Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN G2 P2002 Ab0000 POST


SECTIO CAESAREA PADA HARI KE 0 + OLIGOHIDRAMNION + POST
DATE DI RUANG RENGGANIS (NIFAS) RSUD DR.ABDOER RAHEM
SITUBONDO

oleh :

Yudha Ferdian Firmansyah,

S.Kep NIM 212311101136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
POST SECTIO CAESAREA OLIGOHIDRAMNION
oleh : Yudha Ferdian Firmansyah,
S.Kep NIM 212311101136

1. KASUS (MASALAH UTAMA)

Post Sectio Cesarea Hari Ke – 0 + Oligohidramnion + Post Date

2. PROSES TERJADINYA MASALAH

2.1 Konsep Oligohidramnion

a. Pengertian

Oligohidramnion merupakan kondisi yang terjadi akibat


kurangnya air ketuban dalam jumlah normal yaitu sekitar kurang dari
setengah liter air ketuban (Marmi dkk, 2014). Air ketuban yang
mengalami penurunan dari kondisi normal berkisar ≤ 500 cc maka
keadaaan ini disebut Oligohidramnion (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Oligohidramnion adalah keadaan ketika volume air ketuban yang


terlalu sedikit dikarenakan kondisi janin yang mengalami produksi air
ketuban yang sedikit. Selain hal tersebut dapat diakibatkan oleh air
ketuban yang merembes keluar, kebanyakan kejadian tersebut karena
robekan pada selaput pembungkus ketuban. Pada kehamilan yang
memiliki indikasi oligohidramnion akan lebih rentan sehingga perlu
adanya pemantauan dengan control kehamilan kembali. Dalam
diagnosa oligohidramnion perlu adanya pemeriksaan USG untuk
mengetahui gejala awal (Rahmatullah dan Kurniawan, 2019). Adanya
kasus oligohidramnion sekitar 5-8% dari jumlah seluruh Kehamilan
(Rukiyah dan Yulianti, 2010).

b. Epidemiologi

Mayoritas wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya.
Penyebab oligohydramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin
dan bocornya kantung/ membran cairan ketuban yang mengelilingi janin
dalam rahim. Sekitar7% bayi dari wanita yang mengalami oligohydramnion
mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena
jumlah urin yang diproduksi janin berkurang. Oligohidramnion berhubungan
dengan keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim dan pada 60 persen
kasus. Penyebab oligohidramnion lain adalah absorpsi atau kehilangan cairan
yang meningkat ketuban pecah dini menyebabkan 50 % kasus
oligohidramnion (Rukiyahdan Yulianti, 2010:232).

c. Etiologi

Kejadian oligohidramnion belum diketahui secara pasti penyebabnya,


namun terdapat beberapa keterkaitan kasus yang dapat menyebabkan
oligohidramnion diantaranya yaitu (Marmi dkk, 2014) :
1. Primer, meliputi : faktor pertumbuhan yang kurang baik pada amnion
2. Sekunder, meliputi : faktor ketuban yang pecah dini (KPD)
Menurut Walyani (2017) menyebutkan bahwa terdapat beberapa hal
yang memiliki keterikatan dengan kondisi oligohidramnion yang biasanya
berhubungan adanya obstruksi di saluran traktus urinarius pada janin atau
renal agenesis. Kondisi terjadinya oligohidramnion dapat mewaspadai jika
adanya ukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) yang lebih rendah dibandingkan
dengan ukuran usia gestasi semestinya. Penyebab oligohidramnion ialah
(Walyani, 2017) :
1. Sekitar 50% kasus terjadi karena kehilangan cairan atau absorpsi secara
meningkat ketika ketuban pecah dini (KPD)
2. Produksi cairan amnion mengalami penurunan, karena adanya gangguan
kelainan pada ginjal kongenital sehingga keluaran pada ginjal janin
menurun karena terjadi obstruksi gerbang keluar kandung kemih. Bisa
juga diakibatkan organ uretra mengalami penurunan pada pengeluaran
urin
Oligohidramnion terjadi karena memiliki faktor predisposisi diantaranya
ialah(Astuti dkk, 2021) :
1. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) atau IUGR (Intra Uterine Growth
Retardatoin)
2. Hipoksia janin
3. Gagal jantung bawaan dan kelainan kongenital yaitu syndrome potter
4. Cairan yang bergabung dengan meconium dan aspirasi meconium
5. Penyakit virus
6. Usai kehamilan minggu ke-24 sampai 36 minggu mengalami ketuban
pecah dini (KPD).

d. Tanda dan Gejala

Manifestasi klinis dari oligohidramnion yang terjadi menurut Astuti, dkk


(2021), antara lain :
1. Ibu terasa nyeri perut setiap janin melakukan pergerakan
2. Ukuran uterus lebih berkurang dari usia kehamilan seharusnya
3. Tidak terdapat ballottement atau pantulan balik janin
Pada wanita hamil yang memiliki kondisi oligohidramnion
berkemungkinan besar akan terjadi hal-hal sebagai berikut (Rukiyah dan
Yulianti, 2010) :
1. Rasa nyeri perut yang dirasakan oleh ibu ketika janin bergerak
2. Ukuran uterus lebih kecil pada usia kehamilannya
3. Bunyi jantung janin terdengar di usia kehamilan bulan kelima dan sangat
jelas
4. Adanya His yang terasa sangat sakit
5. Terlahir dengan keadaan partus prematurus
6. Persalinan lebih memanjang atau lama
7. Ketuban Pecah Dini (KPD), maka air ketuban akan lebih sedikit atau tidak
ada sama sekali
8. Pemeriksaan USG dengan jumlah air ketuban <500 ml

e. Patofisiologi

Pada umumnya penyebab oligohidramnion sering terjadi dikarenakan


oleh membrane yang pecah, sumbatan saluran kemih dan produksi urine tidak
ada pada janin. Sedangkan jika dalam fisiologisnya, Janin dapat menelan
cairan amnionnya maka hal tersebut juga dapat berdampak pada penurunan
volume
cairan amnion (Prawirohardjo, 2014). Namun menurut Astuti, dkk (2021)
terdapat beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan seseorang wanita hamil
mengalami oligohidramnion meliputi :

1. Pertumbuhan janin terhambat (pjt)


2. Kelainan kongenital
3. Kelainan kromosom
4. Kelainan sistem saluran kemih
5. Ketuban pecah
6. Kehamilan postterm
7. Insufiensi plasenta dan obat-obatan (seperti dari obat golongan
8. antiprostaglandin).

Sedangkan insufisiensi plasenta akan berdampak terjadinya hipoksia


janin. Ketika terjadi hipoksia janin maka akan menjadi kronik dan dapat
menimbulkan terpicunya suatu mekanisme redistribusi darah. Sehingga akan
mengalami kurangnya produksi urin, dan aliran darah ke ginjal akan menurun
serta berkemungkinan besar akan terjadi oligohidramnion (Prawirohardjo,
2014).

f. Penatalaksanaan

Dalam penatalaksanaan oligohidramnion akan tergantung pada kodisi


klinisnya dan harus dilakukan oleh pelayanan kesehatan yang lengkap karena
adanya prognosis janin yang kurang baik. Biasanya kondisi yang mengalami
oligohidramnion selama proses persalinan akan terjadi kompresi tali pusat
sehingga persalinan dengan Sectio Caesarea merupakan pilihan terbsik dalam
penanganan kasus oligohidramnion. Salah satu bentuk penanganan yang
dapat dilakukan dengan kondisi Oligohidramnion adalah sebagai berikut
(Astuti dkk, 2021):

1. Tirah baring
2. Perbaiki nutrisi gizi seimbang
3. Hidrasi dengan adanya kecukupan cairan
4. Infuse amnion
5. Pemantauan Kesejahteraan janin, seperti penghitungan pergerakan janin,
NST, dan Bpp (Profil biofisik)
6. Pemeriksaan Penunjang USG dengan melihat volume cairan amnion
7. Induksi persalinan atau kelahiran SC

g. Komplikasi

Adanya komplikasi yang terjadi pada ibu hamil proses maternal dan janin
yang mengalami oligohidramnion diantaranya meliputi (Aspiani, 2017):

1. Komplikasi pada maternal.

Dalam proses maternal atau proses kehamilan pada ibu tidak


mengalami komplikasi dari oligohidramnion. Sedangkan komplikasi
oligohidramnion sendiri terjadi pada waktu proses persalinan. Dalam
persalinan ibu yang mengalami oligohidramnion akan dilakukan upaya
melakukan induksi dan tindakan Sectio Caesarea. Hal tersebut karena
terjadi indikasi komplikasi maternal dari oligohidramnion yaitu tindakan
perdarahan, perlukaan jalan lahir dan infeksi.

2. Komplikasi pada Janin

Dalam komplikasi oligohidramnion dapat menyebabkan tekanan


secara langsung yang terjadi pada janin yaitu :

a. Adanya deformitas pada janin seperti :

Bentuk dari tulang kepala janin tidak bulat, leher janin akan sangat
menekuk atau miring, tali pusat kaki akan mengalami terpelintir keluar
dan terjadi deformitas ekstermitas

b. Kompresi tali pusat secara lansung yang dapat menyebabkan fetal


distress
c. Fetal distress yaitu kondisi yang dapat merangsang nervus vagus
sehingga akan mengeluarkan meconium janin, hal tersut akan terjadi
pengentalan air ketuban
1. Kondisi oligohidramnion akan terus menerus menekan dada
sehingga berdampak pada saat kelahiran maka janin akan mengalami
kesulitan
bernafas dikarenakan mengalami hypoplasia hingga terjadi atelektase
paru
2. Kondisi sirkulasi akan sulit teratasi sehingga berdapak pada
kematian janin intrauterin
1. Amniotic band

Kondisi ini dimana air ketuban hanya sedikit yang menyebabkan


adanya terkaitan langsung dengan membrane janin sehingga berdampak
pada gangguan tumbuh kembang janin intrauterin. Dijumpai adanya
ektermitas terputus karena ikatan dengan membrane

2.2 Konsep Sectio Caesarea

a. Pengertian

Sectio caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di


dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi) (Rahim dkk.,
2019). Sectio Ceasarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Nurfitriani, 2017) . Tindakan Sectio Caesarea (SC) merupakan salah satu
alternatif bagi seorang wanita dalam memilih proses persalinan di samping
adanya indikasi medis dan indikasi non medis, tindakan SC akan
memutuskan kontinuitas atau persambungan jaringan karena insisi yang akan
mengeluarakan reseptor nyeri sehingga pasien akan merasakan nyeri terutama
setelah efek anastesi habis (Metasari dan Sianipar, 2018).

b. Klasifikasi

1. Sectio caesarea transperitonealis profunda

Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah


uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah(Sholikhah, 2018) :

a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.


b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
2. Sectio caesarea klasik atau section caesarea korporal

Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan
untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi
memanjang pada segmen atas uterus (Sholikhah, 2018).

3. Sectio caesarea ekstra peritoneal

Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi


bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap
injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat
(Sholikhah, 2018).

4. Sectio caesarea hysterictomi

Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi Atonia


uteri, Plasenta accrete, Myoma uteri dan Infeksi intra uteri berat
(Sholikhah, 2018).

c. Indikasi

Pelaksanaan sectio caesarea dapat dilakukan apabila kelahiran dilakukan


melalui vagina dimungkinkan dapat membawa risiko pada ibu dan janin.
Indikasi untuk sectio caesarea antara lain meliputi (Subekti, 2018) :

1. Riwayat SC
2. Kelainan letak
3. Gagal induksi
4. KPD
5. Preeklamsia
6. Gawat janin
7. Plasenta previa
8. Gemelli
9. Riwayat obstruksi buruk
10. Bayi besar
11. Syarat VE tidak terpenuhi
12. Oligohidramnion
13. Ruptur uteri imenen
14. Eklampsia
15. Solusio plasenta
16. Serotinus
17. Prolaps pusat

d. Komplikasi Pasca SC

Komplikasi yang dapat terjadi pasca operasi SC :

1. Perdarahan : Perdarahan post partum yaitu perdarahan lebih dari 500-600


ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir termasuk solusio plasenta
(Wahyuningsih, 2019). Penyebab perdarahan pada tindakan operasi adalah
atonia uteri (sumber perdarahan berasal dari implantasi plasenta), robekan
jalan lahir (rupture uteri, robekan serviks), robekan vagina, robekan
perineum, dapat menimbulkan terjadi perdarahan ringan sampai berat,
perdarahan karena mola hidatidosa/karsinoma, gangguan pembekuan
darah, kematian janin dalam rahim melebihi 6 minggu, pada solusio
plasenta, dan emboli air ketuban. Retensio plasenta adalah gangguan
pelepasan plasenta menimbulkan perdarahan dari tempat implantasi
plasenta.
2. Infeksi puerperal (Nifas) : Ringan (dengan kenaikan suhu beberapa hari
saja), Sedang (dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi
dan perut sedikit kembung), dan Berat (dengan peritonitis, sepsis dan ileus
paralitik. Sering dijumpai pada partus terlantar sebelum timbul infeksi
nifas, yakni telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang telah
pecah terlalu lama)
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonitasalisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang

e. Perawatan Pasca SC

Penanganan pasca operasi sc dibagi menjadi perawatan pasca operasi serta


perawatan lanjutan. Perawatan pasca operasi difokuskan pada tindakan
observasi yang meliputi (Manuaba, 2010):
1. Kaji tanda-tanda vital (TD, Nadi, RR, Suhu, SaO2) dan kesadaran klien
dengan interval teratur (15 menit). Pastikan kondisinya stabil.
2. Lihat tinggi fundus, adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokia. Hal ini
khususnya penting jika persalinan berlangsung lama, jika uterus telah
mengembang oleh polihidramnion atau kehamilan multiple dan jika
terdapat ancaman defek koagulasi. Contohnya setelah perdarahan
antepartum dan toksemi pre-eklamsi.
3. Pertahankan keseimbangan cairan
4. Pastikan analgesik yang adekuat dimana rasa nyeri meningkat pada hari
pertama post operasi sectio caesarea.
5. Profilaksis antibiotika, hal ini dikarenakan infeksi selalu diperhatikan dari
adanya alat yang kurang steril, sehinga pemberian antibiotika sangat
penting untuk menghindari terjadinya sepsis sampai kematian
Selain tindakan observasi tersebut, akan dilakukan perawatan lanjutan
diantaranya adalah :
1. Ambulasi : Hari pertama ibu post SC harus tirah baring dulu. Mobilisasi
dini yang biasa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,
menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat
tumit, menenangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. Ibu
diharuskan untuk miring kiri dan kanan untuk mencegah thrombosis dan
trombo emboli, setelah ibu belajar duduk ibu dianjurkan untuk belajar
berdiri dan berjalan.
2. Perawatan Payudara : Menyusui dapat dimulai pada hari pembedahan,
lakukan
3. pendampingan dan motivasi kepada ibu untuk menyusui bayinya. Berikan
edukasi terkait pentingnya ASI eksklusif.
4. Perawatan Luka : perawatan luka pasca operasi SC dilakukan dengan
tujuan mencegah dan melindungi luka dari infeksi, menyerap eksudat,
melindungi luka dari trauma, mencegah cendera jaringan yang lebih lanjut,
meningkatkan penyembuhan luka dan memperoleh rasa nyaman.
2.3 Konsep Masa Nifas
a. Pengertian
Postpartum (masa nifas) merupakan periode waktu ketika organ-organ
reproduksi kembali seperti belum hamil yang membutuhkan waktu sekitar 6
minggu (42 hari) (Desfanita dkk., 2015). Pengertian lainnya menyebutkan
bahwa postpartum yaitu masa adaptasi secara fisik yang dimulai sejak bayi
dilahirkan sampai kembalinya kondisi tubuh ibu pada kondisi seperti sebelum
hamil, yaitu kurun waktu 6 sampai 8 minggu (Fatmawati, 2015). Masa nifas
atau disebut juga dengan puerperium dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu, namun seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan
(Wahyuningsih, 2018).

b. Periode

Menurut Kirana (2015) postpartum dibagi menjadi 3 periode yaitu:

1. Puerpureum dini

Puerpureum dini merupakan periode dimana ibu sudah diperbolehkan


berdiri dan berjalan-jalan (Machmudah, 2015).

2. Intermedial puerpureum

Intermedial puerpureum yaitu waktu yang dibutuhkan untuk kepulihan


seluruh alat genetalia dengan waktu 6-8 minggu (Machmudah, 2015).

3. Remote puerpureum

Remote puerpureum adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna (Machmudah, 2015).
c. Adaptasi Fisiologis

Menurut Wahyuningsih (2019) perubahan fisiologis pada masa


postpartum yaitu:
1. Perubahan tanda-tanda vital, suhu 24 jam pertama meningkat kurang lebih
38ºC akibat adanya dehidrasi dan perubahan hormonal.
2. Sistem kardiovaskuler, tekanan darah terjadi penurunan sistolik kurang
lebih 20 mmHg.
3. Laktasi, produksi ASI mulai hari ketiga postpartum, pembesaran payudara
karena peningkatan sistem vaskuler dan limpatik yang mengeliling
payudara. Terjadi pembesaran payudara karena pengaruh peningkatan
hormone estrogen untuk mempersiapkan produksi ASI dan proses laktasi.
Payudara menjadi besar ukurannya bisa mencapai 800 gr, keras dan
menghitam pada areola mammae di sekitar puting susu, ini menandakan
dimulainya proses menyusui.
4. Sistem gastrointestinal, pengembalian fungsi defekasi lambat dalam
minggu pertama post partum dan kembali normal setelah minggu pertama.
5. Sistem muskuloskeletal, terjadi peregangan dan penekanan otot, odema
ekstremitas bawah akan berkurang pada minggu pertama.
6. Sistem reproduksi, involusio uteri terjadi segera setelah lahir dan proses
cepat. Setelah itu uterus membersihkan dirinya dengan debris dengan
pengeluaran pervagina yang disebut lokhea.
7. Sistem perkemihan, kandung kemih oedem dan sensitivitas menurun
sehingga mengakibatkan over distension.

d. Adaptasi Psikologis
1. Fase talking in, ibu perperilaku tergantung pada orang lain, perhatian
berfokus pada diri sendiri berlangsung pasif. Belum ingin kontak dengan
bayinya, berlangsung sampai 1-2 hari. Gangguan fisiologis yang mungkin
dirasakan ibu pada fase ini: kekecewaan karena tidak mendapatkan apa
yang diinginkan tentang bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat
perubahan fisik, misalnya rasa mulas dan payudara bengkak, rasa
bersalah karena
belum bisa menyusui bayinya. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu
tentang cara merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa
membantu.
2. Fase taking hold, adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa kawatir atas ketidakmampuannya dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.Ibu memiliki perasaan yang
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.Tugas
sebagai tenaga kesehatan adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara
menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam
nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu.
3. Fase letting go, merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan
dirinya sudah meningkat. Pendidikan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akanbermanfaat bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan diri dan bayinya.Dukungan dari suami dan keluarga masih
sangat diperlukan ibu.Suami dan keluarga dapat membantu dalam merawat
bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga tidak terlalu terbebani.

e. Komplikasi
1. Penyakit kardiovaskular
2. Kondisi medis lain, sering kali mencerminkan penyakit yang sudah ada
sebelumnya
3. Infeksi atau sepsis
4. Pendarahan yang berlebihan setelah melahirkan (hemorrhage)
5. Kardiomiopati
6. Penyumbatan di salah satu arteri pulmonalis di paru-paru yang sering
disebabkan oleh gumpalan darah yang mengalir ke paru-paru dari kaki
(emboli paru trombotik)
7. Stroke
8. Hipertensi pada kehamilan
9. Eemboli cairan ketuban
10. Komplikasi anestesi
Riwayat SC, Kelainan letak, Gagal induksi, KPD, Preeklamsia, Gawat
3. Pohon Masalah janin, Plasenta previa, Gemelli, Riwayat obstruksi buruk, Bayi besar,
Syarat VE tidak terpenuhi, Oligohidramnion, Ruptur uteri imenen,
Eklampsia, Solusio plasenta, Serotinus, Prolaps pusat
Sectio Casearea

Bayi susah
Risiko cedera bergerak Oligohidramnion Sectio Casearea

Luka Post SC
Nifas
Post anastesi spinal

Penurunan saraf
otonom Jaringan terputus Jaringan terbuka Adaptasi
Adapta
Uterus Fisiologis
si
Merangsang area Proteksi kurang
Penurunan
sensorik dan motorik Involusi uterus
peristaltik usus
Invasi bakteri
Kurangnya
Ketidaknyamanan pengetahuan
Risiko Konstipasi Pasca Partum
Nyeri Resiko Infeksi

Nyeri Akut Defisit


Pengetahuan Ansietas

Gangguan
Mobilitas
4. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Identitas klien dan penanggung jawab


Meliputi nama, umur ibu yang berusia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status perkawinan, ruang rawat,
nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk,
keadaan umum.
2. Keluhan Utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada bagian luka insisi
3. Data Riwayat Penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartu didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervaginam secara spontan kemudian tidak diikuti tanda- tanda persalinan.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM,
hepatitis dan penyakit kelamin atau abortus.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, hipertensi, DM,
hepatitis dan penyakit kelamin atau abortu yang diturunkan kepada klien.
d) Riwayat Kehamilan
Adakah keluhan riwayat kehamilan yang dirasakan seperti mal muntah, nyeri,
dan keluhan lain.
e) Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 21 tahun atau di atas
35 tahun.

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Karjatin (2016) adalah
sebagai berikut :
1) Sistem pernapasan
Kaji tingkat pernafasan : setiap 15 menit pada jam pertama, setiap 30 menitpada
jam kedua,setiap 4 jam selama 22 jam berikutnya dan setiap shift setelah 24 jam
pertama.
2) Sistem kardiovaskuler
Apakah ada peningkatan risiko hipotensi ortostatik, penurunan tekanandarah
secara tiba–tiba ketika ibu berdiri, karena menurun resistensi pembuluh darah di
panggul. Kebanyakan ibu yang habis melahirkan akan mengalami episode merasa
dingin dan gemetar pada jam–jam pertama setelah melahirkan, selain itu kaji
kehilangan darah yang berlebihan, peningkatan denyut nadi, trombosis vena,
Homans sign pada kaki untuk nyeri betis dan sensasi kehangatan, suhu, bila suhu
tinggi dan menggigil kemungkinan infeksi, berikan pendidikan kesehatan
mengukur suhu jika menggigil
3) Sistem reproduksi
(a)Uterus
- Kaji lokasi, posisi dan kontraksi uterus, setelah kala 3 persalinan, kaji uterus
setiap 15 menit untuk satu jam pertama, 30 menit selama satu jam kedua, 4
jam selama 22 jam berikutnya, setiapshift setelah 24 jam pertama, lebih
sering jika ditemukan ada tanda–tanda di luar batas normal. Sebelum
pengkajian menginformasikan bahwa ibu dapat meraba uterusnya, jelaskan
prosedur, menjaga privasi dan posisi terlentang kaji tinggi fundus uteri.
- Untuk menekan segmen bawah rahim satu tangan diletakkan di atasfundus,
tangan lainnya diletakkan di atas simfisis pubis, menyangga uterus ketika
dimasase. Kontraksi uterus keras ataulembut, jika kontraksi uterus kurang
baik lakukan: a) Pijat fundus dengan telapak tangan. b) Berikan oksitosin
sesuai anjuran medis.
- Tentukan posisi rahim, sebelumnya ibu dianjurkan untuk BAK.
- Ukur jarak antara fundus dan umbilikus dengan menggunakan jari (setiap
luasnya jari tangan sama dengan 1 cm).
- Simpulkan keadaan tinggi fundus uteri, segera setelah plasenta lahir fundus
berada setinggi pusat dan 24 jam setelah plasenta lahir fundus berada 1 cm
di bawah umbilicus
(b)Endometrium
Kaji lochia setiap kali memeriksa tinggi fundus uteri
 Lihat pembalut yang digunakan dan tentukan jumlah lochia yangkeluar

Gambar 1. Sangat sedikit : noda darah berukuran 2,5–5 cm = 10 ml


Gambar 2. Sedikit : noda darah berukuran ≤ 10 cm = 10–25 ml

Gambar 3. Sedang : noda darah < 15 cm = 25–25 ml

Gambar 4. Banyak : Pembalut penuh = 50–80 ml

 Banyaknya lochia pada pembalut ditentukan setelah 1 jam, dinilai apakah:


sangat sedikit, sedikit, sedang atau banyak. Lochia mengandung bekuan
terjadi karena lochia telah bersatu di segmen bawah Rahim
 Gumpalan kecil harus dicatat dalam status klien dan gumpalanbesar dapat
menganggu kontraksi uterus, dan harus dilakukan observasi (10 gram
gumpalan sama dengan 10 ml kehilangan darah)
(c)Vagina dan perineum
- Kaji perineum REEDA (redness, edema, ecchymosis, discharge,
appoximation), dengan cara : a) jelaskan prosedur, b) jaga privasi, c) buka
pakaian dalam, d) kaji perineum , e) luka episiotomi danlaserasi, f) nyeri
(ringan sampai sedang).
- Kaji kenyamanan, untuk memberikan rasa nyaman kompres es 24 jam
pertama untuk mengurangi edema.
(d)Payudara
- Kaji pembengkakan payudara, apakah ada tanda–tandapembengkakan? Hasil
pengkajian diharapkan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan payudara
lunak dan tidak keras. Pada hari ke 2 postpartum payudara sedikit tegas dan
tidak keras, kemudian hari ke 3 postpartum payudara kenyal, lembut dan
hangat.
- Evaluasi puting untuk tanda–tanda iritasi dan evaluasi kerusakan jaringan
puting (puting retak, memerah).
- Kaji mastitis: apakah ada tanda–tanda peningkatan suhu tubuh
4) Sistem kekebalan tubuh
Kaji suhu tubuh, setiap 15 menit pada jam pertama, 30 menit selama satujam
kedua, 4 jam selama 22 jam berikutnya, setiap setelah 24 jam pertama.
5) Sistem pencernaan
- Menilai bising usus pada setiap shift, bila bising usus tidak terdengarharus
diberi tindakan.
- Kaji konstipasi, tanyakan keadaan kondisi usus, berikan pendidikankesehatan
tentang nutrisi dan cairan. Ibu yang menyusui membutuhkan asupan 500 kalori
per hari dan membutuhkan cairan sekitar 2 liter per hari. Melakukan kegiatan
dan latihan senam, untuk mengurangi konstipasi, meningkatkan sirkulasi dan
kenyamanan. Istirahat dan kenyamanan sangat penting untuk mempercepat
penyembuhan dan meningkatkan produksi ASI. Lakukan pemeriksaan
kesehatan untuk mengetahui kondisi ibu. Gunakan cara mengatasi konstipasi
ketikawaktu hamil, apabila menggunakan obat–obat untuk memudahkan BAB
harus sesuai aturan.
- Kaji hemoroid dengan cara pasien tidur miring kemudian memisahkan pantat
untuk melihat anus, bila hemoroid nyeri: Anjurkan meningkatkan asupan cairan
dan serat, menghindari duduk yang terlalu lama, sitz bath, untuk membantu
dalam meningkatkan sirkulasi dan mengurangi nyeri.
- Kaji nafsu makan, jumlah makanan yang dimakan. Tanyakan apakah lapar,
adakah mual atau muntah.
6) Sistem perkemihan
- Kaji gangguan kandung kemih dengan mengukur pengeluaran urinselama 24
jam pertama setelah melahirkan. Jika berkemih kurang dari 150 ml, perawat
perlu meraba kandung kemih, jika masih 12 jam belum tuntas gunakan kateter.
- Kemudian kaji tanda–tanda kemungkinan sistitis. Ibu nifas harus sudahBAK
setelah 6 sampai 8 setelah melahirkan, setiap berkemih minimal 150 ml,
berkemih secara dini mengurangi sistitis.
7) Sistem endokrin
Kaji diaforesis, tanda infeksi dengan mengukur suhu tubuh. Berikan pendidikan
kesehatan, informasikan penyebab diaforesis.
8) Sistem saraf
- Kaji diastasis recti abdominis, perawat dapat merasakan pemisahan otot dan
akan berkurang seiring waktu,
- Kaji nyeri otot.

9) Pengkajian khusus
a) Perdarahan
- Untuk mengurangi resiko, kita dapat melihat dokumen riwayatprenatal
dan intranatal (anemia, partus lama, episiotomi).
- Kaji tanda–tanda awal komplikasi
b) Atonia uteri
- Fundus uteri lembek
- Pembalut penuh darah dalam waktu 15 menit
- Perdarahan lambat dan stabil tiba–tiba besar, ada gumpalan darah
- Conjungtiva pucat dan kulit dingin.
- Kecemasan dan kebingungan.
c) Laserasi perineum
- Rahim berada diatas garis tengah.
- Perdarahan dengan gumpalan.
- Takikardia.
- Hipotensi
5. Diagnnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang munkin muncul pada ibu dengan post sectio
casaerae oligohidramnion, menurut SDKI (2017) antara lain :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, ekspresi wajah
meringis,berposisi meringankan nyeri, tekanan darah meningkat.
2. Ketidaknyamanan pasca partum b.d kondisi pasca persalinan d.d mengeluh
tidaknyaman, tampak meringis, terdapat kontraksi uterus, tekanan darah
meningkat, nadi meningkat, keringat berlebih
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d mengeluh nyeri saat bergerak, merasa
cemas saat bergerak, kekuatan otot menurun, gerakan terbatas, fisik lemah
4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa bingung, sulit
berkonsentrasi, tampak gelisah
5. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasive
6. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan masalah
yang dihapadi
6. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1 D.0077 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
Nyeri akut b.d agen pencedera keperawatan selama 1x24 jam Observasi
fisik d.d mengeluh nyeri, diharapkan nyeri melahirkan pada 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
ekspresi wajah meringis, pasien dapat menurun dengan kriteria fekueni, kualitas dan intensitas nyeri
berposisi meringankan nyeri, hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
tekanan darah meningkat. Tingkat Nyeri (L.08066) 3. Indentifikasi respon nyeri non verbal
1. Meringis menurun (5) 4. Indentifikasi factor yang memperberat dan
2. Sifat Protektis menurun (5) memperingan nyeri
3. Gelisah menurun (5) 5. Indentifikasi pengetahuan dan keyakinan
4. Kesulitan tidur menurun (5) tentang nyeri
5. Anoreksia menurun (5) 6. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengadaptasikan pasien dengan rasa nyeri
(misalnya TENS, hypnosis, akupressur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
imajinasi terbimbimbing, kompres
hangat/dingin)
7. Control lingkungan yang memperberat nyeri
(mis. Suhu, ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
8. Fasilitasi istirahat dan tidur
9. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan startegi meredakan nyeri
2 D.0075 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
Ketidaknyamanan pasca partum keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Observasi lokasi, karakteristik, frekuensi,
b.d kondisi pasca persalinan d.d diharapkan tingkat kenyamanan klien skala dan kualitas nyeri
mengeluh tidaknyaman, tampak dapat meningkat dengan kriteria hasil : 2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
meringis, terdapat kontraksi Status Kenyamanan Pasca mengurangi rasa nyeri
uterus, tekanan darah meningkat, Partum (L.07061) 3. Jelaskan penyebab atau pemicu nyeri
nadi meningkat, keringat 1. Keluhan tidak nyaman menurun (5) 4. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
berlebih 2. Luka episiotomy menurun (5)
3. Kontraksi uterus menurun (5) Kompres dingin (I.08234)
4. Payudara bengkak menurun (5) 5. Periksa frekuensi nadi, tekanan darah dan
5. Meringis menurun (5) suhu sebelum dan sesudah terapi
6. Ciptakan lingkungan yang nyaman
7. Sediakan kompresan yang tersedia atau
mudah ditemui
8. Jelaskan tujuan dan manfaat terapi relaksasi
kompres dingin
9. Demonstrasi dan latih teknik kompres dingin
10. Anjurkan untuk mengulang terapi
3 D.0054 Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Gangguan mobilitas fisik b.d keperawatan selama 1 x 24 jam, maka 1. Identifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik
nyeri d.d mengeluh nyeri saat mobilitas fisik meningkat dengan lainnya
bergerak, merasa cemas saat kriteria hasil : 2. Monitor kondisi umum selama mobilisasi
bergerak, kekuatan otot Mobilitas Fisik (L.05042) 3. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
menurun, gerakan terbatas, fisik Pergerakan ekstremitas meningkat (5) bantu
lemah Nyeri menurun (5) 4. Fasilitasi melakukan pergerakan
Kecemasan menurun (5) 5. Libatkan keluarga dalam membantu klien
Kelamahan fisik menurun (5) 6. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
7. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
4 D.0080 Setelah dilkukan tindakan selama Reduksi Ansietas (1.09314)
Ansietas b.d kurang terpapar 3x24 jam di harapkantingkat 8. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
informasi d.d merasa bingung, ansietas menurun dengan 9. Identifikasi tanda-tanda ansietas (verbal atau
sulit berkonsentrasi, tampak kriteria hasil : Tingkat Ansietas nonverval)
gelisah (L.09093) 10.Ciptakan suasana terapeutik untuk
1. Verbalisasi kebingungan menumbuhkan kepercayaan
menurun (5) 11.Pahami situasi yang membuat ansietas
2. Verbalisasai khawatiw akibat dengarkan dengan penuh perhatian
kondisi yang dihadapi menurun 12.Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
(5) 13.Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
3. Perilaku gelisah menurun (5) ketegangan
4. Perilaku tegang menurun (5) 14.Latih teknik relaksasi
5. Konsentrasi meningkat (5) 15.Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
6. Pola tidur membaik (5) perlu
5 D.0142 Setelah dilakukan tindakan Perawatan pasca persalinan
Risiko infeksi b.d efek prosedur keperawatan selama 2 x 24 jam, (I.07225)
invasive diharapkan tingkat infeksi klien 1. Monitor keadaan lokia (warna, bau, jumlah
menurun dengan kriteria hasil : dan bekuan)
Tingkat Infeksi (L.14137)
1. Bengkak menurun (5) 2. Kosongkan kandung kemih sebelum
2. Cairan berbau busuk menurun (5) pemeriksaan
3. Nyeri menurun (5) 3. Periksa perineum dan robekan
4. Kemerahan menurun (5) 4. Latih mobilisasi dini untukmempercepat
5. Kebersihan tangan meningkat (5) pengeluaranlokia
6. Kebersihan badan meningkat (5) 5. Fasilitasi sitz bath air hangat

Pencegahan infeksi (I.14539)


6. Monitor tanda adanya infeksi
7. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan klien
8. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
9. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan
cairan
6 D.0111 Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (I.12387)
Defisit Pengetahuan b.d kurang keperawatan selama 2 x 24 jam, dapat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
terpapar informasi d.d diharapkan tingkat pengetahuan klien menerima informasi
menanyakan masalah yang meningkat dengan kriteria hasil : 2. Sediakan materi dan media pendidikan
dihapadi Tingkat Pengetahuan (L.12111) kesehatan
1. Perilaku membaik (5) 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
2. Perilaku sesuai anjuran 4. Jelaskan faktor resiko yang dapat
meningkat (5) mempengaruhi kesehatan
3. Kemampuan menggambarkan
pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topic meningkat (5)
4. Perilaku sesuai dengan
pengetahuan meningkat (5)
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. 2017. Kegawadaruratan Pada Persalinan. Jakarta : Noer Fikri

Astuti, E. D., E. A. Nardina, M. H. N. Sari, E. Revika, Winarsih, N. B. Argaheni,


C. S. Hutomo, N. Azizah, Wahyuni, P. Hastuti, A. Mahmud dan Askur. 2021.
Farmakologi dalam Bidang Kebidanan. Medan : Yayasan Kita Menulis

Kirana, Y. 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Postpartum Dengan Kejadian


Post Partum Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu
Keperawatan. 3(1):25–37

Machmudah. 2015. Gangguan Psikologis Pada Ibu Postpartum: Postpartum Blues.


Jurnal Keperawatan Maternitas 3 (2): 118-125.

Marmi, A., R. M. Suryaningsih dan E. Fatmawati. 2014. Asuhan Kebidanan


Patologi. Edisi Kedua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Prawirohardjo. 2014. Obstetri Patofisiologi. Jakarta : EGC

Rukiyah, A. Y. dan L. Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta :


Trans Info Media

Rahmatullah, I. dan N. U. Kurniawan. 2019. 9 Bulan Dibuat Penuh Cinta Dibuai


Penuh Harap Menjalani Kehamilan dan Persalinan Yang Sehat. Edisi
Kedua. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Wahyuningsih, H. P. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Wahyuningsih, S. 2019. Asuhan Keperawatan Post Partum. Yogyakarta: Penerbit


Deepublish.

Desfanita, Misrawati, Dan Arneliwati. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Postpartum Blues. JOM. 2(2)

Manuaba, Ida B. S. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga


Berencana. Jakarta: EGC.
Metasari, D. Dan B. K. Sianipar. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penurunan Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea Di Rs. Raflessia Bengkulu.
Journal Of Nursing And Public Health. 6(1):1–7.

Nurfitriani. 2017. Pengetahuan Dan Motivasi Ibu Post Sectio Caesarea Dalam
Mobilisasi Dini. Jurnal Psikologi Jambi. 2(2):2528–2735.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator


Diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: PPNI.

Rahim, W. A., S. Rumpas, Dan V. D. Kallo. 2019. Hubungan Antara Pengetahuan


Perawatan Luka Pasca Bedah Sectio Caesarea (Sc) Dengan Tingkat
Kemandirian Pasien Di Ruang Instalasi Rawat Inap Kebidanan Dan
Kandungan Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Jurnal Keperawatan. 7(1)

Karjatin, A. 2016. Keperawatan Maternitas. Edisi 1. Jakarta: Pusdik SDM


Kesehatan KEMENKES RI.

Fatmawati, D. A. 2015. Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian


Postpartum Blues. Jurnal Edu Health. 5(2)

Subekti, S. W. 2018. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea. Jurnal Biometrika Dan


Kependudikan. 7(1):11–19.

Sholikhah, W. S. 2018. Indikasi Persalinan Seksio Sesarea. Jurnal Biometrika dan


Kependudukan. 7(1):11-19.

Walyani, E. S. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai