Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

Osteomielitis

LAPORAN PENDAHULUAN

oleh
Muhammad Rofiqi
172310101174

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
OSTEOMIELITIS

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing:
Ns.Mulia Hakam, Mkep.Sp.Kep.MB.

oleh
Muhammad Rofiqi
172310101174

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteomielitis”.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah mendapat banyak bantuan dari banyak
pihak. Kami menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ns.Mulia Hakam, Mkep.Sp.Kep.MB. sebagai sebagai Dosen Pembimbing
2. Seluruh rekan kelas D angkatan 2017
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata “sempurna” untuk
itu kami sebagai penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Penyusun
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
kami sebagai penulis pada khususnya.

Jember, 3 Oktober 2019

Muhammad Rofiqi

3
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................................
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT....................................................................................
2.1 Review Anatomi Fisiologi.........................................................................................................
2.2 Definisi Osteomielitis.................................................................................................................
2.3 Etiologi Osteomielitis.................................................................................................................
2.3 Epidemiologi Osteomielitis....................................................................................................
2.4 Patofisiologi Osteomielitis.......................................................................................................
2.5 Klasifikasi Osteomielitis..........................................................................................................
2.5.1 osteomielitis Akut/Subakut...........................................................................................
2.5.2 Osteomielitis Kronis......................................................................................................
2.6 Manifestasi Klinis....................................................................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................................
2.7 Penatalaksanaan Medis Osteomielitis....................................................................................
2.7.1 Medikasi................................................................................................................................
2.7.2 Pembedahan..........................................................................................................................
Pathway Osteomielitis...................................................................................................................
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN..................................................
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................................................
1.2.1 Pengkajian Keperawatan...................................................................................................
1.2.3 Intervensi Keperawatan......................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................
3.1 Pengkajian keperawatan Kasus.............................................................................................
I. Identitas Klien.........................................................................................................................
II. Pengkajian Keperawatan........................................................................................................
III. Pemeriksaan Fisik......................................................................................................................
IV. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium..................................................................................
3.2 Analisa Data.............................................................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................................

4
3.4 Intervensi keperawatan...........................................................................................................
BAB IV PENUTUP................................................................................................................
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................
4.2 Saran........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

5
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Review Anatomi Fisiologi

Tulang adalah jaringan ikat yang paling keras di antara jaringan ikat lainnya
pada tubuh. Terdiri atas hampir 50% air. Bagian padat selebihnya terdiri dari
berbagai bahan mineral, terutama garam kalsium 67% (kekuatan tulang yang
mengandung kolagen) dan bahan seluler sekitar 33%. Struktur tulang yang dapat
dilihat dengan mata telanjang adalah struktur kasar dan apabila dilihat secara
mikroskop dapat diperiksa struktur lainnya. Bersama tulang rawan (kartilago)
dan komponen lain, tulang membentuk kerangka yang membentuk postur dan
memberi perlindungan ke semua bagian tubuh. Kurang lebih terdapat sekitar 206
jumlah tulang yang tersebar di seluruh bagian tubuh manusia (Syaifuddin.
2011). Di dalam tulang kompak ini tersusun dari beberapa osteon. Setiap osteon
memiliki pusat yang diisi oleh saraf dan pembuluh darah, biasanya sering
disebut dengan sistem harvest. Lalu disekeliling osteon pada bagian ini terdapat
cincin yang terdiri dari beberapa sel yaitu osteoblas dan osteoklas. Osteoblas ini
berfungsi sebagai tempat pertumbuhan tulang dan penyerapan mineral dari

6
darah. Sedangkan Osteoklas berperan sebagai homeostatis mineral. tempat
menempelnya otot, tendon, dan ligamen (Afifah, 2019).

Tulang memiliki beberapa fungsi seperti sebagai alat gerak bersama otot,
sebagai tempat perlekatan otot dengan perantara tendon, sebagai pelindung
organ vital dan organ untuk memproduksi sel darah yang bertempat pada sumsu
tulang serta tempat penyimpanan cadangan mineral ( kalsium, fosfat, dan
cadangan lemak). Tulang dibedakan berdasarkan kekerasan dan sendi yang
menggabungkan. Berdasarkan jaringan penyusunnya tulang dikelompokkan
sebagai berikut:
Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan ini terdiri dari sel tulang rawan (kondrosit), serabut
kolagen, dan matriks. Tulang rawan ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu
a) Tulang Rawan Elastis
Serabut anyamannya tidak sehalus dan serapat hialin,
terletak pada daun telinga, laring, dan epiglotis.
b) Tulang Rawan Hialin
Serabut anyaman tulang rawan hialin halus dan rapat
tulang rawan hialin terdapat pada ujung tulang rusuk.
c) Tulang Rawan Fibrosa
Serabutnya kasar dan tidak beraturan, terletak pada
cakram antar tulang belakang dan simfisis pubis
Tulang Keras (Osteon)
Tulang ini terbentuk dari tulang rawan yang mengalami
penulangan (osifikasi). Berikut adalah pembagian tulang keras
berdasarkan bentuknya
a) Tulang Pipa
Bentuknya panjang dan berongga seperti pipa, seperti
tulang pengumpil, tulang hasta, tulang betis dan tulang
kering.
b) Tulang Pipih

7
Bentuknya pipih dan berfungsi sebagai pelindung
suatu organ. Tulang pipih terletak pada tulang tengkorak
sebagai pelindung otak dan pada sternum manubrium atau
tulang dada sebagai pelindung paru-paru dan jantung.
Tulang Pendek
Tulang yang berukuran pendek dan terletak pada
pangkal telapak tangan, pangkal telapak kaki, dan tulang
belakang.
c) Tulang Tidak Beraturan
Bentuknya tidak beraturan, contohnya adalah tulang
belakang.

2.2 Definisi Osteomielitis

Osteomielitis merupakan infeksi piagonik berat pada tulang dan jaringan


sekitar. Walaupun hanya merupakan bakteri pada awalnya, osteomielitis dapat

8
juga disebabkan oleh virus atau fungal. Staphylococcus aureus merupkan
organisme tersering yang mengenfeksi , namun Escherichia coli, Pseudomonas,
Klebsiellan namun organisme Proteus dapat juga di temukan. (Black, J.M.
2014)

Osteomielitis paling sering terjadi pada femur, tibia, secrum dan tumit.
Pria lebi sering dikena dari pada wanita, biasanya terjadi akibat trauma.
Kerentanan terhadap infeksi meningkatkan dengan penggunaan obat IV,
diabetes, penyakit masalah imunitas, atau riwayat adanya infeksi dalam darah.
Osteomyelitis dapat berkembang pada alkus karena kerena tekanan dan luka
terbuka kronis. Terbatasnya penyebaran osteomyelitis dapat terjadi lebi sulit
pada klien dengan klainan seperti malnutrasi, alkoholisme, atau gagal hati (G.
Bauldoff. 2012)

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang. Osteomielitis dapat terjadi


sebagai proses akut, subakut, atau kronik. Terjadi sebagai konsekuensi luka
penetrasi, bakterei (Osteomielitis hematogenos),invasi dari fokus infeksi
bersingungan, atau kerusakan kulit dalam adanya insufisiensi vascular (Fauci et
al., 2008: McPhee et al., 2008).

Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia, tetapi orang dewasa yang
berusia lebi dari 50 tahun lebi umum terkena. Lansia beresiko mengalami
osteomyelitis dikarenakan beberapa alasan. Yaitu fungsi imun cenderung
menurun seiring penuan; lansia juga lebi cenderung mengalami proses penyakit
kronik yang mengenai fungsi imun. Status sirkulasi pada lansia sering kali
menurun akibat proses aterosklerosis, menggangu aliran darah ketulang (G.
Bauldoff. 2012).

2.3 Etiologi Osteomielitis

Organisme patogen tunggal sebagian besar pulih dari tulang pada


osteomielitis hematogen. S. aureus, S. agalactiae, dan E. coli adalah organisme

9
yang paling sering diisolasi dari darah dan tulang pada bayi. Sementara itu, S.
aureus, S. pyogenes, dan H. influenzae paling sering diisolasi pada anak-anak di
atas usia satu tahun. Di antara anak-anak setelah usia empat tahun, kejadian H.
influenzae menurun karena vaksin baru untuk jenis bakteri tersebut.

Staphylococus aureus adalah organisme yang paling umum diisolasi


pada orang dewasa, dan merupakan penyebab utama infeksi di kedua rumah
sakit, pasien dan masyarakat, menyebabkan penyakit mulai dari infeksi kulit
ringan hingga septi- cemia fulminan. Organisme ini menjadi semakin resisten
terhadap metisilin.

Tuberculosis menyebabkan tuberkulosis skelet sebagai penyebab penyebaran


hematogen pada infeksi primer. Ada juga beberapa mikobakteri atipikal yang
telah dikaitkan dengan infeksi osteoartikular. Organisme jamur juga dapat
menyebabkan infeksi tulang.

2.3 Epidemiologi Osteomielitis


Terjadinya osteomielitis sangat mengejutkan. Kejadian infeksi sandi
dengan artroplasti berkisar antara 0,3% hingga 2,4% untuk total artroplasti
pinggul dan 1,0% hingga 3,0% untuk total artroplasti lutut.
Insiden di amerika 1 dari 5000 anak, dan 1 dari 1000 pada neonatal. Pada
keseluruhan insiden terbanyak pada negara berkembang. Osteomielitis pada
anak-anak sering bersifat akut dan menyebar secara hematogen, sedangkan
osteomielitis pada orang dewasa merupakan infeksi subakut atau kronik yang
berkembang secara sekunder dari fraktur terbuka dan meliputi jaringan lunak.
Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang, misalnya femur, tibia,
humerus, radius, ulna dan fibula (Willey. B. 2015).
Usia keseluruhan dan kejadian tahunan osteomielitis yang disesuaikan
berdasarkan jenis kelamin adalah 21,8 kasus per 100.000 orang-tahun. Insiden
tahunan lebih tinggi untuk pria daripada wanita dan meningkat dengan
bertambahnya usia. Tingkat meningkat dengan tahun kalender dari 11,4 kasus
per 100.000 orang-tahun pada periode 1969 hingga 1979 menjadi 24,4 per

10
100.000 orang-tahun pada periode 2000 hingga 2009. Insiden tetap relatif stabil
di antara anak-anak dan remaja. orang dewasa tetapi hampir tiga kali lipat di
antara individu yang lebih tua dari enam puluh tahun; ini sebagian didorong oleh
peningkatan signifikan dalam osteomielitis terkait diabetes dari 2,3 kasus per
100.000 orang-tahun dalam periode dari 1969 hingga 1979 menjadi 7,6 kasus
per 100.000 orang-tahun pada periode 2000 hingga 2009. Empat puluh empat
persen kasus melibatkan Staphylococcus aureus infeksi (Willey. B. 2015).

2.4 Patofisiologi Osteomielitis

Penyebab osteamielitis biasa bakteri. Tetapi jamur, parasite, dan virus


juga dapat menyebabkan infeksi tulang. Staphylococcus aureus adalah
organisme yang paling umum mengenfeksi. Kontaminasi langsung tulang dari
luka terbuka, seperti fraktur terbuka atau luka tembak atau pungsi, merupakan
penyebab umum ostiomielitis. Ostimielitis juga dapat terjadi sebagai komplikasi
pembedahan. Cara masuk ketiga untuk mikrooganime yang menginvasi jaringan
tulang adalah peluasan dari infeksi jaringan lunak yang berdekatan. Pasien yang
mengalami stasis vena atau ulkus arteri pada ekstraminitas bawah atau
komplikasi jangka panjang diabetes mellitus beresiko untuk jenis inveksi
bakteri(G. Bauldoff. 2012)

11
Setelah masuk, bakteri menumpuk dan mengandakan diri di tulang.
menyebabkan respon inflamasi dari system imun. Fagosit berupaya untuk
menginfeksi dengn cara melepaskan enzim dalam proses yang menghancurkan
jaringan tulang. Pus terbentuk, diikuti dengan edema dan kongesti vaskular.
Kanal Haversian di ringgo mendula (sumsum) tulang memungkinkan infeksi
berjalan ke segmen tulang lain. Jika infeksi mencapai batas luar tulang, hal
tersebut meningkatkan penyebaran infeksi di sepanjang permukaan. Mengangkat
periosteum dari diabetik memanjakan kaki terhadap trauma dan ulkus tekan.
Pasien mungkin tidak menyadari infeksi karena menyebar ketulang. Ketika
fungsi jaringan semakin buruk, respons inflamasi sering kali didiagnosa ketika
pasien mencari terapi untuk nyeri yang tidak sembuh, pembengkakakn jari kaki,
atau silitis akut (G. Bauldoff. 2012).

Pasien osteomielitis fokus pada keberadaan nyeri, mengeliminasi infeksi,


dan mencegah atau meminimalkan komplikasi. Diagnosis dini penting untuk
mencegah nekrosis tulang dengangan pemberian antibiotic yang tepat.

Osteomielitis dapat di ditangani dengan menggunakan beberapa cara


yaitu. antibiotik Clindamycin sering digunakan kerana merupakan obat yang
cukup baik untuk kedua macam bakteri staphylococcus aureus dan
anaerop.Operasi untuk membuang jaringan yang nekrotik, meningkatkan aliran
darah, tekanan vaskularisasi tulang korteks dan penyembuhan pada daerah
tulang.

2.5 Klasifikasi Osteomielitis


Osteomielitis dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
2.5.1 Osteomielitis Primer
Status fisiologi dari pasien dibagi menjadi tipe A, B, atau
Cberdasarkan adanya faktor lokal dari sistemik, yang memberikan
peran besar pada hasil akibat dari interaksi mikrooganisme dan inang.
Tipe A mempunyai sistem pertahanan yang baik, vaskularisasi lokal
yang baik dan respon fisiologi yang normal terhadap infeksi dan

12
pembedahan. Tipe B dibagi menjadi masalah sismetik, lokal dan
kombinasi dalam penyembuhan luka dan respon terhadap infeksi.
Faktor sistemik, seperti penyakit ginjal stadium ahir, keganasan,
diabetes mielitus, penggunaan alcohol, malnutrasi, penyakit
reumatologi atau status immunocompromiset (infeksi HIV, terapi
imunosupresif), dapat mengurangi kemampuan sistem imum. Defisiensi
lokal dapat di sebabkan oleh penyakit arteri, stasis vena, radiasi, bekas
luka, atau merokok yang dapat mengurangi vaskularisasi cedara awal
dan pembedahan yang menyertai sering berahir dengan fregmen tulang
yang avaskuler dan bekas luka pada jaringan diatasnya. Pada ineng tioe
C, faktr lokal dan sistemik begitu beratnya sehingga bahaya dari terapi
melebihi penyakit itu sendiri.

2.5.2 Ostemielitis sekunder


a. osteomielitis Akut/Subakut

Osteomielitis akut/subakut dapat berasal dari hematogen. Osteomielitis


dikatakan akut apabila terjadi dalam kurun waktu kurang dari dua minggu.
Terjadinya infeksi pada osteomielitis akut dimulai dari adanya infeksi pada
rongga medulla pada tulang. Osteomyelitis sub akut ditandai dimulai ketika
adanya peningkatan tekanan pada tulang dapat menyebabkan berkurangnya
suplai darah dan penyebaran infeksi melalui saluran Havers ke tulang kortikal
dan periosteum, sehingga mengakibatkan nekrosis tulang. Osteomyelitis sub
akut terjadi sesudah osteomyelitis akut yang tidak tertangani yaitu pada kurun
waktu 1 sampai 2 bulan. Faktor predisposisi meliputi daya tahan host karena

13
suplai darah lokal terganggu( Paget’s Disease, radioterapi, keganasan tulang, dan
lain-lain), atau penyakit sistemik (diabetes mellitus, leukemia, AIDS dll), dan
infeksi dari mikroorganisme. (G. Bauldoff. 2012)

a) Osteomielitis Kronis

Osteomielitis dikategorikan sebagai kronis apabila masa waktu


terjadinya lebih dari tiga bulan yang merupakan kelanjutan dari
osteomielitis subakut. Osteomielitis kronis yang terjadi pada tulang
rahang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu supuratif dan nonsupuratif.

a. Osteomielitis kronis supuratif


Osteomielitis kronis supuratif adalah ostemielitis yang paling
umum terjadi, dimana sering diakibatkan oleh invasi bakteri yang
menyebar. Sumber yang paling sering adalah dari gigi, penyakit
periodontal, infeksi dari pulpa, luka bekas pencabutan gigi dan
infeksi yang terjadi dari fraktur. Pada kasus ini sering dijumpai pus,
fistel dan sequester.
b. Osteomielitis kronis nonsupuratif
Osteomielitis kronis nonsupuratif menggambarkan bagian yang
lebih heterogenik dari osteomielitis kronis. Menurut Topazian yang

14
termasuk jenis osteomielitis kronis supuratif ini antara lain
osteomielitis tipe sklerosis kronis, periostitis proliferasi, serta
aktinomikotik dan bentuk yang disebabkan oleh radiasi. Hudson
menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kondisi osteomielitis
berkepanjangan akibat perawatan yang tidak memadai, atau
meningkatnya virulensi dan resistensi antibiotik dari mikroorganisme
yang terlibat. Oleh karena itu klasifikasi ini juga menggabungkan
beberapa kasus dan juga meliputi bentuk supuratif dari osteomielitis,
yang merupakan stadium lanjutan dari bentuk nonsupuratif

2.6 Manifestasi Klinis


Pada awal penyakit, gejala sistemik seperti febris, anoreksia, dan malaise
menonjol, sedangkan gejala lokal seperti pembengkakan atau selulitis belum
tampak. Pada masa ini dapat terjadi salah diagnosis sebagai demam tifoid. Nyeri
spontan lokal yang mungkin disertai nyeri tekan dan sedikit pembengkakan serta
kesukaran gerak dari ekstremitas yang terkena, merupakan gejala osteomielitis
hematogen akut. Pada anak-anak, dan orang dewasa, seringkali keluarga baru
menyadari setelah tampak tidak mau menggunakan salah satu anggota geraknya
atau tidak mau disentuh. Mungkin saja sebelumnya didapatkan riwayat infeksi
seperti kaki yang terluka, nyeri tenggorokan, atau keluarnya cairan dari telinga.
4,6,7 Pada orang dewasa, dijumpai nyeri lokal, dan pemeriksaan baru akan berarti
beberapa minggu kemudian (Willey. B. 2015)

Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal, sedikit
pembengkakan, dan dapat pula penderita menjadi pincang. Suhu tubuh penderita
biasanya normal.Umumnya infeksi tulang ini merupakan infeksi dari luka terbuka,
dan paling sering pada trauma terbuka pada tulang, dan jaringan sekitarnya. Nyeri
tulang yang terlokalisir, kemerahan, dan drainase disekitar area yang terkena
seringkali timbul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya luka terbuka dan
pembengkan di dearah Ekstremitas dengan nyeri tekan, deformitas, dan

15
instabilitas, jangkauan gerakan, dan status neurologis. Mungkin dapat ditemukan
sekuestrum yang menonjol keluar. (N. Prameswari. 2015)

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis osteomielitis berdasarkan pada pemindahan tulang. MRI


(Magnetic Resonance Imaging), pemeriksaan darah , dan biopsy. Dan pemindahan
tulang dapat dilakukan untuk mengidentifasi apse. Saluran sinus, dan perubahan
tulang. Ultrasonografi dapat mendeteksi penumpukan cairan periosteron, abses, dan
penebalan periosteron, dan peningkatan akibat osteomyelitis. Selama infeksi akut,
ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) dan WBC (White Blood Cell) meningkat.
Kaltur darah dan jaringan (dari tulang atau jaringan lunak yang terkena)diambil
untuk mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan terapi antibiotik langsung
(Nwojo. J, 2015)

2.7 Penatalaksanaan Medis Osteomielitis


2.7.1 Medikasi
Terapi antibiotik dilakukan untuk mencegah osteomielitis akut disaat
berkembang menjadi fase kronik. Terapi antibiotik perenteral dimulai segara
mungkin setalah kultur (darah atau luka) diambil. Panasilin semisintatis resisten
penisilinase (mis., nafcillin, oxacilin) dapat diberikan hingga hasil kultur dan
sensitivitas diketahui. Antibiotic ini digunakan saat awalnya karena banyak kasus
osteomyelitis disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ketika hasil sentivitas

16
terperinci ditemukan dikultur, antibiotik yang lebih definitis deprogram untuk
pasien osteomyelitis atau kronik. Anti biotik dilanjutkan selama 4 hingga 6 minggu.
Pemberian antibiotik intravena atau terapi oral umum dilakukan. Terapi oral dengan
ciprofloxacin dua kali sehari terbukti efektif sebagai terapi perenteral untuk
menangani pada pasien dewasa penderita osteomielitis kronik yang disebabkan
oleh organisme yang dicurigai (McPhee et al., 2008).

2.7.2 Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi primer untuk pasien osteomielitis kronik.


Periosteum di eksisi dan korteks dibor untuk membebaskan tekanan dari pus
yang terakumulasi. Selama prosedur ini, kultur dapat diambil dan dikirim ke
laboratorium untuk dianalisi. Lubang luka diirigasi, dan luka kemudian ditutup.
Rongga dapat tetap bersi dengan memasang slang drainase yang dihubungkan ke
system irigasi dan suction. Pascaoperasi, perawat berperan untuk menyuling dan
mengganti larutan antibiotic terlarut melalui slang drainace Flap
muskulokutaneus (mikokutaneus) adalah metode lain yang digunakan untuk
terapi ruang mati yang disebabkan oleh debridemen ekstensif pada tempat yang
terinfeksi. Prosedur mencakup memindahkan atau morotasi otot dan bagian kulit
yang diberi makan oleh arteri dari otot kedalam rongga yang diciptakan dengan
pembedahan. (G. Bauldoff. 2012)

17
2.8 Pathway
Pathway Osteomielitis

18
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan, verifikasi,
dan komunikasi data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder
(keluarga, tenaga kesehatan) kemudian data dianalisis sebagai dasar
untuk diagnosa keperawatan (Potter dan Perry, 2005).
a. Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan, alamat, nomor register,
tanggal datang ke rumah sakit, dan tanggal pengkajian.
1. Nama dan jenis kelamin
Nama dan jenis kelamin tidak mempengaruhi osteomielitis.
2. Umur dan tanggal lahir
Semakin tua umur seseorang maka akan semakin beresiko terkena
osteomienitis dikarenakan : fungsi imun cenderung menurun seiring
penuan.
3. Status perkawinan
Status perkawinan tidak mempengaruhi seseorang terkena
osteomielitis
4. Pendidikan
Seseorang yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang
pentingnya gaya hidup sehat maka akan rentan terkena
osteomielitis. Dikarenakan kurangnya pengetahuan penyabab awal
osteomilitis. Misalnya orang yang terkena bahan tumpul, awalnya
hanya terinfeksi ringan, dengan berjalannya waktu, infeksi ringan
tidak segera di tangani dengan perawatan yang baik akan berdampak
infeksi yang parah

19
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan
dari singkatan-singkatan atau istilah medis terkait Osteomielitis.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling mengganggu yang dirasakan klien
sehingga klien datang ke rumah sakit. Keluhan utama yang dialami
oleh penderita osteomyelitis yaitu :
1. Pembengkakan, eritema, dan terasa hangan di bagian yang
trerkena
2. Nyeri akut atau kronik dengan intensitas yang meningkat
3. Suhu tinggi disertai menggigil
4. Keluarnya cairan di area luka
5. Kesulitan bergerak di akstremitas yang terkena
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang
sekarang dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya
sampai klien memutuskan ke rumah sakit. Kronologis kejadian yang
harus diceritakan meliputi waktu kejadian, cara/proses, tempat,
suasana, manifestasi klinis, riwayat pengobatan, persepsi tentang
penyebab dan penyakit. Jika terdapat keluhan nyeri maka disertai
pengkajian nyeri PQRST. Biasanya tanda yang awal muncul pada
penderita Osteomielitis yaitu pembengkakan, nyeri dibagian yang
terinfeksi, demam, dan perubahan warna pada kulit.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Adanya riwayat penyakit yang pernah dialami. Misalnya
kontaminasi langsung tulang dari luka terbuka, bekas luka tembak,
bekas penjabutan gigi, gigitan hewan, diabetes jangka panjang,
Infeksi, Fraktur yang pernah terdapat, penangnan yang pernah
didapat dan riwayat pengguanaan obat-obatan

20
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga ada tidaknya yang pernah menderita
osteomielitis digambar melalui genogram minimal 3 generasi
terdahulu dan diberi tanda sesuai format yang ditentukan.
c. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan.
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana pola kesehatan dan
kesejahteraan klien. Contohnya menjelaskan pada saat klien sakit
apa klien lakukan memilih berobat dengan meminum obat yang
dibeli di warung atau ke klinik terdekat.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Berisi tentang pola makan klien, berat badan, intake dan output
makanan..
3. Pola Eliminasi
Berisi tentang karakteristik luka pasien dan perubahan tulang.
Karakteristik tersebut meliputi frekuensi, jumlah diskrid edema
difus, warna, bau, lebar jenis. Selain itu perubahan warna pada kulit
harus di perhatikan.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien dengan ostiemielitis memiliki pola aktivitas yang rendah
karena klien merasa kesakitan ekstremitas.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan osteomielitis kemungkinan akan terganggu saat
istirahat karena rasa sakit yang muncul.
6. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien dengan osteomielitis biasanya
masih tetap sadar dan mampu menjawab pertanyaan dengan baik.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri

21
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan
peran masing-masing individu. Pada klien dengan osteomielitis
gambaran diri dan harga diri tidak terganggu.
8. Pola peran dan hubungan sesama
Klien dengan ostemielitis kadang memiliki masalah dengan
hubungan sesamanya karena terkait kemampuan melaksanakan
kewajiban aktivitas.
9. Pola seksualitas
Penderita osteomielitis tidak mengalami gangguan pada seksual
reproduksinya.
10. Pola koping
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda tergantung dari
berbagai faktor. Pada klien dengan osteomielitis, stresor yang
mungkin perlu ditanggulangi mengenai masalah kewajiban
melaksanakan aktivitas produktif.
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan ini pada penderita osteomielitis ini
berkaitan dengan klien percaya ia dapat sembuh atau tidak dan ia
mampu melakukan semua tindakan untuk kesembuhan dirinya.
d. Pemeriksaan Fisik (Talbot, 1997)
1. Keadaan umum
Pada klien osteomielitis klien tampak meringis kesakitan,
karena pembengkan/lnfeksi yang berlebihan

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital


Pada klien dengan ostiomielitis juga sama dengan klien
lainnya pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan nadi, tekanan darah,
pola pernapasan, dan suhu tubuh.  
3. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala

22
Inspeksi : kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan kulit
kepala kering.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal dibagian kepala.
b) Mata
Inspeksi : teliti tidak adanya edema periorbita, eksoftalmus
(mata menonjol), anemis (-).
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal pada kedua mata.
c) Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal.
d) Hidung
Inspeksi : kebersihan terjaga
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
e) Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, tidak terdapat karang gigi, dan
lidah klien bersih.
Palpasi : tidak ada masalah.
f) Leher
Inspeksi : leher simetris
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
g) Dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara
umum bentuk dada tidak ada masalah, pergerakan nafas cepat,
krepitasi serta dapat dilihat batas ada saat perkuasi didapatkan
(bunyi perkusinya sonor). Pada pemeriksaan jantung dapat
diperiksa tentang denyut apeks atau dikenal dengan siklus kordis
dan aktivitas artikel, bunyi jantung normal S1, S2.
h) Abdomen

23
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan pada bentuk perut,
dinding perut, bising usus, kaji adanya nyeri tekan serta
dilakukan palpasi pada organ hati, limfa, ginjal, kandung kemih,
kemudian pada daerah anus, rectum, dan genitalia.
i) Ekstremitas
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya
rentang gerak keseimbangan dan gaya berjalan, pada klien
osteomyelitis memiliki keluhan terkait ekstremitas. Ada nyeri
skala 7 pada bagian tulang tibia 1/3 proksimal.
j) Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna tidak sesuai dengan

warna kulit normal, warna kuku sedikit pucat serta CRT 2


detik.
k) Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi lokal.
e. Prosedur Diagnostik
Prosedur pembedahan perlu dilakukan jika kondisi osteomielitis
memanjang dan tidak mengurangi keluhan setelah diberikan
pengobatan medis. Osteomielitis kronik, Periosteum diagsisi dan
korteks dibor untuk membebaskan tekanan dari pus yang
terakumulasi. Selama prosedur ini, kultur dapat diambil dan dikirim
ke laboratorium untuk dianalisi.
1.2.2 Diagonosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis atas respon
pasien, keluarga, atau komunitas terhadap kesehatan dan proses
kehidupan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar
atas pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang mana
perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Berikut adalah
diagnosa keperawatan klien dengan gastritis menurut NANDA (2018):

24
Diagnosa
1. Resiko infeksi
2. Hipertermia
3. Hambatan mobilitas fisik
4. Nyeri akut
5. Hambatan mobilitas fisik
6. Gangguan citra diri

1.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan
yang mencakup peletakan pusat tujuan pada pasien, menetapkan hasil yang akan
dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan tercapai. Pada tahap intervensi
adalah pemberian kesempatan pada perawat, pasien dan keluarga atau orang
terdekat pasien untuk merumuskan suatu rencana tindakan keperawatan agar
masalah yang dialami pasien dapat teratasi. Intervensi adalah peruntuk tertulis
yang memberikan gambaran tepat tentang rencana keperawatan yang akan
dilakukan terhadap pasien berdasarkan diagnosa keperawatan, sesuai kebutuhan.

25
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian keperawatan Kasus


Seorang pasien laki-laki berusia 46 tahun, tanpa riwayat patologis sebelumnya,
menderita gigitan anjing di kaki kanannya tiga hari sebelum masuk rumah sakit. ).
Pasien melaporkan bahwa dia digigit anjingnya, pasien langsung menerima
pengobatan setalah digigit. Asepsis, antisepsis dan penutupan luka primer
dilakukan dengan 4 jahitan sederhana dan pemberian antimikroba dikloksasilin.
Pada 12 jam kemudian pasien mengatakan adanya cairan yang keluar dari lukanya,
perubahan warna kulit, dan rasa sakit skala 8 ketika kaki kanannya digerakkan.
Pada 24 jam, pasien mengatakan pada lukanya menunjukkan perubahan eritematosa
yang lebih luas, dengan peningkatan suhu dan volume lokal yang signifikan, sekitar
15 cm pada diameter terbesarnya, dengan rasa sakit parah yang membuatnya tidak
dapat bergerak dengan tungkai kanannya. Pada pemeriksaan fisik, pasien demam,
tekanan darah 110/60 mmHg, denyut jantung 104 denyut per menit, saturasi
oksigen 96% di udara ruangan. Pasien sadar, berorientasi, dengan bunyi jantung
berirama, bidang paru dengan aliran udara masuk dan keluar yang memadai, perut
lunak, tanpa rasa sakit. Di ekstremitas kanan bawah, lesi diamati di wilayah soleus
eksternal dengan jahitan tegang, dimensi 1 x 1,5 cm, dengan sekresi seropurulen,
dasar eritematosa yang mengelilingi lesi primer, dengan batas yang tidak jelas,
garis batas yang tidak jelas, diameter panjang sekitar 15 cm. Pada saat kedatangan,
jahitan dihilangkan, kultur diambil dari luka, pembersihan mendalam dilakukan dan
tepi lesi ditandai. Pemberian vaksinasi ulang, termasuk vaksinasi rabies.
I. Identitas Klien

Nama : Tn. P No. RM : 057361

Umur : 46 tahun Pekerjaan : Petani

Jenis : laki-laki Status Perkawinan : Menikah


Kelamin

Agama : Islam Tanggal MRS : September 2019

26
Pendidikan : SMA Tanggal : September 2019
Pengkajian

Alamat : Sumbersari Sumber Informasi : Klien, keluarga,


rekam medik

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik: Osteomielitis
2. Keluhan Utama: klien mengatakan nyeri dibagian pergerakan kaki sebelah
kanan, disertai pembengkakan.
3. Riwayat penyakit sekarang:
- Saat dilakukan pengkajian, klien terlihat cemas, gelisah, gangguan pola tidur,
wajah terlihat pucat. Saat di panggil namanya, klien menoleh dan mampu
menjawab semua pertanyaan, orientasi klien baik. Klien mengungkapkan
bahwa saat klien tergigit anjing, klien hanya luka ringan dibagian kaki
sebelah kanan, setalah 24 jam kulit kaki klien mengalami perubahan warna
dibagian kaki sebelah kenan, disertai pembengkakan dan merasakan keluar
keringat dingin, dan sering merasa lemas.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami: Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien
tidak memiliki riwayat penyakit apapun di dalam keluarga.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll): Keluarga dan klien mengataka bahwa
klien tidak memiliki alergi
c. Imunisasi: Keluarga klien mengatakan tidak tahu tentang imunisasi apa saja
yang pernah diberikan pada klien
d. Kebiasaan/pola hidup/life style: Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien
memiliki pola makan yang baik dan teratur. Saat mengalami gigitan klain
tidak nafsu makan.
e. Obat-obat yang digunakan :
Keluarga mengatakan bahwa klien jarang mengkonsumsi obat, klain hanya
mengomsumsi obat disaat pusing saja. Yang sering dibeli diwarung terdekat

27
5. Riwayat penyakit keluarga: Keluarga klien mengatakan bahwa di dalam
keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menurun.
Genogram:

Keterangan:

: perempuan

: laki-laki

: laki-laki meninggal dunia

: klien

------ : tinggal bersama

: berpisah

II. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan : Baik
Interpretasi :

Keluarga mengatakan bahwa bila sakit, harus segera diatasi, baik dengan
cara-cara tradisional, ataupun cara-cara yang modern. Klien dan keluarga juga
menganggap bahwa kesehatan itu penting, namun apabila tidak ada yang
memberi tahu tentang penyakit yang di alami, klien dan keluarga tidak dapat
mengerti tentang pentingnya kesehatan.

28
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
- Antropometeri
BB: 64 kg menjadi 60 kg
Tinggi badan 170 cm
Interpretasi :
Ukuran lingkar lengan atas klien normal karena lebih dari 23,5 cm
- Biomedical sign :
Hb 11,7 gr/dL
Gula Darah Sewaktu 95 mg/dL pk 07.00
Interpretasi :
Hb normal antara 13,5-17,5 gr/dL, sehingga Hb klien dikatakan baik dan
normal karena masih dalam batas normal, dan nilai gula darah sewaktu
normal yakni <200 mg/dL
- Clinical Sign :
-Mukosa mulut kring
-Warna bibir pucat
Interpretasi :
Klien terlihat cukup lemas dan kurang berenergi
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Klien tidak dapat makan seperti biasa karena merasa kesakitan dan tidak
ada rasa nafsu makan
Interpretasi :
Klien mendapatkan makanan nasi, lauk pauk, buah dan sayur yang
didapatkan dari rumah sakit. Klien mengatakan bahwa dalam satu hari,
klien hanya mampu menghabiskan ½ porsi.
3. Pola eliminasi: BAK
- Frekuensi : 4-5 kali sehari
- Jumlah : 300 cc
- Warna : kuning jernih
- Bau : bau khas urin.
- Karakter :-

29
- BJ :-
- Alat Bantu : Klien tidak terpasang kateter, bila klien akan BAK klien
dibantu oleh keluarga menuju kamar mandi
- Kemandirian : dibantu
- Lain :-

BAB
Klien dapat BAB secara normal dengan karakteristik sedikit lembek dan
frekuensi 2 kali sehari.

4. Pola aktivitas & latihan


Klien melakukan aktivitas hanya mendapatkan bantuan minimal dari keluarga,
dan apabila akan melakukan kegiatan toileting, klien menuju kamar mandi
dengan dibantu keluarga.

c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4 Ket: 0:


tergantung
Makan / minum √
total, 1:

Toileting √ dibantu
petugas dan
Berpakaian √ alat, 2:

Mobilitas di tempat tidur √ dibantu


petugas, 3:
Berpindah √ dibantu alat,

Ambulasi / ROM √ 4: mandiri


Status
Oksigenasi : Baik
Fungsi kardiovaskuler : Baik

30
Terapi oksigen : Klien tidak terpasang selang oksigen
Interpretasi : Klien dapat bernafas spontan tanpa bantuan
oksigen

5. Pola tidur & istirahat


Durasi : Menurut keluarga dan klien durasi tidur klien sebelum
MRS baik, klien dapat tidur pada siang hari, dan juga di
malam hari, sekitar kurang lebih 8 jam dalam sehari.
Namun saat MRS klien dapat tidur ±5 jam dalam sehari
Gangguan tidur : Bila siang hari klien tidak dapat tidur lama dan
nyenyak, karena klien mengatakan merasa nyeri terus
menerus.
Keadaan bangun tidur : Klien bangun dengan tenang dan hanya terdiam setelah
bangun tidur
Interpretasi :Klien mengatakan setelah sekitar 30 menit tidur, klien
akan terbangun. Bila siang hari klien tidur ±pk 12.00-
13.00 dan pada malam hari ±pk 00.00-pk 05.00

6. Pola kognitif & perceptual


- Fungsi Kognitif dan Memori : Sebelum dan saat MRS kognitif klien
tetap baik, dan masih dapat diajak bicara dan memberikan timbal balik
yang tepat, dan ingatan klien baik saat dilakukan pengkajian
- Fungsi dan keadaan indera : Klien dan keluarga mengatakan sebelum dan
saat MRS, klien tidak memiliki masalah pada pendengaran maupun
penglihatan
7. Pola persepsi diri
- Gambaran diri : Klien dan keluarga klien mengatakan ada masalah terhadap
bentuk tubuh klien, sekarang menjadi tambah kurus
- Identitas diri : Klien tidak memiliki gangguan identitas diri, klien masih
mmiliki orientasi yang baik terhadap dirinya sendiri

31
- Harga diri : Klien mengatakan tidak terganggu dengan penampilannya yang
menjadi terlihat lebih kurus.
- Ideal Diri : Ideal diri klien tidak terganggu dan memiliki keyakinan untuk
sehat kembali
- Peran Diri : Klien adalah kepala keluarga.
- Interpretasi : Dalam keadaan sakit klien merasa bingung karena klien adalah
tulang punggung keluarga. Apabila klien sakit tidak ada yang mencari nafkah
dalam keluarga.
8. Pola seksualitas & reproduksi
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien sangat menyayangi keluarga oleh
karena itu keluarga ingin cepat sembuh dan bersama kembali dengan
keluarganya di rumah
9. Pola peran & hubungan
- Keluarga klien mengatakan bahwa hubungan antara klien dengan anggota
keluarga yang lain baik, sehingga keluarga klien ingin klien segera pulang
agar dapat berjumpa lagi dengan anggota keluarga dan saudara-saudaranya
yang lain
- Klien mengatakan bahwa dirinya sangat disayangi oleh anak dan istrinya.
- Terlihat bahwa keluarga selalu menemani klien saat di Rumah Sakit
10. Pola manajemen koping-stress
- keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap sakit
adalah ujian agar lebih bertakwa dan harus disyukuri.
11. System nilai & keyakinan
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap sakit itu
sebagai jalan yang harus di lewati dan dijalani sehingga bagaimanapun
keadannya harus ditrima dan disyukuri.
- Keluarga klien mengatakan saat sebelum sakit klien melakukan sholat 5
waktu dengan baik, saat ini hanya mampu solat dengan cara duduk atau
berbaring di tempat tidur

32
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:

GCS=4-5-6

Tanda vital:

- Tekanan Darah : 110/60 mm/Hg


- Nadi : 104 X/mnt
- RR : 22 X/mnt
- Suhu : 38,5ºC

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
Kepala simetris, tidak ada jejas, distribusi rambut normal, rambut hitam, ada
sedikit rambut yang putih, rambut berminyak, tidak ada lesi, tidak ada massa,
ada nyeri tekan di sisi dekstra
2. Mata
Sklera keruh, konjungtiva anemis, pupil isokor, distribusi bulu mata merata,
bagian kelopak dalam mata bersih, penglihatan normal, mata simetris..
3. Telinga
Bagian luar telinga kanan dan kiri terlihat bersih, tidak ada kelainan bentuk,
tidak ada massa serta menurut keluarga klien pendengaran normal, warna kulit
telinga sama dengan warna kulit sekitarnya.
4. Hidung
Tidak terdapat kelainan bentuk, tulang hidung simetris, lubang hidung normal,
tidak ada lesi maupun jejas, tidak ada massa, warna kulit hidung sama dengan
warna di sekitarnya, tidak terpasang NGT, tidak terdapat mucus.
5. Mulut
Mukosa bibir kering, warna coklat, bibir simetris, tidak ada massa, tidak ada
luka.
6. Leher

33
Leher pasien terlihat simetris, tidak ada jejas maupun lesi, tidak ada benjolan
ataupun pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit dileher sama dengan warna kulit
sekitarnya, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
7. Dada
I : Dada pasien terlihat simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada jejas maupun
lesi, iktus kordis tidak nampak, tidak ada pembesaran
P : Ketika diperkusi sonor di bagian kiri dan sonor pada bagian kanan, di area
jantung pekak
P : Pengembangan paru kanan kiri sama, tidak ada massa
A : Suara nafas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar jelas, dan tidak
ada bunyi jantung tambahan
8. Abdomen
I : bentuk simetris kanan kiri, tidak ada jaringan parut, tidak terdapat
penonjolan di bagian perut, umbilicus letak simetris, perut cembung
A : Terdengar bising usus 19x per menit
P : Bunyi sedikit timpani di setiap lapang perut, kecuali perut bagian hepar
bunyi pekak
P : Tidak teraba massa, perut terasa lembek
Pengkajian nyeri:

9. Urogenital
- Klien tidak terpasang selang kateter
- Klien BAK ± 300 cc/ hari, warna kuning
- Klien BAB sekali dalam sehari
10. Ekstremitas
- Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infuse. Warna kulit tidak merata.
- Ekstremitas bawah : Kaki kiri dapat bergerak normal, kaki bagian kanan
tidak bisa bergerak secara normal, kaki kanan dibagian bawah mengalami
jahitan, dan lesi primer dengan tepi buruk, panjang diameter sekitar 15 cm.
sudah dilakukan pengkajian nyeri ditemukan nyeri dengan sekala 8

34
- kemampuan otot
44
42
44

11. Kulit dan kuku


Kulit pasien terlihat lembab, turgor kulit buruk. Kuku pendek, sedikit kotor, dan
sedikit pucat, CRT > 2 detik.
12. Keadaan lokal
Klien terlihat terbaring di tempat tidur dengan posisi supinasi dengan sudut flexi
15-30, terpasang infus ditangan sebelah kanan.

IV. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium


No Jenis Nilai normal (rujukan) Hasil ( september 2019)
pemeriksaan

Nilai Satuan

1. Hematologi

Hemoglobin 11,5-16,5 Gr/dL 11,7

Lekosit
4,5-11,0 12,8
/L

Hematokrit 37-43 % 38

Trombosit
150-450 359
/L

35
2. Faal Hati

SGOT U/L
10-35 14
(30ºC)

SGPT U/L
9-43 9
(30ºC)

Albumin 3,4-4,8 Gr/dL 3,7

3. Gula Darah

Glukosa
<200 mg/dL 90
Sewaktu

4. Elektrolit

Natrium 135-155 mmol/L 120

Kalium 3,5-5,0 mmol/L 3, 85

Chlorida 90-110 mmol/L 104, 2

Calsium 2,15-1,57 mmol/L 2,38

5. Faal Ginjal

Kreatinin
0,6-13 mg/dL 5,2
serum

BUN 6-20 mg/dL 18

Urea 26-43 gr/24 h 20

Asam Urat 2,3-6,1 Mg/dL 2,8

36
Jenis
No Nilai normal (rujukan) Hasil
pemeriksaan
(5september 2019)
Nilai Satuan

Gula Darah

Glukosa
<200 mg/dL 100
Sewaktu

Jenis Hasil
No Nilai normal (rujukan)
pemeriksaan (6 september 2019)

Nilai Satuan

Gula Darah

Glukosa
<200 mg/Dl 100
Sewaktu

3.2 Analisa Data

No. Hari/Tgl/Jam Data Etiologi Masalah


keperawatan
1. Kemis 19 DS: Digigit anjing Resiko infeksi
september Pasien mengtakan
2019 lukanya Luka

37
mengeluarkan
cairan sejak 12 jam
yang lalu Akumulasi bakteri
DO:
Luka tampak Vaksin tidak
bengka kemerahan adekkuat

Leukosir 12,5
Resiko infeksi
/L
2. Kamis, 19 DS: Luka Nyeri akut
september Pasien mengatakan
2019 kaki sebelah kanan Akumulasi bakteri
sakit ketika
digerakan Bengkak dan
DO: kemerahan
Sekala nyeri 8
Nyeri akut
3. Kemis 19 DS: Luka Ansietas
September Pasien mengatakan
2019 cemas dengan
kondisinya Infeksi
DO:
Tampak gelisah, Vaksinasi tidak
nadi 104x/menit adekuat

Penyembuhan luka
memanjang

Ansietas

3.3 Diagnosa Keperawatan

38
1. Resiko infeksi b.d vaksinasi tidak adekuat d.d leukosit upnormal, kemerahan di
permukaan luka berair
2. nyeri akut b.d agen cedera fisik d.d sekala nyeri 8
3. Ansietas b.d ancaman pada status terkini d.d cemas dan gelisah

3.4 Intervensi keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


o. keperawat hasil
an
1. Resiko Tujuan : setelah Perawatan luka Perawatan luka
infeksi dilakukan tindakan (3660) a. untuk
b.d keperawatan 3x24 a. kontrol luas luka mengetahuhi
vaksinasi jam, kriteria hasil b. berikan rawatan panjang dan luas
tidak yang diharapkan : insisi pada luka luka
adekuat 1. Keperawatan c. pertahankan teknik b. agar mengurangi
d.d infeksi (0703) : balutan steril ketika timbulnya infeksi
leukosit A. Kemerahan dari melakukan perawatan yang lebi parah
upnorma skala 1 (deviasit luka c. untuk mengurangi
l, yang berat dari d. bandingkan dan dampak infeksi oleh
kemerah kisaran normal) catat setiap perubahan virus yang lain
an di menjadi skala 5 luka d. untuk
permuka (tidak ada deviasi e. anjurkan pasien atau mengetahuhi luka
an luka dari kisaran anggota keluarga untuk makin
berair normal). mengenal tanda dan membasar/mengecil
B. nyeri dari skala gejala infeksi e. agar pasian dan
1 (deviasit yang f. dokomintasikan keluarga mengetahui
berat dari kisaran lokasi luka, ukuran, luka yang timbul
normal) menjadi dan tampilan. f. untuk mengetahui
skala 5 (tidak ada letak luka yang ada
deviasi dari

39
kisaran normal).
C. cairan (luka)
yang berbau busuk
dari skala 1
(deviasit yang
berat dari kisaran
normal) menjadi
skala 5 (tidak ada
deviasi dari
kisaran normal).
2. Respon
pengobatan
(2301).
A. efek terapeutik
yang diharapkan
dari skala 2
(deviasit yang
cukup berat dari
kisaran normal)
menjadi skala 5
(tidak ada deviasi
dari kisaran
normal).
3. manajemen
diri : penyakit
akut (3100).
A. monitor tanda
dan gejala
komplikasi dari
skala 1 (deviasit
yang berat dari

40
kisaran normal)
menjadi skala 5
(tidak ada deviasi
dari kisaran
normal).
2. nyeri akut Tujuan : setelah Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
b.d agen dilakukan tindakan (1400) a. untuk mengetahui
cedera keperawatan 3x24 1.lakukan pengkajian ambang nyeri
fisik d.d jam, kriteria hasil nyeri komprehensif. b. supaya pasien
sekala yang diharapkan : 2. berikan informasi mengetahui
nyeri 8 1. tingkat nyeri mengenai nyeri. penyebab nyeri yang
(2102). Seperti penyebab dialami
A. Exsperasi nyeri nyeri,. c. agar pasien tidur
wajah dari skala 1 3. dukung tidak merasakan
(deviasit yang istirahat/tidur yang nyeri yang timbul
berat dari kisaran adekuat untuk d. untuk mengurangi
normal) menjadi membantu penuranan rasa nyeri
skala 5 (tidak ada nyeri. Pemberian
deviasi dari 4. berikan penurunan Analgesik
kisaran normal). nyeri yang optimal a. untuk mencegah
B. tidak bias dengan resepan terjadinya
beristirahat dari analgesic komplikasi
skala 2 (deviasit Pemberian Analgesik b. untuk
yang cukup berat (2210) mempercepat proses
dari kisaran 1. cek adanya riwayat penyembuhan
normal) menjadi alergi obat c.untuk
skala 5 (tidak ada 2. pilih analgesic atau mengoptimalkan
deviasi dari kombinasi analgesic dosis yang akan
kisaran normal). yang sesuai kertika diberikan
C. denyut nadi lebih dari satu d. untuk mengetahui
radial dari skala 2 3. monitor tanda vital reaksi obat

41
(deviasit yang sebelum dan setelah
cukup berat dari pemberian analgesic
kisaran normal) norkotik dan obat-
menjadi skala 5 obatan lain yang di
(tidak ada deviasi batasi
dari kisaran 4. dukumentasikan
normal). respon terhadap
2. keparahan analgesic dan adanya
cedara fisik efek samping
(1913).
A. gangguan
imobilitas dari
skala 1 (deviasit
yang berat dari
kisaran normal)
menjadi skala 5
(tidak ada deviasi
dari kisaran
normal).
B. memar dari
skala 1 (deviasit
yang berat dari
kisaran normal)
menjadi skala 5
(tidak ada deviasi
dari kisaran
normal).
3. Ansietas Tujuan : setelah Pengurangan Pengurangan
b.d dilakukan tindakan kecemasan (5820) kecemasan
ancaman keperawatan 3x24 a. gunakan pendekatan a. untuk menjalin
pada jam, kriteria hasil yang tenag dan damai kerjasama yang baik

42
status yang diharapkan : b. puji/kuatkan b. agar pasien
terkini d.d 1. tingkat perilaku yang baik memiliki semangat
cemas dan kecemasan secara tepat untuk sembuh
gelisah (1211). c. instruksikan klien c. untuk
A. tidak dapat untuk menggunakan mengalihkan rasa
beristirahat dari teknik rileksasi cemas pasien
skala 2 (deviasit Teknik menenangkan Teknik
yang cukup berat (5880) menenangkan
dari kisaran a. pertahankan sikap a. agar pasien tidak
normal) menjadi yang tenang dan merasakan
skala 5 (tidak ada berhati-hati kecemasan
deviasi dari b. yakinkan b. agar pasien punya
kisaran normal). keselamatan dan semangat untuk
B. peningkatan keaman klien sembuh
frekuensi nadi dari c. identifikasi orang- c. untuk meyakinkan
skala 2(deviasit orang terdekat klien pasien untuk
yang cukup berat yang bisa membantu sembuh
dari kisaran klien
normal) menjadi
skala 5 (tidak ada
deviasi dari
kisaran normal).
C. gangguan tidur
dari skala
(deviasit yang
cukup berat dari
kisaran normal)
menjadi skala 5
(tidak ada deviasi
dari kisaran
normal).

43
2.Status
kenyamanan:
fisik (2010).
A. kesejaterahan
fisik dari skala 2
(deviasit yang
cukup berat dari
kisaran normal)
menjadi skala 5
(tidak ada deviasi
dari kisaran
normal).
b. Suhu tubuh dari
skala 2(deviasit
yang cukup berat
dari kisaran
normal) menjadi
skala 5 (tidak ada
deviasi dari
kisaran normal).

3.5 Catatan Perkembangan


N Hari/ Diagnosa Imlementasi Evaluasi sumatif
o. Tgl keperawatan keperawatan
1. septem Resiko infeksi Memberikan S:
ber b.d vaksinasi Perawatan luka Pasien mengatakn
2019 tidak adekuat d.d a. melakukan pembengkakan mulai
Pukul leukosit pengontrolan luas luka mengecil
upnormal, yang ada O:
kemerahan di b. melakukan saline  luka pasien

44
permukaan luka atau membersihkan tampak
berair yang tidak beracun, mongering
dengan tepat  TD:
c. melakukan 120/80mmHg
pemberian rawatan  N:99x/menit
insisi pada luka  S:36,5oc
d. mempertahankan  Wajah tampak
teknik balutan steril segar
ketika melakukan A:
perawatan luka Masalah teratasi
e. membandingkan dan sebagian
mencatat setiap P:
perubahan pada luka Lanjutkan intervensi
f. menganjurkan
pasien atau dengan
anggota keluarga
untuk memberi tau
tanda dan gejala
infeksi
g. mendokomintasikan
lokasi luka, ukuran,
dan tampilan.
2. septem nyeri akut b.d a. melakukan S:
ber agen cedera fisik pengkajian tingkat Pasien mengatakan
2019 d.d sekala nyeri nyeri komprehensif. jika nyeri berkurang
Pukul 8 2. membiritaukan O:
informasi yang  Sekala nyeri 8
mengakibatkan nyeri. turun menjadi 5
3. memberikan  TD:
dukungan 120/80mmHG
istirahat/tidur yang

45
adekuat untuk A:
membantu penuranan Masalah teratasi
nyeri. sebagian
4. memberikan P:
penurunan nyeri yang Lanjutkan intervensi 1
optimal dengan
resepan analgesic
Membeberian
Analgesik (2210)
1. melakukan
pengecekan adanya
riwayat alergi obat
2. memilih analgesic
atau kombinasi
analgesic yang sesuai
kertika lebih dari satu
3. melakun
pengecekan tanda-
tanda vital sebelum
dan setelah pemberian
analgesic
4. mendukumentasikan
respon terhadap
analgesic dan adanya
efek samping

3. septem Ansietas b.d Melakukan S:


ber ancaman pada Pengurangan Pasien mengatakan
2019 status terkini d.d kecemasan (5820) mulai tidak mengalami
Pukul cemas dan a. melakukan rasa cemas
gelisah pendekatan yang tenag O:

46
dan damai Pasien mulai
b. memberikan pujian tersenyum saat ditanya
perilaku yang baik A:
c. mengentruksikan Masalah teratasi
klien untuk sebagian
menggunakan teknik P:
rileksasi Lanjutkan intervensi
Melakun Teknik
menenangkan (5880)
a. mempertahankan
sikap yang tenang dan
berhati-hati
b. meyakinkan
keselamatan dan
keaman klien
c. mengindentifikasi
orang-orang terdekat
klien yang bisa
membantu klien

47
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ostiomielitis adalah salah satu penyakit infeksi yang mengenai
tulang. Tulang lebi sulit disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak,
karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan, dan pembentukan involikrum (pembentukan
tulang baru disekeliling tulang mati). Ostiemielitis dapat menjadi masalah
kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas.

4.2 Saran
A. Untuk penderita osteomielitis
Jangan pernah mengabaikan luka yang menurut anda hanya luka
biasa.
B. Untuk Keluarga
Selalu memberikan dukungan baik secara fisik maupun psikologis
karena dukungan dari keluarga dapat mempengaruhi pasien untuk
sembuh
C. Untuk tenaga Kesehatan
Selalu memberikan pelayan kesehatan yang optimal untuk siapa
saja guna untuk meningkatkan status kesehatan setiap induvidu

48
DAFTAR PUSTAKA

Afifah. 2019. Struktur Tulang Manusia dan Fungsinya.


https://usaha321.net/struktur-tulang-manusia-dan-fungsinya.html. ( Diakses
pada 2 oktober 2019)

Birt, M.C., D. W. Anderson, E.B. Toby, and J.Wang. 2017. Osteomyelitis: Recent
advances in pathophysiology and therapeutic Strategies. Journal of
Orthopaedics, 14: 54-52.

Black, J.M., dan C.A.H. Hawks. 2014. Keperawatan medical bedah. Terjemahan
oleh dr. Rizal Ashari Nampira, dr. Yudhistira, Ns. Shanti Citra Eka.
Jakarta Selatan: Selimba Emban Patria.

Lemon, p., K.M. Burke, dan G. Bauldoff. 2012. Keperawatan Mesikal Bedah.
Gangguan Respirasi Gangguan Muskoloskeletal. Terjemahan Ns. Wuri
Praptiani, S.kep. Jakarta: EGC Medical Publisher.

F.N Azmi, D. Mulawarmanti, dan N. Prameswari. 2015. Efektifitas Perbandingan


Kombinasi Clindamycin dan Ekstrak Nannochloropsis Oculata Terhadap
Peningkatan Kepadatan Kolagen Pada Osteomielitis Mandibula. Jurnal
Kedokteran Gigi. Vol 9(1): 1907-5987.

Kremers. H.M., M.E. Nwojo, J.E. Ransom, M. Woodwemtz, L.J.Melton, and


P.M. Huddleston. 2015. Trend In The Epidemielogy Of Osteomyelitis A
Population-Baset Study, 1969 To 2009. J Bone Joint surg Am, (97):837-
845.

Syaifuddin. 2011. Anatomi fisiologi untuk keperawatan dan kebidanan.


Jakarta:EGC.

Willey. B. 2015. Boniand join infaction from microbiology lo diagnosst end


treatmen. UK: jhon willy https://books.google.co.id/books/about/

49
Bone_and_Joint_Infections.html?
id=6zusBgAAQBAJ&printsec=frontcover&source=kp_read_button&redi
r_esc=y#v=onepage&q&f=false (diakses tanggal 20 September 2019)

50

Anda mungkin juga menyukai