Anda di halaman 1dari 9

JUDGING (Penilaian Visual)

 Judging merupakan keterampilan menilai dan memilih untuk memperoleh ternak yang
mempunyai nilai tertinggi atau diatas rata-rata dalam kelasnya.

 Tujuan Judging :
- Mengetahui tipe ternak
- Mendeteksi ada/tidaknya cacat pada tubuh
- Mencari hubungan antara sifat luar dengan kemampuan produksinya
- Dapat menentukan bibit
- Menolong peternak dalam pemberian pakan, seleksi, breeding, dan pemasaran

 Penilaian biasanya digunakan dan diterapkan dalam kontes ternak, festival atau acara - acara
yang melibatkan tim penilai melalui teknik mass selection, yaitu seleksi dalam kelompok
ternak. Teknik dan proses seleksi dapat diterapkan pada :
1. Seleksi individu ternak yang akan dipelihara atau penggemukan
2. Seleksi calon bibit (calon induk dan calon jantan)
3. Seleksi bagi ternak yang akan dipotong, serta diharapkan dapat memperoleh kualitas dan
kuantitas karkas yang maksimal

 Langkah yang dilakukan seorang penilai dalam prosedur judging:


1. Pandangan samping
2. Pandangan belakang
3. Pandangan depan
4. Perabaan

 Judging pada sapi potong


pada saat penilaian sapi potong diperlukan alat penilaian dalam bentuk table skor, timbangan,
alat pengukur tubuh

Tabel data penilaian / skor penilaian sapi siap potong:


Body Scoring / Body Condition Scoring / Condition Scoring Ternak Sapi

Body Condition Scoring merupakan teknik untuk menilai kondisi tubuh ternak pada interval
tertentu.

 Fungsi Body Scoring :


- Untuk mencapai keseimbangan antara pemberian makan yang ekonomis
- Produksi yang baik
- Kesejahteraan yang baik (good welfare)

 Kondisi tubuh untuk sistem penilaian yang paling banyak digunakan untuk sapi memberikan
skor sebagai berikut :
1. Kurus parah
2. Pinggul atau tulang rusuk
3. Kurus
4. Sangat kurus
5. Perbatasan
6. Sedang
7. Baik
8. Gemuk
9. Sangat gemuk
10. Obesitas

Keterangan : Penilaian 1-3 adalah kurus, nomor 4 tergolong perbatasan, 5-6 yaitu optimal,
sedangkan 7-9 adalah gemuk

 BCS mengetahui skala kegemukan atau Frame pada ternak berdasarkan pada penampakan
fenotip pada 8 titik yaitu : processus spinosus, processus transversus, legok lapar, tuber coxae
(hooks), antara tuber coxae dan tuber ischiadicus (pins), antara tuber coxae kanan dan kiri dan
pangkal ekor ke tuber ischiadicus

 Body Scoring pada sapi perah


Biasanya dilakukan pada saat :
- sapi kering (drying off)
- pre-partum
- sebelum dikawinkan

 Metode Body Scoring yaitu penilaian manual terhadap :


- Ketebalan lemak bawah kulit
- Penonjolan tulang – tulang pada pangkal ekor dan areal pinggang loin)
- Penilaian berdiri tepat dibelakang sapi
- Sapi dalam keadaan tenang
- Tangan yang sama untuk meraba
 Makna Dari Pada SCORE
- score ideal sapi perah (kering & pre-partum) : 2,5 – 3, kondisi “fit non fat “
- kehilangan 1 angka score , berarti :
b.b. heifer turun 15 kg.
b.b. induk dewasa bisa mencapai 15 kg.
- Penambahan 1 angka score (pertengahan masa laktasi), berarti :
b.b. heifer bertambah 90 kg.
b.b. induk dewasa bisa mencapai 60 kg.

 Contoh untuk skor sapi


A. Penampilan Umum
STANDAR,
No
UNSUR YANG DINILAI ATAU SKOR
.
SEMPURNA
Ukuran Tubuh ( kecil, sedang, besar,
1 5
tergantung bangsanya)
Bentuk umum : segi tiga, punggung rata dan
2 kuat, bagian tengah yang berkapasitas besar, 10
mulus
Kepala : cantik, femini, jarak antara kedua
3 mata lebar, agak cekung, panjang sedang, 3
hidung lurus
4 Mata : lebar, cerah, jernih 1
Telinga : tekstur baik, uuran sedang, melekat
5 1
baik
Cungur & Mulut : besar, lebar, lidah kuat,
6 2
lubang hidung lebar, rahang kuat
Leher : panjang, mulus, tanpa lipatan kulit,
7 3
peralihan ke badan halus (smooth)
Bahu : membesar ke bawah, ujung atas tajam,
8 3
kompak

B. Kapasitas Tubuh
STANDAR,
No UNSUR YANG DINILAI ATAU SKOR
SEMPURNA
Dada bawah depan : halus, mulus, ada
1 2
lipatan kulit, peralihan ke badan halus
Dada : dalam, kapasitas besar, lebar ke
2 5
bawah, penuh pada bagian siku
3 Punggung : kuat rata, panjang, rusuk jelas 4
Perut : panjang, dalam, lebar, rusuk
4 8
panjang, terpisah lebar, perlekatan baik.
5 Pinggang : lebar, kuat, rata 3
6 Pinggul :menonjol, lebar, rata 2
Gluteus atas : panjang, lebar,rata, tonjolan
7 4
tuber coxae berjarak lebar, tinggi
8 Ekor : panjang, bergerak bebas, halus 1
9 Paha : mulus, terpisah lebar, lenkung 3
Kaki belakang : terpisah lebar, lurus,
10 3
panjangnya sedang

 C. Ambing
STANDAR,
No UNSUR YANG DINILAI ATAU SKOR
SEMPURNA
Ambing : besar, perlekatan tingi di
belakang, dan halus ke depan, lebar, tepi
1 bawah rata, seimbang, perkembangan 15
quarter baik, seimbang, lembut (kalau
diraba)
2 Putting : letaknya simitris, uniform, 4
panjangnya sedang, tidak ada cacat
Vena susu : besar, panjang, bercabang-
3 6
cabang, menonjol
4 Lubang (sumur) susu : lebar, banyak 3
Kulit & Bulu : mengkilat, bersih, halus,
5 5
tebal, kulit sedang, lentur,bulu halus
6 Temperamen : jinak, tenang 3

8.2.1 Pemilihan breed / bangsa


Bangsa yang digunakan harus sesuai dengan tujuan usaha, karena secara genetik,
kemampuan ternak bervariasi. Misalnya sapi untuk tujuan memproduksi daging, berbeda untuk
tujuan kerja, tujuan produksi susu dan sebagainya. Domba untuk tujuan produksi wool tidak
sama dengan domba untuk tujuan produksi daging. Selanjutnya dalam memilih breed, penting
juga memperhatikan besar kecilnya ukuran tubuh ternak terutama dalam 2 usaha kawin silang,
jangan sampai menimbulkan kesulitan pada saat beranak karena kesalahan dalam memilih
pejantan sehingga berakibat berat lahir anak terlalu besar. Memilih bibit dapat dilakukan dengan
beberapa cara :
1. Melihat catatan silsilah / pedigree. Catatan mengenai prestasi tetuanya antara lain : berat
lahir, berat sapih, Average Daliy Gain (ADG), berat umur 1 tahun, dan lain sebagainya.
2. Penilaian bentuk luar (dengan judging). Dalam judging, ada bagian-bagian tubuh ternak
yng mendapat penilaian lebih tinggi sesuai dengan tujuan.
A. Pemilihan induk berdasarkan penampilannya : postur tubuh baik, Ambing
baik, Bulu halus,mata bersinar, nafsu makan baik, tanda-tanda berahi
teratur, sehat dan tidak cacat, umur siap kawin (± 2 tahun, untuk ternak
sapi) Untuk sapi perah, sapi perah yang cocok dipelihara di Indonesia
adalah sapi Shorthorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda) dan
Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis). Agar dapat
memperoleh bibit sapi perah yang baik diperlukan adanya seleksi
berdasarkan silsilah, bentuk luar atau antomis maupun berdasarkan jumlah
produksi. Ciri-ciri sapi perah betina yang baik:
a. Kepala panjang , sempit, halus, sedikit kurus dan tidak banyak
berotot
b. Leher panjang dan lebarnya sedang, besarnya gelambir sedang
dan lipatan-lipatan kulit leher halus
c. Pinggang pendek dan lebar
d. Gumba, punggung dan pinggang merupakan garis lurus yang
panjang
e. Kaki kuat, tidak pincang dan jarak antara paha lebar
f. Badan berbentuk segitiga, tidak terlalu gemuk dan tulang-tulang
agak menonjol (BCS umumnya 2)
g. Dada lebar dan tulang -tulang rusuk panjang serta luas
h. Ambing besar, luas, memanjang kedepan kearah perut dan
melebar sampai diantara paha. Kondisi ambing lunak, elastis dan
diantara keempat kuartir terdapat jeda yang cukup lebar. Dan saat
sehabis diperah ambing akan terlimpat dan kempis, sedangkam
sebelum diperah gembung dan besar.
i. Produksi susu tinggi, 3
j. Umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
k. Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan
produksi susu tinggi,
l. Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular,
m. Tiap tahun beranak.
B. Pemilihan pejantan berdasarkan penampilannya : Postur tubuh besar, dada
lebar dan dalam, kaki kuat, mata bersinar, bulu halus, testis simetris dan
normal, Sex libidonya tinggi/agresif, responsif terhadap induk berahi,
sehat dan tidak cacat, umur dewasa ( >2 tahun, untuk ternak sapi) Berikut
ini adalah beberapa ciri-ciri tubuh luar (eksterior) sapi yang dapat
langsung dilihat, dapat digunakan sebagai salah satu kriteria dalam
melakukan seleksi indukan ternak sapi, misalnya :
a. Warna tubuh sesuai dengan bangsanya. Sapi PO harus berwarna
putih, sapi Madura harus berwarna coklat, sapi Bali betina harus
berwarna merah bata serta yang jantan saat telah dewasa berwarna
hitam.
b. Bentuk dan ukuran antara kepala, leher dan tubuh ternak harus
serasi.
c. Tidak tampak adanya cacat tubuh yang dapat menurun, baik yang
dominan (terjadi di sapi yang bersangkutan) maupun yang resesif
(tidak terjadi di sapi yang bersangkutan, tetapi terjadi di sapi tetua
dan atau di sapi keturunannya). Sebisa mungkin menghindari
indukan yang mempunyai cacat fisik karena kemampuan produksi
maupun reproduksinya tidak optimal.
d. Kondisi sapi sehat yang ditunjukkan dengan mata yang bersinar,
gerakannya lincah tetapi tidak liar dan tidak menunjukkan tanda-
tanda kelainan pada organ reproduksi luar, serta bebas dari
penyakit menular terutama yang dapat disebarkan melalui aktifitas
reproduksi Untuk pejantan, testes sapi umur di atas 18 bulan harus
simetris (bentuk dan ukuran yang sama antara scrotum kanan dan
kiri), menggantung dan mempunyai ukuran lingkaran
terpanjangnya lebih dari 32 cm (32–37 cm). Sapi jantan yang akan
dijadikan sebagai induk pejantan seharusnya mempunyai ukuran
minimal statistik sapi potong pejantan bibit Indonesia. Untuk sapi
Ongole dewasa mempunyai ukuran sbb: Tinggi gumba 135 cm,
panjang badan 133 cm dan lingkar dada 171 cm 4
e. Tingkat pertambahan dan pencapaian berat badan ternak pada
umur tertentu dapat optimal.
f. Sapi induk yang ideal digunakan yaitu dimulai pada umur sekitar
18–24 bulan yaitu ditandai dengan mulai bunting yang pertama,
kemudian harus sudah dikeluarkan sebagai indukan pada umur
sekitar 6–7 tahun atau sudah beranak 4–5 kali.
g. Sapi pejantan ideal yang digunakan dimulai pada umur sekitar 24–
28 bulan yaitu ditandai dengan mulai intensifnya mengawini sapi-
sapi betina, kemudian harus sudah dikeluarkan sebagai pejantan
pada umur sekitar 5–6 tahun. Untuk mempertahan kan kemampuan
maksimalnya agar mampu membuntingi sapi indukan, maka seekor
sapi jantan yang telah intensif menjadi seekor pejantan dapat
digunakan untuk mengawini 10–15 indukan pada sistem
perkawinan alam di kandang kelompok, atau 15–20 indukan per
bulan pada sistem perkawinan alam di kandang individu.
h. Sapi jantan memiliki kualitas sperma dan libido yang bagus.
i. Ternak sapi yang digunakan sebagai indukan tidak boleh terlalu
gemuk, biasanya ternak yang gemuk untuk sapi betina akan majer
atau mandul.

Anda mungkin juga menyukai