Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PENANGANAN TELUR YANG BAIK

Oleh :
Kelas D
Kelompok 2

Ahmad Pahlawan Tirta K 200110170036


Rinto 200110170039
Delya Lusiana 200110170068
Amri Yavie Kharazi 200110170092
Devia A Lestari 200110170141
Dedek Andiana Koto 200110170162
Defika Firdiyani 200110170206
Ricky Andriadi Sembiring 200110170218
Shafira Ifti H 200110170276
Fadel Panwari 200110170286

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga

penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-

Nya tentunya penyusun tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan

baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita

yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya

kepada orang tua penyusun yang selalu memberikan doa beserta dukungannya dan

kepada Dr. Ir. Lilis Suryaningsih, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah

Teknologi Hasil Ternak, serta kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan

makalah ini sehingga tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak yang terlibat, makalah

ini tidak akan selesai pada waktu yang sudah ditentukan.

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,

penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya

makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Sumedang, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................. ii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ iv

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
1.4 Manfaat ...................................................................................... 2
II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pengertian Telur ...................................................................... 3
2.2 Manfaat Telur ............................................................................ 3
2.3 Pengawetan Telur .................................................................... 4
2.4 Penyimpanan Telur.................................................................... 5
2.5 Penanganan Telur .................................................................... 6
III PEMBAHASAN
3.1 Penanganan Telur ..................................................................... 7
3.2 Pembersihan Telur ..................................................................... 10
3.3 Pengeringan dan Pemberian Lapisan Minyak ............................ 11
3.4 Pengawetan Telur ..................................................................... 11
3.2 Penyimpanan DinginTelur......................................................... 13

ii
Bab Halaman

IV KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................... 14
5.2 Saran .......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 15

LAMPIRAN .................................................................................. 17

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Pembagian Tugas ...................................................................... 17

iv
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk

perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu wadah. Isi dari telur akan

semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama: yaitu
kulit telur, bagian cairan bening, & bagian cairan yang bewarna kuning.

Pada hakikatnya, fungsi telur adalah sebagai sumber nutrien kompleks yang

lengkap bagi pertumbuhan sel yang dibuahi. Akan tetapi fungsi telur unggas memiliki

fungsi yang lain untuk manusia, yaitu sebagai bahan pangan. Telur memiliki cita rasa

dan kelezatan yang tinggi. Selain itu telur juga termasuk bahan pangan murah

dikalangan masyarakat, karena itulah masyarakat sering membeli dan

mengkonsumsinya. Telur memiliki nutrisi yang bagus untuk diserap tubuh oleh

karenanya dianjurkan untuk sering memakan telur. Pada umumnya telur yang
dikonsumsi berasal dari jenis unggas, seperti ayam , bebek, burung puyuh dan angsa.

Namun disamping mempunyai nilai lebih seperti halnya produk petemakan

lainnya, telur juga sangat mudah mengalami kerusakan, untuk mempertahankan

kualitas dan memperpanjang masa simpan telur, perlu dilakukan suatu tindakan
penanganan dan pengawetan yang baik.
2

1.2 Rumusan Masalah

(1) Apa yang dimaksud dengan penanganan telur.

(2) Bagaimana persyaratan penanganan telur yang baik.

(3) Penanganan apa saja yang dapat diterapkan pada telur.

1.3 Tujuan Penulisan

(1) Guna memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Hasil Ternak

(2) Memberikan gambaran mengenai bahan pangan berupa telur, bagaimana


penanganan telur yang baik.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah guna menambah wawasan


mengenai bahan pangan berupa telur dan cara penanganannya yang baik.
3

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengertian Telur

Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar

bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Dari sebutir telur

didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat – zat gizi yang sangat

baik & mudah dicerna. Oleh karenanya telur merupakan bahan pangan yang sangat

baik untuk anak – anak yang sedang tumbuh dan memerlukan protein dan mineral

dalam jumlah banyak dan juga dianjurkan diberikan kepada orang yang sedang sakit
untuk mempercepat proses kesembuhannya.

Telur mempunyai kandungan protein tinggi dan mempunyai susunan protein

yang lengkap, akan tetapi lemak yang terkandung didalamnya juga tinggi (Sudaryani,

2003). Secara umum telur ayam & telur itik merupakan telur yang paling sering

dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung gizi yang melimpah, telur sangat
bagus dikonsumsi oleh anak – anak dalam masa pertumbuhan.

2.2 Manfaat Telur

Telur merupakan bahan pangan yang padat gizi dan enak rasanya, mudah

diolah serta harganya relatif murah jika dibandingkan dengan sumber protein hewani

lainnya. Bagianak-anak, remaja maupun dewasa, telur merupakan makanan ideal dan

sangat mudah didapatkan. Telur memiliki komposisi zat gizi yang lengkap (Suswono
4

dan Sedyaningsih, 2010). Telur dalam bidang pangan memiliki manfaatdalam


memenuhi berbagai macam keperluan, antara lain sebagai berikut:

1. Bahan penambah cita rasa (masakan, kerupuk)

2. Bahan pengembang (roti, kerupuk)

3. Bahan pengempuk (gorengan)

4. Bahan pengental (sup)

5. Bahan perekat atau pengikat (makanan perkedel atau kue kering)

6. Bahan penambah unsur gizi

7. Bahan penstabil suspensi

8. Bahan penggumpal

Sumber : Rismayanti (2016)

2.3 Pengawetan telur

Pengawetan bukan bertujuan tidak dapat menaikkan mutu suatu bahan pangan

(Damayanthi dan Mudjajanto, 1995). Pengawetan bertujuan untuk memperlama

waktu terjadinya penurunan mutu bahan pangan tersebut.

Prinsip pengawetan telur utuh adalah untuk mencegah terjadinya penguapan

air dan terlepasnya CO2 dari dalam telur serta mencegah masuknya mikroba dari luar

melalui pori-pori kerabang. Umumnya pengawetan yang dilakukan pada telur dapat

dilakukan dalam bentuk pengawetan telur segar dan telur olahan. Pengawetan dalam
5

bentuk telur segar yakni dengan menutup pori-pori kerabang telur. Pengawetan ini

dapat dilakukan antara lain dengan pelapisan telur menggunakan minyak, pelapisan

dengan bahan kimia (kalsium karbonat, sodium silikat, vaselin, dan parafin),

perendaman dalam larutan kapur dan ekstrak nabati. Pengawetan telur segar juga

dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam lemari es. Pengawetan dalam bentuk

telur olahan yakni dengan menambah bahan-bahan yang mampu untuk mengawetkan

makanan seperti garam, gula, dan asam (Syarief dan Halid, 1993).

2.4 Penyimpanan Telur

Penyimpanan telur dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting

dalam menjaga kualitas telur ayam konsumsi. Faktor yang sangat penting dalam

penyimpanan telur ini adalah lamanya penyimpanan dan suhu penyimpanan.

Selain itu, terdapat juga faktor yang tidak kalah pentingnya dengan lama

penyimpanan dan suhu penyimpanan yang dapat mempengaruhi kualitas dari telur

ayam konsumsi ini yaitu bau yang ada di sekitar tempat penyimpanan. Lama

penyimpanan telur dapat mempengaruhi kualitas telur apabila di simpan dalam

kurun waktu lebih dari 1 minggu, maka akan menyebabkan perubahan pada

ruang udara semakin besar yang disebabkan karena penciutan isi telur

akibat penguapan air dan pengeluaran gas –gas dari isi telur melalui pori-pori pada

kulit telur. Suhu optimal untuk penyimpanan telur antara 12-15ºC dan
kelembapan 70-80s%.
6

Pendinginan pada telur dilakukan dengan cara penyimpanan pada suhu

refrigerator dibawah suhu deanger zone antara 5ºC-60ºC. Penyimpanan telur pada

suhukamar (25ºC-28ºC) dengan tujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan

kualitas telur. Penyimpanan telur pada suhu kamar dapat terjadi reaksi

metabolisme. Selain itu dapat mempercepat pertumbuhan mikroorganisme

penyebab kerusakan atau kebusukan telur serta terjadinya reaksi-reaksi kimia dan
hilangnya kadar air dari bahan pangan (Suprapti, 2002).

2.5 Penanganan Telur

Dalam penanganan sebelum menggunakan telur, ada beberapa faktor


yang harus diperhatikan:

1. Buang telur yang sudah memiliki bau yang tidak enak / menyengat. Itu

bertanda bahwa telur sudah busuk.

2. Jangan mencuci telur sebelum digunakan. Telur sudah dibersihkan &

disanitasi oleh penjual (packer).

3. Jangan memecahkan telur telur dalam jumlah banyak lalu

menggunakannya di lain waktu sebab telur yang sudah dipecahkan dari


kulitnya biasanya bakteri akan berkembang biak.

4. Jangan memecahkan telur langsung ke bahan makanan lainnya atau ke telur

lainnya. Ini bertujuan untuk menghindari adanya telur busuk yang masuk ke

bahan makanan lainnya & mencegah pecahan kulit telur masuk ke bahan

makanan lainnya.
7

5. Gunakan peralatan yang bersih dalam menggunakan telur untuk

menghindari terjadinya kontaminasi silang (cross contamination) (Paula


Figoni, 2008).
8

III

PEMBAHASAN

Telur dikeluarkan dari tubuh induk ayam melalui saluran yang juga digunakan

untuk mengeluarkan feces. Hal inilah yang menyebabkan kulit telur bisa menjadi

sumber patogen yang berasal dari feces ayam. Selain dari feces ayam, kulit telur juga

bisa terkontaminasi karena kontak dengan lingkungan, udara, pakan dan peralatan

yang kotor. Patogen yang menempel di kulit telur ini bisa masuk kedalam isi telur

melalui pori-pori kulit, terutama jika kulit dalam kondisi lembab (basah).

Selain terkontaminasi karena masuknya patogen dari kulit telur, patogen

didalam isi telur juga bisa berasal dari induk ayam yang terinfeksi. Sebagai contoh,

Salmonella enteritidis adalah Salmonella penyebab salmonellosis yang ditemukan

pada isi telur segar yang kondisi kulitnya utuh (tidak retak/pecah) dan bersih.

Kontaminasinya ke dalam telur terjadi di dalam ovarium induk, sebelum isi telur

dibungkus oleh kulit pada saat produksi telur. Ayam yang menjadi pembawa S.

enteritidis seringkali terlihat sehat.


Tujuan utama dari penanganan (termasuk penyimpanan) telur yang baik

adalah untuk mencegah masuknya patogen dari luar kedalam isi telur dan

menghambat patogen yang mungkin ada didalam isi telur untuk tumbuh dan

memperbanyak diri.

3.1 Penanganan Telur

Penanganan telur dimulai dari perawatan sejak telur diletakan oleh induk

unggas. Penanganan telur bertujuan untuk memperlambat penurunan mutu dan


9

kerusakan telur. Berikut merupakan cara penanganan telur baik meliputi

pengumpulan, penyimpana, pengepakan, dan perawatan telur.

3.1.1 Pengumpulan Telur

Pengumpulan telur dari kandang disarankan sesering mungkin untuk

menghindari dari jumlah telur yang pecah, kotor dan dapat segera diberi perlakuan

pendinginan. Pendinginan yang tepat diperlukan untuk mencegah kerusakan yang

tidak diinginkan pada suhu 50o F selama 12 - 24 jam.


3.1.2 Penyimpanan Telur

Penyimpanan disarankan pada kelembaban yang terkontrol yaitu 70 - 80%

untuk menghindari pertumbuhan jamur dan penguapan dari telur.

3.1.3 Pengepakan Telur

Pengepakan sebaiknya dilakukan dengan cara dilakukan seleksi terlebih

dahulu terhadap telur, dalam satu kemasan sebaiknya ukuran telur seragam. Telur

sebaiknya jangan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengurangi

kerusakan dalam penyimpanan, memperpendek waktu produksi dan konsumsi, telur

harus cepat dijual ke konsumen.

3.1.4 Perawatan Telur


Perawatan telur harus dikerjakan segera setelah telur diletakan oleh induknya.

Telur dikumpulkan secara teratur duakali sehari dan didinginkan secepatnya setelah

dikumpulkan. Apabila ada penanganan secara mekanis dari sarang ke ruang

pendingin atau ruang pengumpul dalam hal ini akan sangat menolong. Pendinginan

pada suhu 50o-60o F dan kelembaban udara tidak kurang dari 75%.
10

3.2 Pembersihan Telur

Pembersihan bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari permukaan kulit

telur. Kebanyakan telur dibersihkan dengan deterjen sanitizer. Yang perlu

diperhatikan dalam pencucian adalah sifat berpori kulit telur dan sifat mengembang

serta kontraksi isi telur.

3.2 1. Pencucian dan Pembersihan

Sortasi telur termasuk kebersihan kulit luarnya sehingga telur perlu


dibersihkan kulitnya dari kotoran atau noda-noda darah dan sebagainya. Untuk

membersihkan kulit telur ini dapat dikerjakan dengan menggosok kulit luar telur

dengan ampril yang halus atau mencuci telur kemudian mengeringkannya di udara

terbuka. Untuk pencucian digunakan air bersuhu 160o – 170oF selama 1/3 menit

pencucian. Pekerjaan tersebut tidak akan menaikkan suhu telur lebih dari 2o F dan

menambah kecepatan pengeringan. Apabila dikehendaki pencucian dengan waktu

yang lama, maka air pencuci harus diberi germisida. Kadang-kadang telur

diperlakukan pasteurisasi dengan cara mencelupkan telur yang telah dicuci pada air

yang bersuhu 144oF selama 2 menit. Perlakuan dalam air panas dari air dingin

menyebabkan pengembangan yang cepat dapat menyebabkan keretakan. Demikian


juga perlakuan dari air panas ke air dingin, selain itu dalam perlakuan dari panas dan

didinginkan memungkinkan perkembangbiakan mikroba yang ada dan kemungkinan

dapat masuk kedalam telur. Untuk menghindari terjadinya kerusakan tersebut

digunakan semprotan air yang berisi sanitaiser, diikuti dengan pembilasan dengan air

hangat dan dikeringkan dengan aliran udara panas.


11

3.3 Pengeringan dan Pemberian lapisan Minyak.

Telur jika sudah dibersihkan dan dicuci, maka telur secepatnya dikeringkan

diudara terbuka pada suhu kamar. Sesudah kering, telur-telur diberi lapisan minyak

untuk menutup pori-pori kulit sehingga udara, uap air, dan bakteri-bakteri tidak dapat

masuk ke dalam telur. Untuk mencegah pemindahan cairan dari putih telur ke kuning

telur dapat dikerjakan scaling, yaitu telur dimasukkan ke dalam ruang tertutup yang

berisi karbondioksida sebanyak 10 persen. Tujuan pelapisan kulit telur adalah untuk
menutupi pori-pori kulit sehingga penguapan air dan karbon dioksida terhambat.

Dengan demikian telur menjadi lebih tahan lama disimpan.

Sebelum telur dilapisi, kulit telur harus dibersihkan terlebih dahulu. Caranya

kulit telur dicuci dengan air dingin yang bersih, dicuci dengan air hangat suhu suam-

suam kuku (60oC), atau digosok dengan ampelas nomor 0. Sesudah kulit telur bersih

baru dilakukan pelapisan kulit telur.

3.4 Pengawetan Telur

Secara umum, telur memiliki masa simpan 2 – 3 minggu apabila tanpa

penanganan pengawetan. Pengawetan telur utuh bertujuan untuk mempertahankan

mutu telur segar. Prinsip dalam pengawetan telur segar adalah mencegah penguapan
air dan terlepasnya gas-gas lain dari dalam isi telur, serta mencegah masuk dan

tumbuhnya mikroba di dalam telur selama mungkin (Koswara,2009). Hal-hal di atas

dapat dilakukan dengan cara menutup pori-pori kulit telur,mengatur kelembaban dan

kecepatan aliran udara dalam ruangan penyimpanan. Penutupan pori-pori kulit telur

dapat dilakukan dengan menggunakan larutan kapur, parafin, minyak nabati (minyak

sayur), air kaca (water glass), dicelupkan dalam air mendidih dan lain-lain.
12

Sedangkan pengaturan kecepatan dan kelembaban udara dapat dilakukan

dengan penyimpanan di ruangan khusus. Sebelum dilakukan prosedur pengawetan,

penting diperhatikan kebersihan kulit telur. Hal ini karena meskipun mutunya sangat

baik, tetapi jika kulitnya kotor, telur dianggap bermutu rendah atau tidak dipilih

pembeli

Pengawetan telur dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1) Parafin
Telur dapat diolesi menggunakan parafin cair, dilakukan dengan cara

mencelupkan telur sebentar ke dalam minyak parafin pada suhu 60oC

kemudian diangin-anginkan supaya minyak parafin yang menempel pada kulit

telur mengering dan menutup pori-pori telur.

2) Pentana

Penggunaan pentana 1-2% dapat mencegah kerusakan kekentalan putih telur.

Pada pelaksanaannya, dapat diberi zat anti mikroba misalnya pentaklorofenol

yang dapat menghambat pertumbuhan jamur atau senyawa lain

3) Water Glass ( Air Kaca)

Air kaca adalah larutan sodium silikat yang dibuat dengan mencampur sodium
silikat dan air dengan perbandingan 1:9. Pengawetan dilakukan dengan

merendam telur dalam larutan air kaca lalu telur disimpan pada suhu ruang.

Lama waktu perendaman kira-kira dua bulan. Apabila telur akan dimasak

maka air kaca yang masuk ke dalam rongga udara dikeluarkan terlebih

dahulu. Caranya kulit telur di bagian tumpul dipecah sedikit lalu air kaca

dikeluarkan.
13

4) Larutan Kapur

Pengawetan dengan cara ini dapat mempertahankan kualitas telur selama 1,5

bulan. Larutan kapur dibuat 2 kg kapur yang dilarutkan dalam 20 liter air.

Telur yang akan diawetkan disusun dalam wadah lalu dituangi larutan air

kapur tersebut. Larutan kapur sebanyak itu dapat digunakan untuk

mengawetkan sebanyak 15 kg telur.

5) Pengawetan telur dengan bahan penyamak nabati


Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengunaan pengawet nabati

dapat memperlambat penyusutan berat telur, penurunan Nilai Haugh Unit dan

mempertahankan kualitas telur hingga minggu ketujuh (Silalahi,2009)

3.5 Penyimpanan Dingin

Telur segar dapat dipertahankan mutunya dalam waktu yang relatif lama bila

disimpan dalam ruangan dingin dengan kelembaban udara antara 80 - 90 % dan

kecepatan aliran udara 1 - 1,5 m/detik. Dalam hal ini telur disimpan sedekat mungkin

di atas titik beku telur yaitu -2oC. Suhu yang rendah ini akan memperlambat

hilangnya CO2 dan air dari dalam telur serta penyebaran air dari putih ke kuning
telur. Untuk lebih menghambat hilangnya CO2 maka kadar CO2 di dalam ruang

penyimpanan dapat ditingkatkan sampai 3%. Disimpan dalam Frezer dengan suhu 0-

2 Derajat Celcius, telur dapat bertahan selama 6 bulan, sedangkan pada suhu 5-10
derajat celcius dapat bertahan hanya 1-2 bulan saja.
14

IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

(1) Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk

perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu wadah.


(2) Penanganan telur dimulai dari perawatan sejak telur diletakan oleh induk

unggas. Penanganan telur meliputi pengumpulan, penyimpanan, pengepakan,

dan perawatan telur.

(3) Pembersihan bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari permukaan kulit

telur.

4.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan

makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini karena masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.
15

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2008. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI


3926:2008 Telur Ayam Konsumsi. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan. 2016. Cara Pintar Pilih
Pangan Asal Hewan. BPMSPH. Bogor.

Damayanthi E, Mudjajanto S. 1994. Teknologi Makanan. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar dan Menengah.

Figoni, Paula. (2008). How Baking Works. Edisi 2. New Jersey: John Wiley and
Sons, Inc.

Rismayanti, D. (2016). Uji Kadar Protein, Kadar Air, dan Daya Simpan Telur Asin
Hasil Pengolahan dengan Cara Pembuatan Serta Lama Pemeraman yang
Berbeda sebagai Sumber Belajar Biologi. Skripsi. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

Silalahi,2009. Pengaruh Beberapa Bahan Pengawet Nabati Terhadap Nilai Haugh


Unit, Berat dan Kualitas Telur Konsumsi Selama Penyimpanan.Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veterine. Malang.

Sudaryani. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprapti, Lies. 2002. Pengawetan Telur.Kanisius.Yogyakarta.

Suswono dan Sedyaningsih, E.R. (2010). Tanya Jawab Seputar Telur Sumber
Makanan Bergizi Booklet Pencanangan Gerakan Nasional “Peternak Sehat
Ternak Sehat. Cicurug. Sukabumi.
16

Syamsir, Elvira. 2010. Keamanan Mikrobiologi Telur. Departemen Ilmu dan


Teknologi Pangan dan Peneliti SEAFAST Center IPB. Bogor

Syarief R, Halid H.1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Bogor: Pusat Antar


Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
17

PEMBAGIAN TUGAS

No. Nama NPM Tugas

1 Ahmad Pahlawan KT 200110170036 Pembahasan

2 Rinto 200110170039 Editor

3 Delya Lusiana 200110170068 Cover + Daftar Isi+ Kata

Pengantar
4 Amri Yavie Kharazi 200110170092 Penutup

5 Devia A Lestari 200110170141 PPT

6 Dedek Andiana Koto 200110170162 Pembahasan

7 Defika Firdiyani 200110170206 Tinjauan Pustaka

8 Ricky Andriadi Sembiring 200110170218 Pendahuluan

9 Shafira Ifti H 200110170276 Pembahasan

10 Fadel Panwari 200110170286 Tinjauan Pustaka

Anda mungkin juga menyukai