Oleh :
Kelas D
Kelompok 2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya penyusun tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
kepada orang tua penyusun yang selalu memberikan doa beserta dukungannya dan
kepada Dr. Ir. Lilis Suryaningsih, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Teknologi Hasil Ternak, serta kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan
makalah ini sehingga tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak yang terlibat, makalah
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
1.4 Manfaat ...................................................................................... 2
II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pengertian Telur ...................................................................... 3
2.2 Manfaat Telur ............................................................................ 3
2.3 Pengawetan Telur .................................................................... 4
2.4 Penyimpanan Telur.................................................................... 5
2.5 Penanganan Telur .................................................................... 6
III PEMBAHASAN
3.1 Penanganan Telur ..................................................................... 7
3.2 Pembersihan Telur ..................................................................... 10
3.3 Pengeringan dan Pemberian Lapisan Minyak ............................ 11
3.4 Pengawetan Telur ..................................................................... 11
3.2 Penyimpanan DinginTelur......................................................... 13
ii
Bab Halaman
LAMPIRAN .................................................................................. 17
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
iv
1
PENDAHULUAN
perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu wadah. Isi dari telur akan
semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama: yaitu
kulit telur, bagian cairan bening, & bagian cairan yang bewarna kuning.
Pada hakikatnya, fungsi telur adalah sebagai sumber nutrien kompleks yang
lengkap bagi pertumbuhan sel yang dibuahi. Akan tetapi fungsi telur unggas memiliki
fungsi yang lain untuk manusia, yaitu sebagai bahan pangan. Telur memiliki cita rasa
dan kelezatan yang tinggi. Selain itu telur juga termasuk bahan pangan murah
mengkonsumsinya. Telur memiliki nutrisi yang bagus untuk diserap tubuh oleh
karenanya dianjurkan untuk sering memakan telur. Pada umumnya telur yang
dikonsumsi berasal dari jenis unggas, seperti ayam , bebek, burung puyuh dan angsa.
kualitas dan memperpanjang masa simpan telur, perlu dilakukan suatu tindakan
penanganan dan pengawetan yang baik.
2
1.4. Manfaat
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Dari sebutir telur
didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat – zat gizi yang sangat
baik & mudah dicerna. Oleh karenanya telur merupakan bahan pangan yang sangat
baik untuk anak – anak yang sedang tumbuh dan memerlukan protein dan mineral
dalam jumlah banyak dan juga dianjurkan diberikan kepada orang yang sedang sakit
untuk mempercepat proses kesembuhannya.
yang lengkap, akan tetapi lemak yang terkandung didalamnya juga tinggi (Sudaryani,
2003). Secara umum telur ayam & telur itik merupakan telur yang paling sering
dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung gizi yang melimpah, telur sangat
bagus dikonsumsi oleh anak – anak dalam masa pertumbuhan.
Telur merupakan bahan pangan yang padat gizi dan enak rasanya, mudah
diolah serta harganya relatif murah jika dibandingkan dengan sumber protein hewani
lainnya. Bagianak-anak, remaja maupun dewasa, telur merupakan makanan ideal dan
sangat mudah didapatkan. Telur memiliki komposisi zat gizi yang lengkap (Suswono
4
8. Bahan penggumpal
Pengawetan bukan bertujuan tidak dapat menaikkan mutu suatu bahan pangan
air dan terlepasnya CO2 dari dalam telur serta mencegah masuknya mikroba dari luar
melalui pori-pori kerabang. Umumnya pengawetan yang dilakukan pada telur dapat
dilakukan dalam bentuk pengawetan telur segar dan telur olahan. Pengawetan dalam
5
bentuk telur segar yakni dengan menutup pori-pori kerabang telur. Pengawetan ini
dapat dilakukan antara lain dengan pelapisan telur menggunakan minyak, pelapisan
dengan bahan kimia (kalsium karbonat, sodium silikat, vaselin, dan parafin),
perendaman dalam larutan kapur dan ekstrak nabati. Pengawetan telur segar juga
dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam lemari es. Pengawetan dalam bentuk
telur olahan yakni dengan menambah bahan-bahan yang mampu untuk mengawetkan
makanan seperti garam, gula, dan asam (Syarief dan Halid, 1993).
Penyimpanan telur dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting
dalam menjaga kualitas telur ayam konsumsi. Faktor yang sangat penting dalam
Selain itu, terdapat juga faktor yang tidak kalah pentingnya dengan lama
penyimpanan dan suhu penyimpanan yang dapat mempengaruhi kualitas dari telur
ayam konsumsi ini yaitu bau yang ada di sekitar tempat penyimpanan. Lama
kurun waktu lebih dari 1 minggu, maka akan menyebabkan perubahan pada
ruang udara semakin besar yang disebabkan karena penciutan isi telur
akibat penguapan air dan pengeluaran gas –gas dari isi telur melalui pori-pori pada
kulit telur. Suhu optimal untuk penyimpanan telur antara 12-15ºC dan
kelembapan 70-80s%.
6
refrigerator dibawah suhu deanger zone antara 5ºC-60ºC. Penyimpanan telur pada
kualitas telur. Penyimpanan telur pada suhu kamar dapat terjadi reaksi
penyebab kerusakan atau kebusukan telur serta terjadinya reaksi-reaksi kimia dan
hilangnya kadar air dari bahan pangan (Suprapti, 2002).
1. Buang telur yang sudah memiliki bau yang tidak enak / menyengat. Itu
lainnya. Ini bertujuan untuk menghindari adanya telur busuk yang masuk ke
bahan makanan lainnya & mencegah pecahan kulit telur masuk ke bahan
makanan lainnya.
7
III
PEMBAHASAN
Telur dikeluarkan dari tubuh induk ayam melalui saluran yang juga digunakan
untuk mengeluarkan feces. Hal inilah yang menyebabkan kulit telur bisa menjadi
sumber patogen yang berasal dari feces ayam. Selain dari feces ayam, kulit telur juga
bisa terkontaminasi karena kontak dengan lingkungan, udara, pakan dan peralatan
yang kotor. Patogen yang menempel di kulit telur ini bisa masuk kedalam isi telur
melalui pori-pori kulit, terutama jika kulit dalam kondisi lembab (basah).
didalam isi telur juga bisa berasal dari induk ayam yang terinfeksi. Sebagai contoh,
pada isi telur segar yang kondisi kulitnya utuh (tidak retak/pecah) dan bersih.
Kontaminasinya ke dalam telur terjadi di dalam ovarium induk, sebelum isi telur
dibungkus oleh kulit pada saat produksi telur. Ayam yang menjadi pembawa S.
adalah untuk mencegah masuknya patogen dari luar kedalam isi telur dan
menghambat patogen yang mungkin ada didalam isi telur untuk tumbuh dan
memperbanyak diri.
Penanganan telur dimulai dari perawatan sejak telur diletakan oleh induk
menghindari dari jumlah telur yang pecah, kotor dan dapat segera diberi perlakuan
dahulu terhadap telur, dalam satu kemasan sebaiknya ukuran telur seragam. Telur
sebaiknya jangan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengurangi
Telur dikumpulkan secara teratur duakali sehari dan didinginkan secepatnya setelah
pendingin atau ruang pengumpul dalam hal ini akan sangat menolong. Pendinginan
pada suhu 50o-60o F dan kelembaban udara tidak kurang dari 75%.
10
diperhatikan dalam pencucian adalah sifat berpori kulit telur dan sifat mengembang
membersihkan kulit telur ini dapat dikerjakan dengan menggosok kulit luar telur
dengan ampril yang halus atau mencuci telur kemudian mengeringkannya di udara
terbuka. Untuk pencucian digunakan air bersuhu 160o – 170oF selama 1/3 menit
pencucian. Pekerjaan tersebut tidak akan menaikkan suhu telur lebih dari 2o F dan
yang lama, maka air pencuci harus diberi germisida. Kadang-kadang telur
diperlakukan pasteurisasi dengan cara mencelupkan telur yang telah dicuci pada air
yang bersuhu 144oF selama 2 menit. Perlakuan dalam air panas dari air dingin
digunakan semprotan air yang berisi sanitaiser, diikuti dengan pembilasan dengan air
Telur jika sudah dibersihkan dan dicuci, maka telur secepatnya dikeringkan
diudara terbuka pada suhu kamar. Sesudah kering, telur-telur diberi lapisan minyak
untuk menutup pori-pori kulit sehingga udara, uap air, dan bakteri-bakteri tidak dapat
masuk ke dalam telur. Untuk mencegah pemindahan cairan dari putih telur ke kuning
telur dapat dikerjakan scaling, yaitu telur dimasukkan ke dalam ruang tertutup yang
berisi karbondioksida sebanyak 10 persen. Tujuan pelapisan kulit telur adalah untuk
menutupi pori-pori kulit sehingga penguapan air dan karbon dioksida terhambat.
Sebelum telur dilapisi, kulit telur harus dibersihkan terlebih dahulu. Caranya
kulit telur dicuci dengan air dingin yang bersih, dicuci dengan air hangat suhu suam-
suam kuku (60oC), atau digosok dengan ampelas nomor 0. Sesudah kulit telur bersih
mutu telur segar. Prinsip dalam pengawetan telur segar adalah mencegah penguapan
air dan terlepasnya gas-gas lain dari dalam isi telur, serta mencegah masuk dan
dapat dilakukan dengan cara menutup pori-pori kulit telur,mengatur kelembaban dan
kecepatan aliran udara dalam ruangan penyimpanan. Penutupan pori-pori kulit telur
dapat dilakukan dengan menggunakan larutan kapur, parafin, minyak nabati (minyak
sayur), air kaca (water glass), dicelupkan dalam air mendidih dan lain-lain.
12
penting diperhatikan kebersihan kulit telur. Hal ini karena meskipun mutunya sangat
baik, tetapi jika kulitnya kotor, telur dianggap bermutu rendah atau tidak dipilih
pembeli
1) Parafin
Telur dapat diolesi menggunakan parafin cair, dilakukan dengan cara
2) Pentana
Air kaca adalah larutan sodium silikat yang dibuat dengan mencampur sodium
silikat dan air dengan perbandingan 1:9. Pengawetan dilakukan dengan
merendam telur dalam larutan air kaca lalu telur disimpan pada suhu ruang.
Lama waktu perendaman kira-kira dua bulan. Apabila telur akan dimasak
maka air kaca yang masuk ke dalam rongga udara dikeluarkan terlebih
dahulu. Caranya kulit telur di bagian tumpul dipecah sedikit lalu air kaca
dikeluarkan.
13
4) Larutan Kapur
Pengawetan dengan cara ini dapat mempertahankan kualitas telur selama 1,5
bulan. Larutan kapur dibuat 2 kg kapur yang dilarutkan dalam 20 liter air.
Telur yang akan diawetkan disusun dalam wadah lalu dituangi larutan air
dapat memperlambat penyusutan berat telur, penurunan Nilai Haugh Unit dan
Telur segar dapat dipertahankan mutunya dalam waktu yang relatif lama bila
kecepatan aliran udara 1 - 1,5 m/detik. Dalam hal ini telur disimpan sedekat mungkin
di atas titik beku telur yaitu -2oC. Suhu yang rendah ini akan memperlambat
hilangnya CO2 dan air dari dalam telur serta penyebaran air dari putih ke kuning
telur. Untuk lebih menghambat hilangnya CO2 maka kadar CO2 di dalam ruang
penyimpanan dapat ditingkatkan sampai 3%. Disimpan dalam Frezer dengan suhu 0-
2 Derajat Celcius, telur dapat bertahan selama 6 bulan, sedangkan pada suhu 5-10
derajat celcius dapat bertahan hanya 1-2 bulan saja.
14
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
(1) Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk
telur.
4.2 Saran
makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini karena masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan. 2016. Cara Pintar Pilih
Pangan Asal Hewan. BPMSPH. Bogor.
Figoni, Paula. (2008). How Baking Works. Edisi 2. New Jersey: John Wiley and
Sons, Inc.
Rismayanti, D. (2016). Uji Kadar Protein, Kadar Air, dan Daya Simpan Telur Asin
Hasil Pengolahan dengan Cara Pembuatan Serta Lama Pemeraman yang
Berbeda sebagai Sumber Belajar Biologi. Skripsi. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.
Suswono dan Sedyaningsih, E.R. (2010). Tanya Jawab Seputar Telur Sumber
Makanan Bergizi Booklet Pencanangan Gerakan Nasional “Peternak Sehat
Ternak Sehat. Cicurug. Sukabumi.
16
PEMBAGIAN TUGAS
Pengantar
4 Amri Yavie Kharazi 200110170092 Penutup