Anda di halaman 1dari 16

PENILAIAN AYAM

Salah satu kunci utama peternakan ayam broiler adalah dengan


memilih DOC atau bibit ayam yang berkualitas.
Bibit / DOC memiliki kontribusi yang cukup besar dalam usaha
peternakan ayam broiler.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit
ayam, diantaranya adalah :
pakan yang sesuai kebutuhan
lokasi yang ideal untuk lokasi peternakan
temperatur udara
terbebas dari penyakit.
.
• Semua jenis yang beredar di Indonesia, memiliki produktifitas yang
relatif sama. Perbedaan pada DOC atau bibit tidak begitu jauh.
• Untuk menentukkan pilihan jenis DOC / bibit yang akan dipelihara,
dapat dilihat pada daftar produktifitas atau prestasi bibit yang terjual
sebelumnya di poultry shop. Di tingkat bawah, juga dapat
memperoleh DOC dengan membeli langsung ke pembibit, membeli
telur tetas, menetaskan sendiri atau dapat dengan membeli induk
yang akan menghasilkan telur tetas kemudian menetaskannya dengan
mesin tetas.
Banyak sekali strain yang beredar di Indonesia, perlu dipertimbangkan
strain yang cocok untuk dipelihara.
Adapaun beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :
• Pertimbangan yang utama adalah masalah ekonomis dan
keuntungan.
• strain tersebut memiliki kemampuan adaptasi lingkungan yang baik
• konversi pakan yang baik sehingga menghemat biaya pakan
• tingkat persentase mortalitas yang rendah
• ayam tidak bersifat kanibal sehingga mempermudah pemeliharaan.
Dalam memilih DOC ayam broiler yang berkualitas perlu adanya pedoman
teknis untuk memilih bibit yang dapat dilihat dari penampilan luarnya,
ciri- ciri ayam yang berpenampilan baik diantaranya :
 
1. Terbebas dari penyakit terutama penyakit pullorum (berak putih) dan jamur.
2. Berasal dari induk yang cukup umur dan dari pembibit yang berpengalaman.
3. Bibit ayam terlihat aktif, mata cerah, dan lincah.
4. Kaki besar dan basah seperti berminyak.
5. Bulu cerah dan tidak kusam.
6. Anus bersih serta tidak ada kotoran.
7. Kondisi tubuh normal.
8. Berat sesuai dengan standar strain tersebut.
Penilaian doc broiler
• BB sedang (32 – 34 g/ekor)
• BB berat (35 – 37 g/ekor)
• Warna cerah
• Tidak ada cacat bawaan
• Suara nyaring
• Tubuh tidak lemas
• Paruh dan kaki berwarna kuning cerah
• Anggota badan lengkap dan normal
Penilaian broiler

• Perototan tebal
• Tubuh kompak
• Sehat
• Bobot badan tinggi (sesuai standar)
Penilaian ayam layer

•  Bibit ayam merupakan salah satu faktor yang paling menentukan


dalam keberhasilan dan kelangsungan usaha peternakan. Kesalahan
awal dalam pemilihan bibit atau rendahnya kualitas bibit yang
dipelihara, akan berdampak jangka panjang yaitu rendahnya
produktivitas. Sebaliknya, pemilihan bibit yang baik dan unggul akan
memberikan kontribusi dan hasil yang optimal serta menguntungkan
bagi usaha peternakan.
Untuk mendapatkan dan memilih bibit unggul ayam petelur yang akan
dipelihara, secara umum haruslah memenuhi beberapa syarat.
Syarat tersebut antara lain adalah,:
a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya; 
b) Pertumbuhan dan perkembangan normal; 
c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Penyiapan bibit ayam petelur yang berkriteria baik, tergantung pada 3


hal sebagai berikut.:
a. Konversi Ransum.
Konversi ransum merupakan perbandingan antara ransum yang
dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur.
Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam
yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang
lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya.
Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini
merupakan cermin buruk bagi ayam itu.
Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat
dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada
berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang
sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi
penjualan bibit ayamnya. 
• b. Produksi Telur.
Produksi telur sudah barang tentu menjadi perhatian utama. Untuk
itu, yang dipilih adalah bibit yang dapat memproduksi telur banyak.
Namun, konversi ransum tetap menjadi pertimbangan utama sebab
ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak
menguntungkan. 
• c. Prestasi bibit di lapangan/di peternakan.
Apabila kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk
bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu. Adalah tidak
mungkin memaksakan bibit ayam petelur supaya bertelur lebih
banyak, yang melebihi kemampuannya. Atau, mengharapkan ayam
petelur mengkonsumsi ransum lebih sedikit dari pada kebutuhannya.
Sebagai contoh, prestasi beberapa jenis bibit ayam petelur diantaranya
adalah:
• a)Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur (hen
house) 270, ransum 1,82 kg/lusin telur
• .b)Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur (hen house)
255-280, ransum 1,8-2,0 kg/lusin telur.
• c) Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur (hen house)
288, ransum 1,89 kg/lusin telur.
• d).H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur (hen house)
272, ransum 1,7-1,9 kg/lusin telur
Faktor lain yang perlu dilakukan untuk mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi
adalah seleksi ayam yang ada. Seleksi ayam dilakukan dengan menilai melalui dua cara:
• Pada saat penerimaan pullet
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: ukuran tubuh, berat tubuh, kerangka tubuh
(frame), cacat fisik, status kesehatan.
Berat tubuh bukanlah ukuran mutlak terhadap kualitas pullet, karena pada banyak
kasus, ayam-ayam yang produktifitasnya bagus justru mengalami keterlambatan
kedewasaan. Faktor yang jauh lebih penting untuk diperhatikan adalah kerangka tubuh
(frame), karena merupakan refleksi dari kemampuan ayam untuk berproduksi.
• Setelah melewatu masa puncak produksi
Strain ayam petelur modern lebih mudah menunjukkan performa yang jelek apabila
tidak ditangani sesuai dengan rekomendasi pembibit. Dengan telah dilakukannya
perbaikan genetik pada breeder, membawa konsekuensi perbaikan manajemen pada
tingkat peternak.

Anda mungkin juga menyukai