepanjang tidak terjadi mutasi dari gen yang menyusunnya, dan faktor genetik
dapat diwariskan kepada anak keturunannya. Berbeda dengan faktor genetik,
pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan kepada anak keturunannya. Faktor
lingkungan ini tergantung pada kapan dan dimana individu yang bersangkutan
berada (Warmadewi, dkk., 2015).
Mengingat gugus data yang diamati bisa diperoleh dari populasi atau dari
sampel, maka dibedakan antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel. Rata-
rata populasi dilambangkan dengan m (miyu), sedangkan ratarata sampel
dilambangkan dengan x (x bar). Angka standar deviasi (dan varians) tidak akan
pernah bernilai negatif. Hal ini karena angka ini didapatkan dari hasil
pengkuadratan beda tiap observasi. Namun demikian, secara teoritis angka ini
masih ada kemungkinan bernilai nol, yaitu apabila tidak terdapat variasi sama
sekali dalam kelompok data. Namun demikian, kasus seperti ini (tidak ada variasi)
hampir tidak pernah ada. Berbagai fenomena random yang kita selidiki selalu
mempunyai mempunyai variasi dalam nilai-nilainya. Karena sifat variasi ini,
maka apabila kita ingin mempelajari sifat-sifat suatu data secara utuh, maka kita
tidak boleh hanya mempelajari ukuran tendensi sentralnya saja, tetapi harus
dipelajari juga ukuran variasi untuk memberikan gambaran bagaimana kelompok
data tersebut menyebar. Adalah ukuran variasi relatif yang bertujuan
membandingkan variasi dari beberapa gugus data yang mempunyai satuan
berbeda. Dengan ukuran Satuan Variasi (KV), maka besaran nilai tidak
dipengaruhi oleh satuan pengukuran data aslinya, sehingga parameter yang sama
dari beberapa populasi yang menggunakan unit pengukuran berbeda pun dapat
diperbandingkan. Koefisien variasi sangat berguna dalam membandingkan dua
(atau lebih) kelompok data yang mempunyai besaran berbeda ( Wibowo, 2015).
MATERI DAN METODE
Waktu Dan Tempat
Praktikum Ilmu Pemuliaan Pemuliaan Ternak mengenai Pengukuran
Dimensi Tubuh Ternak pada Sapi Bali dilakukan Pada Hari Senin, Tanggal 10
September 2018 Pukul 15:00 WITA sampai selesai di Kandang Peternakan Sapi
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu 2 ekor sapi Bali jantan.
Adapun Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
Nama Gambar Fungsi
Tongkat ukur (cm) Tongkat ukur adalah alat ukur
yang berbentuk semacam
tongkat lurus untuk mengukur
tinggi pundak, tinggi punggung,
panjang badan, dan dalam dada.

Jangka ukur (cm) Jangka ukur adalah alat ukur


berbentuk membulat melingkar
untuk mengukur lebar dada,
lebar punggung, lebar
kelangkang, dan panjang
kelangkang.

Pita ukur (cm) Pita ukur adalah alat untuk


mengukur lingkar dada, lingkar
pergelangan kaki, panjang muka,
dan lebar muka.

Tahapan dan Prosedur kerja


Adapun prosedur praktikum pengukuran dimensi tubuh sapi dilakukan
dengan memasukkan atau memisahkan sapi ke dalam kandang fiksasi, selajutnya
sapi dibuat nyaman dengan diberi pakan berupa hijauan. Selanjutnya mengukur
keseluruhan dimensi tubuh sapi, masing- masing dengan menggunakan alat
tongkat ukur, jangka ukur dan pita ukur sesuai dengan ketentuan berikut:

Nama Alat Deskripsi


- Tinggi pundak
Tinggi pundak adalah jarak tegak lurus dari tanah sampai
titik tertinggi pundak (ingat bukan gumpa/punuk dan
bukan di belakang scapula) tapi di daerah sekitar garis
tengah kaki depan; khusus untuk sapi berpunuk maka
pengukkuran dilakukan tepat dibelakang punuk.
- Tinggi punggung
Tinggi punggung adalah jarak titik tertinggi
punggung/tajuk duri ruas tulang punggung (processus
spinosus vertebrae thoracale) yang terakir tegak urus
sampai ke tanah. Perkiraan lokasi titik tertinggi punggung
Tongkat Ukur adalah di ukur garis lurus pada daerah di atas tonjolan
pangkal tulang rusuk terkhir (sama dengan titik tempat
mengukur lebar punggung).
- Panjang badan
Panjang badan adalah panjang dari titik tulang bahu ke
tonjolan tulang tapis (os ischii).
- Dalam dada
Dalam dada adalah jarak dari titik tertinggi pundak ke
tulang dada.
- Lebar dada
Lebar dada adalah jarak terlebar dari lengkungan tulang
rusuk di daerah dada. Perkiraan daerah ukur adalah pada
lokasi yang sama saat mengukur lingkar badan.
- Lebar punggung
Lebar punggung diukur dari tojolan tulang sendi pinggul
bagian kiri dan kanan
- Lebar kelangkang
Jangka Ukur
Lebar kelangkang di ukur dari tonjolan tulang paha bagian
kiri dan kanan menggunakan
- Lebar tulang Tapis
Lebar tulang tapis diukur dari tonjolan tulang tapis (tuber
ischii) bagian kiri dan kanan.
- Panjang kelangkang
Panjang kelangkang diukur dari tonjolan tulang tuber
coaxae ke tonjolan tulang tapis (tuber ischii).
- Lingkar dada
Lingkar badan/dada merupaka salah satu dimensi tubuh
yang dapat digunakan sebagai indicator mengukur
pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pengukuran
Pita Ukur lingkar tulang rusuk paling depan persis dibelakang kaki
depan.
- Lingkar pergelangan kaki
Lingkar pergelangan kaki (canon) diukur melingkar di
tulang radius-ulna di dekat perbatasan kuku.
- Panjang muka
Panjang muka di ukur dari puncak kepala (daerah titik
tengah tanduk) sampai ujung moncong.
- Lebar muka
Lebar muka diukur sebagai jarak terbesar antara \kudua
lengkungan tulang mata sebelah atas luar kiri dan kanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengukuran

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil


sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 1. Hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada Ternak Sapi Bali
Tongkat ukur Jangka ukur Pita ukur
Lin
gka
Leb Leba Panja r Pan
Pengu Ting Ting Panja Leb Lebar Leb
Dala ar r ng Ling per jan
kuran gi gi ng ar kelan ar
m pun tulan kelan kar gel g
pund pung bada dad gkan mu
dada ggu g gkan dada ang mu
ak gung n a g ka
ng tapis g an ka
kak
i
1 55 66 94 55 32 35 36 13 27 148 20 41 25
2 102 100 94 74 29 33 34 13 25 150 17 29 17
3 107 105 106 40 33 33 33 17 33 144 22 42 21
101. 30. 30.
4 102 1 109 53.7 45 4 35.5 13.2 40 148 21 40 21
5 110 106 110 45 34 37 14 13.5 39 149 21 42 13
6 57 70 102 53 33 36 20 13 25 148 20 42 20
7 102 99 93 72 30 34 36 15 26 150 19 40 24
105. 152.
8 104 3 105 75 35 33 21 14 30 5 22 41 25
738. 752. 467. 256 271 111. 245. 1189 162 317 166
S 9 4 813.2 7 .5 .4 229.5 7 0 .5 .0 .0 .0
Mean 32. 33. 148. 20. 39. 20.
(cm) 92.4 94.1 101.7 58.5 1 9 28.7 14.0 30.6 7 3 6 8
Varian 511. 266. 183. 19. 17.
s 8 3 49.8 5 4.3 4.3 78.6 2.0 37.4 5.9 2.8 1 4
Standa
r
deviasi
(cm) 22.6 16.3 7.1 13.5 2.1 2.1 8.9 1.4 6.1 2.4 1.7 4.4 4.2
Koefisi
en
variasi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
(%) 0.03 0.02 0.01 0.03 1 1 0.04 0.01 0.02 0.00 1 1 3
Sumber: hasil pengukuran ternak sapi 2018

Rata- rata didapatkan dari hasil penjumlahan keseluruhan data dibagi


banyak data yang ada, berdasarkan hasil pengukuran dimensi tubuh sapi
didapatkan hasil bahwa rata-rata tinggi pundak sebesar 92,4 cm, tinggi punggung
94,1 cm, dalam dada 58,5 cm, panjang badan 101,7 cm, lebar dada 32,1 cm, lebar
punggung 33,9 cm, lebar kelangkang 28,7 cm, lebar tulang tapis 14,0 cm, panjang
kelangkang 30,6 cm, lingkar dada 148,7 cm, lingkar pergelangan kaki 20,3 cm,
lebar muka 20,8 cm dan panjang muka 39,6 cm. Hasil pengukuran dimensi tubuh
sapi yang memiliki rataan yang paling tinggi yaitu lingkar dada. Hal ini sesuai
penelitian Warmadewi (2017) dengan hasil yang dilaporkan menyatakan bahwa
Respon tertinggi adalah pada lingkar dada. Besarnya respon seleksi adalah
berbeda-beda pada setiap jenis ternak.
Varians dari tabel 1. Hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada Ternak Sapi
Bali didapatkan hasil bahwa varians tinggi pundak 511,8 cm, tinggi punggung
266,3 cm, dalam dada 183,5 cm, panjang badan 49,8 cm, lebar dada 4,3 cm, lebar
punggung 4,3 cm, lebar kelangkang 78,6 cm, lebar tulang tapis 2,0 cm, panjang
kelangkang 37,4 cm, lingkar dada 5,9 cm, lingkar pergelangan kaki 2.8 cm, lebar
muka 17,4 cm dan panjang muka 19,1 cm.
Standar deviasi dari tabel 1. Hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada Ternak
Sapi Bali didapatkan hasil bahwa Standar deviasi tinggi pundak 22,6 cm, tinggi
punggung 16,3 cm, dalam dada 13,5 cm, panjang badan 7,1 cm, lebar dada 2,1
cm, lebar punggung 2,1 cm, lebar kelangkang 8,9 cm, lebar tulang tapis 1,4 cm,
panjang kelangkang 6,1 cm, lingkar dada 2,4 cm, lingkar pergelangan kaki 1,7
cm, lebar muka 4,2 cm, dan panjang muka 4,4 cm.
Koevisien variasi dari tabel 1. Hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada
Ternak Sapi Bali didapatkan hasil bahwa Koevisien variasi tinggi pundak 0,03 %,
tinggi punggung 0,02 %, dalam dada 0,03 %, panjang badan 0,01 %, lebar dada
0,01, lebar punggung 0,01%, lebar kelangkang 0,04 %, lebar tulang tapis 0,01 %,
panjang kelangkang 0,02 %, lingkar dada 0 %, lingkar pergelangan kaki 0,01 %,
lebar muka 0,03 %, dan panjang muka 0,01 %. Koevisien variasi dari tabel 1.
Hasil pengukuran Dimensi Tubuh pada Ternak Sapi Bali, termasuk dalam
kategori nilai yang rendah. Warmadewi (2017) dalam Hanafiah (1991)
menyatakan bahwa koefisien keragaman dikatakan rendah apabila nilainya kurang
dari 15%, sebaliknya dikatakan tinggi apabila nilainya lebih dari 15%.
Kolerasi Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Sapi Bali

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka didapatkan


hasil kolerasi sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 2. Kolerasi Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Sapi Bali
Panjan Tinggi
Dimens Lingka Tinggi Dalam
g Punggu
i r Dada Pundak Dada
Badan ng
-
Lingkar
0.2209 0.11462 0.1239 0.8359
Dada
0 5 3 04 58
- -
Panjang
0.2209 0.44165 0.3939 0.5745
Badan
5 0 9 42 7
Tinggi
Punggu 0.1459 0.4416 0.9947 0.1146
ng 37 59 0 76 23
Tinggi 0.1239 0.3939 0.99477 0.1078
Pundak 04 42 6 0 79
-
Dalam
0.8359 0.5745 0.11462 0.1078
Dada
58 7 3 79 0
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Victori A, Purbowati E, Lestari CMS. 2016. Hubungan antara ukuran-ukuran
tubuh dengan bobot badan Kambing Peranakan Ettawah jantan di
Kabupaten Klaten. J Ilmu-Ilmu Peternakan. 26:23-28

Nurfaizin, Matitaputty PR. 2017. Karakteristik Sifat Kuantitatif dan Kualitatif


Kambing Lokal di Pulau Moa, Provinsi Maluku (Characteristics of
Quantitative and Qualitative Traits of Local Goat in Moa Island, Maluku
Province). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku.

Warmadewi, D.A., I G. L. Oka., dan I N. Ardika. 2017. Efektivitas Seleksi


Dimensi Tubuh Sapi Bali Induk. Majalah Ilmiah Peternakan. Fakultas
Peternakan Universitas Udayana, Denpasar-Bali. 20(1): 16-19

Warmadewi, D. A., Gusti L.O., Ni P. S., I Nyoman A.,Made D. 2015. Ilmu


Pemuliaan Ternak. Bahan Ajar. Program Studi Peternakan Fakultas
Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.

Wibowo, Arif. 2015. Statistic. Nilai Ringkasan Data. Universitas Negeri


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai