Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

Dosen Pembimbing :
Dwi Adji N, M.Kep

Disusun Oleh :
1. Lovita Salsabila Balkis (P27820119022)
2. Hanna Salsabila Inka Putri (P27820119072)

Tingkat 3 Reguler

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO
SURABAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Makalah Keperawatan Medikal Bedah 2 Asuhan
Keperawatan Meningitis” ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB 2.
Kami juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber
literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang
berkenan dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menjadikan ini lebih sempurna.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Surabaya, 21 September 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Meningitis................................................................................4
2.1.1 Definisi.........................................................................................4
2.1.2 Etiologi.........................................................................................4
2.1.3 manifestasi Klinis.........................................................................5
2.1.4 Patofisiologi.................................................................................6
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang...............................................................7
2.1.6 Penatalaksanaan...........................................................................8
2.1.7 Komplikasi...................................................................................9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Menigitis................................................10
2.2.1 Pengkajian....................................................................................10
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................15
2.2.3 Intervensi Keperawatan...............................................................15
2.2.4 Implementasi Keperawatan..........................................................18
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................19
3.2 Saran.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan, dan
kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian
khusus pada penduduk usia rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia, dan
keluarga miskin.
Diantara penyakit infeksi yang perlu mendapat perhatian adalah penyakit
meningitis, karena penyakit ini sangat mempengaruhi pertumbuhan anak. Selain itu
penyakit meningitis merupakan salah satu penyebab kematian anak di banyak
negara di dunia. Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu
membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan
berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk
kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak (Black & Hawk, 2005).
Data WHO (2009) memperkirakan jumlah kasus meningitis dan kasus kecacatan
neuro lainnya sekitar 500.000 dengan Case Fatality Rate (CFR) 10% di seluruh
dunia. WHO (2005) melaporkan pada tahun 1996, Afrika mengalami wabah
meningitis yang tercatat sebagai epidemik terbesar dalam sejarah dengan lebih dari
250.000 kasus dan 25.000 kematian (CFR=10%) yang terdaftar. Dari masa krisis
tersebut hingga tahun 2002 terdapat 223.000 kasus baru, daerah yang telah terkena
dampak tersebut adalah Burkina Faso, Chad, Ethiopia dan Nigeria. Pada tahun 2002,
terjadi wabah meningitis di Burkina Faso dan Ethiopia dengan Insidens Rate 65%.
Di Negara Amerika Serikat (2009) terdapat sekitar 3000 kasus penyakit
meningokokkus dan sekitar 7.700 kasus di Eropa bagian Barat setiap tahunnya.
Insidens Rate di Amerika berkisar 0,5 – 1,5 kasus per 100.000 penduduk pertahun.
Diantaranya dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko seperti Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA), infeksi HIV, kepadatan penduduk, dan status sosial

1
ekonomi yang rendah. Sedangkan Insidens Rate meningitis karena virus di Amerika
Serikat 10 per 100.000 penduduk pertahun.
Data South East Asian Medical Information Center (SEAMIC) Health Statistic
(2002) melaporkan bahwa pada tahun 2000 dan 2001 di Indonesia, terdapat masing-
masing 1.937 dan 1.667 kasus kematian karena meningitis dengan CSDR 9,4 dan 8
per 1000.000 penduduk.10 Pada tahun 1997, khususnya di Jakarta, meningitis
purulenta merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan pada bayi dan anak-
anak yaitu pada umur 2 bulan – 2 tahun dengan mortalitas 47,8%. Ditemukan di
RSAM Bukittinggi sekitar 10% pasien menderita penyakit meningitis dan termasuk
kedalam 10 penyakit terbanyak pada 5 tahun belakangan ini.
Selama perawatan pasien meningitis mengalami berbagai masalah keperawatan,
sehingga membutuhkan proses keperawatan, proses keperawatan dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah, mencegah, dan mengatasi masalah keperawatan yang di
alami pasien baik masalah keperawatan actual maupun potensial untuk
meningkatkan kesehatan
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita
meningitis dengan memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien dan keluarga
pasien.
Selama perawatan, pasien meningitis mengalami berbagai masalah, sehingga
membutuhkan proses keperawatan, proses keperawatan dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah, mencegah, dan mengatasi masalah keperawatan yang
dialami pasien, baik masalah keperawatan actual maupun potensial untuk
meningkatakan kesehatan. Asuhan keperawatan yang diberikan perawat sangat
mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan yang diterima oleh pasien. Upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan menerapkan
berbagai peran perawat. Selama berpraktek penulis menjalankan peran perawat
sebagai perawat klini educator dan pemberi asuhan keperawatan sehingga dapat
membantu pasien yang mengalami masalah fisik maupun psikologis yang
membutuhkan perawatan lebih lanjut.

2
Dari latar belakang tersebut penulis mengambil kasus tersebut sebagai
penyusunan karya tulis ilmiah D III Keperawatan dengan mengambil judul “
Asuhan Keperawatan KMB 2 PadaKlien Meningitis”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan meningitis ?
2. Apakah etiologi dari meningitis ?
3. Apakah manifestasi klinis dari meningitis ?
4. Apakah patofisiologi dari meningitis ?
5. Apakah pemeriksaan penunjang dari meningitis ?
6. Apakah penatalaksanaan dari meningitis ?
7. Apakah komplikasi dari meningitis ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien meningitis ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mamapu menjelaskan tentang klien meningitis
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi Meningitis
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Etologi dari Meningitis
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Manifestasi Klinis dari Meningitis
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi dari Meningitis
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan Penunjang dari
Meningitis
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan dari Meningitis
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Komplikasi dari Meningitis
8. Mahasiswa mampu menjelaskan cara pembuatan asuhan keperawatan
dengan masalah Meningitis

3
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Meningitis


2.1.1 Definisi
Meningitis adalah inflamasi pada meningen atau membrane (selaput)
yang mengelilingi otak dan medulla spinalis. Penyebab meningitis meliputi
bakteri, virus, dan organisme jamur (Muttaqin,2008).
Otak dan medul spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang
disebut meningen. Peradangan pada meningen khususnya pada bagian
araknoid dan piameter (leptomeningens) disebut meningitis. Peradangan pada
bagian durameter disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena
bakteri, virus, jamur, atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar
meningitis disebabkan bakteri. Meningitis adalah peradangan pada meningen
yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Black,2009).
Dari penjelasan diatas, kesimpulan penulis tentang meningitis adalah
suatu reaksi peradangan seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai
dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinalis, yang disebabkan
oleh virus, jamur dan bakteri yang menyebar masuk kedalam darah dan
berpindah kedalam cairan otak.
2.1.2 Etiologi
Widagdo, dkk ( 2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh
berbagai macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis
(Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group A,
Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus.
Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak,
infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya
meningitis.
a. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria

4
meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri
sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan.
Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai
respon peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang
dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal
akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat menggangu
aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis. Sebagian akan
menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan
hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat
menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan
intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan
spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat
lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.
b. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis
ini terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang
meliputi measles, mumps, herpes simplex dan herpes zoster.Pembentukan
eskudat pada umumnya terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan
meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam virus
tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah
metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan perubahan
produksi enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari
sel dan kemungkinan kelainan neurologi.
2.1.3 Manifetasi Klinis
Tarwoto (2013) mengatakan manifestasi klinik pada meningitis bakteri
diantaranya:
a. Demam, merupakan gejala awal
b. Nyeri kepala
c. Mual dan muntah
d. Kejang umum

5
e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran
sampai dengan koma.
Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis
meliputi:
a. Sakit kepala
b. Mual muntah
c. Demam
d. Sakit dan nyeri secara umum
e. Perubahan tingkat kesadaran
f. Bingung
g. Perubahan pola nafas
h. Ataksia
i. Kaku kuduk
j. Ptechialrash
k. Kejang (fokal, umum)
l. Opistotonus
m. Nistagmus
n. Ptosis
o. Gangguan pendengaran
p. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif
q. Fotophobia
2.1.4 Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu
pada bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian
dalam piamater.Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang
berada dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang
kemudian dialirkan melalui system ventrikal
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui
beberapa cara misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang
dapat tembus pada CSF dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen
mengakibatkan respon peradangan. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid

6
untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid.
Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid
yang pada akhirnya dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang
terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer.
Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial
(Tarwoto, 2013).
Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada
blood brain barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi,
prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat
terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar.
Masuknya mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang
subarakhoid dapat menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid,
cairan serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar
melalui saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi.
Eksudat dapat menyumbat aliran normal cairan serebropinal dan
menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013)

7
2.1.5 Pathway

8
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
 Darah : Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah putih
(10.000-40.000/mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur adanya
mikroorganisme pathogen.
 Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine.
2. Radiografi : Untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya Rongen
dada untuk menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru,
pneumonia, abses paru. Scan otak untuk menentukan kelainan otak.
3. Pemeriksaan lumbal pungsi : untuk membandingkan keadaan CSF normal
dengan meningitis..
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum :
 Pasien di isolasi
 Pasien di istirahatkan/bedrest.
 Kontrol hipertermia dengan kompres, pemberian antipiretik seperti
parasetamol, asam salisilat
 Kontrol kejang : Diazepam, fenobarbital
 Kontrol peningkatan tekanan intracranial : Manitol, kortikosteroid
 Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2. Pemberian antibiotic
 Diberikan 10-14 hari atau sedikitnya 7 hari bebas panas
 Antibiotik yang umum diberikan : Ampisilin, gentamisin,
kloromfenikol, selalosporin.
 Steroid untuk mengatasi inflamasi
 Antipiretik untuk mengatasi demam
 Antikonvulsant untuk mencegah kejang
 Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
 Pembedahan : seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton)

9
3. Pengobatan simtomatis :
 Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 –
0.6/mg/kg/dosis
 Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
 Turunkan panas Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10
mg/kg/dosis.
 Kompres air PAM atau es
4. Pengobatan suportif :
 Cairan intravena.
 Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%
 Perawatan pada waktu kejang
1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
2) Hisap lender.
3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
2.1.8 Komplikasi
 Peningkatan tekanan intracranial
 Hydrosephalus : Penumpukan cairan pada rongga otak, sehingga
meningkatkan tekanan pada otak.
 Infark serebral : Kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai
oksigen, karena terhambatnya aliran darah ke daerah tersebut.
 Ensepalitis : peradangan pada jaringan otak dan meningenakibat virus,
bakteri, dan jamur.
 Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormon
 Abses otak : Infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah
didalam otak serta pembengkakakan.
 Kejang : Gangguan aktivitas listrik di otak. Ditandai dengan gerakan
tubuh yang tidak terkendali dan hilangnya kesadaran.
 Endokarditis : Infeksi pada endokardium yaitu lapisan bagian dalam
jantung.

10
 Pneumonia : Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara
disalah satu atau kedua paru-paru yang dapat berisi cairan.
 Syok sepsis : Infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan
tekanan darah yang sangat rendah.

2.2 Asuhan Keperawatan Teori


2.2.1 Pengkajian
a. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit kepala,
mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk
mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas
tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai terjadinya serangan,
sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien dengan meningitis
biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat infeksi
atau peningkatan tekanan intrakranial.
Keluhan tersebut di antaranya sakit kepala dan demam adalah
gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis
yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Keluhan kejang
perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaiman sifat timbulnya kejang, stimulasi apa yang sering
menimbulkan kejang dan tindakan apa yang diberikan dalam upaya
menurunkan keluhan kejang.
Adanya penurunan kesadaran dihubungkan dengan meningitis
bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal
adanya penyakit.

11
Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama
menjalani perawatan di RS, pernahkah menjalani tindakan invasive yang
memungkinkan masuknya kuman ke meningen terutama tindakan
melalui pembuluh darah.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah
saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada
masa sebelumnya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada klien
perlu ditanyakan kepada klien terutama jika ada keluhan batuk produktif
dan pernah mengalami pengobatan obat anti tuberculosis yang sangat
berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam keluarga
yang pernah mengalami penyakit keturunan yang dapat memacu
terjadinya meningitis
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis
biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa
2) Tanda- Tanda Vital
a) TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal
atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK ( N = 90- 140 mmHg).
b) Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
c) Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini
akan lebih meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
d) Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).

12
3) Pemeriksaan Head To Toe
a) Kepala
Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
b) Mata
Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis
yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
c) Hidung
Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan
pada fungsi penciuman
d) Telinga
Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya
tuli konduktif dan tuli persepsi.
e) Mulut
Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris
Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
f) Leher
Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis.
Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis.
Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan
menelan kurang baik
Nerfus XI : Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku
kuduk
g) Dada
1) Paru
Inspeksi : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat
perubahan pola nafas

13
Palpasi : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan
kanan sama Perkusi : Biasanya pada pasien meningitis tidak
teraba
Auskultasi : Biasanya pada pasien meningitis bunyi
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis
tuberkulosa.
2) Jantung
Inspeksi : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Palpasi : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari
medial midklavikula sinistra RIC IV.
Perkusi : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi
jantung II RIC 4-5 midklavikula.
Auskultasi : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.
h) Ekstremitas Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan
nyeri pada sendi-sendi (khusunya lutut dan pergelangan
kaki).Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan
kelemahan fisik secara umum sehingga menggangu ADL.
i) Rasangan Meningeal
1) Kaku kuduk Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesulitan karena adanya spasme otot-otot .Fleksi
menyebabkan nyeri berat.
2) Tanda kernig positif Ketika pasien dibaringkan dengan paha
dalam keadaan fleksi kea rah abdomen, kaki tidak dapat
diekstensikan sempurna.
3) Tanda Brudzinski Tanda ini didapatkan jika leher pasien
difleksikan, terjadi fleksi lutut dan pingul: jika dilakukan
fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi,
gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstermitas yang
berlawanan.
g. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehatt

14
Biasanya klien kesulitan dalam meelakukan pesonal hygiene secaa
mandiri akibat kelemahan yang dialami
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya klien tidak mempunyai napsu makan, selalu mual dan
muntah dikarenakan adanya peningkatan asam lambung pemenuhan
nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya
kejang
3. Pola eliminasi
Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran urine,
hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah
jantung ke ginjal.
4. Pola tidur dan istiahat
Biasanya klien kekuangan volume pengeluaan urine, hal itu
behubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung
ke ginjal
5. Pola aktivitas dan latihan
Pada klien biasanya mudah mengalami demam, sakit kepala, dan
mual muntah.
6. Pola personal hygiene
Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri
karena penurunan kekuatan otot
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi tidak efektif b.d penurunan arteri/vena d.d warna kulit pucat,
turgot kulit menurun (D.0009)
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk
tidak efektif, ronchi. (D.0001)
3. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d pola nafas
abnormal (D.0005)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tindakan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria Hasil

15
1. Perfusi tidak Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
efektif b.d intervensi penyebab mengetahui
penurunan keperawatan peningkatan penyebab
arteri/vena d.d selama 3 jam TIK peningkatan
warna kulit maka ekspetasi 2. Monitor TIK klie
pucat, turgot membaik dengan penurunan 2. Untuk
kulit menurun frekuensi mengetahui
(D.0009) kriteria hasil : jantung penurunan
1. Tingkat 3. Monitor frekuensi
kesadaran penurunan jantung klien
meningkat tingkat 3. Untuk
2. Kognitif kesadaran mengetahui
meningkat penurunan
3. Tekanan intra tingkat
cranial kesadaran klien
menurun
4. Sakit kepala
menurun
5. Gelisah
menurun
6. Agitasi
menurun
7. Demam
menurun
8. Tekanan
darah
membaik
Reflek saraf
membaik
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk
nafas tidak intervensi frekuensi, mengetahui
efektif b.d keperawatan irama, adanya
sekresi yang selama 3 jam kedalaman frekuensi,
tertahan d.d maka ekspetasi dan upaya irama,
batuk tidak membaik dengan nafas kedalaman dan
efektif, ronchi. 2. Monitor tanda upaya nafas
(D.0001) kriteria hasil : dan gejala klien
1. Batuk efektif infeksi saluran 2. Untuk
meningkat nafas mengetahui
2. Produksi 3. Pertahankan tanda dan
sputum kepatenan gejala infeksi
menurun jalan nafas saluran nafas
3. Mengi dengan head- klien
menurun tilt dan chin- 3. Untuk
4. Wheezing lif membantu
menurun membebaskan

16
5. Dispnea jalan napas
menurun klien
6. Ortopnea
menurun
7. Sulit bicara
menurun
8. Ronchi
menurun
9. Sianosis
menurun
10. Gelisah
menurun
11. Frekuensi
nafas
membaik
12. Pola nafas
membaik
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor pola 1. Usaha napas
efektif b.d intervensi nafas klien, agar
hambatan upaya keperawatan 2. Monitor diketahui
nafas d.d pola selama 3 jam saturasi sedini mungkin
nafas abnormal maka ekspetasi oksigen jika terdapat
(D.0005) membaik dengan 3. Monitor kelainan.
adanya 2. Untuk
kriteria hasil : sumbatan mengetahui
1. Ventilasi jalan nafas saturasi
semenit oksigen klien
meningkat 3. Untuk
2. Kapasitas vital mengetahui
mambaik adanya
3. Tekanan sumbatan jalan
ekspirasi nafas klien
membaik
4. Dispnea
menurun
5. Penggunaan
otot bantu
menurun
6. Ortopnea
menurun
7. Pernafasan
cuping hidung
menurun
8. Frekuensi
nafas membaik
9. Kedalaman

17
nafas membaik

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi atau tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Tindakan keperawatan ini
dilaksanakan sesuai intervensi yang telah direncanakan agar mendapatkan
hasil yang maksimal. Tindakan keperawatan ini ada 2 jenis yaitu tindakan
mandiri perawat (observasi, terapeutik, dan edukasi) dan tindakan kolaboratif.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan
tindakan keperawatan yang mengacu pada kriteria hasil. (Nusdin, 2014).
Tahap terakhir ini berupa gambaran terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Evaluasi dilakukan berdasarkan SOAP (Subjuctive, Objective,
Assesement, Plan) yang didasarkan pada respon dan tujuan yang sudah
dicapai atau belum.

18
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Meningitis adalah inflamasi pada meningen atau membrane (selaput)
yang mengelilingi otak dan medulla spinalis. Penyebab meningitis meliputi
bakteri, virus, dan organisme jamur (Muttaqin,2008). Otak dan medul spinalis
dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut meningen. Peradangan pada
meningen khususnya pada bagian araknoid dan piameter (leptomeningens)
disebut meningitis. Peradangan pada bagian durameter disebut pakimeningen.
Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur, atau karena toksin.
Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan bakteri. Meningitis
adalah peradangan pada meningen yaitu membrane yang melapisi otak dan
medulla spinalis (Black,2009). Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem
saraf pusat melalui beberapa cara misalnya hematogen (paling banyak),
trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dan arena lingkungan. Invasi
bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan. Netropil bergerak

19
ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam
ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada
ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan hidrosepalus.
Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial
dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan
intracranial (Tarwoto, 2013).
1.2 Saran
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan
dan jauh kata sempurna. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan
saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber
informasi dan pengetahuan untuk para pembaca dan masyarakat umum, dan
selalu mencari sumber referensi lain agar ilmu yang didapat selalu menjadi
terbaru. Dapat dijadikan pedoman untuk melakukan tindakan keperawatan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Burke,M Karen,dkk.2016. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarata

Depkes RI,2007, Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan,

Kementrian Kesehatan RI Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta.
Diperoleh dari http://depkes.go.id.

Muttaqin,Arif 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan.Jakarta : Salemba Medika

Tarwoto.(2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : CV Sagung Seto

TIM POKJA SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

TIM POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

TIM POKJA SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

21

Anda mungkin juga menyukai