ILIGO HIDRAMNION
Disusun Oleh :
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian oligohidramnion
2. Mengetahui etiologi oligohidramnion
3. Mengetahui epideiologi oligohidramnian
4. Mengetahui patofisiologi oligohodramnion
5. Mengetahui factor yang mempengaruhi wanita resiko oligohidramnion
6. Mengetahui gambaran klinis oligohidramnion
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang oligohidramnion
8. Mengetahui akibat oligo hidramnion
9. Mengetahui komplikasi dari oligohidramnion
10. Mengetahui tindakan konservatif pada oligohidramnion
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pembahasan
Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan
USG ditemukan bahwa index kantong amnion 5 cm atau kurang dan insiden
oligohidramnion 12% dari 511 kehamilan pada usia kehamilan 41 minggu.
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu
kurang dari 500 cc (manuaba, 2007), atau juga didefinisikan dengan indeks cairan amnion
5 cm atau kurang dari 12% dari 511 kehamilan dengan usia kehamilan 41 minggu atau
lebih. (Dexa Media no.3 tahun 2007). Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan
yang memenuhi rahim. Cairan ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut
kantung ketuban atau kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu
sel-sel trofoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu air seni
janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan
mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk lingkaran atau
siklus yang berulang.
Cairan amnion biasanya diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki
peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian
besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan bertambahnya usia kehamilan,
produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada
kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin
mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion. Pada kehamilan aterm,
sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari
cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar
500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion pada kondisi terdapat gangguan pada
ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion.
Normal volume cairan amnion bertambah dari 50 ml pada saat usia kehamilan 12
minggu sampai 400 ml pada pertengahangestasi dan 1000 - 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan
postterm jumlahcairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.
Menurut Lehn, jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1 liter,
pada multigravida sebanyak 1,5 liter, dan sebanyak - banyaknya yang masih dalam batas
normal adalah 2 liter.
2.2. Etiologi
Etiologi yang pasti belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal
agenosis janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik
pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini
(premature rupture of the membrane = PROM )
Penyebab sekunder biasanya dikaitkan dengan :
- Pecahnya membran ketuban
- Penurunan fungsi ginjal atau terjadinya kelinan ginjal bawaan pada janin sehingga
produksi urin janin berkurang, padahal urin janin termasuk salah satu sumber
terbentuknya air ketuban
- Kehamilan post-term sehingga terjadinya penurunan fungsi plasenta.
- Gangguan pertumbuhan janin
- Penyakit yang diderita ibu seperti Hipertensi, Dibetes mellitus, gangguan pembekuan
darah, serta adanya penyakit autoimmune seperti Lupus.
Penyebab oligohidramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita hamil yang
mengalami tidak tahu pasti apa penyebabnya. Penyebabnya oligiohidramnion yang telah
terdektesi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung / membran cairan ketuban
yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami
oligohidramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih
karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.
Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion
adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah padaplasenta. Serangkaian
pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan
nama angiotensin-converting enxyme inhibitor (miscaptopril), dapat merusak ginjal janin
dan menyebabkan oligohidramnion parah dan kematian janin. Wanita yang memiliki
penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu
dengan ahli kesehatan sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa
tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan pengobatan yang mereka lalui adalah aman selama
kehamilan mereka. Jika dilihat dari segi Fetal, penyebabnya bisa karena :
- Kelainan Kromosom
- Cacat Kongenital
- Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim
- Kehamilan postterm
- Premature ROM (Rupture of amniotic membranes) Jika dilihat dari sisi Maternal,
penyebabnya :
- Dehidrasi
- Insufisiensi uteroplasental
- Hipertensi / Preeklamsia
- Diabetes Mellitus
- Hypoxia kronis Induksi Obat :
- Seperti obat antihipertensi
Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban juga sering terjadi karena
ukuran tubuh janin semakin besar. Oligohydramnion dapat terjadi di masa kehamilan
trimester pertama atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat serius
dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan trimester terakhir.
2.3. Epidemiologi Oligohidramnion
Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekanorgan-organ
janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru,tungkai dan lengan.
Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatkan resiko
keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika ologohydramnion
terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan
pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir kehamialn,
2.4. Patofisiologi
Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekanorgan-organ
janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan
Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatkan resiko
keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika ologohydramnion
terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan
pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir kehamialn, oligohydramnion dapat
meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari
memutuskan saluran oksigen kepada janin dan menyebabkan kematian janin.
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan
dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang
sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana
cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak
memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan
gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit,
maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada
posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru
hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena
kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada
ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena
kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada
ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan
tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter. Gejala
Sindroma Potter berupa :
- Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang
lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
- Tidak terbentuk air kemih
- Gawat pernafasan,
Pada kehamilan sangat muda, air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari plasma maternal
dan dibentuk oleh sel amnionnya. Pada trimester II kehamilan, air ketuban dibetuk oleh
difusi ekstraselular melalui kulit janin sehingga komposisinya mirip dengan plasma janin.
Selanjutnya setelah trimester II, terjadi pembentukan zat tanduk kulit janin dan menghalangi
disfusi plasma janin sehingga sebagian besar air ketubannya dibentuk oleh sel amnionnya
dan air kencingnya.
Ginjal janin mengeluarkan urin sejak usia 12 minggu dan setelah mencapai usia 18
minggu sudah dapat mengeluarkan urin sebanyak 7-14 cc/hari. Janin aterm mengeluarkan
urin 27 cc/jam atau 250 cc dalam sehari.
Sirkulasi air ketuban sangat penting, sehingga jumlahnya dapat dipertahankan dengan
tetap. Pengaturannya dilakukan oleh tiga komponen penting berikut:
a. Produksi yang dihasilkan oleh sel amnion.
b. Jumlah produksi air kencing.
c. Jumlah air ketuban yang ditelan janin.
Setelah trimester II sirkulasinya makin meningkat sesuai dengan tuanya kehamilan
sehingga mendekati aterm mencapai 500 cc/hari.
Produksinya akan berkurang jika terjadi insufisiensi plasenta, kehamilan post term,
gangguan organ perkemihan, janin terlalu banyak minum, sehingga dapat menimbulkan
makin berkurangnya jumlah air ketuban intrauteri “ologohidramnion” dengan kriteria:
a. Jumlah kurang dari 200 cc
b. Kental
c. Bercampur mekonium.
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor.
Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari,
riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali Faktor
resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih
dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm
pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat
persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi
konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila
ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2000 : 274)
2.5. Wanita Dengan Kondisi Berikut Memiliki Insiden Oligohidramnion Yang Tinggi
- Anomaly congenital ( misalnya agenosis ginjal, sindroma potter )
- Retradasi pertumbuhan intra uterin
- Ketuban pecah sebelum waktunya ( usia kehamilan 24 - 26 minggu )
- Sindroma paska maturitas
- Terdapat riwayat Hipertensi atau preeklampsia
- Riwayat obstetric yang jelek
2.6. Gambaran klinis
- Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
- Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
- Sering berakhir dengan partus prematurus.
- Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
- Persalinan lebih lama dari biasanya.
- Sewaktu his akan sakit sekali.
- Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
3.1. Kesimpulan
Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan
USG ditemukan bahwa index kantong amnion 5 cm atau kurang dan insiden
oligohidramnion 12% dari 511 kehamilan pada usia kehamilan 41 minggu. Penyebab
oligohidramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya
kantung / membran cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim.pada ibu
penderita oligohidramnion dapat menekanorgan-organ janin dan menyebabkan
kecacatan, seperti kerusakan paru-paru,tungkai dan lengan. Akibatnya dapat mengalami
cacat bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus
prematurus.