Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL JOURNAL REPORT (CJR)

BIOKIMIA

KELOMPOK 1
Disusun Oleh:
CYNTIA MAISARI
IRMAWATI SITUMORANG
LESTARI SIHOMBING
M.KHAIRUL AZMI
NETTY APPRILIANI L.TOBING

BIOLOGI DIK D 2017

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya,
sehingga saya mendapat kemudahaan dan kelancaran dalam menyelesaikan tugas mata kuliah
Biokimia. Oleh karna itu saya selaku penulis mengucapkan terimakasih selaku dosen pengampuh
mata kuliah Biokimia di Universitas Negeri Medan atas bimbingan dan segala kesempatan yang
telah di berikan kepada saya.

Tak lepas dari kekurangan, saya sadar bahwa critical jurnal riview ini masih jauh dari
kata sempurna. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi karya yang lebih baik dimasa
mendatang. Semoga critical jurnal riview ini membawa manfaat bagi pembaca dan bagi penulis
sendiri khususnya.

Medan, Maret 2019

PENULIS
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 1
BAB II HASIL RIVIEW JURNAL ........................................................... 2
A. Identitas Jurnal ........................................................................................... 2
B. Ringkasan Jurnal 1....................................................................................... 3
C. Ringkasan Jurnal 2....................................................................................... 5
D. Ringkasan Jurnal 3....................................................................................... 9
BAB III PENDAPAT................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbonhidrat, Lipit dan Protein sangatlah dibutuhkan oleh tubuh kita ,karena ketiga zat
tersebut berfungsi sebagai sumber energi yang dibutuh kan tubuh. Karbohidrat atau Hidrat Arang
adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil enersi, dimana setiap gramnya
menghasilkan 4 kalori. Dan fungsi biologis terpenting lipid di antaranya untuk menyimpan
energi, sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan molekul. Sedangkan
fungsi protein Selain itu pula protein juga berperan dalam sintesis hormon dan pembentukan
enzim dan antibodi.Protein juga dibutuhkan bagi tubuh dalam jumlah yang besar. Dan Asam
amino adalah komponen utama protein, yang ditemukan dalam semua organisme hidup dan
memainkan peranan dalam sel hidup. Zat ini dibutuhkan untuk perturnbuhan normal anak-anak
dan bagi orang-orang dewasa asam amino dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. Sehingga bila
kita kekurangan salah satu dari ketiga zat ini akan mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit
yang berbahaya bagi tubuh kita.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan critical jurnal review ini dapat dijabarkan
sebagai berikut.
1. Bagaimana review maupun ringkasan jurnal tersebut?
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan jurnal tersebut?
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penulisan
 Tujuan ini yaitu Mengkritisi Dua topik materi tentang Karbohidrat,Asam amino protein
dalam sebuah journal Bertujuan untuk memberikan uraian mengenai hal-hal yang baik dari
journal Karbohidrat,dan Asam amino protein . 
Manfaat yang ingin dicapai penyusun dalam penulisan critical jurnal review ini adalah
untuk mengajak pembaca lebih memahami secara mendalam mengenai Kedua jurnal tersebut
dan untuk menambah wawasan tentang Karbohidrat,dan Asam amino protein.serta untuk
mengetahui fungsinya dalam kehidupan sehari hari.
BAB II
HASIL REVIEW JOURNALm

A. Identitas Jurnal:
Jurnal I:
Judul : Pengaruh Waktu Perebusan Biji Nangka (Arthocarpus beteropbyllus Lamk)
Terhadap Kadar Karbohidrat, Protein, dan Lemak
Jenis Jurnal : Jurnal
Penulis : Selvi Yulianti, Ratman dan Solfarina
ISSN : 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)
Tahun : 2015

Jurnal II:
Judul : Protein quality and amino acid profiles of fish products available in poland
Jenis Jurnal : Jurnal Food Chemistry
Penulis : Zygmunt Usydus,Joanna
Volume : Volume XIII
Tahun : 2009

Jurnal III:
Judul : Nutritional Content and Amino Acid Profile of Juleh: A Balinese Traditional
Food Fermentation
Jenis Jurnal : Jurnal Journal of Health Sciences
Penulis : I Gusti Putu Sudita Puryana
Anak Agung Nanak Antarini
Volume : Vol. 2 No. 1
Tahun : 201
B .RINGKASAN JURNAL 1 :
Abstract
Jackfruit seeds are part of the jackfruit which were not used optimally. The seeds can be
eat directly after boiling and can also be changed as flour because it contains carbohydrates,
proteins, and fats. This study was conducted to test the levels of carbohydrates, proteins, and
fats of Jackfruit seeds after boiled at different times, i.e 15 minutes, 30 minutes, and 45 minutes.
Carbohydrates, proteins, and fats were determined successively using the phenol sulfuric acid,
the Kjeldahl and the Soxhlet extraction methods. Levels of carbohydrates atvarious boiling
timesof 15 minutes, 30 minutes, and 45 minutes were 49.06 %, 43.68 %, dan 42.75 %. . Levels of
proteinswere 3.928 %, 3.837 %, and 3.568 %, while levels of fatswere 5.40 %, 0.95 %, and 0.40
%. The results showed that the longer the boiling time affected to declining levels of
carbohydrates, proteins, and fats.
Keywords: Jackfruit seeds, carbohydrates, proteins, and fats.
Pendahuluan
Buah nangka yang dimanfaatkan secara umum adalah daging buahnya. Buah nangka
merupakan tumbuhan sumber nutrisi yaitu sebagai sumber vitamin, mineral dan kalori. Selain
buahnya, biji nangka pun kaya akan mineral dan vitamin (Molla, 2008). Menurut Suharti &
Alrasyid. (1993) berdasarkan kondisi daging, buah nangka dapat dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu: nangka bubur, nangka salak, dan nangka cimpedak. Buah nangka tepatnya memberikan
nutrisi bagi orang-orang di Negara ini sebagai sumber vitamin, mineral dan kalori. Seperti halnya
pada buahnya yang lembut dan matang bijinya pun kaya akan mineral dan vitamin (Molla,
2008).
Biji nangka diketahui mengandung karbohidrat, protein dan energi yang tidak kalah
dibandingkan buahnya. Begitu juga kandungan mineral, seperti kalsium dan fosfor. Biji nangka
memiliki potensi untuk digunakan sebagai substrat fermentasi M. purpureus, karena biji nangka
kaya unsur karbohidrat dan protein (Subhasree dkk., 2011). Hal ini mendorong beberapa peneliti
untuk mengolah biji nangka dalam berbagai bentuk olahan, misalnya: tepung yang digunakan
sebagai bahan baku industri makanan (campuran bahan makanan), seperti pembuatan dodol,
yogurt, tempe dan sereal instant bergizi (Purwanto, 2012). Pada umumnya perlakuan
pendahuluan dalam pengolahan biji nangka adalah perebusan yang berfungsi untuk
menghilangkan getah.
Metode
Peralatan yang digunakan yaitu Blender, labu kjeldahl, alat destilasi, buret, titrasi digital,
alat ekstraksi soxhlet, pemanas listrik, gelas kimia, timbangan analitik, pipet tetes, gelas ukur,
labu ukur, erlenmeyer, corong gelas/ plastik, pengaduk, botol semprot, kertas saring, pH meter,
spektrofotometer, alat destilasi, gegep, magnetik stiter dan stirer, dan stopwatch, aluminium foil,
dan desikator, oven, kertas saring, ayakan 80 mesh. Sedangkan bahanbahan yang digunakan
yaitu Heksana, Fenol 5%, HCI 0,01 N, Indikator Penolphtalein, K2 SO4, HgO, Larutan NaOH-
Na2S2O3, Asam Borat Jenuh, Aquades , H2SO4 Pekat, Kapas, Larutan Glukosa Standar.
- Preparasi Sampel
- Pembuatan Larutan Standar
- Analisis Kadar Karbohdrat
- Analisis Kadar Lemak
- Analisis Kadar Protein
- Analisa Data
Hasil dan Pembahasan
Data hasil kadar karbohidrat, protein, dan lemak yang diperoleh pada penelitian ini
disajikan dalam Gambar 1.
Karbohidrat
Penentuan karbohidrat pada biji nangkayang direbus dengan menggunakan variasi waktu
yang berbeda-beda yaitu 15 menit, 30 menit, dan 45 menit dengan menggunakan metode asam
fenol sulfat. Metode ini digunakan untuk mengukur total gula. Penentuan total gula didasarkan
pada metode (Dubois dkk., 1956).
Protein
Penentuan Protein pada biji nangka yang direbus dengan menggunakan metode analisis
kjeldahl. Prinsip metode ini yaitu bahan didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan
katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia yang terbentuk ditampung dan dititrasi
dengan bantuan indikator. Metode ini pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu makro
dan semimikro. Analisis protein dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses
destilasi dan tahap titrasi.
Lemak
Penentuan lemak pada biji nangka dengan menggunakan metode ekstraksi soxhlet.
Prinsip ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut. Dimana lemak merupakan trigliserida yang merupakan bagian dari kelompok lipida.
Trigliserida merupakan hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
Lemak yang berwujud cair banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan lemak yang
berwujud padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Dan asam lemak jenuh ini
memiliki titik cair yang lebih tinggi (Djaeni & Prsasetyaningrum, 2010).
Kesimpulan
Kadar karbohidrat, protein dan lemak yang didapatkan dari biji nangka dengan
menggunakan variasi waktu perebusan yang berbeda-beda ( 0 menit, 15 menit, 30 menit, dan 45
menit ) adalah (a) Karbohidrat: 49,06 %, 43,68 %, dan 42,75 %. (b) Protein: 3,928%, 3,837%,
dan 3,568%. (c) Lemak: 5,40%, 0,95% dan 0,40%. Jadi semakin lama waktu perebusan yang
dilakukan maka akan semakin menurun kadar karbohidrat, protein dan lemak.

B.RINGKASAN JURNAL 2
Abstrak
Analisis kimia dilakukan pada 18 varietas produk ikan paling populer di pasar Polandia (ikan
kaleng, asap, asin dan diasinkan dari berbagai spesies), diproduksi oleh produsen dan distributor
terbesar di negara ini. Isi zat nutrisi dalam produk ikan (protein, asam amino, dan lemak)
ditentukan. Untuk menilai kualitas nutrisi protein dalam produk ini, kecernaan protein
ditentukan, yang berkisar antara 77,0% hingga 98,7%, dan komposisi asam amino dari masing-
masing kelompok produk ini dibandingkan dengan protein standar yang direkomendasikan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, skor asam amino terkoreksi protein-kecernaan
(PDCAAS) dihitung. Relatif terhadap standar protein WHO, sebagian besar produk ikan yang
diuji mendapat nilai sangat tinggi, dengan nilai berkisar antara 0,9 dan 1,0. Studi ini menegaskan
bahwa dari segi jumlah keduanya dan kualitas, produk ikan di pasar Polandia dapat berfungsi
sebagai sumber penting asam amino esensial dan bahwa asam amino esensial yang mengandung
belerang dan lisin yang ada dalam produk ikan dapat melengkapi kekurangan protein nabati yang
sesuai. Namun, itu juga menunjukkan termal yang drastis proses, seperti sterilisasi, dapat
mempengaruhi kecernaan protein.
Pendahuluan
Asam amino memainkan peran sentral sebagai blok pembangun pro tein dan sebagai perantara
dalam metabolisme dan selanjutnya membantu menjaga kesehatan dan vitalitas. Ada 20 asam
amino yang bisa ditemukan dalam tubuh manusia, 18 di antaranya penting dalam manusia
nutrisi. Delapan asam amino tidak dapat disintesis de novo oleh manusia dan mamalia lain dan
karenanya harus dipasok dalam makanan; karena itu mereka disebut asam amino esensial. Asam
amino esensial adalah lisin, metionin, treonin, triptofan, isoleusin, leusin, fenilalanin, dan valin.
Kegagalan untuk mendapatkan cukup bahkan satu dari asam amino esensial menghasilkan
degradasi protein otot dalam tubuh. Apalagi ada sekelompok asam amino yang tidak normal
diperlukan dalam diet tetapi harus dipasok secara eksogen populasi tertentu dalam kondisi
khusus, seperti intensif pertumbuhan, stres, atau di beberapa negara penyakit. Seperti asam
amino yang dimiliki telah diklasifikasikan sebagai semi-esensial. Kelompok ini termasuk
histidin, serin dan arginin. Sisa asam amino (alanin, sistin, glisin, asam aspartat, asam glutamat,
prolin dan tirosin) disintesis oleh organisme dalam jumlah yang cukup dan karenanya
diklasifikasikan sebagai asam amino nonesensial. Selain itu, sistin dan tirosin dianggap oleh
beberapa penulis sebagai asam amino semi-esensial karena mereka masing-masing disintesis dari
metionin dan fenilalanin. Oleh karena itu, persyaratan total asam amino harus mencakup
jumlahmetionin + sistin (asam amino yang mengandung belerang) dan fen lalanin + tirosin (asam
amino aromatik). Memenuhi persyaratan seperti di atas, setara dengan jumlah yang dijumlahkan
saja, mungkin tidak cukup karena metionin dan fenilalanin tidak mungkindisintesis dari sistin
dan tirosin, masing-masing.
Kualitas gizi dari setiap protein makanan ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
- kandungan asam amino esensial dan nonesensial;
- Proporsi timbal balik dari asam amino esensial spesifik,
yang lebih disukai - harus serupa dengan yang ditemukan di pro teins tubuh;
- energi yang dipasok, yang penting untuk sintesis protein di
tubuh;
- kecernaan protein.
Kualitas protein dapat ditentukan sehubungan dengan komposisi protein standar, yang diakui
sebagai yang paling relevan untuk penilaian kualitas protein dalam nutrisi semua populasi.
Komposisi asam amino protein standar WHO telah dimodifikasi oleh Ahli Bersama Komite FAO
pada tahun 1991 (FAO / WHO, 1991), dengan relevansi untuk pengetahuan saat ini. Evaluasi
kualitas protein dilakukan berdasarkan jumlah asam amino pembatas. Ini adalah asam amino
esensial yang ditemukan dalam makanan di AS jumlah terkecil dibandingkan dengan protein
standar. Itu membatasi kandungan asam amino sangat mempengaruhi protein netto pemanfaatan,
yang merupakan perbandingan massa asam amino yang dikonversi dengan protein dibandingkan
dengan asam amino yang disediakan. Karena itu bahan makanan yang memiliki kekurangan
berbeda dalam amino esensial mereka profil asam dibandingkan dengan protein standar
seharusnya dicampur untuk konsumsi. Sebagai contoh, protein dari produk sereal dicirikan oleh
kandungan lisin yang rendah dan karenanya harus ditambah dengan protein yang kaya asam
amino ini sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan protein yang disediakan dalam diet.

2. Bahan-bahan dan metode-metode


2.1. Sampel
Sebanyak 240 sampel ikan kalengan, asap, asin, dan marinn diuji pada tahun 2005 dan 2006. Ini
adalah yang paling populer dari produk ikan di pasar Polandia. Sampelnya adalah dibeli dari
supermarket besar, toko kelontong, atau langsung dari produsen.
2.2. Analisis statistik
Analisis statistik dilakukan dengan statistik STAT paket perangkat lunak (Statistika, Versi 8.0);
T-tes dengan estimasi varians (uji Cohrana-Coxa) diterapkan untuk menguji perbedaan dalam
nilai rata-rata kecernaan protein dan asam amino konten di antara kelompok produk yang
dianalisis; makna level P <0,05 digunakan. Paprykarz dikeluarkan dari perhitungan statistik
karena kecernaan protein dan asam amino konten untuk produk kalengan ini ternyata berbeda
dari sampel yang di uji.
Pembahasan
Komposisi produk ikan yang dipilih dalam pasar Polandia dan kecernaan proteinnya ditunjukkan
pada Tabel 1. Minyak mentah Lainnya Masukan Tukar ke InggrisKomposisi produk ikan yang
dipilih dalam pasar Polandia dan kecernaan proteinnya ditunjukkan pada Tabel 1. Minyak
mentah protein (N 6.25), total lipid, dan kadar abu dari produk ikan diuji adalah 6,71-23,34%,
5,38-36,26%, dan 1,18-6,39%, masing-masing, berdasarkan berat basah. Kandungan lipid
tertinggi diamati untuk ikan yang dikalengkan dalam minyak (sekitar 30%) karena fakta bahwa
sampel terdiri dari seluruh konten dalam kaleng. Produk-produk lain terbuat dari makarel juga
ditandai dengan yang relatif tinggi konten lipid (sekitar 20%). Kandungan protein terendah
ditentukan dalam paprykarz (ikan disebarkan dengan nasi), dengan nilai rata-rata 6,71%. Produk
yang paling bernilai berkaitan dengan kandungan protein (di atas 20%) adalah merokok, salmon,
dan trout. Kualitas protein itu dievaluasi dengan penentuan kecernaan protein. Itu protein yang
paling mudah dicerna (pada 77%) ditemukan di paprykarz, mungkin karena adanya protein
beras, diketahui kurang dapat dicerna daripada protein hewani. Kecernaan protein dari sampel
yang tersisa bervariasi antara 90,6% dan 98,7%. Jadi, protein pada ikan kaleng ditandai oleh
kecernaan yang lebih rendah (antara 90,6% dan 95,4%) dibandingkan dengan produk yang
diasap, diasinkan. Skor untuk protein dalam produk ikan yang diuji dalam penelitian saat ini
berkisar antara 0,76 untuk merokok sprat hingga 1,0 untuk sebagian besar produk. Namun, ada
pendapat yang berlawanan yang mengklaim bahwa pemotongan nilai PDCAAS hingga 100%
hanya dapat dibenarkan dalam situasi di mana protein digunakan sebagai sumber tunggal energi
dalam makanan dan itu, untuk evaluasi signifikansi gizi protein sebagai bagian dari diet
campuran, nilai terpoton tidak boleh digunakan (Schaafsma, 2000). Selain itu, asam ami no
pembatas, secara tunggal, tidak mencerminkan nilai gizi protein dalam diet campuran, karena
ada contoh di mana konstituen satu protein dapat dilengkapi dengan yang lain. Untuk Misalnya,
protein biji-bijian memiliki PDCAAS sekitar 0,4-0,5, dibatasi olehl Lisin. Sebaliknya,
mengandung lebih dari cukup metionin jumlah. Protein kacang putih memiliki PDCAAS 0,6-0,7,
dibatasi oleh metionin, dan mengandung lebih dari cukup jumlah lisin. Ketika keduanya dimakan
dalam jumlah yang kira-kira sama dalam makanan, PDCAAS dari konstituen gabungan adalah
1,0, karena definisi asam amino cient dalam protein setiap konstituen dilengkapi oleh yang lain.
Kesimpulan
Produk-produk ikan ini adalah sumber lisin yang baik, yang sangat terbatas dalam sereal, bahan
pokok yang paling penting makanan di dunia. Penurunan pasokan lisin dalam makanan dapat
menyebabkan untuk cacat mental dan fisik karena merupakan prasyarat penting untuk sintesis de
novo glutamat, yang paling signifikan neurotransmitter dalam sistem saraf pusat mamalia
.Selanjutnya, asam amino esensial yang mengandung sulfur dalam produk ikan dapat menambah
kekurangan protein nabati yang sesuai. Jadi, itu protein dalam diet campuran dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk kesehatan konstitusi tubuh. Untuk menilai kualitas nutrisi protein dalam
produk ini, kecernaan protein ditentukan, yang berkisar antara 77,0% hingga 98,7%, dan
komposisi asam amino dari masing-masing kelompok produk ini dibandingkan dengan protein
standar yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, skor asam
amino terkoreksi protein-kecernaan (PDCAAS) dihitung. Relatif terhadap standar protein WHO,
sebagian besar produk ikan yang diuji mendapat nilai sangat tinggi, dengan nilai berkisar antara
0,9 dan 1,0.

C.RINGKASAN JURNAL 3
Abstark
Juleh adalah makanan khas di daerah Sibetan Karangasem Bali yang terbuat dari kacang koro
yang proses perebusan dan perendaman selama empat hari. Itu kemudian difermentasi secara
alami selama satu hari tanpa menggunakan bakteri khusus. Juleh dikonsumsi dengan cara
digoreng atau difermentasi selama sehari kemudian dicampur dengan rempah-rempah khas Bali
yang selanjutnya diaduk atau dibuat sup. Penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan
kandungan nutrisi, komposisi asam amino di Juleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kandungan gizi Juleh goreng lebih tinggi daripada yang difermentasi, dengan kadar protein
50,23%, kadar lemak 14,94%, dan kadar karbohidrat 28,24%. Fermentasi Juleh mengandung 15
jenis asam amino yang didominasi oleh asam glutamat yang menyebabkan rasa Juleh menjadi
lezat. Kandungan asam amino dalam fermentasi Juleh lebih tinggi dari semua jenis asam amino,
baik esensial maupun non-esensial, daripada kandungan asam amino dalam Seredele.
Pendahuluan
Kandungan nutrisi kacang Koro Benguk kering terdiri dari 29,8 g protein, 4,2 g lemak, 7,37 g
serat, 50,8 g karbohidrat, dan energi 1560,3 kj (Doss et al., 2011). Koro Benguk memiliki
kandungan asam amino esensial yang sangat tinggi yaitu 55,5% lebih tinggi dari kedelai yang
hanya 40% (Yuniastuti, 2008; Sudiyono, 2010). Menurut Retnaningsih (2014), selama proses
fermentasi meningkatkan protein dari 31,49 menjadi 33,03 dalam biji Koro Benguk. Makanan
yang telah mengalami proses fermentasi akan memberikan manfaat kesehatan yang lebih baik.
Fermentasi juga dapat mempengaruhi nilai / komposisi asam amino yang terkandung dalam
makanan (Deliani 2008). Makanan yang difermentasi dapat bersumber dari makanan hewani dan
nabati. Makanan fermentasi tradisional yang terkenal di Bali termasuk bebontot, tape, tempe,
seredele, brem, cuka, dll.Salah satu makanan dadih yang difermentasi adalah Juleh. Juleh adalah
makanan kacang fermentasi yang memiliki rasa khas dan merupakan makanan khas di
Kabupaten Karangasem. Di Kabupaten Gianyar, ada produk serupa tidak seperti Juleh tetapi
bahan yang berbeda adalah kedelai yang disebut "seredele", yang telah dieksplorasi oleh
beberapa peneliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kandungan nutrisi dan
asam amino yang terkandung dalam Juleh dan kemudian membandingkannya dengan kandungan
asam amino yang terkandung dalam Seredele.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi eksperimental, yang para peneliti menganalisa kandungan
nutrisi dari (lemak, protein, karbohidrat, dan asam amino), kadar abu, kadar air dalam Juleh
produk fermentasi yang diproduksi di Sibetan Village, Karangasem. Sampel data penelitian Juleh
dilakukan di Sibetan Village, Karangasem. Analisis proksimat (lemak, protein, karbohidrat,
kadar abu, dan kadar air) dan antioksidan dilakukan di Universitas Udayana, Fakultas Pertanian
Laboratorium Unit Pelayanan.
Pengujian asam amino dilakukan di Laboratorium Sentral, IPB Bogor. Penelitian ini
dilakukan di Juni-Oktober 2016. Pengumpulan data primer dalam bentuk kadar air, kadar abu,
lemak, protein, karbohidrat dan asam amino konten. Sampel diuji oleh pengukuran langsung. Hal
itu diperoleh melalui hasil analisis kadar air dengan metode Oven (SNI 01 - 2891-1992 titik 5.1,
makanan dan uji minuman metode), kandungan lemak dengan metode Soxhlet, kadar abu
ditentukan dengan metode kering (SNI 01-2891 -. 1992 titik 6,1 metode uji makanan dan
minuman). Kadar protein ditentukan dengan metode Kjeldahl Semi-mikro (SNI 01-2891-1992
titik 7 metode uji makanan dan minuman).
Karbohidrat ditentukan oleh analisis proksimat ( disebut juga Karbohidrat oleh
Difference) dan kandungan asam amino minuman). karbohidrat ditentukan oleh analisis
proksimat ( disebut juga Karbohidrat oleh Difference) dan kandungan asam amino minuman).
karbohidrat ditentukan oleh analisis proksimat ( disebut juga Karbohidrat oleh Difference) dan
kandungan asam amino minuman). karbohidrat ditentukan oleh analisis proksimat ( disebut juga
Karbohidrat oleh Difference) dan kandungan asam amino minuman). karbohidrat ditentukan oleh
analisis proksimat ( disebut juga Karbohidrat oleh Difference) dan kandungan asam amino
dengan metode HPLC. Prosedur penelitian dilakukan dalam tiga langkah, yaitu, persiapan,
pelaksanaan, dan analisis data. dengan metode HPLC. Prosedur penelitian dilakukan dalam tiga
langkah, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan analisis data. dengan metode HPLC. Prosedur
penelitian dilakukan dalam tiga langkah, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan analisis data.
1. Persiapan Langkah ini dilakukan untuk mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan selama
langkah-langkah implementasi. Sampel data dilakukan di Juleh tempat produksi yang ada di
Sibetan Village, Karangasem dengan menggunakan kantong plastik steril.
2. Pelaksanaan Dalam langkah-langkah implementasi, analisis dilakukan termasuk: a) analisis
isi air, b) Fat Level, c) Ash Content, d) tingkat Protein, e) tingkat Karbohidrat, dan f) Asam
Amino Konten. Analisis 3. Data Data yang diperoleh dari hasil uji di laboratorium berikutnya
disajikan dalam bentuk tabel atau grafik dan diriwayatkan sesuai dengan literatur yang relevan.
Hasil Pembahasan
Juleh hanya diiris memiliki-hitam kecoklatan warna kehitaman, dengan tekstur yang
sedikit lembut dan aroma kacang direndam. Juleh goreng memiliki tekstur keras dengan coklat,
dan rasa gurih, sedangkan, fermentasi Juleh memilikikecoklatan keunguan dari warna putih,
tekstur yang lembut, dan aroma yang khas. Hasil analisis laboratorium dilakukan untuk Koro
kacang mentah, Juleh, goreng Juleh, dan fermentasi Juleh. Analisis laboratorium empat sampel
termasuk analisis asam amino dan kandungan gizi (lemak, protein, karbohidrat, abu, dan kadar
air). Komposisi dan asam amino konten terdiri dari sampel dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Analisis
1. Tingkat Lemak
Tingkat lemak tertinggi ditemukan di Juleh goreng. Hal ini disebabkan oleh sisa minyak
dalam proses penggorengan dari Juleh. Tingkat terendah lemak di Juleh fermentasi disebabkan
oleh trigliserida yang sudah dihidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kehadiran enzim
lipase. Kehadiran jamur dari lipolitik dalam fermentasi Juleh akan memanfaatkan asam lemak
bebas dalam energi (Mayasari 2012). Dalam proses lipase. Kehadiran jamur dari lipolitik dalam
fermentasi Juleh akan memanfaatkan asam lemak bebas dalam energi (Mayasari 2012). Dalam
proses lipase. Kehadiran jamur dari lipolitik dalam fermentasi Juleh akan memanfaatkan asam
lemak bebas dalam energi (Mayasari 2012).
Dalam proses pembuatan Juleh adalah proses perendaman selama empat hari, hasil ini
karena penurunan kandungan lemak dari sampel. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kasita et
al. (2016), yang menyatakan bahwa dengan proses perendaman, kandungan lemak dari makanan
tepung dengan hasil penelitian Kasita et al. (2016), yang menyatakan bahwa dengan proses
perendaman, kandungan lemak dari makanan tepung dengan hasil penelitian Kasita et al. (2016),
yang menyatakan bahwa dengan proses perendaman, kandungan lemak dari makanan tepung
kedelai menurun disebabkan oleh proses hidrolisis lemak dari air untuk asam lemak dan gliserol,
lemak dalam bentuk asam cenderung larut dalam perendaman media yang.
level
2. Protein
The Juleh yang difermentasi terjadi penurunan kadar protein; ini adalah dengan hasil
penelitian Andarti & Wardani (2015) yang menyatakan bahwa selama proses fermentasi tingkat
protein miso menurun karena proses pecah Andarti & Wardani (2015) yang menyatakan bahwa
selama proses fermentasi tingkat protein miso menurun karena proses pecah protein menjadi
asam amino dan peptida rantai pendek. Mikroorganisme proteolitik tumbuh selama proses
fermentasi dapat menurunkan protein menjadi dipeptida dan kemudian menjadi hilang NH3 dan
N2 senyawa dengan penguapan. Tingkat protein yang tinggi dalam Juleh goreng dapat
disebabkan karena kandungan air rendah, oleh karena itu, mengenai jumlah yang sama analisis
untuk semua sampel dari tingkat protein dalam bentuk tertinggi goreng Juleh.

3. Tingkat Karbohidrat
Hasil analisis karbohidrat menunjukkan bahwa tingkat karbohidrat tertinggi ditemukan di
kacang Koro dan tingkat karbohidrat terendah ditemukan di Juleh setelah perendaman, hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarifudin (2016) yang terendah ditemukan
di Juleh setelah perendaman, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Syarifudin (2016) yang terendah ditemukan di Juleh setelah perendaman, hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarifudin (2016) yang menyatakan bahwa waktu
perendaman yang lama, dengan demikian, tingkat karbohidrat yang lebih rendah. Menurut Suarti
et al. menyatakan bahwa waktu perendaman yang lama, dengan demikian, tingkat karbohidrat
yang lebih rendah.
Menurut Suarti et al. (2013), bahan direndam akan memperluas dan menjadi
semipermeabel, oleh karena itu, molekul dari senyawa organik, seperti gula (2013), bahan
direndam akan memperluas dan menjadi semipermeabel, oleh karena itu, molekul dari senyawa
organik, seperti gula dan asam amino bebas dapat menembus dinding sel dan kemudian larut
dalam air perendaman. Selama proses perendaman, akan ada pembubaran zat terlarut, tidak
seperti karbohidrat dan vitamin yang dicuci dalam perendaman.
Selama proses fermentasi, ada juga penurunan kadar karbohidrat dibandingkan dengan
bahan baku. Menurut Zuhro et al. (2015), selama proses fermentasi, ada juga penurunan kadar
karbohidrat dibandingkan dengan bahan baku. Menurut Zuhro et al. (2015), selama proses
fermentasi, ada juga penurunan kadar karbohidrat dibandingkan dengan bahan baku. Menurut
Zuhro et al. (2015), selama proses fermentasi, komponen dalam materi akan hilang dan
dilarutkan dalam air selama proses fermentasi
4. Air
Ketinggian air tertinggi adalah di fermentasi Juleh karena kerusakan komponen makanan
oleh mikroba selama proses fermentasi. Padahal, tingkat air terendah adalah di Juleh goreng
karena proses penguapan selama proses penggorengan.
5. Tingkat Ash
Tingkat abu dalam makanan tergantung pada jenis makanan dan terkait dengan jenis
mineral yang terkandung dalam bahan makanan. Ini adalah bahan meninggalkan akhir ketika
makanan dibakar pada suhu 500-800 Hai C. Tingkat abu tertinggi ditemukan di Juleh goreng
4,2309. Hal ini adalah bahan meninggalkan akhir ketika makanan dibakar pada suhu 500-800
Hai C. Tingkat abu tertinggi ditemukan di Juleh goreng 4,2309. Hal ini adalah bahan
meninggalkan akhir ketika makanan dibakar pada suhu 500-800 Hai C. Tingkat abu tertinggi
ditemukan di Juleh goreng 4,2309. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sundari
et al., (2015) sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sundari et al., (2015) menyatakan
bahwa bahwa makanan yang digoreng akan meningkatkan tingkat abu.
6. Asam Amino
Dapat dilihat bahwa hasil pengujian pada asam amino dilakukan dari Koro kacang
sampel, Juleh, goreng Juleh, dan Juleh fermentasi menunjukkan asam amino terdeteksi dengan
metode HPLC sekitar 15 jenis asam amino yang terdiri dari 8 jenis dari asam amino esensial dan
tujuh jenis asam yang tidak penting. Kandungan asam amino di Juleh menurun bila dibandingkan
dengan kandungan asam amino dalam biji Koro baku.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah et al. (2014)
menyatakan dengan kandungan asam amino dalam biji Koro baku. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah et al. (2014) menyatakan bahwa penurunan asam amino
dalam proses mendidih karena sifat asam amino mudah larut dalam proses perebusan. Proses
pembuatan Juleh telah melalui proses perendaman dan perebusan cukup lama banyak asam
amino yang terdenaturasi selama proses mendidih dan larut dalam air pada proses perendaman
dilakukan selama empat hari.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konten termasuk lemak, protein, dan
karbohidrat dalam goreng Juleh lebih tinggi dari Juleh fermentasi. Kadar air tertinggi ditemukan
di Juleh fermentasi, dan kadar air terendah di goreng Juleh. Kadar abu tertinggi ditemukan di biji
mentah, dan terendah di Juleh fermentasi. Kandungan asam amino dari fermentasi Juleh lebih
tinggi dari asam amino dari Seredele.
BAB III
PENDAPAT
A. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
 JURNAL 1
 Kelebihan
Pada jurnal ini setiap isi sub judulnya dijelaskan secara jelas dan padat
sehingga pembaca lebih mudah mengetahui isi dari jurnal dan tidak cepat bosan untuk membaca
jurnal ini. Kemudian pada jurnal dibuat tabel hasil percobaan yang mudah dipahami pembaca
dan hasil juga dideskripsikan dengan beberapa paragraf. Simpulan dituliskan dalam 1 paragraf
yang berisi hasil percobaan dan merupakan inti dari jurnal ini.
 Kelemahan
Pada jurnal ini abstrak hanya dituliskan dalam Bahasa Inggris sehingga bagi pembaca
yang belum mahir berbahasa Inggris cukup sulit memahami isi dari abstrak. Masih terdapat
kesalahan penulisan seperti Kesimpulan yang harusnya ditulis dengan kata Simpulan.
 JURNAL 2
 Kelebihan
Abstrak pada jurnal ini sudah menjelaskan hasil pembahasan secara rinci ,sehingga kita
bisa melihat abstraknya saja tanpa harus membaca isinya dan pada jurnal juga disertakan tebel
dan grafik pada pembahasan .
 Kekurangan
Pada jurnal ini sehingga jika kita tidak memahami dan menterjemahkan dengan baik
maka kita tidak akan mengerti dan pada jurnal ini tidak dicantumkan kota terbitnya .
 JURNAL 3
 Kelebihan
Temuan pada jurnal ini dapat dibuktikan keabsahannya melalui perhitungan analisis
kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dalam penentuan unsure asam amino yang
terkandung di dalam “Juleh”. Dapat dilihat bahwa hasil pengujian pada asam amino
dilakukan dari Koro kacang sampel, Juleh, goreng Juleh, dan Juleh fermentasi menunjukkan
asam amino terdeteksi dengan metode HPLC sekitar 15 jenis asam amino yang terdiri dari 8
jenis dari asam amino esensial dan tujuh jenis asam yang tidak penting. Kandungan asam
amino di Juleh menurun bila dibandingkan dengan kandungan asam amino dalam biji Koro
baku.

 Kekurangan
Hasil temuan jurnal tidak disertai dengan penerapannya dan cara pembuatannya
agar dapat digunakan atau dapat di manfaatkan oleh orang awam.Tabel dan grafik yang
disertakan memuat banyak data yang tidak ada penjelasannya.
Berdasarkan dari judul jurnal yaituKonten gizi dan Juleh Profil Asam Amino:
Bali Makanan Fermentasi Tradisional di dalam jurnal tersebut hanya sedikit memberikan
penjelasan mengenai konten gizi dan asam amino apa saja yang terkandung dalam “Juleh”.
Daftar Pustaka

 I Gusti Putu Sudita Puryana, A. A. (2018). Nutritional Content and Amino Profile of Juleh :
A Balinese Tradisional Food Fermentation. International Journal of Health Science , 1-10.

 Selvi Yulianti, R. d. (2015). Pengaruh Waktu Perebusan Biji Nangka (Artocarpus


beterophyllus Lamk) Terhadap Kadar Karbohidrat, Protein, dan Lemak. Jurnal Akademika
Kimia , 210-216.
 Zygmunt Usydus, J. S.-R. (2009). Protein Quality and Amino Acid Profilles of Fish
Products Available in Poland. Journal Food Chemistry , 139-145.

Anda mungkin juga menyukai