MAKALAH
ANALISIS TERAPAN
ANALISIS BAHAN KIMIA DALAM BAHAN PANGAN (MIKRO)
DISUSUN OLEH
KELOMPOK V
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
2|Analisis bahan kimia dalam bahan pangan(mikro)
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Analisis Bahan
Kimia Dalam Bahan Pangan (Mikro)”. Penulisan makalah ini merupakan suatu
usaha untuk memenuhi tugas dari mata kuliah analisis terapan.
Penyusun berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Tim Penyusun
Kelompok V
3|Analisis bahan kimia dalam bahan pangan(mikro)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
1.1 LatarBelakang.................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 5
1.3 Tujuan.............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 6
2.1 Metode Analisis Vitamin................................................................. 6
2.2 Metode Analisis Mineral.................................................................. 11
2.3 Metode Analisis Enzim.................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
4|Analisis bahan kimia dalam bahan pangan(mikro)
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Vitamin dapat dibedakan antara yang larut dalam air dan larut dalam lemak.
Vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B kompleks dan C sedangkan vitamin
yang larut dalam lemak yaitu A, D, E dan K. Vitamin C atau asam askorbat adalah
vitamin yang mudah larut dalam air dengan rumus molekul C6H8O6 dengan titik cair
190-192oC, bersifat mudah teroksidasi, tidak tahan panas dan stabil dalam kondisi
asam. Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam L-
dehidroaskorbat; keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C.
Sumber vitamin C adalah buah-buahan seperti jeruk, jambu biji, mangga, dan
lain-lain. Selain itu juga terdapat pada sayuran terutama yang berdaun hijau. Pada
buah yang segar (tidak di masak) kandungan vitamin C lebih tinggi dibandingkan
dengan buah yang dimasak. Untuk mengetahui kandungan vitamin C pada bahan
pangan dapat dilakukan dengan metode penentuan vitamin C dengan 2,6 D (Na-
dikhlorofenol) dan titrasi iodin.
Saat ini banyak sekali produk vitamin yang beredar di pasaran diantaranya
adalah vitamin B1, B2 dan B6. Vitamin B1 mengandung seyawa thiamin atau dalam
bentuk murninya adalah thiamin hidroklorida. Vitamin tersebut dapat mencegah
7|Analisis bahan kimia dalam bahan pangan(mikro)
penyakit beri-beri dan berperan sebagai koenzim. Vitamin B2 dan B6 pada dasarnya
memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda, yakni berperan penting dalam metabolisme
pembentukan energi yang diperlukan sel-sel otak.
yaitu Novi Yantih (2009) melakukan analisis pemisahkan delapan vitamin larut air
secara kromatografi pasangan ion; Ahmet Hasimoglu, dkk, (2018) melakukan analisis
KCKT fase terbalik untuk menentukan vitamin B1, B2, B3, B6 dan C dalam sedeiaan
bubuk oral yang dikonsumsi hewan; Ni Luh Kasih Ariani , dkk, (2015) melakukan
analisis dengan membandingkan analisis KCKT eluasi gradien dengan isokratik
dalam menentukan vitamin B1, B2 dan B6 pada sediaan sirup multivitamin secara
simultan; Syeda Kiran Shahzadi, dkk, (2018) melakukan analisis vitamin B1, B2, B6
dan asam folat dalam sediaan multivitamin secara KCKT fase terbalik; dan Devi
Velmurugan, dkk, (2018) melakukan analisis mengembangkan metode KLTKT yang
sederhana untuk estimasi simultan formulasi vitamin larut air B1, B2 dan B6 dalam
bentuk sediaan tablet kombinasi dan memvalidasi metode sesuai pedoman ICH.
Suatu pengembangan metode perlu dilakukan uji validasi, metode baru yang
dihasilkan bisa digunakan jika hasil uji validasi yang dilakukan memenuhi
persyaratan. Parameter yang perlu dilakukan meliputi uji linieritas, uji presisi, uji
akurasi, LOD dan LOQ.
A. Analisis kualitatif
KLTKT (kromatografi lapis tipis kinerja tinggi)
Larutan vitamin C murni dan larutan ekstrak sampel, (1:1) ditotolkan dengan
pipet mikro 2 µL bersama-sama pada lempeng KLTKT dengan jarak 1,5 sampai 2 cm
dari tepi bawah lempeng KLTKT dan jarak rambat, beri tanda pada jarak rambat.
Setelah kering lempeng KLTKT dimasukkan ke dalam chamber yang berisi cairan
pengelusi etanol : asam asetat (9,5 : 0,5). Larutan fase gerak dalam bejana harus
mencapai tepi bawah lapisan penyerap, totolan jangan sampai terendam. Tutup bejana
diletakkan pada tempatnya dan biarkan sistem hingga fase gerak merambat sampai
batas jarak rambat. Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan di udara, dan bercak
diamati dengan lampu UV 254 nm. Diukur dan dicatat tiap-tiap bercak dari titik
penotolan. Tentukan harga Retardation factor (Rf) dan harga Retardation relative (Rr)
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan teknik pemisahan yang
luas digunakan untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel
baik di bidang farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri makanan
(Gandjar, 2012). KCKT adalah suatu teknik pemisahan dengan menggunakan padatan
sebagai fase diam (stationary phase) dan cairan sebagai fase gerak (mobile phase)
(USP XXX).
10 | A n a l i s i s b a h a n k i m i a d a l a m b a h a n p a n g a n ( m i k r o )
Contoh penggunaan KCKT yaitu Penetapan Kadar INH dan Vit B6 dalam
Sediaan Sirup. Sampel sirup dipipet 1 mL setara dengan 20 mg INH dan 2 mg vit B6.
Sampel dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, dilarutkan dengan fase gerak sampai
tanda. Kemudian larutan disonikasi selama 10 menit. Larutan sampel INH dan vit B6
disaring dengan nylon 0,45µm dengan bantuan pompa vakum kemudian diinjeksikan
sebanyak 20 µL ke sistem KCKT dan di deteksi pada panjang gelombang 280 nm
dengan laju alir 1,2 mL/menit kemudian dihitung kadarnya. Larutan dipipet 1 mL,
dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, diencerkan dengan fase gerak sampai garis
tanda. Larutan disonikasi selama 2 menit dan disaring dengan membran nylon,
kemudian diinjeksikan sebanyak 20 µL ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang
gelombang 280 nm dengan laju alir 1,2 mL/menit. Kemudian dihitung kadarnya.
Kadar INH dan vit B6 dalam sampel dapat dihitung degan mensubtitusikan luas area
sampel pada Y dari persamaan regresi : Y=bx+a. Penetapan kadar dilakukan replikasi
6 kali. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sampel B
Vitamin larut air memiliki karakteristik beragam, yaitu ada yang bersifat asam,
basa, dan netral, sehingga dalam larutan akan terdapat dalam bentuk molekul yang
netral atau ionik. Asam askorbat bersifat asam dan dalam larutan basa akan
terionisasi, sementara itu tiamin hidroklorida, nikotinamida, sianokobalamin, dan
piridoksin hidroklorida terionisasi dalam asam dengan karakteristik yang berbeda.
11 | A n a l i s i s b a h a n k i m i a d a l a m b a h a n p a n g a n ( m i k r o )
Pada sistem, senyawa ionik akan membentuk pasangan ion dengan pereaksi pasangan
ion dan akan terpartisi di antara fase gerak dan fase diam sebagai spesi netral. Bila
tidak ada pereaksi pasangan ion, senyawa ionik tidak diretensi oleh kolom fase balik
dan akan ter-elusi secara spontan atau kromatogramnya akan membentuk ekor.
Pemisahan dalam KPI sangat dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi pereaksi
pasangan ion yang digunakan. Pasangan ion golongan asam alkilsulfonat
(−SO3(CH2)nCH3) dengan n antara 4−7 dapat membentukpasangan ion dengan basa
kuat dan lemah Larutan natrium heksansulfonat dipilih sebagai pereaksi pasangan
ion karena selain dapat membentuk pasangan ion dengan kation kuarterner tiamin,
nikotinamida, dan piridoksin dalam larutan asam juga diharapkan memberikan waktu
retensi yang tidak terlalu besar (4,5). Tujuh vitamin larut air (asam askorbat, tiamin
hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, piridoksin hidroklorida, asam folat, dan
menadion natrium bisulfit) telah berhasil dipisahkan menggunakan kolom fase balik
C8dengan fase gerak metanol-air (24,5:75,5)
B. Analisis Kuantitatif
Beberapa metode yang cocok digunakan untuk analisa kuantitatif vitamin A
adalah dengan menggunakan metode spektrofotometri UV- Vis, metode kolorimetri
dan metode Kromatografi. Untuk penelitian ini peneliti menggunakan metode
Spektrofotometri UV- Vis. Vitamin A dapat di analisa kuantitatif dengan metode
spektrofotometri UV-Vis karena mempunyai absorbansi maksimal pada panjang
gelombang antara 325 nm sampai 328 nm dalam berbagi pelarut. Cara penetapan
harus dilakukan secepat mungkin dan terlindung dari cahaya (Sudjadi dan Rohman,
2008).
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian kali ini adalah Vitamin A yang
beredar di wilayah kabupaten kendal, kloroform dan bahan atau cairan lain yang
diperlukan. Alat- alat yang digunakan adalah Peralatan yang digunakan dalam
penelitian kali ini adalah Spektrofotometer ultraviolet visibel (Cary 60), Komputer,
cuvet (quartz cell), labu takar 50 ml dan 100 ml (Pyrex), pipet volum, 5, 10, 25 ml
12 | A n a l i s i s b a h a n k i m i a d a l a m b a h a n p a n g a n ( m i k r o )
(Pyrex), pipet mikro, timbangan elektrik (Pioneer), beaker glass 100, 250, 500 ml
(Pyrex), mortir, stamper dan peralatan lain yang digunakan. Jenis penelitian yang
digunakan untuk penyusunan dan penulisan Karya Tulisi Ilmiah ini adalah analisa
kuantitatif tablet retinol (vitamin A) yang beredar di wilayah kabupaten Kendal
secara spektrofotometri UV-Vis.
Uji kuantitatif vitamin C dilakukan dengan penetapan kadar secara
spektorofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 570 nm dengan menggunakan
ammonium molibdat sebagai senyawa yang mampu memberikan warna pada vitamin
C sehingga absorbannya dapat terukur di daerah visible. Pada uji ini, digunakan
vitamin C baku sebagai pembanding dan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
sebagai sampel uji, dimana untuk pembanding dibuat 7 seri konsentrasi (20, 30, 40,
50, 60, 70 dan 80 ppm). Masing-masing konsentrasi ditambahkan 4 mL asam sulfat
5%. Penambahan asam sulfat bertujuan untuk memberikan suasana asam pada saat
reaksi pembentukan warna, lalu dicukupkan volumenya dengan ammonium molibdat
5% sampai batas tanda. Kemudian diinkubasi selama 30 menit. Hal ini dilakukan agar
selama masa inkubasi, terjadi reaksi yang sempurna antara vitamin C dan ammonium
molibdat. Setelah itu dilakukan pengukuran dengan spektofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang 570 nm diperoleh persamaan regresi linier yaitu y = 0,0949x +
0,1621 dengan nilai koefisien determinasi 0,9905.
Uji kuantitatif β-karoten dilakukan dengan penetapan kadar secara
spektorofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 450 nm. Pada uji ini, digunakan
β-karoten baku sebagai pembanding dan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
sebagai sampel uji, dimana untuk pembanding dibuat 5 seri konsentrasi (25, 30, 35,
40, 45 dan 50 ppm). Masing-masing konsentrasi dilakukan pengukuran dengan
spektofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 450 nm. Diperoleh persamaan
regresi linier yaitu y = 0,0901x + 0,1908 dengan nilai koefisien determinasi 0,9939.
mL (1000 ppm). Dari konsentrasi 1000 ppm, diencerkan sampai 100 ppm dengan
cara dipipet 1 ml, lalu dimasukkan dalam labu ukur 10 mL, lalu dicukupkan
volumenya sampai batas tanda dengan eter (dilakukan replikasi 3 kali).Diukur
serapannya pada panjang gelombang 450 nm dan diperoleh kadar rata-rata β-karoten
yaitu 3,31mg/g.
2010). Peralatan tersebut relatif mahal dan sedikit dimiliki oleh laboratorium
pengujian di Indonesia, sehingga tidak bisa diaplikasikan bila harus melakukan
analisis yang rutin dan berulang.
Untuk mengatasi kekurangan di atas, maka diperlukan penelitian tentang
pengembangan metode analisis penetapan kadar kalsium dan magnesium secara
simultan dalam kacang kedelai (Glycine max (L.) Merill). Metode yang dapat
digunakan adalah metode spektrofotometri UV-Vis derivatif karena mempunyai
beberapa keuntungan, yaitu relatif lebih sederhana, alat dan biaya operasional yang
lebih murah, dan waktu analisisnya lebih cepat. Serta dapat memberikan hasil dengan
akurasi dan presisi yang baik (Hayun et al., 2006). Kelebihan utama dari metode
spektrofotometri derivatif yaitu kemampuannya dalam meningkatkan pemisahan pita
serapan dari spektrum yang tumpang tindih, mendeteksi dan menentukan panjang
gelombang yang dapat memisahkan senyawa sasaran dari spektrum yang kompleks,
dan mengurangi gangguan yang disebabkan penghamburan dan serapan senyawa lain
(Popovic et al., 2000). Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai validasi
metode spektrofotometri UV-Vis derivatif sebagai metode penetapan kadar kalsium
dan magnesium secara simultan dalam kacang kedelai. Dengan parameter validasi
yakni selektif, linear, akurat, presisi, dan sensitif.
B. Analisis kuantitatif
Uji kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Metode
spektrofotometri serapan atom memiliki beberapa keuntungan antara lain
pelaksanaannya relatif cepat, kecepatan analisisnya tidak memerlukan pemisahan
pendahuluan dan dapat menentukan konsentrasi unsur dalam jumlah yang sangat
rendah (Khopkar, 2003, Rohman, 2007, Christian, 1996).
dan untuk menentukan kadar logam di dalam sampel dengan interval kepercayaan
95%,
α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus:
Kadar Logam : µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / √n )
pencernaan dan kerja pankreas. Bahan pangan yang melalui pemasakan (pemanasan)
akan menginaktifkan enzim-enzim alami pada makanan segar. Konsumsi makanan
yang dimasak dalam waktu lama, akan menyebabkan kekurangan enzim secara kronis
(chronic enzyme deficiency) yang memberi kecenderungan pada penyakit kanker.
Tes enzim adalah metode laboratorium untuk mengukur aktivitas enzimatik . Mereka
sangat penting untuk mempelajari kinetika enzim dan penghambatan enzim .
Semua pengujian enzim mengukur konsumsi substrat atau produksi produk dari
waktu ke waktu. Ada banyak metode berbeda untuk mengukur konsentrasi substrat
dan produk, dan banyak enzim dapat diuji dengan beberapa cara berbeda. Ahli
biokimia biasanya mempelajari reaksi yang dikatalisis oleh enzim menggunakan
empat jenis eksperimen:
A. Analisis kualitatif
Eksperimen tingkat awal .
Dalam eksperimen ini, perilaku reaksi dilacak selama transien cepat awal saat
perantara mencapai periode kinetika kondisi-mapan. Eksperimen ini lebih
sulit dilakukan daripada salah satu dari dua kelas di atas karena eksperimen
tersebut memerlukan teknik khusus (seperti fotolisis flash senyawa sangkar)
atau pencampuran cepat (seperti aliran terhenti , aliran yang dipadamkan, atau
aliran kontinu).
Eksperimen relaksasi
Pengujian enzim dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan metode
pengambilan sampelnya: pengujian kontinu , di mana pengujian tersebut memberikan
pembacaan aktivitas secara terus menerus, dan pengujian terputus – putus , di mana
21 | A n a l i s i s b a h a n k i m i a d a l a m b a h a n p a n g a n ( m i k r o )
B. Analisis kuantitatif
BAB III
PENUTUP
24 | A n a l i s i s b a h a n k i m i a d a l a m b a h a n p a n g a n ( m i k r o )
3.1 Kesimpulan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer dari manusia selain sandang dan
papan. Pangan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu
dibutuhkan suatu jaminan bahwa pangan yang dikonsumsi sehari-hari oleh manusia
memiliki tingkat keamanan yang tinggi, sehingga manusia dapat bebas dari serangan
penyakit atau bahaya yang berasal dari makanan.
3.2 Saran
Berdasarkan makalah yang dibuat ini, penulis berharap agar makalah ini dapat
dijadikan acuan dalam belajar dan penulis selaku penyusun menyadari bahwa
makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan agar
pembuatan makalah berikutnya yang hampir sama dengan ini diharapkan lebih baik.
DAFTAR ISI
25 | A n a l i s i s b a h a n k i m i a d a l a m b a h a n p a n g a n ( m i k r o )
Yuniati, R, Nugroho, T.T dan Puspita, F. (2015). Uji Aktivitas Enzim Protease dari
Isolat Bacillus sp. Galur Lokal Riau. JOM FMIPA. 1(2): 116-122.