KERACUNAN MAKANAN
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Keracunan Makanan ” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak
lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada rekan-
rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah
ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang
penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang
telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga
kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya
makalah lain yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa
memberikan banyak manfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
keracunan pangan yang terjadi di Indonesia masih cukup tinggi. Dan dari
seluruh kasus tersebut, sebagian besar ternyata terjadi di rumah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisidari keracunan makanan?
2. Bagaimana etiologi dari keracunan makanan?
3. Bagaimana patofisiologi dari keracunan makanan?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari keracunan makanan?
5. Bagaimana management medis dari keracunan makanan?
6. Bagaimana pathway dari keracunan makanan?
7. Bagaimana asuhan keperawatan teori untuk kasus keracunan makanan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari keracunan makanan
2. Untuk mengetahui etiologi dari keracunan makanan
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari keracunan makanan
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari keracunan makanan
5. Untuk mengetahui management medis dari keracunan makanan
6. Untuk mengetahui pathway dari keracunan makanan
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori untuk kasus keracunan
makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
- Streptokkkus
2. Bahan Kimia
- Peptisida golongan organofosfat
- Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
- Jamur
- Keracunan Singkong
- Tempe Bongkrek
- Bayam beracun
- Kerang
- Jengkol
- Ikan laut
4. Bakteri
- Listeria.
- Shigella.
- Amoebiasis.
- Giardiasis.
- Cryptosporidiosis.
2.1.3 Patofisiologi
Makanan yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-macam,
baik ragam jenis makanan itu. Makanan yang sehat dapat dikatakan
makanan yang layak untuk tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik
seketika maupun mendatang. Dalam mengkonsumsi makanan perlu
diperhatikan tentang kebersihan makanan, kesehatan, serta zat gizi yang
terkandung di dalam makanan tersebut. Hendaknya kita harus pandai
dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi supaya makanan
tersebut bebas dari zat-zat yang dapat memasuki tubuh seperti toksik
atau racun.
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di
lambung akan mengadakan perlawanan diri terhadap benda atau zat
asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung
akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya.
5
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal
2.1.5 Management Medis
Menurut Bahri, Sigit, dkk (2012) management medis umum untuk
keracunan makanan antara lain :
1) Penatalaksanaan Kegawatan
- Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan
inkubasi
- Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernafasan tidak adekuat
- Circultioni : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat
dan perbaiki perfusi jaringan.
2) Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan
dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap
lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat-obatan depresan
saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat.
Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga
fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan
hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat
bag – valve – mask.
3) Pemberian cairan intravena untuk pasien penurunan kesadaran
4) Pemberian norit/zat karbon aktif
7
5) Kumbah Lambung
6) Pemberian antidot/penawar
7) Pemberian antibiotik seperti :Ciprofloxacin, Norfloksasin, Rifaximin
8) Terapi suportif, konsultasi, dan rehabilitasi
8
2.1.6 Pathway
Pola Napas
Tidak Efektif
9
b. Pemeriksaan Primer
Airway (A)
Pada klien keracunan makanan biasanya akan ada reaksi
alergi berat. Saluran napas harus dibersihkan dan muntah atau
beberapa gangguan lain dan, bila diperlukan, suatu alat yang
mengalirkan napas melalui oral atau dengan memasukkan pipa
endotrakea. Pada kebanyakan pasien, penempatan pada posisi
sederhana dalam posisi dekubitus lateral cukup untuk
menggerakkan lidah yang kaku (flaccid) keluar dan saluran
napas
Breathing (B)
Pada klien dengan keracunan makanan biasanya nafasnya
akan menjadi lebih cepat atau lambat. Pernapasan yang adekuat
harus diuji dengan mengobservasi dan mengukur gas darah
arteri. Pada pasien dengan insufisiensi pernapasan harus
dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik.
Circulation (C)
Mengkaji apa terdapat reaksi perdarahan lambung, karena
pada klien keracunan makanan biasanya akan terjadi mual,
muntah, dehidrasi dan diare. Sirkulasi yang cukup harus diuji
dengan mengukur denyut nadi, tekanan darah, urin yang keluar,
dan evaluasi perfusi perifer. Alat untuk intravena harus
dipasang dan darah diambil untuk penentuan serum glukosa
dan untuk pemeriksaan rutin lainnya
Disability (D)
Mengkaji GCS, karena pada klien keracunan makanan
biasanya akan mengalami penurunan kesadaran akibat racun.
c. Pemeriksaan Skunder
Keadaan Umum :
Klien akan mengalami penurunan kesadaran dan tanda tanda
vital terjadi peningkatan karena respon dari terjadinya
keracunan mkanan
12
Head to toe :
a. Kepala dan Leher
- Rambut : biasanya pada klien keracunan makanan tidak
dijumpai permasalahan pada area rambut, rambut bersih
dan tidak rontok
- Mata : kondisi mata biasanya pada klien keracunan
makanan biasanya akan mengecil/membesar, dan akan
terjadi konstriksi pupil (miosis)
- Telinga : biasanya pada klien keracunan makanan tidak
dijumpai permasalahan pada area telinga, biasanya tidak
terdapat masalah serum pada pasien
- Hidung : biasanya pada klien keracunan makanan tidak
dijumpai permasalahan pada area hidung, dan tampak
normal
- Mulut dan gigi : biasanya pada klien keracunan makanan
akan dijumpai kelenjar saliva yang meningkat dan
mukosa bibir lembab permasalahan pada area mulut dan
gigi
- Leher : biasanya pada klien keracunan makanan tidak
dijumpai permasalahan pada area leher, kelenjar tiroid
dan vena jugularis normal
b. Sistem Pernapasan
Pada klien keracunan makanan biasanya sistem
pernapasannya tidak teratur.
c. Sistem Persarafan
Pada klien keracunan makanan sistem persarafannya akan
mengalami kejang, miosis, kelemahan, kekakuan dan
hiperaktivitas otot karena terjadi perdarahan intrakranial
akibat ensefalopati toksik ataumetabolik
d. Abdomen :
Pada klien keracunan makanan biasanya terdapat bunyi
usus yang hiperaktif, kram perut, dan diare.
13
e. Kulit
Kondisi kulit pada klien keracunan makanan biasanya
ampak merah, panas, dan kering pada keracunan dengan
atropin dan antimuskarini lain. Keringat yang berlebihan
ditemukan pada keracunan dengan organofosfat, nikotin,
dan obat-obat simpatomimetik.
f. Ekstremitas
Biasanya pada klien keracunan makanan tidak dijumpai
permasalahan pada area ekstremitas.
g. Genitalia
Pada klien keracunan makanan biasanya tidak ditemukan
permasalahan.
h. Integumen
Biasanya pada klien keracunan makanan terlihat
berkeringat, turgor kulit menurun dan kulit tampak pucat.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium. Laboratorium rutin (darah,
urin, feses, lengkap) tidak banyak membantu.
2) Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum (N: 0,5-1,5
mg/dl), elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl).
3) Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
4) Pemeriksaan EKG. Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan
pada kasus keracunan karena sering diikuti terjadinya
gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus
bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler,
fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik.
Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada
keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia,
nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah,
hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.
14
Observasi
1. Identifikasi riwayat pemberian makanan
Rasional : untuk mengetahui penyebab keracunan makanan
2. Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja
Rasional : untuk memantau kondisi tinja pasien apakah normal
atau tidak
Terapeutik
3. Berikan asupan cairan oral (oralit)
Rasional : untuk mengatasi kehilangan cairan akibat diare
4. Berikan cairan intravena (ringer asetat)
Rasional : untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang
Edukasi
5. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
Raisonal : untuk mencegah diare bertambah parah
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (loperamide)
Rasional : untuk mengurangi frekuensi diare
b. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan (SDKI,D.0005)
- Tujuan : inspirasi atau ekspirasi yang memberikan ventilasi
adekuat dapat membaik
- Kriteria Hasil (SLKI, L.01004)
1. Kapasitas vital meningkat
2. Frekuensi napas membaik
- Intervensi Keperawatan :
Manajemen Jalan Napas (SIKI, 1.01011)
Observasi
1. Monitor pola napas
Rasional : untuk mengetahui frekeunsi, kedalaman dan usaha
napas.
Terapeutik
2. Posisikan semi fowler
16
18
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(1st ed). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info
Media.
Sartono. (2012). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.Smeltzer,
Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah,
vol: 3. Jakarta: EGC.
19