Anda di halaman 1dari 22

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERACUNAN PESTISIDA DI DESA

SUKOREJO KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER

MINI PROPOSAL
Diajukan guna memenuhi tugas akhir dan memenuhi syarat untuk menyelesaikan
mata kuliah keperawatan metodologi penelitian

oleh

Riky Ahmad Fahrezi

NIM 172310101097

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Riky Ahmad Fahrezi

NIM : 172310101097

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa mini proposal yang
berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi Keracunan Pestisida Di Desa Sukorejo
Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember” adalah benar-benar hasil karya saya
sendiri, terkecuali kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya. Proposal ini belum
pernah diujikan kepada institusi manapun dan dapat dipastikan bukan hasil karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
dengan sikap ilmiah yang dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapatkan sanksi akademik jika
ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 9 Juni 2020

Yang menyatakan,

Riky Ahmad Fahrezi


NIM 172310101097

ii
Daftar Isi

Halaman Judul ............................................................................................ i

Halaman Pernyataan Karya Diri Sendiri ................................................... ii

Daftar Isi ...................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3
1.5 Keaslian Penelitian .................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5

2.1 Konsep Teori ............................................................................. 5

2.1.1 Definisi Pestisida .............................................................. 5

2.1.2 Jenis Pestisida ................................................................. 5

2.1.3 Tingkat Keracunan Pestisida ............................................ 8

2.1.4 Pencegahan ..................................................................... 8

2.2 Kerangka Teori .......................................................................... 10

BAB 3. KERANGKA KONSEP .................................................................... 11

3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 11

3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................... 11

BAB 4. METODE PENELITIAN ................................................................... 12

4.1 Desain Peneltian ....................................................................... 12

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 12

4.3 Tempat Penelitian ...................................................................... 13

4.4 Waktu Penelitian ........................................................................ 13

iii
4.5 Definisi Operasional .................................................................. 13

4.6 Pengumpulan Data .................................................................... 14

4.7 Pengolahan Data ....................................................................... 15

4.8 Analisa Data .............................................................................. 15

4.9 Etika Penelitian .......................................................................... 16

Daftar Pustaka ............................................................................................ 17

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi
pembangunan ekonomi di Indonesia karena pertanian dapat menghasilkan bahan
pangan, bahan baku atau sumber energi serta mengelola lingkungan hidup. Setiap
hari banyak petani teracuni oleh pestisida. Pestisida merupakan bahan yang
beracun dan berbahaya apabila dalam pengelolaannya tidak tepat dapat
berdampak negatif bagi petani (Fadillah, dkk. 2019). Pestisida merupakan bahan
kimia yang digunakan untuk mengendalikan atau membasmi hama. Pestisida
digunakan di berbagai kegiatan, mulai dari rumah tangga, kesehatan, pertanian,
dan lain-lain. Pestisida dapat menguntungkan terhadap petani namun terdapat
kerugian yang timbul karena efek toksik yang ada didalam kandungan kimia dalam
pestisida diantaranya yaitu keracunan pestisida yang ditadai seperti kelelahan,
mual, muntah, diare, sakit kepala dan lain-lain(Rianto, dkk. 2019). Dalam upaya
untuk mengendalikan hama, petani masih mengandalkan dari jenis-jenis
pestisida. Penggunaan pestisida yang kurang tepat dapat berdampak pada
kesehatan petani serta dapat mencemari lingkungan baik itu tanah maupun air
(Savira, dkk. 2019).
Menurut (WHO) pada tahun 2012 terjadi sekitar 600.000 kasus. Di
bangladesh keracunan pestisida dapat menyebabkan kematian, di kamboja
terdapat 88% dari 23.182 petani mengalami keracunan pestisida. Di China
terdapat kejadian keracunan pestisida antara 53.000 sampai 123.000 jiwa
(Fadillah, dkk. 2019). Di Indonesia sendiri setiap tahun terdapat lebih dari 12.000
kematian yang diakibatkan oleh keracunan pestisida. Jumlah keracunan
diperkirakan semakin bertambah, mengingat angka kejadian tersebut diperoleh
dari kasus yang dilaporkan sendiri oleh korban maupun dari angka statistik
(Salindeho, dkk. 2020)
Salah satu penyebab keracunan pestisida diakibatkan petani kurang
memperhatikan penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan
penyemprotan pestisida (Salindeho, dkk. 2020). Tingkat pengetahuan petani
terhadap efek dari pestisida pada manusia di Pakistan meningkat setelah
dilakukan pemberian pendidikan dan pelatihan. Dalam hal ini menunjukkan bahwa

1
dampak dari pestisida dapat dikurangi dengan pemberian latihan dalam
menggunakan APD pada saat beraktivitas yang berkaitan dengan pestisida. Jadi
untuk mengurangi efek negatif dari pestisida petani harus diberi pendidikan dan
pelatihan aplikasi APD secara aman dan sehat (Erwin, dkk. 2019).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pendidikan berpengaruh terhadap keracunan pestisida ?
2. Apakah ekonomi berpengaruh terhadap keracunan pestisida ?
3. Apakah penggunaan APD berpengaruh terhadap keracunan pestisida ?
4. Apakah kesadaran diri berpengaruh terhdap keracunan pestisida ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan keracunan pestisida
pada petani di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik (masa kerja dan status gizi) petani di Desa
Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
2. Mengidentifikasi praktek penggunaan pestisida (kelengkapan alat pelindung
diri (APD) saat penyemprotan, lama menyemprot dalam sehari, praktek
pengelolaan pestisida, toksisitas pestisida yang digunakan) pada petani di
Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
3. Mengidentifikasi suhu udara saat penyemprotan petani hortikultura di Desa
Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
4. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan keracunan pestisida pada
petani di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
5. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan keracunan pestisida pada
petani di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
6. Menganalisis hubungan antara kelengkapan dalam penggunaan APD dengan
keracunan pestisida pada petani di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
7. Menganalisis hubungan antara lama menyemprot dalam sehari dengan
keracunan pestisida pada petani di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
8. Menganalisis hubungan antara suhu di lokasi penyemprotan dengan
keracunan pestisida pada petani di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.

2
9. Menganalisis secara bersamaan hubungan antara masa kerja, status gizi,
kelengkapan APD, lam menyemprot, suhu lingkungan dan keracucan pestisida
di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
kesehatan tentang penggunaan pestisida serta dampak yang terjadi pada
penggunanya.
2. Bagi Dinas Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu Dinas Terkait untuk
memberikan pelayan kesehatan yang lebih baik lagi dan tepat sasaran
sehingga dampak negatif dari penggunaan pestisida dapat diminimalisir.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat melatih peneliti untuk menghasilkan karya
ilmiah yang lebih baik serta menambah pengetahuan tentang pestisida.
4. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bahaya
penggunaan pestisida jika tidak dilakukan seusai dengan prosedur yang
berlaku.

1.5 Keaslian Penelitian


No Perbedaan Penelitian Sebelumnya Penelitian Sekarang

1 Judul Faktor-Faktor Yang Faktor yang


Penelitian Berhubungan Dengan mempengaruhi
Keracunan Pestisida Pada keracunan pestisida di
Petani Penyemprot Hama di Desa Sukorejo
Desa Pedeslohor Kecamatan Kecamatan Bangsalsari
Adiwerna Kabupaten Tegal Kabupaten Jember

2 Peneliti Mirzadevi Zakaria Riky Ahmad Fahrezi

3 Tahun 2007 2020

4 Variabel Keracunan Pestisida Keracunan Pestisida


Penelitian

3
5 Jenis Kuantitatif Kuantitatif
Penelitian
6 Instrumen Kuesioner Kuesioner
Penelitian
7 Teknik Simple Random Sampling Menggunakan Rumus
Sampling Slovin

4
BAB 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Definisi

Pestisida merupakan bahan kimia yang umum digunakan di bidang


pertanian, untuk membunuh hama dan penyakit tanaman (Mesran, M., dkk,
2018). Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI No. 434.1/Kpts/TP.270/7/2001,
tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, yang dimaksud
pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk beberapa tujuan berikut :
1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas rerumputan.
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman (tetapi tidak termasuk golongan pupuk).
Sementara itu, Menurut The United States Environmental Control Act
mendefinisikan pestisida sebagai berikut :
1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus
digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan
serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad
renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang
terdapat pada hewan dan manusia.
2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.
2.1.2 Jenis Pestisida

a. Insektisida

Insektisida merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun


yang bisa mematikan semua jenis serangga. Serangga menyerang tanaman
untuk memperoleh makanan denganberbagai cara, sesuai tipe mulutnya.
Kelompok pestisida yang terbesar dan terdiri atas beberapa sub kelompok
kimia yang berbeda, yaitu:

5
1. Organoklorin mrupkan insektisida Chlorinated hydrocarbon secara
kimiawi tergolong insektisida yang relatif stabil dan kurang efektif, ditandai
dengan dampak residunya yang lama terurai dilingkungan. Salah satu
insektisida organoklorin yang terkenal adalah DDT. Pestisida ini telah
menimbulkan banyak perdebatan. Kelompok organoklorin merupakan racun
terhadap susunan syaraf baik pada serangga maupun mamalia. Keracunan
dapat bersifat akut atau kronis. Keracunan kronis bersifat karsinogenik
(kanker).

2. Organofosfat, insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau asam


tiofosfat. Pestisida ini umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang
paling toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan,
burung, cicak dan mamalia. Pestisida ini mempunyai efek, memblokade
penyaluran impuls syaraf dengan cara mengikat enzim asetilkolinesterase.
Keracunan kronis pestisida golongan organofosfat berpotensi karsinogenik.

3. Karbamat, kelompok ini merupakan ester asam H-metilkarbamat Yang


Bekerja menghambat asetilkolinesterase, tetapi pengaruhnya terhadap
enzim tersebut tidak berlangsung lama, karena prosesnya cepat reversibel.
Apabila timbul gejala tidak bertahan lama dan cepat kembali normal.
Pestisida kelompok ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1 sampai 24 jam
sehingga cepat diekskresikan.

4. Piretroid dan yang berasal dari tanaman lainnya piretroid berasal dari
piretrum diperoleh dari bunga Chrysanthemun cinerariaefolum. Insektisida
tanaman lain adalah nikotin yang sangat toksik secara akut dan bekerja
pada susunan saraf. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia
tapi menimbulkan alergi pada orang yang peka.

b. Fungisida

Fungisida merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun


dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan.
Cendawan ini merusak tanaman dengan berbagai cara. Misalnya sporanya
masuk kedalam bagian tanaman lalu mengadakan pembelahan dengan cara
pembesaran sel yang tidak teratur sehingga menimbulkan bisul-bisul.

6
Pertumbuhan yang tidak teratur ini mengakibatkan sistem kerja pengangkut
air menjadi terganggu.

c. Herbisida

Herbisida merupakan pestisida yang digunakan untuk mengandalikan


gulma atau tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki. Karena
herbisida aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik

d. Bakterisida

Bakterisida mengandung bahan aktif yang bisa membunuh bakteri.


Ukuran bakteri sangat kecil yaitu sekitar 0,15-6 mikron, sehingga mudah
masuk kedalam tanaman inang melalui luka, stomata, pori air, kelenjar madu
dan lentisel. Bakteri ini juga menghasilkan zat racun dan zat lain yang
merugikan tanaman, bahkan menghasilkan zat yang bisa merangsang sel-
sel inang membelah secara tidak normal. Didalam tanaman, bakteri ini akan
bereaksi menimbulkan penyakit sesuai tipenya. Bakteri bisa menyebar
melalui biji, buah, umbi, serangga, burung, siput, ulat, manusia, dan pupuk
kandang. Bakterisida biasanya bekerja dengan cara sistemik karena bakteri
melakukan perusakan dalam tubuh inang. Perendaman bibit dalam larutan
bakterisida merupakan salah satu cara aplikasi untuk mengendalikan
Pseudomonas solanacearumyang bisa mengakibatkan layu pada tanaman
famili solanaceae.Contoh bakterisida yaitu Agrymicin dan Agrept.

e. Nematisida

Nematoda yang bentuknya seperti cacing kecil panjangnya 1 cm walaupun


pada umumnya pnjangnya kurang dari 200 sampai 1000 milimikron, hidup
pada lapisan tanah bagian atas. Racun yang dapat mengendalikan nematoda
ini disebut nematisida. Umumnya nematisida berbentuk butiran yang
penggunaanya bisa dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah.
Walaupun demikian, ada pula yang berbentuk larutan dalam air yang
penggunaanya dengan cara disiramkan.

f. Akarisida

7
Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh
tungau, caplak dan laba-laba. Bagian tanaman yang diserang adlah daun,
batang, dan buah. Bagian tanaman yang diserang oleh tungau akan
mengalami perubahan warna, bentuk, timbul bisul-bisul atau buah rontok
sebelum waktunya. Contoh akarisida yaitu Kelthene MF dan Trithion 4 E.

g. Rodentisida

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang


digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat misalnya tikus.
Tikus sering menyerang tanaman pangan, holtikultura, dan tanaman
perkebunan dalam waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang cukup
besar. Rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk umpan beracun.
Contohnya Diphacin 110, Kleret RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak
dan Gisorin (Sartika. S, 2018).

2.1.3 Tingkat Keracunan Pestisida

Penggunaan pestisida golongan organofosfat dan karbamat secara terus


menerus akan berpengaruh terhadap menurunnya aktivitas kolinesterase di
dalam darah. Kejadian keracunan akibat pestisida organofosfat dan karbamat
digolongkan menjadi tiga yaitu keracunan berat, sedang dan ringan. Kejadian
keracunan pestisida dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan aktivitas
kolinesterase darah pada petani
2.1.4 Pencegahan

Penggunaan alat pelindung diri oleh aplikator akan menurunkan risiko


terpapar pestisida. Alat pelindung diri merupakan alat atau sarana pelindung
diri bagi pemaparan lingkungan yang beresiko terhadap pekerja, sebelum
dilakukan pencegahan pada sumber paparan. Penggunaan APD harus
dipakai bukan saja waktu menyemprot, tetapi sejak dari mulai mencampur dan
mencuci peralatan penyemprot dan sesudah selesai menyemprot. Alat
pelindung diri yang seharusnya dipakai oleh petani adalah:

1. Pakaian Kerja Pakaian yang dapat digunakan yaitu pakaian yang cukup
sederhana yang terdiri dari celana panjang dan kemeja lengan panjang yang

8
terbuat dari bahan yang cukup tebal dan rapat, pakaian kerja sebaiknya tidak
bergantung karena adanya kantong yang cenderung digunakan untuk
menyimpan benda-benda rokok.

2. Penutup Kepala Berupa topi leher atau helm khusus penutup kepala
disarankan untuk semua jenis penyemprotan, tetapi harus digunakan ketika
menyemprot tanaman tinggi dan pestisida terbatas.

3. Alat Pelindung Mulut dan Lubang Hidung (Masker) Berupa masker


sederhana, sapu tangan, atau kain sederhana lainnya, pelindung mulut dan
hidung harus digunakan ketika menyemprot dengan ukuran butiran
semprotan yang sangat halus (fogging, aerosol, mist blower dan
penyemprotan di udara).

4. Pelindung Mata dan Muka Pelindung mata dan muka digunakan untuk
mengenai muka dan mata. Pelindung muka sebaiknya juga digunakan saat
mencampur pestisida atau mempersiapkan larutan semprot, seperti
kacamata, spray shield, goggle.

5. Sarung Tangan (Glove) Sarung tangan dari bahan tidak tembus air. Sarung
tangan juga harus sudah dipakai ketika menyiapkan larutan semprot atau
mencampur tangan pestisida. Sarung tangan terbuat dari bahan nitril. Tidak
dianjurkan sarung tangan dari karet. Jika susah mendapatkan sarung tangan
yang memenuhi syarat, kantong plastik (kresek) yang diikat dengan karet
pun bisa digunakan.

6. Sepatu Kerja (Boot). Fungsi dari sepatu kerja yaitu melindungi kaki dan
bagian bagiannya dari benda tajam, larutan kimia, panas. Ketika
menggunakan menggunakan sepatu boot di lahan kering, ujung celana
panjang jangan dimasukkan kedalam sepatu, tetapi ujung celana harus
menutupi sepatu boot (Zuraida, 2012)

9
2.2 Kerangka Teori

10
BAB 3. KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Variabel bebas

1. Masa Kerja Variabel terikat


2. Status Gizi
3. Kelengkapan
APD Keracunan
4. Lama Pestisida
Menyemprot
5. Suhu Lingkungan

1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Tingkat Pendidikan
4. Dosis Pestisida

Keterangan :

: Variabel Diteliti

: Variabel Tidak Diteliti

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara masa kerja dengan keracunan pestisida pada petani di
Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
2. Ada hubungan antara status gizi dengan keracunan pestisida pada petani di
Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
3. Ada hubungan antara kelengkapan APD dengan keracunan pestisida pada
petani di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
4. Ada hubungan antara lama menyemprot dengan keracunan pestisida pada
petani di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.
5. Ada hubungan antara suhu lingkungan dengan keracunan pestisida pada
petani di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari.

11
BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan menganalisa
paparan atau faktor resiko dan kasus secara bersamaan. Oleh karena itu, jenis
penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah observasional
dengan rancangan penelitian cross sectional.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah petani hortikultura di Desa Sukorejo
Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember dengan kriteria :
a. Bersedia ikut dalam penelitian
b. Jenis kelamin laki-laki
c. Usia 18 – 60 tahun
d. Rutin melakukan penyemprotan pestisida hingga 2 minggu sebelum
penelitian.
4.2.2 Sampel
Penentuan jumlah sampel yang akan digunakan menggunakan
rumus Slovin sebagai berikut :
n= N .
(1+ N.E2)
dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan, yaitu sebesar 10%.
Populasi petani di Desa Sukorejo adalah sebanyak 300 orang. Berdasarkan
rumus, jumlah sampel yang didapatkan adalah sebagai berikut :
n= N .
(1+ N.E2)
= 300 .
(1+ 300.0.12)
= 75 responden
Jumlah responden uang akan ikut dalam penelitian ini adalah sebanyak 75
orang.

12
4.3 Tempat Penelitian
Penelitian Bertempat di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember
4.4 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dihitng mulai dari penyusunan proposal skripsi pada
Bulan Juni tahun 2020. Setelah dilaksanakan seminar proposal, selanjutnya
akan dilaksanakan pengambilan data. Pengambilan dat akan dilaksanakan
kurang lebih 1 bulan setelah seminar proposal dikarenakan harus melakukan
uji etik terlebih dahulu. Setelah lulus uji etik, maka dilakukan pengambilan data
yan dilakukan dengan penyusunan laporan hingga pelaksanaan sidang skripsi.
4.5 Definisi Operasional
1. Masa kerja adalah lama waktu sejak responden aktif sebagai petani
penyemprot hingga saat penelitian dilakukan, dalam satuan tahun. Responden
dikategorikan lama jika telah menjadi petani selama lebih dari 5 tahun karena
pada kurun waktu tersebut, toksisitas kronis biasanya telah terjadi.
Kategori : Lama jika > 5 tahun, baru jika ≤ 5 tahun
Skala : Nominal

2. Status gizi adalah kondisi kesehatan responden yang dinilai berdasarkan


ukuran pertumbuhan fisik yang ditandai dengan bertambahnya besar
ukuran antropometri (indeks massa tubuh). Pengukuran dilakukan dengan
membandingkan berat badan dengan tinggi badan.
Rumus :
(Tinggi Badan, meter)2
IMT = Berat Badan (kg)
Kategori : Baik jika IMT 18,5 – 25, buruk jika IMT < 18,5 dan > 25
Skala : Ordinal

3. Kelengkapan alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan dalam penggunaan


alat untuk melindungi diri agar terhindar dari kontak langsung terhadap
pestisida dalam setiap praktek penyemprotan. Alat yang digunakan antara lain
topi, kacamata, masker, baju lengan panjang, sarung tangan, celana panjang,
sepatu bot. Kriteria kelengkapan APD dikelompokkan menjadi 2 yaitu lengkap

13
apabila skor penilaian mencapai 80% atau 5 dan tidak lengkap jika skor
penilaian kurang dari 80% atau < 5.
Kategori : Lengkap jika ≥ 5 dan Tidak Lengkap jika < 5
Skala : Nominal
4. Lama menyemprot adalah lama waktu yang digunakan untuk menyemprot
tanaman menggunakan pestisida organofosfat dan karbamat dalam satuan jam
setiap harinya.36
Kategori : Baik jika ≤ 3 jam sehari, buruk jika > 3 jam sehari.
Skala : Nominal
5. Suhu lingkungan adalah derajat panas suatu lingkungan yang dinyatakan
dalam satuan oC. Suhu dapat mempengaruhi kehidupan dalam air, kecepatan
rekasi atau penguraian serta proses pengendapan zat padat.
Kategori : Baik jika suhu < 25oC dan buruk jika ≥ 25oC
Skala : Nominal
4.6 Pengumpulan Data
4.6.1 Sumber Data Penelitian
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan pemeriksaan dan observasi
langsung terhadap petani hortikultura di Desa Sukorejo Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember. Data yang akan diambil meliputi karakteristik
petani (masa kerja, status gizi, kelengkapan APD saat penyemprotan
pestisida,lama menyemprot, suhu lingkugan)
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari Balai Desa Sukorejo Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik
wilayah, jumlah penduduk, serta buku-buku referensi yang berhubungan
dengan penelitian.
4.6.2 Alat Penelitian / Instrumen Penelitian
Alat-alat serta instrumen yang akan digunakan pada saat penelitian dalam
pengumpulan data adalah daftar pertanyaan untuk responden penelitian
(kuesioner).
4.6.3 Pengambilan Data Penelitian
Pengambilan data menggunakan lembar kuesioner yang berisi data diri
responden beserta beberapa pertanyaan dalam bahasa indonesia.
14
4.7 Pengolahan Data
a. Editing
Dalam melakukan proses editing, jawaban dari responden dikoreksi
kembali untuk mengetahui kesalahan yang ada.
b. Coding
Coding merupakan pengkodean jawaban dari responden untuk
mempermudah dalam menganalisa data
c. Entry Data
Entry Data dilakukan dengan cara memasukkan data hasil penelitian
berupa jawaban responden. Data yang didapatkan akan diolah dengan
menggunakan komputer
d. Tabulasi Data
Menayajikan data dalam bentuk tabel distribusi dan tabel silang sesuai
dengan tujuan penelitian
4.8 Analisa Data
Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan komputer
menggunakan SPSS. Analisis yang dilakukan meliputi 3 bagian, yaitu :
a. Analisis Univariat :
Analisis univariat dilakukan terhadap semua variabel penelitian berupa
jawaban dari responden. Analisis ini menghasilkan distribusi data dari tiap
variabel yang meliputi : masa kerja, status gizi, kelengkapan APD, Lama
penyemprotan setiap hari,suhu, dan keracunan pestisida.
b. Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan antara variabel bebas (masa kerja, status gizi,
kelengkapan APD, lama penyemprotan setiap hari, suhu lingkungan)
dengan variabel terikat (keracunan pestisida organofosfat) yang akan
menggunakan Uji Chi-square.
c. Analisis Multivariat
Untuk mengetahui pengaruh paling dominan dari variabel bebas (masa
kerja, status gizi, kelengkapan APD, lama penyemprotan setiap hari, suhu
lingkungan) terhadap variabel terikat (keracunan pestisida) yang akan
menggunakan Uji Regresi Logistik.

15
4.9 Etika Penelitian
Kode etik penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku
bagi setiap pihak yang terlibat dalam suatu penelitian yaitu pihak peneliti,
pihak yang diteliti, dan masyarakat atau pihat yang terdampak pada hasil
penelitian (Notoatmodjo, 2012). Berikut merupakan etika penelitian yang
peneliti terapkan dalam penelitian ini:
4.9.1 Privasi dan Kerahasiaan (privacy and confidentiality)
Privasi dan kerahasiaan berarti bahwa seluruh informasi dan privasi
responden tidak disebar luaskan atau diketahui oleh orang lain
(Notoatmodjo, 2012). Peneliti menjamin kerahasiaan seluruh data dari
responden yang telah dikumpulkan dari penelitian ini, baik data diri
responden hingga hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden. Cara
yang peneliti lakukan adalah dengan meletakkan data di tempat yang
hanya peneliti yang mengetahui keberadaannya dan hanya kelompok data
tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.
4.9.2 Kemanfaatan dan Tidak Membahayakan (Beneficence and Non-
Maleficence)
Kemanfaatan berarti penelitian yang dilakukan haruslah memberikan
manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan resikonya. Manfaat yang
diperoleh responden tak hanya manfaat jangka pendek, namun diharapkan
manfaat jangka panjang. Tidak membahayakan berarti peneliti menjamin
bahwa penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan luka atau kecacatan
baik secara fisik maupun psikis. Penelitian ini tidak membahayakan karena
peneliti akan berusaha berkomunikasi sebaik mungkin dengan responden
saat pengisian kuesioner dan tidak ada tindakan invasif yang dilakukan.
4.9.3 Keterbukaan dan Keadilan (Inclusiveness and Justice)
Keterbukaan berarti peneliti terbuka terkait maksud dan tujuan penelitian
serta penggunaan data yang nantinya akan diperoleh. Sedangkan keadilan
diartikan bahwa peneliti menjamin bahwa responden akan memperoleh
perlakukan dan keuntungan yang sama tanpa membedakan suku, agama,
ras, budaya, etnis, dan lainnya.

16
Daftar Pustaka

Erwin., H. M. Denny., dan Y. Setyaningsih. 2019. Edukasi Petani tentang


Penggunaan Pestisida Secara Aman dan Sehat di Bima, Indonesia.
Jurnal Sains Terapan. Vol 5:2. Semarang : Universitas Diponegoro

Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pedoman penggunaan insektisida


(pestisida) dalam pengendalian vektor.
Mesran, M., Pristiwanto, P., & Sinaga, I. (2018). Implementasi Promethee II
Dalam Pemilihan Pestisida Terbaik Untuk Perawatan Daun Pada
Tanaman Cabe. Computer Engineering, Science and System
Journal, 3(2), 139-146

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Nursalam, 2003, Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Salindeho, C. P. R., O. R. Pinontoan., dan F. Warouw. 2020. Kadar Pestisida


Organofosfat Dalam Kangkung (Ipomea aquatica) Di Lahan Pertanian.
Journal of Public Health and Community Medicine. Vol 1:1. Manado:
Universitas Sam Ratulangi

Sartika, S. (2018). Hubungan Kadar Hemoglobin Dangan Jumlaheritrosit Pada


Petani Yang Terpapar Pestisida Di Desa Klampok Kabupaten
Brebes (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Savira, N., E. Astanza., dan D. F. Sari. 2019. Strategi Pemasaran Pestisida


Nabati Zingo Vucava. Journal Of Agribusiness Science. 2:2. Medan:
Universitas Muhammmadiyah Sumatera Utara

Ulva, F., N. P. Rizyana., dan A. Rahmi. 2019. Hubungan Tingkat Pengetahuan


dan Gejala Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Pestisida
Tanaman Holtikultura

17
Zuraida. 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Keracunan
Pestisida Pada Petani Di Desa Srimahi Tambun Utara Bekasi Tahun
2011. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai