Kelompok 10
Oleh :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
makalah yang berjudul “Pemuliaan Ternak Domba”. Shalawat beserta salam turut
kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup, yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Pemuliaan
besarnya kepada Bapak Dr. Agr. Ir. Asep Anang, M.Phil. IPU. dan Ibu Dr. Nena
Hilmia, S.Pt. M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Pemuliaan Ternak dan
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................5
II PERMASALAHAN........................................................................................6
III PEMBAHASAN..............................................................................................8
IV KESIMPULAN..............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................29
iv
PENDAHULUAN
besar terhadap gizi masyarakat yaitu ternak domba. Ternak domba merupakan
ternak yang termasuk ruminansia kecil yang dapat memberikan manfaat untuk
mereka.
Ternak lokal merupakan salah satu kekayaan yang dapat dilihat dari sumber
dan kemurnian ternaknya, karena jenis ternak lokal mengandung gen – gen ang
belum tentu dimiliki oleh ternak import. Ternak domba perlu di kembangkan
karena ternak ini memiliki beberapa kuntungan yaitu mudah beradaptasi dengan
ternak yang dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan serta bagaimana kedua
faktor ini saling berinteraksi. Jenis domba Indonesia pada umumnya mempunyai
sifat reproduksi yang baik, hal ini terlihat pada frekuensi melahirkan dan tingkat
kelahiran kembar yang tinggi, serta adaptasinya baik. Maka dari itu peternakan
I.3 Tujuan
II
PERMASALAHAN
dengan tujuan mengingkatkan produktivitas ternak. ilmu pemuliaan pada era ini
waktu yang pendek maupun jangka waktu yang lama [ CITATION War15 \l 1033
dikembang biakan, pasarnya selalu tersedia serta modal yang relative lebih murah
ekonomis, social dan budaya serta merupakan sumber genetic khas untuk
Terdapat keragaman pada ternak yang merupakan sifat populasi yang sangat
penting dalam pemuliaan terutama dalam seleksi. Keragaman suatu sifat ini
dipengaruhi oleh faktor genetic dan faktor non genetik (lingkungan). Dalam upaya
peningkatan genetiknya. Dalam hal ini, terdapat metode yang dapat dilakukan
diperlukan.
Setelah dilakukan seleksi serta teradi kemajuan genetic sesuai dengan tujuan
genetic yang terbaik dengan yang terbaik (best to best). Terdapat beberapa macam
seleksi index dan most probable producing ability (MPPA). Dalam breeding,
cara pembiakan dengan metode yang berbeda pun memiliki tujuan yang sama
yaitu menghasilkan perubahan dalam susunan atau mutu genetic hewan ternak
III
PEMBAHASAN
meningkatkan produksi ternak melalui genetika atau dengan kata lain Ilmu
ternak untuk memperoleh keuntungan yang maksimal baik dalam jangka waktu
Jadi dapat di simpulkan ilmu pemuliaan ternak itu sendiri bertujuan untuk
3. Sumber rekreasi atau hobby sebagai domba tangkas, pada daerah tertentu.
teernak ruminansia kecil ini yaitu : sebagai penghasil daging, dan sebagai
ekor per peternak. Tidak pernah dilakukan seleksi, tidak pernah dilakukan
6. Untuk meningkatkan kualitas genetic dari ternak lokal ini dapat dilakukan
berbagai upaya diantaranya yaitu : melalui seleksi dan cross breeding atau
grading up.
III.1.1 Seleksi
mempunyai mutu genetik baik untuk dikembang biakan lebih lanjut serta memilih
ternak yang dianggap kurang baik untuk disingkirkan dan tidak di kembang
2016)
Seleksi terbagi menjadi 2 yaitu seleksi alam dan seleksi buatan, seleksi alam
yaitu seleksi yang terjadi melalui suatu proses survival of the first atau ketahana
yang paling tegar dalam suatu lingkungan tertentu. Individu yang paling baik
terbanyak. Sedangkan seleksi buatan yaitu seleksi yang dilakukan manusia dan
(Warmaderwi, 2015)
pengamatan berulang;
3. Seleksi family;
4. Uji zuriat.
1. Tendem seleksi;
III.1.2 Breeding
kelompok mana ternak yang mana yang akan dijadikan tetua pada generasi
kelompok ternak terseleksi mana akan breeding atau dikawinkan untuk mencapai
tujuan tertentu.
susunan genetik ternak yang dimuliakan. System breeding terbagi menjadi tiga
daerah Kaspia, Iran, India, Asia Barat, Asia Tenggara, dan Eropa Sampai ke
Afrika. Di Indonesia, domba terkelompok menjadi (1) domba ekor tipis (Javanese
thin tailed), (2) domba ekor gemuk (Javanese fat tailed), dan (3) domba Priangan
atau dikenal juga sebagai domba garut. Secara umum ketiga jenis domba tersebut
Domba ini merupakan domba yang banyak terdapat di Jawa Barat dan Jawa
Tengah. Domba ini termasuk golongan domba kecil, dengan berat potong sekitar
20–30 kg. Warna bulu putih dan biasanya memiliki bercak hitam di sekeliling
Domba ini banyak terdapat di Jawa Timur dan Madura, serta pulau-pulau di
tanda yang merupakan karakteristik khas domba ekor gemuk adalah ekor yang
lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil tidak berlemak. Warna bulu putih, tidak
bertanduk, bulu wolnya kasar. Domba ini dikenal sebagai domba yang tahan
Domba ini diduga berasal dari Asia Barat Daya yang dibawa oleh pedagang
bangsa Arab pada abad ke-18. Pada sekitar tahun 1731 sampai 1779 pemerintah
Hindia Belanda telah mengimpor domba Kirmani, yaitu domba ekor gemuk dari
belum diketahui. Bentuk tubuh domba ekor gemuk lebih besar dari pada domba
ekor tipis. Domba ini merupakan domba tipe pedaging, berat jantan dewasa antara
40–60 kg, sedangkan berat badan betina dewasa 25–35 kg. Tinggi badan pada
jantan dewasa antara 60–65 cm, sedangkan pada betina dewasa 52–60 cm (Ilham,
2017).
Domba ini merupakan domba lokal Indonesia yang banyak tersebar di Jawa
khusus untuk diadu. Secara umum domba garut tipe tangkas lebih besar dari tipe
pedaging dan jarak genetik antar kelompok domba margawati, domba tangkas
sukaweing dan wanaraja lebih dekat dibandingkan domba pedaging wanaraja dan
sukawening.
xiii
Domba priangan bertubuh besar, dahi konveks, tanduk yang jantan besar
dan kuat, melingkar seperti spiral. Domba ini diduga diciptakan dari persilangan
antara domba Merino dan domba Cape dengan domba lokal sekitar tahun 1864.
Namun sekarang sudah tidak ada bekas-bekas dari karakteristik wol domba
daun telinga. Domba ini sudah terkenal sebagai salah satu domba yang
Dugaan nilai pemuliaan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
dijadikan sebagai bibit, karena setengah dari nilai pemuliaan tetua akan
merupakan keungglan potensi genetik yang dimiliki ternak itu dari rata-rata
populasi.
nilai pemuliaan pada sekelompok ternak. Seleksi dapat dilakukan dengan memilih
genetik ternak tersebut dari rata-rata populasi. Johansson dan Rendel (1968)
menyatakan bahwa ternak yang mempunyai nilai pemuliaan lebih besar akan lebih
baik bila dijadikan sebagai bibit dibandingkan dengan ternak yang mempunyai
Nilai pemuliaan tidak bisa diketahui dengan pasti, tetapi bisa diduga dari
tampilan fenotipnya, baik tampilan fenotip ternak itu sendiri atau tampilan fenotip
anaknya dan nilainya dinyatakan sama dengan dua kali rata-rata simpangan
populasi normal kelak akan menunjukkan keunggulan sebesar setengah dari nilai
serta meningkatkan mutu genetik dari populasi domba. Menurut Anang dan
Indrijani (2009) dalam konteks pemuliabiakan ternak seleksi adalah suatu proses
memilih ternak yang disukai yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi
penting dalam pemuliaan ternak. Jika dalam suatu populasi ternak tidak ada
variasi genotip, maka menyeleksi ternak bibit tidak perlu dilakukan. Untuk ternak
pengganti tinggal diambil ternak yang ada tanpa harus melakukan pertimbangan
seleksi. Semakin tinggi variasi genotip didalam populasi, semakin besar perbaikan
mutu bibit yang diharapkan. Dalam ilmu pemuliaan ternak, fenotip, genotip dan
xv
dimana dua sifat atau lebih, masing-masing dipilih secara bebas atau seleksi dapat
dilakukan pada waktu yang sama dengan cara memilih yang berada pada titik
tertentu untuk tiap sifat tanpa mengindahkan keuntungan dari sifat lain (Warwick,
1990).
Performa atau penampilan individu ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan
kegunaan, karena dapat menaksir bobot badan dan karkas serta memeberi
gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciiri suatu bangsa tertentu. Pengukuran
dalam seleksi. Penggunaan ukuran tubuh meliputi tinggi pundak, tinggi panggul,
panjang badan, lingkar dada, dalam dada, lebar panggul, panjang badan, lingkar
dada, dalam dada, lebar dada, lebar panggul dan lingkar panggul pada domba.
4. Seleksi kekerabatan
xvi
1. Fenotip ternak yang bersangkutan bias diukur baik pada jantan atau betina.
Seleksi yang dilakukan berdasarkan pada silsilah seekor ternak. Seleksi ini
dilakukann untuk memilih ternak bibit pada umur muda, sementara hewan muda
seperti memiliki persentase kelahiran anak yang tinggi, kesuburan yang tinggi,
kecepatan tumbuh yang baik serta persentasi karkas yang baik dan sebagainya.
melaksanakan seleksi atau pemilihan bibit ialah : bangsa ternak, kesuburan dan
persentase kelahiran anak, temperamen dan produksi susu induk, produksi daging
Test atau uji keturunan. Tes ini umumnya dilakukan terhadap pejantan, karena ia
hidupnya. Pada hewan betina hal ini tidak lazim dilakukan, kecuali jika dapat
dilakukan embrio plantasi. Uji keturunan dibutuhkan dalah hal2 atau situasi sbb:
2. Untuk karakter yang khusus ditampilkan oleh salah satu jenis kelamin
saudara tiri sebapak atau saudara kandung). Seleksi kerabat dilakukan untuk
memilih calon pejantan sapi perah dengan tujuan untuk meningkatkan produksi
susu yang tidak dapat diukur pada ternak sapi jantan, dengan mengukur produksi
dilakukan apabila :
pengganti.
evaluasi dari nilai genetik ternak dalam negeri. Bangsa (breeds) adalah kelompok
yang membedakannya dari hewan lain. Pengaturan perkawinan pada ternak sangat
III.5.1 Purebreeding
dari jenis yang sama. Sekelompok bangsa/breeds dapat dikelola sebagai kawanan
tunggal karena semua domba betina dan domba jantan adalah yang murni dari
jenis yang sama. Tujuan produksi breeds domba adalah untuk menyediakan
pengganti domba jantan dan untuk produsen seedstock lain atau domba komersial
(Warmaderwi, 2015).
III.5.2 Outbreeding
yang tidak memiliki hubungan yang lebih dekat dari sedikitnya 4-6 generasi.
(Warmaderwi, 2015).
III.5.3 Inbreeding
dengan anak betina, anak ke induk, dan saudara saudara. Konsekuensi genetik
unggul dalam suatu bangsa. Secara umum, hasil perkawinan inbreeding akan
reproduksi, dan bertahan hidup. Hal ini juga akan meningkatkan frekuensi
xix
III.5.4 Linebreeding
III.5.5 Crossbreeding
sumber daya jenis bangsa berbeda untuk menghasilkan persilangan progeni dari
indukannya. Secara umum, persilangan individu cenderung lebih kuat, lebih subur
atau heterosis, yaitu jika seekor induk dikawinkan dengan pejantan dari bangsa
yang berbeda, turunannya akan lebih baik performanya untuk sifat-sifat tertentu
baik dari tetuanya seperti pada bobot lahir, produksi susu induk, laju
2. Memperbaiki salah satu sifat yang kurang baik dari salah satu bangsa.
lahir 3,2%; bobot sapih 5,0%; dan pertambahan bobot badan 5,3% (Rae, 1982).
Perlu diingat bahwa dalam persilangan yang telah stabil, ketika crossbreed
genetik akan lebih cepat tercapai jika program pemuliaan dilakukan dengan
disilangkan.
Menurut Mason dan Buvanendran (1982) ada tiga cara untuk memperbaiki
produksi dan kualitas daging domba di daerah tropis, tergantung pada lingkungan
1. Pada daerah tropis basah panas, seleksi domba lokal tipe rambut, atau
2. Pada daerah tropis kering, seleksi dari bangsa domba tipe wol kasar, atau
menyilangkan dengan tipe wol kasar lainnya dari daerah yang mempunyai
iklim serupa.
3. Pada daerah tropis basah atau sub tropis, grading domba lokal dengan
bangsa pejantan persilangan (unggul x lokal) atau dengan bangsa baru dari
basah panas, dengan potensi domba lokalnya bertipe wol kasar, cara yang
dianggap paling baik adalah persilangan dengan bangsa tipe rambut tropis lainnya.
pertumbuhan.
Secara umum strategi breeding pada ternak domba dapat dilakukan dengan
2. Oleh karena sebagian besar ternak domba dikuasai oleh peternak kecil,
berkesinambungan.
BPPTD Margawati Garut. Di Jawa Barat, Domba Priangan merupakan salah satu
komoditas ternak ruminansia kecil dan memiliki potensi besar sebagai penghasil
daging. Hal ini antara lain karena kemampuan reproduksinya yang relatif baik.
Jumlah rata-rata anak per induk adalah 1,77.Rata-rata bobot lahir 3,43 kg, bobot
sapih rata-rata 13,12 kg, dan bobot kawin rata-rata 23,49 kg. Ini karena nilai
populasi. Nilai pemuliaan yang sebenarnya sulit untuk diketahui, dan kami hanya
(Best Linear Unbiased Prediction), informasi dari semua kerabat dapat digunakan
dengan melihat semua informasi pada saat yang sama melalui satu analisis,
bahkan jika mereka sudah mati (Kinghorn, 1997; Anang, 2001).Dengan demikian,
akurasi pendugaan nilai breeding dapat memberikan keputusan yang tepat untuk
data bobot badan prasapih domba Priangan selama 10 tahun mulai tahun 1994
sampai dengan tahun 2003. Data tersebut meliputi silsilah ternak, tahun kelahiran,
bobot lahir, bobot sapih, tipe kelahiran, jenis kelamin, dan tahun-musim.
xxiv
Peragam dan heritabilitas dengan animal model REML, dan pendugaan nilai
genetik effect dan common environmnet effect. Model linearnya adalah sebagai
berikut:
y = Xb + Za + Wm+Wc +e
y = vektor catatan individu (bobot lahir, dan bobot sapih berukuran N x1)
Data volume bobot lahir dan bobot sapih sebanyak 861 data untuk 597 ekor
sapi dan 45 ekor jantan. Struktur data penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan rata-rata bobot lahir dan bobot sapih 2, 12 ± 0,57 kg dan
Garut, yang menunjukkan bobot sapih lebih rendah dari hasil penelitian ini
(Iniquez dkk, 1993). Alasannya belum jelas, apakah itu pertanda kualitas genetik
domba prianan menurun atau faktor lain selain faktor genetik seperti pakan, iklim,
dan manajemen.
xxv
ragam lingkungan bersama, dan ragam lingkungan temporer) untuk bobot lahir
dan bobot sapih tercantum pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa semua
nilai ragam untuk bobot sapih lebih tinggi dibandingkan dengan pada bobot lahir.
Hal ini menunjukkan bahwa pada bobot sapih terjadi keragaman yang relatif lebih
tinggi.
untuk bobot lahir dan bobot sapih tercantum pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan
bahwa dugaan nilai heritabilitas untuk bobot lahir dan bobot sapih masing-masing
adalah 0,027 ± 0,016 dan 0,080 ± 0,044, nilai tersebut dikategorikan rendah.
Dugaan nilai pemuliaan bobot lahir dan bobot sapih domba Priangan pada
penelitian ini tertera pada tabel 4. Tabel 4 menunjukkan dugaan nilai pemuliaan
terbesar pada bobot lahir adalah sebesar 0,126 kg pada ternak nomor 218. Pada
Tabel 4. Sepuluh Terbesar Dugaan Nilai Pemuliaan (NP) Bobot Lahir dan Bobot
Sapih Domba Priangan
Dugaan NP (Bobot Lahir) (kg) Dugaan NP (Bobot Sapih) (kg)
Identitas Ternak NP Identitas Ternak NP
218 0,126 REUCEU 0,954
494 0,076 522 0,905
569 0,106 569 0,884
98049 0,079 98049 0,824
367 0,075 557 0,763
572 0,068 572 0,759
RI 0,067 566 0,759
J5084 0,066 519 0,700
236 0,061 428 0,672
UNGKU 0,060 559 0,641
priangan tidak berubah selama hampir sepuluh tahun. Oleh karena itu, perlu
priangan terbaik dari peternakan lain. Nilai hingga fitur yang bermanfaat dapat
III.7.4 Kesimpulan
IV
KESIMPULAN
priangan/Garut.
3. Nilai pemuliaan yang diperoleh dari seekor ternak dapat digunakan sebagai
sekelompok ternak.
7. Salah satu contoh model pemuliaan domba adalah BLUP (Best Linear
Unbiased Prediction)
xxix
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Aprianto, S. 2015. Tipe-Tipe Seleksi pada Ternak. (pp. 1–6). Universitas
Syiah Kuala.
Iniguez L., W.A. Pattie and B. Gunawan. 1993. Aspects of Sheep Breeding with
Particular Emphasis on Humid Tropical Environments: in Small
Ruminant Production in The Humid Tropics. Edited by Tomaszewska,
M.W., A. Djajanegara, S. Gordian, T.R. Wiradarya, and I.M. Mastika.
Sebelas Maret University Press.
Johansson, I. Dan J. Rendel. 1968. Genetics and Animal Breeding. W.H. Freeman
& Co. San Francisco.
xxx
Warmadewi, D., Oka, I., Sarini, N., Ardika, I., & Dewantari, M. 2015. Ilmu
Pemuliaan Ternak. Denpasar: Universitas Udayana.