Anda di halaman 1dari 5

PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK KEPALA DAN LEHER

I. Persiapan :
1. Siapkan alat-alat yang diperlukan :
 Stetoskop
 Optalmoskop
 Otoskop
 Garputala 512 Hz
 Kapas, kain kasa
 Kartu alfabet snellen
 Pita pengukur
 Penlight atau baterai kecil
 Peniti steril
 Speculum nasal dan speculum telinga
 Transiluminator
 Spatel lidah, sarung tangan
 Penutup mata
 Baju periksa
 Zat-zat untuk menguji penciuman seperti : bubuk kopi, peppermint, kayu
manis
 Zat-zat untuk menguji pengecapan seperti gula, garam, lemon, zat pahit
dsb

2. Cuci tangan
3. Jelaskan prosedur pada klien
4. Anjurkan klien untuk ganti baju periksa
5. Pastikan ruang periksa nyaman, hangat dan cukup penerangan

II. Hal-hal yang harus di ingat dan diperhatikan


1. Jaga privasi klien
2. Jaga keamanan klien
3. Kuku tangan pemeriksa dipotong pendek
4. Pemeriksaan dilakukan dengan terorganisir dan sitematik
5. Pemeriksaan dilakukan dengan terampil untuk mendapatkan kepercayaan
(thrust) dan kerjasama (cooperatif) dari klien
6. Observasi klien selama pemeriksaan, untuk melihat adanya tanda-tanda non
verbal terhadap nyeri atau ketidaknyamanan

III. Langkah-langkah pemeriksaan fisik


1. Pemeriksaan kepala
 Inspeksi dan palpasi kepala untuk mengetahui ukuran lingkar kepala,
bentuk, simetris, lembut dan lesi.
 Inspeksi dan palpasi rambut dan kulit kepala, pastikan kulit kepala dan
rambut bersih, observasi setiap bagian-bagian rambut dan kulit kepala
apakah terdapat ketombe atau kutu serta kelainan kulit lain.
 Observasi warna rambut klien, seperti warna kulit, warna rambut
bervariasi bergantung tingkat produksi melamin. Keabuan dipengaruhi
oleh genetic dan proses menua. Abu-abu menunjukkan defisiensi nutrisi
(protein dan zat besi).
 Kaji tekstur rambut, tebal/tipis, kuat, keriting. Hipotiroidisme dan
kelainan metabolic lain seperti defisiensi nutrisi dapat menyebabkan
rambut suram, kering, kasar dan rapuh.
 Observasi jumlah dan distribusi rambut seluruh kulit kepala. Jumlah
rambut bervariasi bergantung usia, jenis kelamin dan kesehatan rambut
dan kesehatan umum. Seringkali pada usia 50 tahun laki-laki botak,
pertumbuhan menurun karena folikel atrofi. Pada wanita kehilangan
rambut oleh karena ketidak imbangan hormon adrenal. Kahilangan
rambut (alopecia areata) seringkali disebabkan karena sakit, infeksi,
gangguan metabolic dan kemoterapi.
 Inspeksi lesi kulit kepala, dengan menggunakan lampu periksa, kulit
kepala yang sehat bebas dari lesi dan area tembus pandang. Rambut yang
mudah patah menunjukkan adanya jamur, inspeksi seperti cacing gelang.
 Palpasi dan auskultasi “bruit” arteri temporalis untuk mengetahui tebal,
penebalan lembut, jarak, amplitudo.

2. Pemeriksaan Muka
 Inspeksi muka untuk mengetahui simetris, warna kulit, distribusi rambut.
Gerakkan muka untuk mengetahui fungsi N. V dam N.VII : rahang
terkunci, pipi kembung, alis terangkat, dahi berkerut, kelopak mata
tertutup.
 Palpasi otot temporal dan otot masseter untuk mengetahui adanya nodul.
 Tes sensasi wajah dengan sentuhan ringan (kapas), tekanan. Dan nyeri
(jarum) untuk mengetahui fungsi N. V pada dahi, pipi dan rahang.

3. Pemeriksaan Mata
 Inspeksi dan palpasi struktur mata eksternal
a. Alis mata sejajar, simetris
b. Bulu mata simetris, distribusi dan arah pertumbuhan
c. Posisi kelopak mata, karakter kulit, kedipan
d. Fungsi saluran air mata
e. Bola mata simetris, kekuatannya
f. Warna konjungtiva dan sclera, tekstur, lesi, benda asing
g. Tekstur kornea, transparansi, tes refleks kornea (fungsi N.V)
h. Kedalaman dan transparansi anterior chamber
i. Iris dan pupil simetris, warna, ukuran, reaksi cahaya dan akomodasi
(fungsi N III, IV, VI)

 Inspeksi dan palpasi apparatus lakrimalis (bila perlu) dan kelenjar


lakrimalis, dapat terlihat dengan jelas dengan melihat daerah muara mata
dekat pangkal hidung. Bila terjadi sumbatan airmata keluar terus menerus
banyak. Dacryoadenitis : peradangan kelenjar lakrimalis, pada bagian
atas temporal mata tampak bengkak dan merah.
 Inspeksi konjungtiva bagian dalam. Tampak merah muda, lembab, tanpa
lesi, pembuluh darah kecil-kecil dapat terlihat.
 Evaluate Extraoculer Eye Movement (EOMs) dengan tes 6 posisi
kardinal pandangan dengan menggunakan penlight, untuk mengetahui
fungsi N. III, IV, VI. Bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa tanpa nistagmus.
 Evaluasi refleks pupil, hitam, ukuran sama, bulat. Dengan cahaya pupil
segera konstriksi. Tes konvergensi dan akomodasi untuk mengetahui
fungsi N. III, IV, VI. Klien dianjurkan melihat jari telunjuk pemeriksa
yang digerakkan mendekat kehidung klien. Pupil akan kontriksi bila jari
mendekat (akomadasi) dan akan konvergens.
 Inspeksi struktur mata bagian dalam dengan optalmoskop, red refleks,
retina, pembuluh darah retina, kaca optik, macula fovea. Dalam kamar
gelap klien disarankan melihat pada cahaya optalmoskop yang kita
pegang pada jarak sepanjang lengan pemeriksa. Tampak fundus pupil
berwarna merah-orange. Pada katarak akan tampak warna opac abu-
putih, titik hitam pada dasar warna merah.
Hipema : tampak darah dalam anterior chamber, Hipopyon : tampak
kabut karena ada sel-sel darah putih disebabkan karena infeksi atau iritis.
 Tes ketajaman visual untuk mengetahui fungsi N. II dengan
menggunakan kartu alfabet snellen. Klien berdiri tegak dengan jarak 20
feet dari kartu snellen, kemudian disarankan untuk membaca huruf pada
kartu.
 Tes lapang pandang (visi perifer) dengan metode konfrontasi. Klien
berdiri berhadapan dengan pemeriksa pada jarak 2-3 feet. Tutup mata
klien sebelah (dengan penutup mata). Anjurkan klien melihat tangan
pemeriksa pada jarak sejauh lengan dan gerakkan ke arah superior,
inferior, temporal dan nasal. Normal visual konfrontasi : temporal ekstens
90 derajat dari garis tengah, atas 50 derajat, arah nasal 60 derajat, bawah
70 derajat.

4. Pemeriksaan Telinga
 Inspeksi dan palpasi struktur telinga luar, integritas kulit, simetris,
bentuk, posisi
 Palpasi aurikel dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk, bengkak, lesi
 Palpasi mastoid, bila bengkak mungkin ada peradangan
 Palpasi tragus dan agak ditekan ke arah liang telinga
 Inspeksi liang telinga luar dan dalam dengan otoskop dan speculum
telinga, keutuhan kulit saluran telinga, serumen, obstruksi, benda asing,
cairan yang keluar.
 Inspeksi membrana timfani, kuadran membrana timpani anterosuperior,
posterosuperior, anteroinferior, dan posteroinferior. Simetris, warna putih
keabuan, shiny, permukaan utuh, agak transparan, landmark sinar putih.
 Tes ketajaman pendengaran, respon percakapan normal. Pemeriksa
berdiri sedikit agak dibelakang klien, anjurkan klien menutup salah satu
telinga, bisikkan kata-kata pada telinga yang tidak tertutup, dapat
dilanjutkan dengan suara detik jam. Tes Weber untuk lateralisasi suara.
Pukulkan garputala 512 Hz pada tangan pemeriksa kamudian letakkan
pada dahi klien. Tes Rinne untuk konduksi udara terhadap suara dan
konduksi tulang untuk mengetahui fungsi N. VIII. Garputala diletakkan
pada tulang mastoid kemudian diperdengarkan dibelakang telinga. Tes
Schwabach : garputala diperdengarkan pada perawat setelah klien tidak
mendengar.
5. Pemeriksaan Hidung dan Sinus
 Inspeksi dan palpasi sejajar, simetris, warna kulit, lesi, lembut, cairan
yang keluar, patensi, hidung melebar.
 Inspeksi warna vestibula, mambran mukosa, septum panjajaran.
 Inspeksi mukosa hidung, warna, kelembaban, septum penjajaran, masa,
perforasi, warna turbin, eksudat, inflamasi dengan otoskop, speculum
nasal dan penlight.
 Palpasi dan perkusi frontal dam sinus maksilaris bila ada bengkak dan
lembut
 Transiluminal frontal dan sinus maksilaris bila ada keluhan dengan
transiluminator.
 Tes sense penciuman N. I, tes dengan peppermint, bubuk kopi, kayu
manis, cengkeh.

6. Pemeriksaan Mulut dan Tenggorokan


 Inspeksi dan palpasi bibir dan mukosa mulut.
Warna : merah muda, simetris, tekstur, hidrasi : lembab, tanpa lesi
 Inspeksi gigi dan gusi
Gigi harus putih dengan pinggiran lembut, bebas sisa-sisa makanan.
Catat gigi tanggal, nyeri, patah, gigi yang tidak teratur. Palpasi gigi untuk
kebersihan kesejajaran gigi, perdarahan gusi, integrasi gusi, radang gusi
bila perlu dievaluasi lebih lanjut.
 Inspeksi dan palpasi mukosa buccal, gusi dan lidah serta dasar mulut.
Simetris, warna : merah muda, posisi lidah dan ukuran lidah, lembab
dengan papilae pada permukaan dorsal, tekstur lidah, mobilisasi lidah
Hairy Tongoe biasanya berhubungan dengan dehidrasi atau penyakit.
Lidah tremor menunjukkan disfungsi nervus hipoglosus (N.XII).
 Inspeksi kelenjar saliva, duktus. Warton berada dibawah lidah pada dasar
mulut, duktus stensen (parotis) berada di depan molar kedua atas.
 Inspeksi langit-langit mulut, valatum dan uvula mengenai warna dan
mungkin ada pembesaran. Catat bila ada bau mulut. Klien dengan
diabetik asidosis, nafas bau fruity, klien dengan penyakit ginjal nafas bau
amoniak.
 Tes rasa untuk mengetahui nervus VII dan IX dengan gula, garam atau
lemon hanya bila dilaporkan ada abnormal.

7. Pemeriksaan Leher
 Inspeksi leher untuk warna kulit, integritas, bentuk dan simetris.
Observasi bila ada bengkak pada nodus limfa dibawah rahang dan
sepanjang otot sternokleidomastoideus. Kepala harus tegak berdiri tanpa
tremor. Bila ada kekakuan mungkin menunjukkan artritis atau otot
spasme. Pembengkakan nodus limfa menunjukkan infeksi.
 Tes Range Of Motion of the neck. Bila mengkaji ROM leher, kerjakan
pelan-pelan untuk menghindari pusing. Bila ada nyeri menunjukkan
artritis, spame otot atau peradangan.
 Observasi arteri karotis dan vena jugular. Pulsasi dapat terlihat seringkali
ada distensi, menunjukkan gangguan vaskularisasi.
 Inspeksi dan palpasi arteri karotis serta auskultasi bruit arteri karotis
 Inspeksi dan palpasi trachea. Simetris bila trachea tidak pada tempatnya
kemungkinan menunjukkan ada masa pada leher atau mediastinum,
pnemotorak atau fibrosis.
 Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid, bila ada pembesaran tiroid, akan
tampak menonjol bila klien menelan, auskultasi tiroid bila ada
pembesaran. Pembesaran kelenjar tiroid oleh karena gangguan
metabolisme seperti hipertiroidism. Catat ukuran, bentuk, lokasi
dievaluasi lebih lanjut.
 Palpasi nodus limfa pada kepala dan leher. Bila ada pembesaran nodus
limfa disebut limfa denitis, kemungkinan adanya infeksi, alergi atau
tumor :
a. Pre Auricular
b. Post Auricular dan occipital
c. Retro pharyngeal an sub maxillary
d. Sub mental (dengan 1 tangan)
e. Supervisial cervical chain
f. Deep cervical chain
g. Supra clavicular

Anda mungkin juga menyukai