Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIK BIOLOGI

“PEMBUATAN TELUR ASIN”

1.

Oleh:

KELOMPOK 5 (XII MIPA 5)

1. RAIZALDY AKBAR

2. LIKA HUCHA MAY SAROH

3. DIANA ANDINIS CAHYA

4. YOLANDA GRASIA

SMAN 1 NGIMBANG

JALAN RAYA KECAMATAN NGIMBANG LAMONGAN 62273

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
laporan praktik Biologi ini dengan tema “Pembuatan Telur Asin” sebagai
persyaratan ujian praktik Biologi dalam rangka menyelesaikan Pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ngimbang Lamongan.
Penulisan laporan praktik ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Guru
kami yang telah membimbing kami sehingga laporan praktik ini dapat
terselesaikan
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal dan
perbuatan yang telah diberikan dan penyusun menyadari bahwa laporan praktik
biologi ini belum sempurna, oleh karena itu saran yang membangun dari pembaca
sangat penyusun harapkan demi perbaikan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini memerlukan masukan, sehingga
penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun dan
pembaca.

Lamongan, 23 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Sampul Depan......................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................ ii
Daftar Isi.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................... 2
C. Manfaat ..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Telur ............................................................................ 3
B. Konsep Telur Asin ………………………………................... 5
C. Proses Pembuatan Telur Asin .................................................. 6
D. Cara Menyimpan Telur Asin .................................................... 7
BAB III METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat.................................................................... 8
B. Alat dan Bahan.......................................................................... 8
C. Prosedur Kerja........................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan...................................................................... 10
B. Pembahasan............................................................................... 10
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan................................................................................ 12
B. Saran.......................................................................................... 12

Daftar Pustaka....................................................................................... 13
Lampiran................................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telur merupakan salah satu produk unggas yang memiliki kandungan gizi
lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Telur yang
banyak dikonsumsi adalah telur bebek, telur ayam dan telur puyuh. Di Indonesia
jumlah telur yang tersedia sangat banyak yaitu sebesar ±1,378 ton (Rohmat dkk,
2020). Telur Asin adalah makanan yang senantiasa dapat digunakan sebagai lauk
pauk ataupun hanya sekedar camilan, makanan yang satu ini tidak sedikit
yangmenyukainya karena rasanya gurih dan agak sedikit asin. Makanan ini
biasanya dibuat oleh industri rumahan yang banyak kita jumpai di berbagai daerah
(Susilo, 2017)
Pembuatannya yang tidak terlalu sulit ini menarik minat banyak orang
terutama di desa-desa Bahan baku utama yang akan dijadikan telur asin adalah
telur itik/bebek, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena
kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik.
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang
diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan
enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak
menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik dikonsumsi
dalam waktu satu bulan (30 hari) (Susilo, 2017).
Telur asin merupakan teknologi hasil peternakan yang peminatnya cukup
banyak. Sebagian besar telur asin dibuat dari telur bebek, hal ini di sebabkan telur
bebek memiliki pori-pori yang besar sehingga baik untuk telur yang akan di
asinkan. Dengan pengasinan telur bebek ini akan membuat telur bebek tidak
menjadi amis dan masa simpan telur lebih lama. Semakin lam pengasinan akan
semakin tahan lama masa simpan telur. Telur asin banyak mengandung zat gizi
seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral yang di butuhkan oleh tubuh
kita (Dewi & Hadijah, 2018).
Pada kenyataannya telur cepat busuk sebelum dimanfaatkan atau dikonsumsi
karena kurangnya masa simpan dari telur-telur tersebut. Salah satu cara untuk

1
mengatasi masalah pembusukan telur yaitu dengan membuat telur asin. Telur asin
dapat dibuat dengan cara merendam menggunakan media garam. Media garam
merupakan campuran antara garam, serbuk batu bata merah, sedikit kapur dan air.
Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin sekaligus sebagai bahan pengawet
karena garam mampu menyerap air dari dalam telur. Garam akan masuk ke dalam
telur melalui pori-pori kulit telur menuju keputih telur, lalu ke kuning telur.
Garam akan menarik air yang dikandung telur. Garam juga terdapat ion chlor
yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dalam telur Sehingga
menyebabkan telur menjadi awet karena bakteri yang terkandung dalam telur mati
(Rohmat dkk, 2020).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses atau jalannya dari pembuatan telur asin.
2. Untuk mengetahui perbandingan pada telur asin sebelum dan sesudah
proses pengasinan.
3. Untuk mengetahui proses osmosis pada pembuatan telur asin.
C. Manfaat
Dapat memberikan pengetahuan dalam pembuatan telur asin dengan baik dan
benar sehingga hasil telur asin yang dihasilkan kualitasnya lebih bagus.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Telur
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap gizinya.
Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan. Telur adalah substansi yang dihasilkan oleh ternak itu
sendiri di dalam tubuhnya, substansi tersebut membentuk organisme baru atau
kehidupan baru. Selain dibungkus dengan kulit yang keras sebagai pelindung,
telur juga dilengkapi dengan bahan makanan yang lengkap (Ardiansyah, 2016).
Telur mengandung protein, lemak, dan karbohidrat. Selain itu telur biasanya
mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin
larut lemak (A, D, E, K), vitamin yang larut dalam air (thiamin, riboflavin, asam
pantotenat, niasin, asam folat, dan vitamin B12) serta faktor pertumbuhan yang
lain juga dapat ditemukan dalam telur (Ardiansyah, 2016).
Secara umum, telur terdiri dari tiga bagian yaitu kulit telur, putih telur, dan
kuning telur. Telur unggas memiliki kulit yang keras, halus, dan dilapisi oleh
kapur dan terikat kuat pada bagian luar lapisan membran. Kulit keras hampir
sebagian besar tersusun dari gram-gram anorganik. Pada bagian kulit telur
terdapat beberapa ribu pori-pori yang berguna dalam pertukaran gas terutama
untuk memenuhi kebutuhan embrio dalam telur. Pori-pori tersebut sangat sempit,
berukuran 0,01- 1,07 mm dan tersebar diseluruh permukaan kulit telur. Jumlahnya
bervariasi antara 7 100-200 lubang per cm2. Pada bagian yang tumpul, pori-pori
persatuan luas lebih besar dibandingkan bagian yang lain. Oleh sebab itu kantung
udara terjadi di bagian ini. Pada telur yang masih baru, pori-pori ini masih dilapisi
oleh lapisan tipis kutikula yang terdiri dari 90% protein dan sedikit lemak.
Kutikuka berfungsi untuk mengurangi penguapan air yang terlalu cepat dan
mencegah masuknya mikroba melalui kulit telur (Ardiansyah, 2016).
Kulit telur memiliki berat sekitar 11% dari jumlah total berat telur. Meskipun
terlihat keras dan benar-benar menutupi isi telur, kulit telur itu sebenarnya berpori
(porous). Dengan kata lain, bau dapat menebus kulit telur dan uap basah
(moisture) dan gas (terutama karbon dioksida) dapat keluar (Ardiansyah, 2016).

3
Putih telur mempunyai empat bagian utama yaitu lapisan putih telur yang encer
bagian luar, lapisan putih telur yang kental, lapisan putih telur encer bagian dalam
dan lapisan kalaza. Bagian putih telur diikat dengan bagian kuning telur oleh
kalaza, yaitu serabut-serabut protein berbentuk spiral yang disebut mucin.
Struktur putih telur dibentuk oleh serabut-serabut protein yang terjalin
membentuk 8 jala yang disebut ovomucin, sedangkan bagian cair diikat kuat di
dalamnya menjadi bagian kental (Ardiansyah, 2016).
Kuning telur sekitar setengahnya mengandung uap basah (moisture) dan
setengahnya adalah kuning padat (yolk solid). Semakin bertambah umurnya telur,
kuning telur akan mengambil uap basah dari putih telur yang mengakibatkan
kuning telur semakin menipis dan menjadi rata ketika telur dipecahkan ke
permukaan yang rata (berpengaruh kepada grade dari telur itu sendiri
(Ardiansyah, 2016). Telur segar yang baik adalah yang kondisi luarnya baik,
bentuk kulit baik dan cukup tebal, tidak cacat (retak atau pecah), tekstur
permukaan dan warnanya bagus serta bersih. Bila diteropong rongga udaranya
kecil, kuning telur ditengah, dan tidak terdapat bercak atau noda darah (Asih,
2010).
Telur tersusun oleh komponen-komponen utama yaitu air, protein, lemak,
karbohidrat dan abu/mineral. Komponen terbesar telur adalah air yaitu berkisar
dari 70-77%. Dibandingkan dengan bagian putih telur, kuning telur mengandung
komposisi kimia yang lebih lengkap dan mempunyai nilai gizi yang tinggi
(Ardiansyah, 2016). Komposisi telur terdiri dari protein dan lemak 13 dan 12
persen serta vitamin dan mineral. Nilai gizi tertinggi telur terdapat pada bagian
kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta
mineral, seperti zat besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks.
Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun
putih telur, yang jumlahnya sekitar 60 persen dari seluruh bulatan telur,
mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Sumber protein bisa berasal
dari protein nabati dan protein 9 hewani. Salah satu sumber protein hewani yang
penting bagi manusia disamping daging dan ikan adalah telur. Telur banyak
dikonsumsi oleh masyarakat umum karena mudah didapat dan harganya
terjangkau dibandingkan daging dan ikan (Ardiansyah, 2016).

4
B. Konsep Telur Asin
Telur asin adalah salah satu bentuk pengawetan telur yang dapat ditemukan di
beberapa negara, misalnya Indonesia, Cina dan Taiwan. Keuntungan dari proses
pengasinan disamping pengawetan adalah meningkatkan cita rasa, yaitu masir
atau berpasir yang didapatkan dari kuning telur. Telur yang biasa digunakan untuk
pembuatan telur asin adalah telur bebek. Hal ini adalah karena telur bebek
mempunyai kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam
(Lesmayati & Rohaeni, 2014). Telur asin dapat dibuat dengan cara merendam
menggunakan media garam. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin sekaligus
sebagai bahan pengawet karena garam mampu menyerap air dari dalam telur.
Garam akan masuk kedalam telur melalui pori-pori kulit telur menuju ke putih
telur, lalu ke kuning telur. Garam akan menarik air yang dikandung telur. Garam
juga terdapat ion klor yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri
dalam telur, sehingga menyebabkan telur menjadi awet karena bakteri yang
terkandung dalam telur mati (Lesmayati & Rohaeni, 2014).
Bobot dan ukuran telur bebek rata-rata lebih besar dibandingkan dengan telur
ayam. Telur bebek memiliki bau amis yang tajam, sehingga penggunaan telur
bebek dalam berbagai makanan tidak seluas telur ayam. Selain baunya yang lebih
amis, telur bebek juga mempunyai pori-pori kulit yang lebih besar, sehingga
sangat baik untuk diolah menjadi telur asin (Asih, 2010).
Adapun kandungan gizi pada telur bebek tiap 100 gram dapat dilihat pada
tabel berikut: (Asih, 2010)
Bagian (%) Isi telur Putih Telur Kuning Telur
Berat 67 40,4 26,6
Air 69,7 86,8 44,8
Bahan Kering 30,3 13,2 55,2
Protein 13,7 11,3 17,7
Lemak 14,4 0,08 35,2
Karbohidrat 1,2 1,0 1,1

Telur asin merupakan teknologi hasil peternakan yang peminatnya cukup


banyak. Sebagian besar telur asin dibuat dari telur itik. Hal ini disebabkan telur

5
bebek mempunyai pori-pori yang besar sehingga baik untuk telur asin. Dengan
pengasinan telur itik menjadi tidak amis dan masa simpan telur lebih lama.
Semakin lama waktu pengasinan akan semakin tahan lama masa simpan telur.
(Ristanto, 2013).
Menurut Koswara (2009) pengasinan telur dikatakan berhasil dengan baik,
jika telur asin yang dihasilkan bersifat:
1. Stabil serta dapat disimpan lama tanpa banyak mengalami perubahan.
Keawetan telur asin tergantung pada konsentrasi garam yang digunakan
dalam adonan. Semakin tinggi konsentrasinya, semakin awet telur asin yang
dihasilkan. Selain itu, waktu telur dibungkus dengan adonan juga
berpengaruh terhadap keawetan. Semakin lama dibungkus adonan, semakin
baik keawetannya. Dalam hal ini harus dipertimbangkan intensitas rasa asin
yang dihasilkan. Dengan kata lain rasa asin yang diperoleh juga harus diatur.
2. Aroma dan rasa telur asin terasa dengan nyata (tidak tercium bau amoniak
atau bau yang kurang sedap).
3. Penampakan putih dan kuning telur yang baik. Telur dengan albumen yang
putih dan kuning telur yang mempur dan berminyak dipinggirnya saja
merupakan telur asin yang disukai. Jika adonan pembungkus telur kurang
baik, kuning telur akan berwarna kebiruan. Kuning telur pada telur asin yang
bermutu tinggi terletak di tengah, dengan ukuran kantung udara yang kecil.
Jika letaknya tidak di tengah, menandakan telur yang digunakan mutunya
kurang baik.

C. Proses Pembuatan Telur Asin


Metode pengasinan meliputi metode pengasinan basah dan metode kering.
Pengasinan dengan metode kering dilakukan dengan penutupan kulit telur dengan
dua tumbukan batu bata dan garam dalam bentuk adonan pasta, pengasinan
dengan metode perendaman dengan cara merendamkan telur dengan larutan
garam (Ardiansyah, 2016). Pemilihan bahan baku sangat penting untuk
diperhatikan. Telur bebek yang akan digunakan untuk pembuatan telur asin
haruslah telur yang masih baru dengan umur 10 jam kurang atau maksimal 48
jam. Hal ini untuk menghasilkan telur asin yang bermutu. Telur bebek yang besar

6
mempunyai cangkang lebih tipis dari yang kecil. Sedangkan jika menggunakan
garam, maka pilih garam yang kristal garamnya tidak terlalu besar dan tidak
terlalu kecil. Jika kristal garamnya terlalu kecil, maka garam tidak sempurna
masuk ke dalam telur (Ardiansyah, 2016).
Langkah-langkah pembuatan telur asin sebagai berikut: (Yuniati, 2011)
1. Dipilih telur bebek yang bermutu baik, kemudian dicuci dan dibersihkan dari
kotoran yang melekat. Kemudian telur dikeringkan menggunakan lap agar
proses dapat berjalan lebih cepat. Seluruh permukaan telur diamplas secara
merata agar pori-porinya terbuka.
2. Proses selanjutnya membuat adonan pengasin, yaitu dengan membuat
campuran abu gosok, garam, air. Selain abu gosok dapat juga digunakan pula
serbuk bata merah sebagai media pengasin dengan pembuatan campuran yang
sama serbuk bata merah, garam, air.
3. Setelah adonan pengasin tercampur rata, setiap telur dibungkus dengan
adonan secara merata dengan tebal ±2 mm. Kemudian telur disimpan dalam
ember plastik selama 20 hari dan diletakkan pada ruang terbuka. Setelah
selesai telur dibersihkan dan dipastikan telur tetap dalam keadaan utuh dan
bagus.

D. Cara Menyimpan Telur Asin


Secara umum, telur asin (baik yang masih mentah maupun yang sudah
direbus) mempunyai daya awet yang tinggi, sehingga dapat disimpan dalam suhu
kamar. Walaupun demikian, akan lebih baik jika penyimpanan telur asin
dilakukan pada suhu 12-15 derajat C dan kelembaban udara 70-80%. Telur dapat
disimpan di dalam lemari es. Untuk mencegah kerusakan, memperlambat
hilangnya kelembaban, dan mencegah terserapnya bau tajam dari makanan, saat
menyimpan di lemari es sebaiknya telur asin dibungkus dengan wadah karton.
Bagian tumpul menghadap ke atas (Asih, 2010).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

7
A. Waktu dan Tempat
1. Waktu : Jumat, 12 Februari 2021, Pukul 09.00 WIB
2. Tempat : Ngasemamblang

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a) Baskom
b) Pengaduk
c) Lap/tisu
2. Bahan
a) Telur bebek 8 butir
b) Garam
c) Batu bata
d) Air secukupnya

C. Prosedur Kerja
1. Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk) dengan cara
merendam telur tersebut, apabila telurnya mangapung berarti telur tersebut
berkualitas buruk. Bersihkan telur dangan cara dicuci lalu dilap agar
kering.
2. Campur batu bata yang telah dihaluskan dengan air, garam secukupnya.
Kemudian aduk rata.
3. Bungkus telur dengan menggunakan adonan batu bata halus dengan
ketebalan 1 cm – 2 cm. Simpan telur dalam wadah plastik  selama sekitar
7-20 hari. Usahakan telur tidak pecah atau retak pada waktu penyimpanan,
simpan di tempat bersih dan terbuka.
4. Setelah kurang lebih 7-20 hari segera bongkar adonan batu bata pada telur.
Agar tidak merusak telur pada saat pengbongkaran adonan pembalut,
sebaiknya tambahkan sedikit air hingga adonan yang kering menjadi
sedikit basah dan gembur. Dengan demikian, adonan dapat dibongkar
dengan lebih mudah dan aman.

8
5. Selanjutnya kukus telur asin. Cuci dahulu telur asin yang hendak dikukus
hingga bersih.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

9
A. Hasil Pengamatan
Perubahan Sebelum Sesudah
Warna Kuning Telur Kuning Jingga Kecokelatan
Rasa Biasa Asin

B. Pembahasan
Praktikum pembuatan telur asin ini, mengggunakan 8 butir telur bebek dan
adonan untuk proses pengasinan dengan bahan, abus gosok, garam, dan batu bata
yang telah dihancurkan atau dilembutkan. Proses penyimpanan atau pengeraman
dilakukan selama 10 hari.
Hal sesuai pernyataan oleh Asih (2010) bahwa pengolahan telur asin
menggunakan bahan telur bebek, garam dan batu bata merah. Untuk penggunaan
batu bata merah, terlebih dahulu harus dilembutkan agar memudahkan garam
dapat masuk ke pori-pori telur. Perbandingan garam dengan batu bata merah
adalah 1:1. Telur asin perlu dieram selama kurang lebih 7-14 hari.
Proses Osmosis adalah suatu proses perpindahan molekul zat terlarut dari
konsentrasi rendah (hipotonik) ke konsentrasi lebih tinggi (hipertonik). Hal inilah
yang mengakibatkan rasa telur yang semula tawar menjadi asin. pertambahan
berat telur akan dialami pada telur yang direndam dengan garam. Hal ini
dikarekanakan masuknya suatu molekul ke dalam telur. Molekul tersebut adalah
molekul air dan garam yang masuk dalam telur. Garam berfungsi sebagai pencipta
rasa asin sekaligus sebagai bahan pengawet karena garam mampu menyerap air
dari dalam telur. Garam akan masuk kedalam telur melalui pori-pori kulit telur
menuju ke putih telur, lalu ke kuning telur. Garam akan menarik air yang
dikandung telur. Garam juga terdapat ion klor yang berperan sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri dalam telur, sehingga menyebabkan telur menjadi awet
karena bakteri yang terkandung dalam telur mati (Lesmayati & Rohaeni, 2014).
Berdasarkan asal hewannya bentuk telur yang digunakan dalam praktikum ini
memiliki bermacam-macam bentuk, mulai dari hampir bulat dan lonjong. Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk telur, antara lain faktor turun
temurun, umur induk ketika bertelur, serta dapat pula diakibatkan oleh sifat
fisiologis yang ada di dalam tubuh induk.

10
Koswara (2009) menyatakan bahwa pengasinan telur dikatakan berhasil
dengan baik, jika telur asin yang dihasilkan bersifat stabil serta dapat disimpan
lama tanpa banyak mengalami perubahan. Keawetan telur asin tergantung pada
konsentrasi garam yang digunakan dalam adonan. Semakin tinggi konsentrasinya,
semakin awet telur asin yang dihasilkan. Selain itu, waktu telur dibungkus dengan
adonan juga berpengaruh terhadap keawetan. Semakin lama dibungkus adonan,
semakin baik keawetannya. Dalam hal ini harus dipertimbangkan intensitas rasa
asin yang dihasilkan. Dengan kata lain rasa asin yang diperoleh juga harus diatur.
Lalu aroma dan rasa telur asin terasa dengan nyata (tidak tercium bau amoniak
atau bau yang kurang sedap) serta penampakan putih dan kuning telur yang baik.
Telur dengan albumen yang putih dan kuning telur yang mempur dan berminyak
dipinggirnya saja merupakan telur asin yang disukai. Jika adonan pembungkus
telur kurang baik, kuning telur akan berwarna kebiruan. Kuning telur pada telur
asin yang bermutu tinggi terletak di tengah, dengan ukuran kantung udara yang
kecil. Jika letaknya tidak di tengah, menandakan telur yang digunakan mutunya
kurang baik

BAB V
KESIMPULAN

11
A. Kesimpulan
1. Proses pembuatan telur asin dengan benar maka kualitas telur akan
semakin baik dan dapat disimpan lebih lama lagi atau lebih awet serta
keberhasilan pembuatan telur asin ini ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain konsentrasi zat terlarut, suhu, tekanan, dan bahan- bahan yang
bercampur dengan air.
2. Tingkat rasa asin pada telur bebek pada praktikum ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor waktu, ketebalan pasta atau adonan, serta
faktor perbandingan pecahan batu bata dan tanah saat proses pembuatan
adonan pengasinan sehingga dapat ada perubahan pada telur bebek
sebelum dan sesudah proses pengasinan.
3. Proses masuknya garam ke dalam telur berlangsung secara dehidrasi
osmosis, ion Na di dapatkan dari garam, sedangkan ion H+ berasal dari air,
dengan demikian, ion Na masuk ke dalam telur dan kadar air berkurang,
hal ini mengakibatkan telur akan berubah menjadi asin, jika semakin
sedikit kandung air dalam telur, maka telur asin akan semakin awet.

B. Saran
Untuk membuat telur asin sebaiknya telur dipilih yang cangkang telurnya
tidak retak-retak atau rusak agar hasil telur asinnya lebih optimal. Penggunaan
bata merah akan lebih efektif jika dibandingkan dengan penggunaan abu gosok
karena bata merah dan tanah liat dapat membantu menyerap air dari dalam
telur. Perebusan telur asin sebaiknya lebih lama, karena perebusan yang kurang
lama menyebabkan tekstur telur masih cair. Selain itu perlu diperhatikan juga
dalam proses penyimpanan telur asin, agar telur asin tidak mudah retak ataupun
pecah.

DAFTAR PUSTAKA

12
Ardiansyah. (2016). Pertumbuhan Salmonella dengan Variasi Konsentrasi
Bawang Putih Pada Telur Asin. Skripsi. Universitas Islam Negeri Alaudin
Makassar.

Asih. (2010). Kualitas Sensris dan Antioksidan Telur Asin Dengan Penggunaan
Campuran KCL dan Ekstrak Daun Jati. Fakultas Pertanian: Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

Dewi & Hadijah. (2018). Uji Coba Pembuatan Telur Asin Dengan Menggunakan
Pelepah Daun Nipah Sebagai Pengganti Garam. Jurnal Hospitality dan
Pariwisata, 4(1): 1-69.

Koswara. (2009). Teknologi Pengolahan Telur. Ebook: pangan.com.

Lesmayati & Rohaeni. (2014). Pengaruh Lama Pengeraman Telur Asin Terhadap
Tingkat Kesukkan Konsumen. Prosiding Seminar Nasinal.

Ristanto. (2013). Uji Organoleptik dan Mikrobiologi Telur Asin Menggunakan


Perendaman. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rohmat, dkk. (2020). Rancang Bangun Alat Pengasin Telur Bebek Dengan
Pemanfaatan Tekanan Angin Kompresi. Prosiding Seminar Nasional NCIET
(Vol. 1, No. 1, pp, 8-21).

Susilo, J. (2017). Teknologi Pembuatan Telur Asin Selama 3 Jam Melalui


Manipulasi Tekanan Osmotik. Jurnal Litbang Sukowati: Media Penelitian
dan pengembangan, 1(1). 12-21.

Yuniati. (2011). Efek Penggunaan Abu Gosok dan Serbuk Batu Bata Pada
Pembuatan TElur Asin. Bogor: PGM.

LAMPIRAN

13
14

Anda mungkin juga menyukai