UNGGAS
Kelas F
Kelompok 7
Oleh :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penyusun limpah curahkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah mata kuliah Manajemen Ternak Unggas dengan judul “Faktor
keberhasilan penetasan telur”. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Ternak Unggas. Penyusun berharap makalah ini dapat
menjadi sumber pembelajaran bagi penyusun dan bagi semua pihak yang
membaca makalah ini.
Sumedang,Oktober 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
2.1 Suhu
Inkubator multi stage mengerami telur dari berbagai usia dengan cara yang
sedikit berbeda dari inkubator satu level. Untuk mengisi inkubator, batch telur dari
pemasok harus dibagi menjadi batch dan inkubator yang berbeda. Pada mesin multi
stage, telur yang ditetaskan memiliki umur inkubasi paling muda 1 (satu) hari dan
paling tua umur inkubasi 18 hari. Dalam kasus beberapa tahap, telur dibawa ke
inkubator langkah demi langkah. Kapasitas mesin adalah 100.000 telur, misalnya.
Pembagian telur masuk, setiap tiga hari sekali. Ini adalah tugas yang rumit untuk
melacak telur jika terjadi kesalahan.
Inkubator Multi stage jarang kosong, jadi membersihkan dengan disinfektan agak
merepotkan. Namun, keuntungan dari inkubator multi-tahap adalah: Mengurangi
biaya penyediaan energi untuk memanaskan telur, karena panas yang digunakan
berasal dari telur yang lebih tua. Karena telur yang lebih tua tidak hanya menjadi
sumber energi, tetapi juga sumber jamur atau bakteri yang dapat bermigrasi ke telur
yang lebih muda. Ada juga risiko ledakan gas dan kontaminasi pada hewan yang
baru lahir, yang dapat menurunkan performa, kematian yang tinggi, dan pada
akhirnya kontaminasi bakteri pada produk daging.
Produk Mesin Penetas Telur telah dirancang sedemikian rupa agar dapat
menghasilkan Kelembaban secara alami yang cukup untuk membantu proses
penetasan telur agar dapat berjalan dengan baik.
Kelembaban alamiah ini bisa dibuat hanya dengan memasukkan sebuah Bak
Air atau Nampan yang berisi air ke dalam ruang mesin tetas.
Sedangkan untuk telur bercangkang keras (seperti Telur Bebek, Itik, dan
sejenisnya), dibutuhkan Tingkat Kelembaban yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan telur bercangkang lunak.
Cara-cara tersebut bertujuan untuk menambah luas permukaan air yang bisa
menguap untuk menaikkan Kelembaban ruang mesin tetas hingga menjadi kisaran
65-75%. Cara ini lebih praktis dan hemat biaya jika dibandingkan harus membeli
alat tambahan untuk menaikkan Tingkat Kelembabannya.
Catatan:
• Tips lainnya untuk tiga hari terakhir proses penetasan (Telur Ayam hari ke
19-21, Telur Bebek hari ke 26-28) adalah dengan menaikkan posisi nampan
agar lebih dekat dengan bagian bawah telur-telur yang ditetaskan, karena
secara alami kelembaban akan terkonsentrasi hanya
beberapa centimeter saja dari permukaan air.
• Agar alat elektronik di dalam mesin penetas tetap awet, kelembaban
maksimum yang diperbolehkan adalah 80%
Hal yang akan menyebabkan sulit untuk mencapai keberhasilan yang maksimal
dalam penetasan. Shanaway (1994) mengemukakan bahwa bobot telur yang terlalu
besar atau terlalu kecil menyebabkan menurunnya daya tetas. Pemutaran telur yang
dilakukan peternak selama proses penetasan biasanya sebanyak dua kali/hari.
Proses pemutaran telur yang tidak teratur dapat menyebabkan panas yang mengenai
telu rmenjadi tidak merata sehingga embrio akan lengket pada kerabang dan
akhirnya menyebabkan kematian embrio (Daulay et al., 2008).
Frekuensi pemutaran empat kali/hari, enam kali/hari dan delapan kali/hari tidak
memberikan pengaruh terhadap fertilitas telur. Hal ini diduga karena jarak
pemutaran telur terlalu dekat sehingga belum memberikan pengaruh terhadap
fertilitas telur. Hasil penelitian Abiola et al. (2008) menunjukkan bahwa frekuensi
pemutaran telur tidak memberikan pengaruh terhadap fertilitas telur. Bachari et al.
(2006) yang menyatakan bahwa frekuensi pemutaran telur empat kali/hari, delapan
kali/hari dan 12 kali/hari pada telur ayam kampung belum berpengaruh terhadap
daya tetas telur
3.4 Ventilasi
Ventilasi yang tepat dalam tempat penetasan adalah salah satu faktor
terpenting utk Mendapatkan daya tetas yang baik. Ventilasi adalah kunci
keberhasilan dalam hatchery/perusahaan penetasa. Di mesin hatcher produksi panas
dan CO2 oleh embrio sangat tinggiutk itu perlu supplay oksigen yg lebih banyak
usahakan agar blower atau damper sering bekerja. Direkomendasikan agar
kosentrasi CO2 pd kisaran 0,1 – 0,3 %. Velocity utk mesin hatcher adalah 200 –
220 CFM per mesin.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
ke-19 adalah 37,5°C – 37,7°C dan pada hari ke-20 sampai dengan hari
ke- 21 suhu idealnya yaitu
• Kelembapan
Kelembaban memiliki fungsi untuk menjaga cairan yang terdapat dalam telur,
cairan tersebut bermanfaat untuk melarutkan zat-zat nutrisi dalam telur
yang biasa digunakan untuk makanan embrio selama berada di dalam telur.
Kelembaban yang ideal pada mesin tetas pada hari ke-1 sampai dengan hari
ke-18 yaitu 55-60% dan suhu ideal pada hari ke-19 sampai dengan hari ke-
21 dinaikkan menjadi 75%.
• Ventilasi pada mesin
Ventilasi berfungsi untuk mengatur keluar masuknya udara di dalam mesin.
Pasokan udara ke ruang setter harus 8cfm per 1000 telur. Pada periode
hatcher, pasokan udara segar harus 17cfm per 1000 telur.
• Pemutaran telur tetas (turning)
Tujuan turning adalah untuk menyeimbangkan panas yang diterima telur
selama masa inkubasi. Telur dalam sistem inkubasi buatan juga harus
dibolak-balik beberapa kali sehari dalam penggunaan alat pembalik
otomatis dengan frekuensi 30-60 menit dan posisi 38-45 ° sebanyak
minimal 2 atau 6 dan 8 putaran. Proses perputaran telur yang tidak teratur
dapat menyebabkan panas yang mengenainya tidak merata sehingga
menyebabkan embrio menempel pada cangkang dan akhirnya
mengakibatkan kematian embrio.
Dalam inkubasi terdapat 2 sistem diantaraya adalah Single-stage dan Multi
stage. single stage adalah sistem penetesan all-in-all-out yaitu telur-telur
yang ditempatkan dalam inkubator memiliki umur yang sama, sehingga
menetas dalam waktu yang hampir bersamaan. Inkubator multi stage
mengerami telur dari berbagai usia dengan cara yang sedikit berbeda dari
inkubator satu level. Untuk mengisi inkubator, batch telur dari pemasok
harus dibagi menjadi batch dan inkubator yang berbeda. Pada mesin multi
stage, telur yang ditetaskan memiliki umur inkubasi paling muda 1 (satu)
hari dan paling tua umur inkubasi 18 hari. kinerja kedua inkubator ini pada
4.2 Saran
• Temperatur pada mesin tetas sebaiknya kisaran 36 – 40°C.
• Kelembapan pada mesin tetas sebaiknya berkisar antara 60-79% RH.
• Velocity untuk mesin hatcher adalah 200 – 220 CFM per mesin dengan
konsentrasi CO2 berkisar antara 0,1 – 0,3 %.
• Pemutaran telur sebaiknya dengan frekuensi 30-60 menit dan posisi 38-45
° sebanyak minimal 2 atau 6 dan 8 putaran
DAFTAR PUSTAKA