Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP PADA Ny.

S DENGAN
OLIGOHIDRAMNION G2P1001 DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD
SANJIWANI GIANYAR

OLEH:

NI PUTU ARI ADNYANI 22.901.2040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. PENGERTIAN
Oligohidramnion adalah air ketuban kurang dari 500 cc. Oligohidramnion kurang
baik untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan dapat terganggu oleh perlekatan
antara janin dan amnion atau karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
Oligohidramnion adalah kondisi ibu hamil yang memiliki terlalu sedikit air ketuban,
indeks AF kurang dari 5 cm. Diagnosis oligohidramnion sebagai tidak adanya
kantong cairan dengan kedalaman 2-3 cm, atau volume cairan kurang dari 500 mL.
Kejadian oligohidramnion adalah 60,0 % pada primigravida (Poerwoko et al., 2018).
Secara klinis oligohidramnion didefinisikan sebagai volume cairan amnion yang
secara patologis berjumlah sedkit menurut usia gestasionalnya. Oligohidramnion
ditandai ketika kantung vertikal dalam (DVP; deep vertical pocket) yang terbesar
pada USG kurang dari 3 cm atau indeks cairam amnion (AFI; amniotic fluid index) <
5 cm.
Oligohidramnion merupakan suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu
kurang dari ½ liter. Oligohidramnion adalah jumlah cairan ketuban yang sedikit dan
abnormal
Menurut (Dartiwen, Nurhayati, 2018) cairan ketuban merupakan prediktor janin
terhadap persalinan, dan apabila menurun berkaitan dengan peningkatan resiko dari
denyut jantung janin dan mekonium. Air ketuban berada di dalam kantong ketuban,
mempunyai berbagai fungsi yaitu memungkinkan janin untuk bergerak bebas dan
perkembangan musculoskeletal, memelihara janin dalam lingkungan suhu yang relatif
stabil, dan sebagai bantalan melindungi janin.
Ketuban yang sedikit menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan pada dinding
rahim, karena ruang yang sempit pada rahim menyebabkan ruang gerak menjadi
abnoramal, selain itu menyebabkan terhentinya perkembangan paru (paru-paru
hipoplasi) jika produksinya semakin berkurang, disebabkan beberapa hal diantaranya:
insufisiensi plasenta, kehamilan post term, gangguan organ perkemihan-ginjal, janin
terlalau banyak minum sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air
ketuban intrauteri “oligohidramnion” dengan kriteria jumlah kurang dari 500 cc,
Kental , dan Bercampur meconium.

2. ETIOLOGI
Marmi dkk (2015) mengatakan penyebab pasti belum diketahui dengan jelas.
Namun pada beberapa kasus bisa diklasifikasikan penyebab Oligohidramnion ada 2
yaitu:
a. Primer : karena pertumbuhan amnion yang kurang baik
b. Sekunder: ketuban pecah dini.

Selain itu Sofian (2010) mengatakan sebab yang pasti tidak begitu
diketahui. Primer: mungkin oleh karena amnion kurang baik tumbuhnya, dan
sekunder: misalnya pada ketuban pecah dini (premature rupture of the
membrane=PROM).

Penyebab pasti terjadinya Oligohidromnion masih belum di ketahui.


Namun, Oligohidramnion bisa terjadi karena penigkatan absorpsi atau kehilangan
cairan (ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (kelainan
ginjal kongenital, obstruksi uretra, insufiensi uteroplasentas, infeksi kongenital,
NSAIDs ) sejumlah faktor predisposisi telah di kaitkan dengan berkurangnya
cairan amnion (Mochtar, 2012).

Penyebab yang terjadi pada Oligohidramnion (Mochtar, 2012):

1) Pada janin: Kelainan kromosom, hambatan pertumbuhan, kematian,


kehamilan postterm

2) Pada plasenta: Insufisiensi plasenta

3) Pada ibu: Hipertensi, preeklamsi, diabetes dalam kehamilan


4) Pengaruh obat: NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) Oz
dkk dalam Made 2014 menyelidiki penyebab dari kejadian
oligohidramnion pada kehamilan postterm. Mereka menemukan reduksi
kecepatan diastolik akhir pada arteri renal, yang diperkirakan peningkatan
hambatan arteri merupakan faktor penting dengan menggunakan AFI yang
kurang dari 5 cm (Purnama, 2014). Penyebab oligohidramnion adalah
kelainan kongenital, pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah,
kehamilan lewat waktu, insufiensi plasenta. Kelainan kongenital yang
paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem
saluran kemih (Saifuddin, 2010).

Oligohidramnion harus dicurigai jika tinggi fundus uteri lebih rendah secara
bermakna dibandingan yang diharapkan pada usia gestasi tersebut. Penyebab
oligohidramnion adalah absorpsi atau kehilangan cairan yang meningkat ketuban
pecah dini menyebabkan 50 % kasus oligohidramnion, penurunan produksi cairan
amnion yakni kelainan ginjal kongenital akan menurunkan keluaran ginjal janin
obstruksi pintu keluar kandung kemih atau uretra akan menurunkan keluaran urin
dengan cara sama (Rukiyah & Yulianti, 2010). Sebab oligohidramnion secara
primer karena pertumbuhan amnion yang kurang baik, sedangkan secara sekunder
yaitu ketuban pecah dini (Marmi et al., 2015).

Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa


keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan
dengan obsrtuksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis. Sebab
oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan amnion yang kurang baik,
sedangkan secara sekunder yaitu ketuban pecah dini. Mayoritas wanita hamil
yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab oligohydramnion
yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung/ membran
cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita
yang mengalami oligohydramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan
ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.

Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan


oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah pada
plasenta. Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah
tinggi, yang dikenal dengan namaangiotensin-converting enxyme inhibitor
(misalnya captopril), dapat merusak ginjal janin dan menyebabkan
oligohydramnion parah dan kematian janin.

3. PATOFISIOLOGI OLIGOHIDRAMNION
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion. Namun,
tidak adanya produksi urine janin atau penyumbatan pada saluran kemih janin dapat
juga menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi
secara fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan. Beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan kongenital, Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan postterm, insufiensi plasenta dan obat-
obatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin). Kelainan kongenital yang paling
sering menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih dan
kelainan kromosom (Özgen et al., 2022). Pada insufisiensi plasenta oleh sebab
apapun akan menyebabkan hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik
akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi
oligohidramnion(Özgen et al., 2022).
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan Oligohidramnion adalah kelainan
konginetal, pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah dini, kehamilan postterm,
insufisiensi plasenta, dan obat-obatan (golongan antiprostaglandin). Kelainan
konginetal yang paling sering menimbulkan Oligohidramnion adalah kelainan sistem
saluran kemih (kelainan ginjal bilateral dan obstruksi uretra), dan kelainan kromosom
(triploidi, trisomi 18 dan 13). Trisomi 21 jarang memberikan kelainan pada saluran
kemih sehingga tidak menimbulkan Oligohidramnion. Insufisensi plasenta oleh sebab
apapun dapat menyebabkan hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronis
akan memicu mekanisme retribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal. Produksi urine berkurang dan terjadi
Oligohidramnion (Saifuddin, 2009).
Volume cairan ketuban dalam plasenta merupakan hasil keseimbangan antara
produksi cairan dan pergerakan cairan keluar dari plasenta. Dalam 20 minggu
pertama, sekresi paru-paru, bersama dengan transpor hidrostatik dan osmotik plasma
ibu melalui membran janin, membuat sebagian besar produksi cairan ketuban. Sekitar
minggu ke-16, ginjal janin mulai berfungsi, dan produksi urin janin terus meningkat,
mengambil alih sebagian besar produksi cairan ketuban sampai kehamilan cukup
bulan (Friedman & Ogunyemi, 2021).
Oleh karena itu, kelainan genitourinaria janin dapat menyebabkan diagnosis
oligohidramnion setelah usia kehamilan 16 hingga 20 minggu. Contohnya termasuk
obstruksi saluran keluar kandung kemih, ginjal displastik, dan agenesis ginjal. Fetal
swallowing dan absorpsi intramembran, diperkirakan terjadi melalui absorpsi osmotik
cairan langsung melintasi amnion dan ke dalam pembuluh darah janin, merupakan
rute utama resorpsi amnion. Oleh karena itu, anomali gastrointestinal janin, seperti
fistula trakeoesofageal (angka kejadian kira-kira 1 dalam 3500 kelahiran hidup),
dapat mengakibatkan kelebihan volume cairan, atau polihidramnion (Friedman &
Ogunyemi, 2021).
4. PATHWAY

Oligohidraminion

Air ketuban < 500 cc

Bayi bergerak Air ketuban yang terlalu Resiko cedera


dengan susah sedikit indikasi SC

Nyeri akut Cemas

5. MANIFESTASI KLINIS OLIGOHIDRAMNION


Pada ibu yang mengalami oligohidramnion biasanya uterusnya akan tampak lebih
kecil dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak,
sering berakhir dengan partus prematurus, bunyi jantung anak sudah terdengar mulai
bulan kelima dan terdengar lebih jelas, persalinan lebih lama biasanya, sewaktu ada
his akan sakit sekali, bila ketuban pecah air ketubannya sedikit sekali bahkan tidak
ada yang keluar dan dari hasil USG jumlah air ketuban kurang dari 500 ml (Rukiyah
& Yulianti, 2010). Menurut Mochtar (2012), tanda dan gejala yang sering
muncul pada ibu dengan oligohidramnion adalah sebagai berikut:

1) Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballottement

2) Ibu merasa nyeri perut setiap pergerakan janin

3) Sering berakhir dengan partus prematurus

4) Bunyi jantung janin sudah terdengar jelas pada bulan kelima

5) Persalinan lebih lama dari biasanya

6) Janin dapat diraba dengan mudah

7) Sewaktu his akan terasa sakit sekali

8) Bila ketuban pecah, air ketubannya akan sedikit sekali bahkan tidak ada.

Sedangkan menurut Marmi dkk (2015) mengatakan gambaran klinis dari


oligohidramnion diantaranya yaitu:

1) Perut ibu kelihatan kurang membuncit

2) Ibu merasa nyeri diperut pada tiap pergerakan anak

3) Persalinan lebih lama dari biasanya

4) Sewaktu his akan terasa sakit sekali

5) Bila ketuban pecah air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

6. KOMPLIKASI OLIGOHIDRAMNION
Menurut Manuaba (2007), komplikasi oligohidramnion dapat dijabarkan sebagai
berikut:

1) Dari sudut maternal

b. Amniotic band

Karena sedikitnya air ketuban, dapat menyebabkan terjadinya hubungan


langsung antara membran dengan janin sehingga dapat menimbulkan
gangguan tumbuh kembang janin intrauterin. Dapat dijumpai ektermitas
terputus oleh karena hubungan atau ikatan dengan membrannya.

Komplikasi oligohidramnion yaitu kelainan muskuloskeletal seperti distorsi


wajah dan kaki pengkor, hipoplasia paru dan pertumbuhan janin terhambat.
Menurut Casey dalam Mohamed (2015) menyebutkan bahwa
oligohidramnion dikaitkan dengan peningkatan risiko kelahiran sesar yang
signifikan untuk gawat janin, skor Apgar yang rendah pada 5 menit dan
asidosis neonatal. Selama persalinan, oligohydramnios menyebabkan
kompresi talipusat, cairan bercampur mekonium, denyut jantung janin
abnormal, peningkatan risiko persalinan caesar, dan kematian neonatal
(Chauhan et al., 2018).

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG OLIGOHIDRAMNION


Menurut (Ilhamjaya & Tawali, 2020) untuk mendiagnosis oligohidramnion,
dapat mempergunakan ultrasonografi yang dapat menentukan:
1. Jika air ketuban kurang dari 500 cc.
2. Amniotic fluid index (AFI) kurang dari 5 cm.
3. AFI kurang dari 3 cm disebut moderate oligohidramnion
4. AFI kurang dari 1-2 cm disebut severe oligohidramnion.
Indeks cairan amnion (AFI) dihitung dengan membagi uterus menjadi empat kuadran dan
meletakan tranduser di perut ibu sepanjang sumbu longitudinal. Dilakukan pengukuran garis
tengah vertical kantong cairan amnion yang paling besar di masing-masing kuadran dengan
tranduser diletakan tegak lurus terhadap lantai. Hasil pengukuran dijumlah dan dicatat sebagai
AFI. Nilai normal AFI untuk kehamilan normal dari 16 hingga 42 minggu tercantum di apendiks
B, “table acuan ultrasound”. Indeks cairan amnion cukup andal untuk menentukan normal atau
meningkatnya cairan amnion, tetapi kurang akurat untuk menentukan oligohidramnion. Bebrapa faktor
mungkin

Anda mungkin juga menyukai