Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini, S.Kep.Ns., M.Kep.
Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Klien Dengan
Keracunan Makanan” ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keprawatan
Kritis. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu
sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang
berkenan dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menjadikan ini lebih sempurna.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dan
sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009). Junaidi (2011)
menyatakan racun adalah suatu zat atau makanan yang menyebabkan efek
bahaya bagi tubuh.
Perez dan Luke’s (2014) menyatakan keracunan makanan adalah keracunan
yang terjadi akibat menelan makanan atau air yang mengandung bakteri,
parasit, virus, jamur atau yang telah terkontaminasi racun.
Keracunan makanan dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu infeksi
dan intoksikasi. Infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena tertelannya
mikroba patogen (bakteri dan virus) bersama makanan. Selanjutnya mikroba
ini berkembang biak dalam alat pencernaan dan menimbulkan reaksi. Bakteri
diketahui sebagai penyebab utama kasus keracunan. Gejala penyakit timbul
lebih cepat daripada infeksi yaitu 3-12 jam setelah makanan dikonsumsi, yang
ditandai dengan muntah-muntah hebat dan diare (Taylor, 2002). Pada kasus
yang serius, keracunan makanan bisa menyebabkan kematian (Scott, 2006).
Ketidaktahuan masyarakat terhadap pertolongan pertama pada kasus
keracunan juga menjadi salah satu penyebab kematian tersebut. Sebenarnya
penanganan keracunan makanan cukup mudah dilakukan oleh masyarakat.
Yaitu dengan menggunakan beberapa bahan alami yang tersedia di sekitar.
Misalnya dengan air kelapa muda, buah pisang, apel, gula pasir, kemangi, jahe
dan air putih. Selain itu, penanganan keracunan makanan dapat dilakukan
dengan memuntahkan makanan yang sudah tertelan. Namun apabila korban
keracunan makanan dalam keadaan tidak sadar, hal tersebut tidak boleh
dilakukan karena akan membuat kondisi korban semakin memburuk.
Keracunan merupakan salah satu kejadian darurat yang sering terjadi baik di
negara maju maupun negara berkembang. Hingga saat ini, tingkat keracunan
pangan yang terjadi di Indonesia masih cukup tinggi. Dan dari seluruh kasus
tersebut, sebagian besar ternyata terjadi di rumah.
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari keracunan makanan
2. Untuk mengetahui etiologi dari keracunan makanan
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari keracunan makanan
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari keracunan makanan
5. Untuk mengetahui pathway dari keracunan makanan
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan kasus
keracunan makanan
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari keracunan makanan
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori untuk kasus keracunan
makanan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Klaifikasi
A. Menurut waktu terjadinya keracunan
1. Keracunan akut
Biasanya terjadi mendadak setelah makan atau terpapar
sesuatu. Gejala keracunan akut adalah muntah, diare, kejang,
koma.
2. Keracunan kronik
Diagnosis keracunan kronik sulit ditegakkan, karena
gejalanya timbul perlahan dan lama sesudah pajanan. Ciri
khas dari keracunan kronik adalah zat penyebab diekskresikan
3
4
2.1.3 Etiologi
Penyebab keracunan makanan adalah kuman Clostridium botulinum
yang hidup dengan kedap udara (anaerobik), yaitu di tempat-tempat
yang tidak ada udaranya (Junaidi, 2011). Keracunan makanan dapat
disebabkan oleh pencemaran bahan-bahan kimia beracun, kontaminasi
zat-zat kimia, mikroba, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam
tubuh manusia (Suarjana, 2013).
5
yang biasa terjadi pada saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah,
bahkan dapat menyebabkan diare. Tanda gejala yang biasa terjadi
pada sistem saraf adalah adanya rasa lemah, kesemutan (parastesi),
dan kelumpuhan (paralisis) otot pernafasan (Arisman, 2009).
2.1.5 Patofisiologi
Makanan yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-macam,
baik ragam jenis makanan itu. Makanan yang sehat dapat dikatakan
makanan yang layak untuk tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik
seketika maupun mendatang. Dalam mengkonsumsi makanan perlu
diperhatikan tentang kebersihan makanan, kesehatan, serta zat gizi
yang terkandung didalam makanan tersebut. Hendaknya kita harus
pandai dalam memilih makanan yang akan dkonsumsi supaya
makanan tersebut bebas dari zat-zat yang dapat memasuki tubuh
seperti toksik atau racun.
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai
dilambung akan mengadakan perlawanan diri terhadap benda atau zat
asing yang masuk kedalam lambung dengan gejala mual, lalu
lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara
memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan
mengalamidehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar
bersama dengan muntahan. Karena dehodrasi yang tinggi maka lama
kelamaan akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin.
Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi keluarnya keringat
dingin akan merangsang kelenjar hipofisisanterior untuk
mempertahankan homeostatis tubuh dengan terjadinya rasa haus.
Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat
dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
10
2.1.6 Pathway
Masuk ke pembuluh
Masuk ke usus halus Masuk ke lambung
darah
Diare
11
2.1.8 Penatalaksanaan
Pertolongan pertama keracunan makanan yang dapat dilakukan
adalah dengan mengupayakan penderita untuk memuntahkan
makanan yang telah dikonsumsi penderita. Cara yang bisa dilakukan
untuk merangsang muntahan adalah dengan memberikan minuman
susu. Selain itu, cara yang bisa dilakukan adalah dengan meminum
segelas air yang telah dicampur dengan satu sendok teh garam dan
berikan minuman teh pekat (Junaidi, 2011).
Menurut Noriko (2013) tanaman teh memiliki potensi sebagai
antibakteria karena mengandung bioaktif yaitu senyawa tanin. Tanin
adalah senyawa fenolik yang terkandung dalam berbagai jenis
tumbuhan hijau dengan kadar yangberbeda-beda. Manfaat tanin selain
antibakteria adalah sebagai antiseptik dan mempunyai sifat sebagai
agent pengkelat logam karena adanya pengaruh fenolik. Pengaruh
fenolik bisa memberikan antioksidan bagi tubuh.
Hardisman (2014) menyatakan pertolongan pertama keracunan
makanan adalah dengan minum air putih yang banyak, pemberian
larutan air yang telah dicampur dengan garam. Pertolongan pertama
yang bisa dilakukan adalah dengan mengganti cairan dan elektrolit
yang hilang akibat muntah atau diare. Menghindari terjadinya
dehidrasi pada korban segera berikan air minum dan larutan elektrolit
yang banyak untuk korban (Sentra informasi keracunan nasional &
Badan pemeriksaan Makanan dan obat SIKERNAS & BPOM, 2012).
Menurut Bahri, Sigit, dkk. (2012) cairan elektrolit dapat diperoleh
dari air kelapa. Air kelapa murni tanpa tambahan gula sedikit
menginduksi urinisasi, sedangkan air kelapa yang ditambah dengan
gula banyak menginduksi urinisasi. Penyebab banyaknya
menginduksi urinisasi adalah karena konsentrasi gula yang tinggi,
sehingga absobsi air menjadi lambat dan urinisasi meningkat.
Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain:
14
1) Penatalaksanaan Kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus
keracunan harus diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang
mengancam nyawa. Penilaian terhadap tanda-tanda vital seperti
jalan napas, sirkulasi,dan penurunan kesadaran harus dilakukan
secara cepat.
2) Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa
pernafasan dan nadi.Berikan cairan intravena, oksigen,hisap
lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan
saluran nafas,kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat.
Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun
organo fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.Pernafasan
buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau
menggunakan alat bag – valve – mask.
3) Pemberian cairan intravena untuk pasien penurunan kesadaran
Penderita keracunan makanan yang parah dan mengalami
dehidrasi harus mendapatkan perawatan lanjutan. Dokter
biasanya akan memberikan cairan melalui intravena atau infus.
Cairan ini bisa menggantikan cairan tubuh yang hilang serta
menjaga agar tubuh tidak terlalu lemah. Jika dokter
memberikan obat-obatan maka bisa dilakukan secara langsung
lewat cairan infus.
4) Pemberian norit/zat karbon aktif
Menurut para ahli makanan dan dokter, pertolongan pertama
yang bisa kita lakukan adalah dengan memberikan karbon aktif
atau arang aktif ke korban. Di pasaran, ada arang aktif yang
dijual. Salah satu yang terkenal norit.
Tablet berwarna hitam ini punya sifat arang aktif yang mampu
menyerap apapun yang ada di sekitarnya, termasuk racun.
Semakin banyak yang dimakan, semakin banyak racun yang
15
5) Kumbah Lambung
16
b. Norfloksasin (Noroxin)
c. Trimetoprim / sulfametoksazol
d. Doxycycline
e. Rifaximin (Xifaxan, RedActiv, Flonorm)
8) Penilaian Klinis
Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis
yang rinci. Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam
upaya mengatasi keracunan,ialah:
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat
yang digunakan, termasuk yang sering dipakai
b. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan
petugas tentang obat yang digunakan.
c. Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih
ada untuk pemeriksaan toksikologi
d. Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik.
3.1 Kesimpulan
Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah
menyantap makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun
yang terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri (Arisman, 2009).
Junaidi (2011) menyatakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu
zat atau makanan ke dalam tubuh melalui mulut yang mengakibatkan bahaya
bagi tubuh disebut sebagai keracunan makanan.
Penyebab keracunan makanan adalah kuman Clostridium botulinum
yang hidup dengan kedap udara (anaerobik), yaitu di tempat-tempat yang
tidak ada udaranya (Junaidi, 2011). Keracunan makanan dapat disebabkan
oleh pencemaran bahan-bahan kimia beracun, kontaminasi zat-zat kimia,
mikroba, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam tubuh manusia
(Suarjana, 2013).
Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem saraf
dan saluran cerna. Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang biasa
terjadi pada saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah, bahkan dapat
menyebabkan diare. Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem saraf adalah
adanya rasa lemah, kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot
pernafasan (Arisman, 2009).
3.2 Saran
Diharapkan tenaga kesehatan seperti perawat dapat mengetahui dan
memahami tentang tatalaksana yang tepat bagi klien penderita keracunan
makanan. Sehingga klien dapat diintervensi secara tepat, cepat dan efisien,
tanpa menambah masalah baru yang timbul. Diharapkan juga perawat dapat
memberikan edukasi kepada klien dan keluarga klien tentang masalah yang
dapat ditimbulkan akibat keracunan makanan, serta pembatasan cairan,
aktivitas yang dibatasi sehingga klien dapat tetap mendapatkan perawatan
yang terbaik ketika sudah diperbolehkan pulang ke rumah dan keluarga dapat
merawat klien dengan tepat.
26
DAFTAR PUSTAKA
Doheny K. Most common foods for foodborne illness: CDC report. Medscape
Medical News. January 30, 2013.
Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari:
http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-
kimia-berbahaya/. Diakses tanggal 17 Agustus 2017.
Jacobs RA. General problems in infectious diseases: acute infectious diarrhea. In:
Tierney LM Jr, McPhee SJ, Papadakis MA, eds. Current Medical Diagnosis
and Treatment 2001. 40th ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2000:1215-6.
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info
Media.
Lee JH, Shin H, Son B, Ryu S. Complete genome sequence of Bacillus cereus
bacteriophage BCP78. J Virol. Jan 2012;86(1):637-8.
Logan NA. Bacillus and relatives in foodborne illness. J Appl Microbiol. Mar
2012;112(3):417-29.
Mansjoer Arif, 2009, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media
Aesculapius, FKUI, Jakarta.
Sartono. (2012). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal
Bedah, vol: 3. Jakarta: EGC.
Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan
Serangga.Dari:http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-
kegawatdaruratan-pada-pasien.html. Diakses tanggal 01 Agustus 2021.