Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

KERACUNAN MAKANAN

Dosen Pembimbing :

Hepta Nur Anugrahini, S.Kep, Ns.M.Kep

Disusun oleh :

Putri Dewi Nurbayti (P27820119087)


Zalsabila Ramadhani (P27820119099)

Tingkat III Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Keracunan Makanan ” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak
lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada rekan-
rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah
ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang
penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang
telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga
kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya
makalah lain yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa
memberikan banyak manfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 28 Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i


KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Pendahuluan...........................................................................3
2.1.1 Definisi.......................................................................................3
2.1.2 Etiologi.......................................................................................3
2.1.3 Patofisiologi...............................................................................4
2.1.4 Manifestasi Klinis......................................................................5
2.1.5 Management Medis....................................................................6
2.1.6 Pathway......................................................................................8
2.2 Asuhan Keperawatan Teori..................................................................9
2.2.1 Pengkajian..................................................................................9
2.2.2 Analisa Data.............................................................................14
2.2.3 Diagnosa Keperawatan............................................................14
2.2.4 Intervensi Keperawatan...........................................................14
2.2.5 Implementasi Keperawatan......................................................17
2.2.6 Evaluasi Keperawatan..............................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................18
3.2 Saran...................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel
dan sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009). Junaidi
(2011) menyatakan racun adalah suatu zat atau makanan yang menyebabkan
efek bahaya bagi tubuh. Perez dan Luke’s (2014) menyatakan keracunan
makanan adalah keracunan yang terjadi akibat menelan makanan atau air yang
mengandung bakteri, parasit, virus, jamur atau yang telah terkontaminasi
racun.
Keracunan makanan dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu
infeksi dan intoksikasi. Infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena
tertelannya mikroba patogen (bakteri dan virus) bersama makanan.
Selanjutnya mikroba ini berkembang biak dalam alat pencernaan dan
menimbulkan reaksi. Bakteri diketahui sebagai penyebab utama kasus
keracunan.
Gejala penyakit timbul lebih cepat daripada infeksi yaitu 3-12 jam
setelah makanan dikonsumsi, yang ditandai dengan muntah-muntah hebat dan
diare (Taylor, 2002). Pada kasus yang serius, keracunan makanan bisa
menyebabkan kematian (Scott, 2006). Ketidaktahuan masyarakat terhadap
pertolongan pertama pada kasus keracunan juga menjadi salah satu penyebab
kematian tersebut. Sebenarnya penanganan keracunan makanan cukup mudah
dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan menggunakan beberapa bahan alami
yang tersedia di sekitar. Misalnya dengan air kelapa muda, buah pisang, apel,
gula pasir, kemangi, jahe dan air putih. Selain itu, penanganan keracunan
makanan dapat dilakukan dengan memuntahkan makanan yang sudah tertelan.
Namun apabila korban keracunan makanan dalam keadaan tidak sadar, hal
tersebut tidak boleh dilakukan karena akan membuat kondisi korban semakin
memburuk.
Keracunan merupakan salah satu kejadian darurat yang sering terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang. Hingga saat ini, tingkat
2

keracunan pangan yang terjadi di Indonesia masih cukup tinggi. Dan dari
seluruh kasus tersebut, sebagian besar ternyata terjadi di rumah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisidari keracunan makanan?
2. Bagaimana etiologi dari keracunan makanan?
3. Bagaimana patofisiologi dari keracunan makanan?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari keracunan makanan?
5. Bagaimana management medis dari keracunan makanan?
6. Bagaimana pathway dari keracunan makanan?
7. Bagaimana asuhan keperawatan teori untuk kasus keracunan makanan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari keracunan makanan
2. Untuk mengetahui etiologi dari keracunan makanan
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari keracunan makanan
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari keracunan makanan
5. Untuk mengetahui management medis dari keracunan makanan
6. Untuk mengetahui pathway dari keracunan makanan
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori untuk kasus keracunan
makanan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Pendahuluan


2.1.1 Definisi
Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak
sel dan sebagian fungsi tubuh secara tidak normal. Keracunan makanan
adalah suatu penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan yang
mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang terbentuk akibat
pembusukan makanan dan bakteri (Arisman, 2009).
Racun adalah suatu zat atau makanan yang menyebabkan efek
bahaya bagi tubuh. Keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu
zat atau makanan ke dalam tubuh melalui mulut yang mengakibatkan
bahaya bagi tubuh disebut sebagai keracunan makanan (Junaidi, 2011).
Keracunan makanan adalah keracunan yang terjadi akibat menelan
makanan atau air yang mengandung bakteri, parasit, virus, jamur atau
yang telah terkontaminasi racun (Perez&Luke’s, 2014).
2.1.2 Etiologi
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh pencemaran bahan-
bahan kimia beracun, kontaminasi zat-zat kimia, mikroba, bakteri, virus
dan jamur yang masuk ke dalam tubuh manusia (Suarjana, 2013). Di
Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan
keracunan, antara lain :
1. Mikroba :
- Keracunan Botolinum Clostridium
- Escherichia coli patogen
- Staphilococus aureus
- Salmonella
- Campylobacter.
- Bacillus Parahemolyticus
- Clostridium Botulisme

3
4

- Streptokkkus
2. Bahan Kimia
- Peptisida golongan organofosfat
- Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
- Jamur
- Keracunan Singkong
- Tempe Bongkrek
- Bayam beracun
- Kerang
- Jengkol
- Ikan laut
4. Bakteri
- Listeria.
- Shigella.
- Amoebiasis.
- Giardiasis.
- Cryptosporidiosis.
2.1.3 Patofisiologi
Makanan yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-macam,
baik ragam jenis makanan itu. Makanan yang sehat dapat dikatakan
makanan yang layak untuk tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik
seketika maupun mendatang. Dalam mengkonsumsi makanan perlu
diperhatikan tentang kebersihan makanan, kesehatan, serta zat gizi yang
terkandung di dalam makanan tersebut. Hendaknya kita harus pandai
dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi supaya makanan
tersebut bebas dari zat-zat yang dapat memasuki tubuh seperti toksik
atau racun.
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di
lambung akan mengadakan perlawanan diri terhadap benda atau zat
asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung
akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya.
5

Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibat


banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena
dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan akan lemas dan banyak
mengeluarkan keringat dingin.
Banyaknya cairan keluar akan terjadi dehidrasi, keluarnya keringat
dingin akan merangsang kelenjar hipofisisanterior untuk
mempertahankan homeostatis tubuh dengan terjadinya rasa haus.
Apabila rasa haus tidak segera diatasi, maka dehidrasi berat tidak dapat
dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem
saraf dan saluran cerna. Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang
biasa terjadi pada saluran cerna adalah:
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
6

g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal
2.1.5 Management Medis
Menurut Bahri, Sigit, dkk (2012) management medis umum untuk
keracunan makanan antara lain :
1) Penatalaksanaan Kegawatan
- Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan
inkubasi
- Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernafasan tidak adekuat
- Circultioni : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat
dan perbaiki perfusi jaringan.
2) Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan
dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap
lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat-obatan depresan
saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat.
Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga
fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan
hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat
bag – valve – mask.
3) Pemberian cairan intravena untuk pasien penurunan kesadaran
4) Pemberian norit/zat karbon aktif
7

5) Kumbah Lambung
6) Pemberian antidot/penawar
7) Pemberian antibiotik seperti :Ciprofloxacin, Norfloksasin, Rifaximin
8) Terapi suportif, konsultasi, dan rehabilitasi
8

2.1.6 Pathway

Makanan yang terkontaminasi

Masuk ke saluran cerna

Masuk ke pembuluh Masuk ke usus halus Masuk ke lambung


darah

Sel saraf Infeksi usus Iritasi pada


terganggu lambung

Diare Asam lambung


Gangguan meningkat
Disfungsi saraf
saraf otonom
Mual
Pusat Sulit menelan
Nyeri
pernapasan
kepala dan Muntah
otot
Defisit Nutrisi
Napas
Nyeri
cepat
Akut Resiko
dan dangkal Ketidakseimbangan
Cairan

Pola Napas
Tidak Efektif
9

2.2 Asuhan Keperawatan Teori


2.2.1 Pengkajian
a. Anamnesa
 Data Demografi Klien
Menanyakan Identitas klien seperti : nama, tanggal MRS, jam
MRS, tanggal pengkajian.
 Keluhan Utama
Klien dengan keracunan makanan biasanya akan mengeluhkan
mual dan muntah, diare, badan lemas dan nyeri.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu yang dialami
klien, biasanya terkait pada penyakit pencernaan yang
dipengaruhi gaya hidup dan kebersihan klien.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang dapat
mempengaruhi, akan lebih pada pola gaya hidup dan
kebersihan.
 Kebiasaan sehari-hari
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada umumnya pasien keracunan makanan kurang terpapar
informasi yang dapat mengakibatkan klien mengalami
keadaan yang di alami sekarang.
b) Pola Nutrisi dan metabolisme
Pada umumnya klien dengan keracunan makanan
mengalami penurunan nafsu makan karena klien biasanya
akan merasa mual dan muntah
c) Pola Eliminasi (BAB)
Klien dengan keracunan makanan biasanya akan disertai
diare, sehingga mengakibatkan pola BAB dan konsistensi
abnormal.
d) Pola Tidur dan istirahat
10

Klien dengan Keracunan makanan mengalami mual dan


muntah sehingga pola tidur klien menjadi terganggu
e) Pola Aktivitas
Biasanya pola aktivitas klien akan terbatas dikarenakan
nyeri yang dialaminya.
f) Pola Hubungan dan Peran
Biasanya klien keracunan makanan memiliki interaksi yang
cukup baik dengan keluarga dan orang yang
mengunjunginya.
g) Personal Hygiene
Biasanya klien memenuhi kebutuhan personal hygiene dan
dibantu oleh keluarga klien
h) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan yang
dideritanya sekarang
i) Pola Sensori dan Kognitif
Biasanya klien Keracunan makanan kemampuan proses
berpikir, persepsi nyeri sedikit terganggu karena sakit,
sedangkan pola penglihatan dan pola pendengaran tidak
mengalami gangguan.
j) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam
hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak
adekuat karena kondisi sakitnya
k) Pola Penanggulangan Stres
Biasanya klien dengan keracunan makanan akan merasakan
cemas dengan keadaannya.
l) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien melalukan ibadah sesuai kepercayaannya,
namun sedikit terganggu karena biasanya pasien harus
banyak istirahat.
11

b. Pemeriksaan Primer
 Airway (A)
Pada klien keracunan makanan biasanya akan ada reaksi
alergi berat. Saluran napas harus dibersihkan dan muntah atau
beberapa gangguan lain dan, bila diperlukan, suatu alat yang
mengalirkan napas melalui oral atau dengan memasukkan pipa
endotrakea. Pada kebanyakan pasien, penempatan pada posisi
sederhana dalam posisi dekubitus lateral cukup untuk
menggerakkan lidah yang kaku (flaccid) keluar dan saluran
napas
 Breathing (B)
Pada klien dengan keracunan makanan biasanya nafasnya
akan menjadi lebih cepat atau lambat. Pernapasan yang adekuat
harus diuji dengan mengobservasi dan mengukur gas darah
arteri. Pada pasien dengan insufisiensi pernapasan harus
dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik.
 Circulation (C)
Mengkaji apa terdapat reaksi perdarahan lambung, karena
pada klien keracunan makanan biasanya akan terjadi mual,
muntah, dehidrasi dan diare. Sirkulasi yang cukup harus diuji
dengan mengukur denyut nadi, tekanan darah, urin yang keluar,
dan evaluasi perfusi perifer. Alat untuk intravena harus
dipasang dan darah diambil untuk penentuan serum glukosa
dan untuk pemeriksaan rutin lainnya
 Disability (D)
Mengkaji GCS, karena pada klien keracunan makanan
biasanya akan mengalami penurunan kesadaran akibat racun.
c. Pemeriksaan Skunder
 Keadaan Umum :
Klien akan mengalami penurunan kesadaran dan tanda tanda
vital terjadi peningkatan karena respon dari terjadinya
keracunan mkanan
12

 Head to toe :
a. Kepala dan Leher
- Rambut : biasanya pada klien keracunan makanan tidak
dijumpai permasalahan pada area rambut, rambut bersih
dan tidak rontok
- Mata : kondisi mata biasanya pada klien keracunan
makanan biasanya akan mengecil/membesar, dan akan
terjadi konstriksi pupil (miosis)
- Telinga : biasanya pada klien keracunan makanan tidak
dijumpai permasalahan pada area telinga, biasanya tidak
terdapat masalah serum pada pasien
- Hidung : biasanya pada klien keracunan makanan tidak
dijumpai permasalahan pada area hidung, dan tampak
normal
- Mulut dan gigi : biasanya pada klien keracunan makanan
akan dijumpai kelenjar saliva yang meningkat dan
mukosa bibir lembab permasalahan pada area mulut dan
gigi
- Leher : biasanya pada klien keracunan makanan tidak
dijumpai permasalahan pada area leher, kelenjar tiroid
dan vena jugularis normal
b. Sistem Pernapasan
Pada klien keracunan makanan biasanya sistem
pernapasannya tidak teratur.
c. Sistem Persarafan
Pada klien keracunan makanan sistem persarafannya akan
mengalami kejang, miosis, kelemahan, kekakuan dan
hiperaktivitas otot karena terjadi perdarahan intrakranial
akibat ensefalopati toksik ataumetabolik
d. Abdomen :
Pada klien keracunan makanan biasanya terdapat bunyi
usus yang hiperaktif, kram perut, dan diare.
13

e. Kulit
Kondisi kulit pada klien keracunan makanan biasanya
ampak merah, panas, dan kering pada keracunan dengan
atropin dan antimuskarini lain. Keringat yang berlebihan
ditemukan pada keracunan dengan organofosfat, nikotin,
dan obat-obat simpatomimetik.
f. Ekstremitas
Biasanya pada klien keracunan makanan tidak dijumpai
permasalahan pada area ekstremitas.
g. Genitalia
Pada klien keracunan makanan biasanya tidak ditemukan
permasalahan.
h. Integumen
Biasanya pada klien keracunan makanan terlihat
berkeringat, turgor kulit menurun dan kulit tampak pucat.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium. Laboratorium rutin (darah,
urin, feses, lengkap) tidak banyak membantu.
2) Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum (N: 0,5-1,5
mg/dl), elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl).
3) Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
4) Pemeriksaan EKG. Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan
pada kasus keracunan karena sering diikuti terjadinya
gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus
bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler,
fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik.
Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada
keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia,
nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah,
hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.
14

2.2.2 Analisis Data


Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam
pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar
belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian
keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan
mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep,
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Dasar analisis :
a. Anatomi – fisiologi
b. Patofisiologi penyakit
c. Mikrobiologi – parasitologi
d. Farmakologi
e. Ilmu perilaku
f. Konsep-konsep (manusia, sehat-sakit, keperawatan, dll)
g. Tindakan dan prosedur keperawatan
h. Teori-teori keperawatan.
2.2.3 Diagnosis Keperawatan
a. Diare b.d terpapar kontaminan (SDKI, D.0020)
b. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan (SDKI,D.0005)
c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) (SDKI, D.0077)
2.2.4 Intervensi Keperawatan
a. Diare b.d terpapar kontaminan (SDKI, D.0020)
- Tujuan : proses defekasi normal yang disertai dengan pengeluaran
feses mudah dan konsistensi, serta bentuk feses normal dan
membaik.
- Kriteria Hasil (SLKI, L.04033)
1. Peristaltik usus membaik
2. Konsistensi feses membaik
3. Frekuensi defekasi membaik
- Intervensi Keperawatan :
Manajemen Diare (SIKI, 1.03101)
15

Observasi
1. Identifikasi riwayat pemberian makanan
Rasional : untuk mengetahui penyebab keracunan makanan
2. Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja
Rasional : untuk memantau kondisi tinja pasien apakah normal
atau tidak
Terapeutik
3. Berikan asupan cairan oral (oralit)
Rasional : untuk mengatasi kehilangan cairan akibat diare
4. Berikan cairan intravena (ringer asetat)
Rasional : untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang
Edukasi
5. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
Raisonal : untuk mencegah diare bertambah parah
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (loperamide)
Rasional : untuk mengurangi frekuensi diare
b. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan (SDKI,D.0005)
- Tujuan : inspirasi atau ekspirasi yang memberikan ventilasi
adekuat dapat membaik
- Kriteria Hasil (SLKI, L.01004)
1. Kapasitas vital meningkat
2. Frekuensi napas membaik
- Intervensi Keperawatan :
Manajemen Jalan Napas (SIKI, 1.01011)
Observasi
1. Monitor pola napas
Rasional : untuk mengetahui frekeunsi, kedalaman dan usaha
napas.
Terapeutik
2. Posisikan semi fowler
16

Rasional : untuk membantu mengurangi sesak napas


3. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik.
Rasional : untuk mengeluarkan lendir
Edukasi
4. Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : untuk mengembalikan saluran pernapasan yang
terganggu
c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) (SDKI, D.0077)
- Tujuan : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual dapat menurun
- Kriteria Hasil (SLKI, L.08066)
1. Mual menurun
2. Muntah menurun
3. Pola napas membaik
- Intervensi Keperawatan :
Manajemen Nyeri (SDKI, 1.08238)
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik dan skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui lokasi, karakteristik dan nyeri
yang dirasakan klien
Terapeutik
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Rasional : untuk memulihkan kondisi pasien
Edukasi
3. Jelaskan strategi meredakan nyeri (kompres hangat)
Rasional : untuk membantu meredakan nyeri secara mandiri
4. Anjurkan teknik farmaklogis untuk mengurangi rasa nyeri
(relaksasi)
Rasional : untuk membantu pasien meredakan nyeri
17

2.2.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Pada tahap ini
dilakukan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dilakukan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.
2.2.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah. (Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi,
perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai. Evaluasi dilakukan secara
periodik, sistematis, dan terencana untuk menilai perkembangan pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah
menyantap makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun
yang terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri (Arisman, 2009).
Junaidi (2011) menyatakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu
zat atau makanan ke dalam tubuh melalui mulut yang mengakibatkan bahaya
bagi tubuh disebut sebagai keracunan makanan. Penyebab keracunan
makanan adalah kuman Clostridium botulinum yang hidup dengan kedap
udara (anaerobik), yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya (Junaidi,
2011).
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh pencemaran bahan-bahan
kimia beracun, kontaminasi zat-zat kimia, mikroba, bakteri, virus dan jamur
yang masuk ke dalam tubuh manusia (Suarjana, 2013). Akibat keracunan
makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem saraf dan saluran cerna.
Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang biasa terjadi pada saluran
cerna adalah sakit perut, mual, muntah, bahkan dapat menyebabkan diare.
Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem saraf adalah adanya rasa lemah,
kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot pernafasan (Arisman,
2009).
3.2 Saran
Diharapkan pembaca memahami dengan baik proses-proses
keperawatan pada pasien dengan keracunan makanan, khususnya bagi perawat
yang akan terjun dalam dunia keperawatan kritis.
3.3

18
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(1st ed). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info
Media.
Sartono. (2012). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.Smeltzer,
Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah,
vol: 3. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai