DISUSUN OLEH:
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
dan kami buat waktu yang telah ditentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar mengenai
farmasi kemaritiman khususnya dalam “Pemanfaatan biota laut sebagai Antioksidan”.
Penulis juga menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
pada makalah ini.Hal ini karena keterbatasan kemampuan dari penulis.Oleh karena itu,
penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan
ilmu pengetahuan.
PENULIS
DAFTAR ISI
1. Antioksidan ...................................................................................
2. Fungsi Antioksidan........................................................................
3. Pembentukan Radikal Bebas ........................................................
4. Metode Penangkapan Radikal DPPH ...........................................
5. Kerang Bambu..............................................................................
A. Deskripsi Kerang Bambu .......................................................
B. Klasifikasi Kerang Bambu .....................................................
C. Morfologi Kerang Bambu ......................................................
D. Habitat Kerang Bambu ...........................................................
E. Makanan Kerang bambu ........................................................
F. Pola Hidup Kerang Bambu ....................................................
G. Sistem Percernaan kerang Bambu ..........................................
H. Reproduksi Kerang Bambu ....................................................
I. Komposisi Kimia Kerang Bambu ..........................................
J. Proses pengambilan Zat Aktif Kerang Bambu .......................
K. Kandungan Bahan Aktif Kerang Pisau sebagai Antioksidan
L. Cara Budidaya Kerang Bambu..........................................
6. Alga Coklat ..................................................................................
A. Klasifikasi Alga Coklat ..........................................................
B. Morfologi Alga coklat........................................................... .
C. Habitat dan penyebaran..........................................................
D. Reproduksi Alga Coklat....................................................
E. Faktor-Faktor Pertumbuhan Alga coklat.............................
F. Manfaat Alga Coklat.......................................................... ....
G. Kandungan Bahan Aktif dari Alga Coklat..........................
7. Selada laut ....................................................................................
A. Karakteristik Selada Laut….............................................
B. Habitat dan Distribusi...........................................................
C. Manfaat Selada laut............................................................
D. Kandungan Bahan Aktif dari Selada laut..........................
8. Budidaya Alga Laut .....................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................
B. Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara Maritim yang luas wilayahnya
didominasi oleh wilayah perairan Dengan wilayah perairan laut yang luas
Indonesia memiliki potensi ,cukup besar dalam bidang kelautan wilayah perairan laut
di Indonesia juga berpotensi sebagai sumber daya hayati yang ,cukup tinggi yang
dapat bermanfaat bagi Negara.
Walaupun tiga perempat permukaan Bumi diselimuti lautan, penelitian
kelautan sejauh ini boleh dikatakan ketinggalan dibanding penelitian luar angkasa.
Banyak potensi kelautan yang belum diselidiki hingga kini. Untuk sebagian besar
negara yang memiliki wilayah laut cukup luas, seperti Indonesia misalnya, laut lebih
banyak dikaitkan dengan sumber daya ikan. Juga negara-negara industri maju
ibaratnya tertidur dalam bidang penelitian sumber daya kelautan. Baru 15 tahun
terakhir ini dilakukan penelitian secara sistematis, untuk mencari unsur-unsur
berkhasiat untuk obat-obatan dari lautan. Ternyata, lautan ibaratnya gudang bahan
obat-obatan baru untuk berbagai macam penyakit.
Biosintesa mahkluk hidup di lautan ternyata membuka cakrawala baru dalam
penelitian unsur aktiv. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukan,
keanekaragaman struktur senyawa kimia yang unik pada tanaman dan binatang laut.
Para ahli terus menyusun profil unsur aktiv dari lautan, agar dapat digunakan bagi
pengobatan.
Indonesia memiliki sumberdaya alam laut yang besar baik ditinjau dari
kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya. Meskipun organisme laut merupakan
sumber senyawa obat yang berpotensi besar, sedikit sekali obat dari bahan alam yang
berasal dari laut. Kebanyakan obat kita justru berasal dari tanaman atau
mikroorganisme darat. Senyawa obat yang terdapat di dalam organisme laut
memiliki struktur kimia beraneka ragam. Struktur molekulnya pun tidak sama
dengan yang ditemukan pada tanaman darat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Antioksidan?
2. Bagaimana proses pembentukan Radikal bebas?
3. Bagaimana pemanfaatan biota laut sebagai antioksidan ?
1. Antioksidan
Antioksidan dalam pengertian kimia adalah senyawa pemberi elektron
mampu mengatasi dampak negatif oksidan dalam tubuh seperti kerusakan elemen
karena berkaitan dengan kerja fungsi sistem imunitas tubuh, terutama untuk
menjaga integritas dan berfungsinya membran lipid, protein sel, dan asam
nukleat, serta mengontrol tranduksi signal dan ekspresi gen dalam sel imun.
radikal bebas yang terbentuk akibat faktor stress, radiasi UV, polusi udara dan
Antioksidan di luar tubuh dapat diperoleh dalam bentuk sintesis dan alami.
2. Fungsi Antioksidan
luar).
a. Antioksidan Primer
hidrogen. Antioksidan primer dapat berasal dari alam atau sintetis. Contoh
Antioksidan ini dapat berperan sebagai donor hidrogen atau CB-D (Chain
breaking donor) dan dapat berperan sebagai akseptor elektron atau CB-A (Chain
breaking acceptor).
a. Antioksidan Sekunder
dengan cara pengelatan metal, atau dirusak pembentukannya. Prinsip kerja sistem
antioksidan non enzimatis yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai
dari radikal bebas atau dengan menangkap radikal tersebut,sehingga radikal bebas
adalah vitamin E,vitamin C, beta karoten, flavonoid, asam lipoat, asam urat,
b. Antioksidan Tersier
biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA yang
terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh rusaknya Single dan Double
2. Berdasarkan Sumbernya
a. Antioksidan sintetik
yaitu Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), Propil galat,
b. Antioksidan alami
grup atom yang mempunyai satau atau lebih elektron tidak berpasangan pada
yang sangat tinggi, mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau asam
menyebabkan radikal bebas berantai. Reaksi ini dapat berakhir jika ada molekul
yang memberikan elektron yang dibutuhkan oleh radikal bebas tersebutatau dua
bersifat reaktif. Perubahan warna yang terjadi dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
atom hidrogen yang di donorkan oleh antioksidan dan atom yang diterima oleh
radikal bebas. Semakin banyak atom H yang didonorkan maka warna berubah
dari ungu ke kuning hingga kuning muda. Karena adanya elektron yang tidak
berpasangan, DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya
memberikan 50% efek aktivitas antioksidan (IC 50). Metode ini merupakan
metode yang mudah, cepat, dan sensitif untuk pengujian aktivitas antioksidan
senyawa tertentu.
Kerang bambu atau kerang pisau atau yang biasa dikenal dengan nama
Benua Eropa dan pantai selatan Benua Afrika serta di Benua Amerika. Di
Riau.
kecil memanjang dengan dua cangkang yang memiliki sisi simetris, salah satu
ujung tubuhnya berbentuk runcing seperti mata pisau menempel dan berdiri tegak
untuk berlindung dari musuh. Lorjukdi beberapa Negara juga dikenal dengan
cangkang yang menyerupai pisau cukur atau pisau lipat (Ditjen PPHP 2010).
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Subphylum : Conchifera
Clasis : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Famili : Solenidae
Subfamili : Soleninae
Genus : Solen
Species : Solen vaginalis.
(Hartoko, 2013).
Kerang bambu atau Lorjuk berbentuk pipih panjang mirip dengan bambu
sebesar jari tangan orang dewasa. Bentuknya juga menyerupai pisau sehingga sering
juga disebut kerang pisau. Kerang ini memiliki cangkang yang rapuh dan mudah
hampir silindris terbuka pada kedua ujungnya dengan pinggiran ventral yang tajam
Pinggiran dorsal dan ventral pararel dengan tonjolan (umbones) hampir tidak
mempunyai panjang hanya 2 atau 3 inchi (5-7,5 cm) pada pertumbuhan maksimal.
Kerang bamboo atau lorjuk berbentuk tipis, memanjang, dan tutupnya terbuka satu
sama lain. Permukaannya halus dan agak mengkilap, berwarna coklat tua dengan
kerutan konsentris sangat redup.Biota yang termasuk ordo Veneroida ini mempunyai
cangkang yang berwarna kecoklatan. Bagian cangkang agak putih dilengkapi dengan
garis-garis coklat, membuat biota ini sekilas mirip dengan bilah bambu.
kepadatannya. Jenis sedimen pasir mempunyai pertukaran air yang cepat sehingga
perubahan suhu dan salinitas yang besar Adanya campuran lumpur cenderung
mengakumulasi bahan organik. Bahan organik ini dimanfaatkan oleh fitoplankton
morfologi kerang yang memanjang dan memiliki pola hidup dengan cara
memungkinkan untuk ditinggali karena pada sedimen ini memiliki pore water
lebih besar, sehingga tekanan yang dihasilkan juga lebih besar. Tekanan tersebut
akan mempermudah dalam pergerakan kerang untuk masuk atau keluar sedimen
(Hartoko, 2013).
hidup pada habitat yang paling sesuai, baik sesuai dengan faktor fisika-kimia
perairan maupun tersedianya makanan. Faktor fisika dan kimia yang merata pada
suatu habitat serta tersedianya makanan bagi biota yang hidup didalamnya
lingkungan terhadap habitat kerang yaitu ukuran pasir, kondisi pasir, gelombang
untuk ditinggali, karena pada sedimen ini memiliki pore water lebih besar
sehingga tekanan yang dihasilkan juga lebih besar. Tekanan tersebut akan
mempermudah dalam pergerakan kerang untuk masuk atau keluar sedimen
(Hartoko, 2013).
Kerang bambu tidak hanya hidup meliang di substrat, biota ini mampu
merayap dipermukaan substrat dan berenang. Kerang ini mampu bergerak aktif
untuk mencari substrat yang sesuai dengan keinginannya. Kerang bambu (Lorjuk)
mampu menancapkan kaki dengan sangat kuat di substrat dan mampu menggali
lubang dengan sangat cepat. Kerang bambu akan memberikan pancaran air pada
saat membuat lubang. Pancaran air berfungsi sebagai tekanan, sehingga kerang ini
F. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan
akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran
untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-
hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll.Makanan ini
dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati.Sisa-sisa makanan
makanan dengan cara filter feeder dengan makanan utamanya yaitu fitoplankton.
Ketika spesies ini mengambil nutrisi dari air laut melalui siphon melewati insang,
sehingga organ ini teradaptasi untuk memilah dan mengambil partikel makanan
yang kemudian disalurkan melalui ciliarlycurrents menuju mulut oleh labial palp
untuk meliang. Ketika dewasa jaringan gonad berada di bagian abdomen hingga
Sebagian besar berupa pasir kuarsa, dan sebagian kecil berupa pasir yang
mengandung zat kapur (calcareous). Pada Kerang bambu (Lorjuk) dalam satu
spesies tidak hidup terbatas pada substrat pasir dengan karakteristik mineralisasi
individu hanya terdapat satu jenis kelamin jantan atau betina. Pemijahan
dilakukan secara eksternal di perairan. Hasil penggabungan sel sperma dan sel
telur selanjutnya membentuk larva veliger. Larva Kerang bambu (Lorjuk) juga
substrat. Belum ada hasil penelitian yang pasti yang bisa menegaskan apakah
larva Solen memiliki kemampuan untuk memilih substrat atau proses menempati
substrat ini terjadi secara pasif yang ditentukan oleh hidrodinamika laut, faktor
biotik dan abiotik, serta kesempatan. Setelah larva menetap pada substrat, larva
setiap lokasi. Pemijahan Razor clam dimulai pada bulan April atau Mei dan
pemijahan kedua pada bulan Agustus atau September di perairan laut Dutch
Wadden. Di Spanyol Solen sp atau Kerang bambu pemijahan dimulai pada musim
perairan pesisir selatan Argentina dan Chili Solen sp atau Kerang bambu diduga
Kandungan zat gizi yang menonjol pada kerang pisau adalah asam lemak.
2013).
memiliki kandungan asam amino esensial yang berperan sebagai antioksidan serta
kering dengan kadar air kurang dari 12%. Daging lorjuk kering dihaluskan dengan
yaitu kloroform p.a. (non polar), etil asetat p.a. (semi polar) dan metanol p.a.
dalam 100 ml pelarut kloroform p.a. selama 48 jam dalam orbital shaker dengan
Residu yang dihasilkan dimaserasi dalam 100 ml etil asetat p.a. selama 48 jam
ekstrak menggunakan rotary vacuum evapotator pada suhu 50oC. Residu etil
vaccuum evapotator pada suhu 50oC. Uji aktivitas antioksidan Uji aktivitas
antioksidan ekstrak kerang pisau Dilakukan dengan metode DPPH (Blois 1985
Ekstrak kasar kerang pisau dilarutkan dalam metanol p.a. hingga diperoleh
konsentrasi 200, 400, 600 dan 800 ppm. Antioksidan sintetik BHT digunakan
sebagai pembanding dan kontrol positif dilarutkan dalam pelarut metanol p.a.
kristal DPPH dalam pelarut metanol p.a. dengan konsentrasi 1 mM. Proses
pembuatan larutan DPPH 1 mM dilakukan dalam suhu rendah dan terlindung dari
tabung reaksi yang berbeda. Reaksi berlangsung pada suhu 37oC selama 30 menit
panjang gelombang 517 nm. Absorbansi larutan blanko diukur untuk melakukan
sampel dinyatakan dengan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan diperoleh
(ekstrak ataupun BHT) yang dibutuhkan untuk mereduksi radikal bebas DPPH
sebesar 50%.
etil asetat, dan metanol kerang pisau memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak kasar
metanol kerang pisau memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dengan nilai IC
alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
dari golongan fenolat, flavonoid dan alkaloid, yang merupakan senyawa- senyawa
polar.
Metode rakit tancap : metode yang biasa dilakukan masyarakat cara ini
merupakan gabungan dari dua cara ternak yaitu tancap dan rakit apung caranya
dengan menancapkan bambu sampai dasar perairan pastikan lokasi rakit sudah
dihitung berdasarkan tinggi rendahnya air apabila sedang pasang atau surut. Hal
ini penting agar rakit tidak mengalami kekeringan kemudian menempatkan tali
kolektor di rakit tancap jarak yang direkomendasikan untuk masing-masing tali
adalah satu meter dalam waktu sekitar 6 bln, bisa didapat hasil sekitar 20-25 kg
dijumpai tumbuh di perairan karang dan pantai. Sargassum adalah rumpur laut
penghasil alginofit diperoleh dari kelompok yang merupakan rumput laut dari
(Anggadiredja et al.,2008).
Kingdom :Plantae
Phylum : Phaeophyta
Kelas :Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
berwarna cokelat kuning kehijauan, dengan struktur tubuh terbagi atas sebuah
holdfast yang berfungsi sebagai struktur basal, sebuah stipe atau batang semu, dan
memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama bulat agak kasar,
dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram, pinggir
Habitat rumput laut Sargassum sp. di perairan jernih yang memiliki substrat
dasar batu karang. Sargassum sp. tumbuh di perairan yang memiliki arus dan ombak
yang besar. Rumput laut ini tersebar secara luas di perairan dunia. Bentangan
tumbuhan Sargassum sp. yang padat dan luas juga merupakan habitat untuk berbagai
jenis biota laut lainnya seperti kerang dan ikan. Sargassum sp. tumbuh di bentangan
perairan pantai di zona paparan terumbu(reef flats) mulai dari garis pantai sampai
musim dan jenisnya, sehingga panen alamiah Sargassum dari tempat tumbuhnya
terdiri dari bermacam jenis dan juga berbagai stadium tumbuhan jantan ataupun
betina. Penyebaran rumput laut Sargassum sp. antara lain di Pulau Jawa,
lebat akan mudah putus bila terkena gerakan air permukaan atau arus.
dari induknya, sedangkan bagian dasar thallus yang tertinggal pada akhirnya
akan mati, tetapi ada pula fragmen- fragmen thallus tetap hidup terapung-
yaitu perkembangan individu melalui organ jantan (antheridia) dan organ betina
(oogenia). Organ-organ tersebut terjadi dan berada dalam satu lubang yamh
disebut koseptekel. Antheridia maupun oogenia berada di atas sel tangkai yang
tertanam pada dasar konseptekel. Dinding antheridia terdiri dari dua lapis di
terdiri dari tiga lapis di sebelah luar (exochite), bagian tengah (mesochite),
Sargassum sp. bersifat self fertile yaitu organisme yang dapat subur
panas, dan awal musim gugur tergantung temperatur air. Daur hidup dari
bagian atas cabang. Setelah embrio terlepas dan dapat menempel pada
permukaan yang keras maka alga tersebut akan mengapung di permukaan air
1. Suhu
sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan rumput laut. Suhu air
2010). Suhu yang baik untuk budidaya rumput laut adalah berkisar antara 27-
2. Salinitas
pertumbuhan rumput laut. Salinitas yang baik untuk Sargassum sp. berkisar
antara 30-33,5 ppt (Kadi, 2005). Salinitas dapat membatasi pertumbuhan rumput
signifikan, misalnya jika media tumbuh rumput laut tercampur dengan air
tawar. Rumput laut akan berwarna pucat, berhenti tumbuh, dan terdapat bagian-
3. pH
dalam kehidupan alga laut, sama halnya dengan faktor-faktor lainnya (Samsuari,
2006). Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung dalam beberapa faktor yaitu
kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat dan
perairan yang normal berkisar antara 8,0 - 8,3, sedangkan pH yang baik untuk
Semua tumbuhan dan hewan yang hidup dalam air membutuhkan oksigen
yang terlarut. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara dan hasil
fotosintesis tumbuh- tumbuhan yang ada dalam air. Oksigen yang berasal
dari hasil fotosintesis tergantung pada kerapatan tumbuh-tumbuhan air dan lama
serta intensitas cahaya sampai ke badan air tersebut (Suin, 2002 in Lase, 2014).
air laut dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu maka kelarutan gas
5. Kecepatan Arus
Arus laut merupakan pencerminan langsung dari pola angin dan gerakan
substansi gas, unsur hara terlarut dan padatan partikel berada pada suatu habitat
produktivitas dari semua biota yang ada di dalam perairan. Kecepatan arus
yang dianggap optimal untuk budidaya rumput laut adalah berkisar 20-40 cm/dt
(Indriani, 1991).
6. Kedalaman
Kedalaman perairan rata-rata yang diperlukan untuk pertumbuhan rumput
rumput laut dengan metode dasar dalam 0,3-0,6 m pada surut terendah. Keadaan
7. Cuaca
cuaca cerah tentu intensitas cahaya matahari akan semakin tinggi dan baik dalam
fotosintesis makro alga. Dan sebaliknya ketika cuaca mendung atau tertutup
awan akan membuat makro alga tidak bisa berfotosintesis dengan baik.
besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Selain itu, rumput laut juga
mineral seperti kalium kalsium,fosfor, natrium dan zat besi serta yodium.
industri makanan dan minuman, farmasi dan kosmetik, maupun industri lainnya
seperti cat tekstil, film, makanan ternak, keramik, kertas, fotografi dan lain-lain.
Sargassum sp ini diantaranya adalah perusahaan cat tekstil, film, makanan ternak,
1. Makanan ternak
3. Antibiotik alami
4. Penaggulangan limbah
5. Reklamasi tanah
makhluk hidup dalam keadaan tertentu.Salah satu metode uji kualitatif metabolit
sekunder yang ada pada bahan alam adalah dengan melakukan uji fitokimia.
Rumput laut dari divisi Phaeophyta menghasilkan algin atau alginat, laminarin,
penghasil algin alginat adalah Macrocystis, Turbinaria, Padina dan Sargassum sp.
(Rasyid 2003). Pemanfaatan potensi rumput laut terus berkembang dan merambah
baik sebagai suatu sistem proteksi terhadap radiasi sinar UV (ultra violet).
Demirel et al. (2009) menyebutkan bahwa senyawa fenol ini lebih efektif
cokelat Sargassum sp. mampu menurunkan oksidasi yang terjadi pada emulsi
minyak ikan selama penyimpanan pada suhu 50 ºC selama 24 jam yang ditandai
dengan rendahnya nilai peroksida (59,1 meq/kg) dibanding kontrol (308,5 meq/
kg).
mampu memberikan hasil yang lebih baik dalam proses penghambatan oksidasi
lebih baik dibandingkan dengan minyak ikan tanpa menggunakan zat antioksidan
untuk parameter angka peroksida, angka anisidin, dan nilai Totoks (Pakidi:2016).
pada rumput laut ini. Morfologinya berupa thallus tipis dan gepeng seperti
pedang yang terdiri atas 2 lapis sel. Tidak ada diferensiasi jaringan dan seluruh
sel memiliki bentuk yang kurang lebih identik, kecuali pada sel-sel basal yang
spesies ini terdiri atas sebuah nukleus, dengan kloroplas berbentuk cangkir, dan
Ulva lactuca memiliki panjang sampai 100 cm dan berwarna hijau apel
terang, dan memiliki bentuk strap-shaped blades (pedang melipat) dengan tepi
yang halus tapi bergelombang. Bagian tengah dari setiap helaian seringkali
berwarna pucat dan semakin ke arah tepi warnanya semakin gelap. Pada daerah
tropis, tumbuhan ini biasanya terdapat di air yang dangkal (zona intertidal bagian
atas sampai kedalaman 10 meter). Pada substrat yang tepat, seringkali melakukan
asosiasi dengan daerah yang memiliki nutrien yang tinggi (contohnya bakau)
Ulva muda memiliki talus yang dapat melekat pada substrat atau dapat
berkembang sendiri tanpa melekat pada substrat sebagai individu bebas atau
agregat yang mengambang bebas. Bentuk Ulva air tawar muncul hanya sebagai
Ulva air tawar dewasa dapat memiliki salah satu dari dua jenis bentuk
permukaan talus, yaitu satu memiliki talus bergelombang seperti usus dengan
berkerut dan seringkali talusnya membelah diri menjadi dua bagian (Littler dkk.,
1989).
secara aseksual dengan oospora berflagel empat yang terbentuk pada sel-sel
vegetatif. Ulva sp. tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Tubuh seperti ini
dinamakan talus. Di dalam sel Ulva sp. terdapat plastida yaitu organel sel yang
mengandung zat warna (pigmen). Plastida utama yang terdapat pada alga ini
dalam proses fotosintesis. Sehingga alga ini bersifat autrotof karena dapat
Pada umumnya Ulva sp. berbentuk seperti lembaran daun. Dinding selnya
menghasilkan lendir. Spesies ini, memiliki blade berwarna hijau terang, rapuh,
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Thallophyta
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Ulotrichales
Familia : Ulvaceae
Genus :Ulva
berbagai suhu dan salinitas, tetapi karakteristik morfologi berubah dengan mudah
sebagai respons terhadap lingkungan. Ulva sp. banyak dijumpai di pantai berdasar
batu karang mati terutama pada rataan terumbu karang. Alga ini mudah terlepas dari
substratnya oleh ombak yang kuat dan arus yang deras. Pada pasang tinggi dengan
arus yang kuat alga ini dapat terlempar ke tepi pantai sehingga pada waktu surut
bagian timur (Wang, dkk., 2010). Ulva tumbuh tersebar di daerah yang beriklim
empat hingga daerah tropis. Oleh karena itu, genus ini termasuk dalam golongan
pantai yang ditumbuhi alga bentik, bahkan dapat pula ditemukan di muara-muara
Secara umum, spesies Ulva sp.mengandung (dalam per 100 gram berat
bersih): air 18,7%, protein, 15-26%, lemak 0,1-0,7%, karbohidrat 46-51%, serat 2-
5% dan abu 16-23%, dan juga mengandung vitamin B1, B2, B12, C, dan E. Ulva
sp. tumbuh baik pada pH 7,5-9. Salinitasi yang baik untuk pertumbuhan Ulva
adalah 29-31,5%. Ulva hidup pada kisaran suhu 28-310C (Brotowidjaya dkk.,
1984).
Ulva memiliki vitamin yang baik dan profil mineral dan sangat kaya akan
bahwa Ulva dapat digunakan sebagai bahan makanan untuk berbagai spesies ikan.
Penggabungan Ulva dalam pakan dengan level yang rendah diketahui dapat
tahan terhadap penyakit dan mengurangi respon stress (Brotowidjaya dkk., 1984).
"cachiyugo". Selain itu Ulva juga digunakan sebagai salad dan sup. Ulva memiliki
kandungan Fe yang sangat tinggi. Ulva banyak dikonsumsi sebagai bahan makanan
D. Kandungan Bahan Aktif dari Selada laut (Ulva sp) Sebagai Antioksidan
Berdasarkan hasil uji fenolik dan flavonoid total ekstak Ulva lactuca
terikat pada karbon cincin aromatik sehigga dapat menangkap radikal bebas yang
dihasilkan dari reaksi peroksidasi lemak. Senyawa flavonoid akan
(Arbi:2016).
tanaman yang telah dipotong pada karang atau balok semen kemudian
Metode ini dapat dilakukan pada dasar perairan yang terdiri dari pasir,
dilakukan pada dasar perairan yang berkarang. Bibit diikat dengan tali
rafia yang kemudian diikatkan pada tali plastik yang direntangkan pada
pokok kayu atau bambu. Jarak antara dasar perairan dengan bibit yang akan
dilakukan berkisar antara 20-30 cm. Bibit yang akan ditanam berukuran
100-150 gram, dengan jarak tanam 20-25 cm. Penanaman dapat pula
beberapa rakit dapat dijadikan menjadi satu dan tiap rakit diberi jarak 1
plastik dan atau pada masing-masing simpul jaring yang telah direntangkan pada
rakit tersebut dengan ukuran berkisar antara 100 - 150 gram (Kamla, 2012).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
senyawa yang mampu mengatasi dampak negatif oksidan dalam tubuh seperti
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita sebagai tenaga teknis kefarmasian
dapat mengetahui betapa pentingnya pemanfaatan biota laut dalam bidang kesehatan
khususnya sebagai Antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwato, H., Istini, S., 2008. Rumput Laut,
Pembudidayaan, Pengolahan, dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Armita, D., 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air di Daerah Budidaya Rumput
Laut dengan Daerah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut, di Dusun Malelaya,
Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. [Skripsi].
Universitas Hasanuddin.
Edward, A., Sediadi., 2001. Pemantauan Kondisi Hidrologi di Perairan Raha Pulau
Muna, Sulawesi Tenggara dalam Kaitannya dengan Budidaya Rumput Laut.
Puslit Oseanografi.
Guiry, M.D., 2007. Seasonal Growth and Phenotypic Variation in Poryphyra
Linearis (Rhodophyta) populations on The West Coast of Ireland. Journal
of Phycology 43: 90-100.
Hartoko, Agus, Subiyanto., Umah Khaerol. 2013. Struktur Sedimen dan Sebaran Kerang
Pisau di Pantai Kejawan cirebon Jawa Barat. Journal of Management of Aquatic
Resources.2(3);65-73.
Indriani, H., Sumiarsih, E., 1991. Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kadi, A., Atmadja, W.S., 1988. Rumput Laut Jenis Algae. Reproduksi, Produksi,
Budidaya, dan Pasca Panen. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam
Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Pakidi., Calvin. Hidayat. 2016. Potensi dan Pemanfaatan Bahan Aktif Alga Coklat
Sargassum sp.Marauke.Papua. jurnal Ilmu Perairan dan Pertanian 5(2) 491-
495.
Papalia, S., 2013. Studi Tentang Sebaran Jenis dan Kepadatan Makro Algae di
Perairan Pantai Liang, Kabupaten Maluku Tengah. Proseding Seminar
Nasional Tahunan X, tgl 31 Agustus 2013 Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.