Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

OLIGOHIDRAMNION

I. Konsep Dasar
1.1 Anatomi

Gambar 1. Oligohidraminion

Secara mikroskopis, selaput ketuban merupakan suatu struktur berlapis lapis


yang didominasi dengan jaringan penyangga dan jaringan epitel. Jaringan-
jaringan penyangga terdiri dari substrat matriks ekstraseluler kolagen dan non
kolagen, seperti fibronectin, integrin, febrilin, laminin dan proteoglican.
Dibawah ini digambarkan struktur selaput ketuban yang membentuk kantong
kehamilan, yaitu:
1.1.1 Lapisan khorion, merupakan lapisan yang terluar berhubungan
langsung dengan jaringan desidua maternal. Berfungsi sebagai
kerangka dari selaput. Terdiri 4 lapisan :
1.1.2 Lapisan Trophoblas. Lapisan ini melekat dengan lapisan sel desidua
maternal, terdiri dari 210 sel tropoblas dan akan mengalami penipisan
sesuai dengan usia kehamilan.
1.1.3 Lapisan Pseudobasement membrane.Lapisan tipis jaringan retikulin
yang berada antara trophoblas dengan lapisan reticular.
1.1.4 Lapisan Reticular. Lapisan jaringan retikulin ini merupakan bagian
utama dari membrane khorion yang terdiri dari sel-sel fibroblast dan
sel Hofbauer yang bertugas dalam proses transport metabolit aktif dan
sebagai makrofag.
1.1.5 Lapisan Celular. Merupakan lapisan paling dalam dari membran
khorion, berbatasan dan melekat langsung dengan lapisan amnion.
1.1.6 Lapisan amnion, merupakan lapisan bagian dalam selaput ketuban
serta paling elastis dibandingkan Lapisan khorion. Lapisan ini
memiliki 5 lapisan:
1.1.6.1 Spongy layer. Lapisan yang berbatasan langsung dengan
khorion. Merupakan lapisan reticular yang terdiri dari jaringan
kolagen dan mucus. Mempunyai kemampuan bergeser dan
meregang. Merupakan lapisan stress absorber yang terdiri
kolagen tipe III. Walaupun lapisan amnion lebih tipis dbanding
lapisan korion, lapisan tersebut lebih elastis.
1.1.6.2 Fibroblast layer. Lapisan ini terdiri dari sel-sel mesenkimal
yang berasal dari mesoderm discus embrionik. Didapat banyak
makrofag yang sering terlibat dalam proses penipisan selaput
ketuban.
1.1.6.3 Compact layer. Merupakan bagian yang paling tebal dan
mengandung kolagen interstisiial tipe I, kolagen tipe III dan
kolagen tipe V. Bersama dengan membran basal merupakan
kerangka jaringan ikat yang kokoh.
1.1.6.4 Basement membrane. Merupakan bagian yang terdiri dari
jaringan fibroblast kompleks dalam jaringan retikulin.
Memisahkan lapisan epithelial dengan jaringan selaput ketuban
lainnya. Didapatkan sel Hofbauer. Sangat kaya serabut kolagen
tipe III dan IV.
1.1.6.5 Epithelial lining. Merupakan lapisan terdalam dari selaput
ketuban. Terdiri dari selapis sel kuboid yang tidak bersilia.
Permukaan bebas dari sel ini ditutupi oleh mikrovili. Antar sel
dihubungkan dengan desmosom. Embriologis berasal dari
ektoderm. Pada lapisan ini disekresi kolagen tipe III, IV dan
glikoprotein nonkolagen (laminin, nidogen, fibronektin) yang
membentuk membran basal4

1.2 Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal, yaitu kurang dari 500 cc.

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari


normal, yaitu kurang dari 500 cc (manuaba, 2007)

Indeks cairan amnion 5 cm atau kurang dari 12% dari 511 kehamilan dengan
usia kehamilan 41 minggu atau lebih. (Dexa Media no.3 tahun 2007)
Definisi lainnya menyebutkan sebagai AFI yang kurang dari 5 cm. Karena
VAK tergantung pada usia kehamilan maka definisi yang lebih tepat adalah
AFI yang kurang dari presentil 5 ( lebih kurang AFI yang <6.8 cm saat hamil
cukup bulan).

1.3 Etiologi
Penyebab oligohydramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas
wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab
oligohydramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan
bocornya kantung/ membran cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam
rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami oligohydramnion
mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena
jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.

Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion


adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah pada plasenta.
Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah
tinggi, yang dikenal dengan namaangiotensin-converting enxyme inhibitor
(mis captopril), dapat merusak ginjal janin dan menyebabkan
oligohydramnion parah dan kematian janin. Wanita yang memiliki penyakit
tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu
dengan ahli kesehatan sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan
bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan pengobatan yang mereka
lalui adalah aman selama kehamilan mereka.

1.4 Tanda dan Gejala


1.4.1 Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada
ballotemen.
1.4.2 Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
1.4.3 Sering berakhir dengan partus prematurus.
1.4.4 Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar
lebih jelas.
1.4.5 Persalinan lebih lama dari biasanya.
1.4.6 Sewaktu his akan sakit sekali.
1.4.7 Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang
keluar.
1.5 Patofisiologi

Gambar 2. Patofisiologi Oligohidraminion

Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan


dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana, Sindroma Potter
dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan
gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan
ketuban yang sedikit).

Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir,
dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan
dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter).
Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh
menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi
abnormal.

Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru


(paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah
gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis
ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan
ginjal gagal berfungsi.

Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih)
dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari
sindroma Potter.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan ketuban terlalu
sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para dokter akan mengukur ketinggian
cairan dalam 4 kuadran di dalam rahim dan menjumlahkannya. Metode ini
dikenal dengan nama Amniotic Fluid Index (AFI). Jika ketinggian amniotic
fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang dari 5 cm, calon ibu tersebut
didiagnosa mengalami oligohydramnion. Jika jumlah cairan tersebut lebih dari
25 cm, ia di diagnosa mengalami polihydramnion.

1.7 Komplikasi
Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan ketuban
berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan. Oligohydramnion dapat terjadi
di masa kehamilan trimester pertama atau pertengahan usia kehamilan
cenderung berakibat serius dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan
trimester terakhir. Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan
dapat menekan organ-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti
kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan.

Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga


meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam
kandungan. Jika ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester
terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang
kurang baik. Disaat-saat akhir kehamialn, oligohydramnion dapat
meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk
kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin dan
menyebabkan kematian janin. Wanita yang mengalami oligohydramnion lebih
cenderung harus mengalami operasi caesar disaat persalinannya.
1.8 Pelaksanaan
1.8.1 Tirah baring.
1.8.2 Hidrasi.
1.8.3 Perbaikan nutrisi.
1.8.4 Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
1.8.5 Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
1.8.6 Amnion infusion.
1.8.7 Induksi dan kelahiran.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:


1.8.1 USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin
atau ginjal yang sangat abnormal)
1.8.2 Rontgen perut bayi
1.8.3 Rontgen paru-paru bayi
1.8.4 Analisa gas darah

1.9 Pathway

Oligohidraminion

Air ketuban < 500 cc

Bayi bergerak Air ketuban yang terlalu Resiko cedera


dengan susah sedikit indikasi SC

Nyeri akut pada ibu Cemas

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan


2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas
2.1.2 Keluhan utama
2.1.3 Riwayat penyakit sekarang
2.1.4 Riwayat penyakit sebelumnya
2.1.5 Analisa data
2.1.6 Pengkajian Fisik
2.1.6.1 Aktifitas / istirahat
Kemampuan untuk mengikuti aktivitas hidup yang
diperlukan/diinginkan (kerja dan kesenangan) dan untuk
dapat tidur/istirahat.
2.1.6.2 Sirkulasi
Kemampuan untuk mentranspor oksigen dan nutrien yang
perlu untuk memenuhi kebutuhan seluler.
2.1.6.3 Integritas Ego
Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan
keterampilan dan perilaku untuk mengintegrasikan dan
mengatur pengalaman hidup.
2.1.6.4 Eliminasi
Kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
2.1.6.5 Makanan/Cairan
Kemampuan untuk mempertahankan masukan dan
penggunakan nutrien dan cairan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologi.
2.1.6.6 Hygiene
Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari.
2.1.6.7 Neurosensori
Kemampuan untuk menerima, menggabungkan, dan
berespon terhadap isyarat internal dan eksternal.
2.1.6.8 Nyeri/Ketidaknyamanan
Kemampuan untuk mengontrol lingkungan internal/
eksternal untuk mempertahankan kenyamanan.
2.1.6.9 Pernapasan
Kemampuan untuk memberikan dan menggunakan oksigen
untuk memenuhi kebutuhan fisiologi.
2.1.6.10 Keamanan
Kemampuan untuk memberikan lingkungan yang
meningkatkan pertumbuhan, aman.
2.1.6.11 Seksualitas
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan/karakteristik peran
pria atau peran wanita.
2.1.6.12 Interaksi Sosial
Kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan
hubungan.
2.1.6.13 Belajar/Mengajar
Kemampuan untuk menghubungkan dan menggunakan
informasi untuk mencapai gaya hidup yang sehat/
kesejahteraan optimal.

2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul


Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(pergerakan bayi)
2.1.1 Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri
Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan
sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
2.1.2 Batasan karakteristik
2.1.2.1 Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan
isyarat
2.1.2.2 Objektif:
a. Posisi untuk mengindari nyeri
b. Perubahan tonus otot dengan rentang lemas sampai tidak
bertenaga
c. Respon autonomic misalnya diaphoresis, perubahan tekanan
darah, pernapasan atau nadi, dilatasi pupil
d. Perubaan selera makan
e. Perilaku distraksi missal, mondar-mandir, mencari orang
atau aktifitas lain, aktivitas berulang
f. Perilaku ekspresif missal; gelisah, merintih, menangis,
kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsang, dan
menghela napas panjang
g. Wajah topeng; nyeri
h. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
i. Fokus menyempit, missal; gangguan persepsi waktu,
gangguan proses piker, interaksi menurun.
j. Bukti nyeri yang dapat diamati
k. Berfokus pada diri sendiri
l. Gangguan tidur, missal; mata terlihat layu, gerakan tidak
teratur atau tidak menentu dan tidak menyeringai

2.1.3 Faktor yang berhubungan


2.1.3.1 Agen-agen penyebab cedera ; biologis, kimia, fisik dan
psikologis

Diagnosa 2 : Resiko cedera terhadap janin dengan faktor resiko berkurangnya


cairan amnion
2.1.4 Definisi :
Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan
dengan respon adaptif indifidu dan sumber pertahanan.
2.1.5 Batasan karakteristik
2.1.5.1 Risk Kontrol
2.1.6 Faktor yang berhubungan
2.1.6.1 Eksternal
a. Mode transpor atau cara perpindahan
b. Manusia atau penyedia pelayanan kesehatan (contoh : agen
nosokomial)
c. Pola kepegawaian : kognitif, afektif, dan faktor psikomotor
d. Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat,
bangunan dan atau perlengkapan)
e. Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe makanan)
f. Biologikal (contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat,
mikroorganisme)
g. Kimia (polutan, racun, obat, agen farmasi, alkohol, kafein
nikotin, bahan pengawet, kosmetik, celupan (zat warna
kain))
2.1.6.2 Internal
a. Psikolgik (orientasi afektif)
b. Mal nutrisi
c. Bentuk darah abnormal, contoh : leukositosis/leukopenia,
perubahan faktor pembekuan, trombositopeni, sickle cell,
thalassemia, penurunan Hb, Imun-autoimum tidak
berfungsi.
d. Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak berfungsinya
sensoris)
e. Disfugsi gabungan
f. Disfungsi efektor
g. Hipoksia jaringan
h. Perkembangan usia (fisiologik, psikososial)
i. Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan
dengan mobilitas)

Diagnosa 3 : Ansietas berhubungan dengan resiko status kesehatan pasien dan


janin (kelahiran posterm)
2.1.7 Definisi :
Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan
yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari
antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya
ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk
mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan.
2.1.8 Batasan karakteristik
2.1.8.1 Perilaku
a. Penurunan produktivitas
b. Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam
peristiwa hidup
c. Gerakan yang tidak relevan
d. Gelisah
e. Memandang sekilas
f. Insomnia
g. Kontak mata buruk
h. Resah
i. Menyelidik dan tidak waspada
2.1.8.2 Afektif
a. Gelisah
b. Kesedihan yang mendalam
c. Distress
d. Ketakutan
e. Perasaan tidak adekuat
f. Fokus pada diri sendiri
g. Peningkatan kekhawatiran
h. Iritabilitas
i. Gugup
j. Gembira berlebihan
k. Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten
l. Marah
m. Menyesal
n. Perasaan takut
o. Ketidakpastian
p. Khawatir
2.1.8.3 Fisiologis
a. Wajah tegang
b. Peningkatan keringat
c. Peningkatan keteganbgan
d. Terguncang
e. Gemetar/tremor
f. Suara bergetar
2.1.8.4 Parasimpatis
a. Nyeri abdomen
b. Penurunan TD, nadi
c. Diare
d. Pingsan
e. Keletihan
f. Mual
g. Gangguan tidur
h. Kesemutan pada ekstremitas
i. Sering berkemih
2.1.8.5 Simpatis
a. Anoreksia
b. Mulut kering
c. Wajah kemerahan
d. Jantung berdebar-debar
e. Peningkatan TD, nadi, reflek, pernapasan
f. Dilatasi pupil
g. Kesulitan bernapas
h. Kedutan otot
i. Kelemahan
2.1.8.6 Kognitif
a. Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis
b. Bloking fikiran
c. Konfusi
d. Penurunan lapang pandang
e. Kesulitan untuk berkonsentrasi
f. Keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
g. Keterbatasan kemampuan untuk belajar
h. Takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
i. Mudah lupa
j. Gangguan perhatian
k. Melamun
l. Kecenderungan untuk menyalahkan ornag lain

2.1.9 Faktor Yang Berhubungan


2.1.9.1 Faktor yang ber Hubungan keluarga/hereditas
2.1.9.2 Transmisi dan penularan interpersonal
2.1.9.3 Krisis situasi dan maturasi
2.1.9.4 Stress
2.1.9.5 Penyalahgunaan zat
2.1.9.6 Ancaman kematian
2.1.9.7 Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran,
lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, atau pola
interaksi
2.1.9.8 Ancaman terhadap konsep diri
2.1.9.9 Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup
yang esensial
2.1.9.10 Kebutuhan yang tidak terpenuhi

Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal


informasi
2.1.10 Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan
topic spesifik
2.1.11 Batasan karakteristik
2.1.11.1 Memverbalisasikan adanya masalah
2.1.11.2 Ketidakakuratan mengikuti instruksi
2.1.11.3 Perilaku tidak sesuai.

2.1.12 Faktor yang berhubungan


2.1.12.1 Keterbatasan kognitif
2.1.12.2 Interpretasi terhadap informasi yang salah
2.1.12.3 Kurangnya keinginan untuk mencari informasi
2.1.12.4 Tidak mengetahui sumber-sumber informasi

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (pergerakan
bayi)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
2.3.1.1 Tujuan :
Nyeri teratasi
2.3.1.2 Kriteria hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
b. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan keterampilan
relaksasi/aktifitas hiburan

2.3.2 Intervensi Keperawatan dan rasional NIC


2.3.2.1 Intervensi Keperawatan
a. Mandiri :
1. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan
penyebaran
2. Beri posisi yang menyenangkan
3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
4. Ukur tanda-tanda vital
b. Kolaborasi :
1. Penatalaksanaan pemberian analgetik
2. Siapkan untuk prosedur bedah bila diindasikan
2.3.2.2 Rasional
1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan rasa nyeri
yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai
acuan untuk intervensi selanjutnya.
2. Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat
secara efektif dan dapat mengurangi nyeri
3. Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan
4. Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya
peningkatan nyeri
5. Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat
nyeri tidak dipersepsikan
6. Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan
nyeri

Diagnosa 2 : Resiko cedera terhadap janin dengan faktor resiko berkurangnya


cairan amnion
2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
2.3.3.1 Tujuan :
Resiko Cedera Pada Janin Akan Berkurang.
2.3.3.2 Kriteria hasil :
Mempertahankan kehamilan sampai kelangsungan hidup janin
tercapai.

2.3.4 Intervensi Keperawatan dan rasional NIC


2.3.4.1 Intervensi Keperawatan
1. Lakukan tes nitrazin.
2. Kaji kondisi ibu yang dapat dikontraindikasikan pada terapi
steroid.
3. Kaji DJJ; catat adanya aktifitas uterus atau dilatasi serviks.
4. Tekankan perlunya perawatan tindak lanjut bila pulang tanpa
kelahiran.
2.3.4.2 Rasional
1. Memeriksa pecah ketuban yang menunjukkan peningkatan
resiko inseksi serta mempengaruhu pilihan intervensi dan
waktu kelahiran
2. Pada hipertensi karena kehamilan dan karioamnionitis, terapi
steroid dapat memperberat hipertensi dan menutupi tanda
infeksi. Steroid dapat meningkatkan kadar glukosa darah pada
klien dengan diabetes.
3. Tokolitik dapat meningkatkan DJJ. Kelahiran dapat sangat
cepat dengan bayi kecil jika kontraksi uterus tetap tidak
berespon terhadap tokolitik, atau jika perubahan serviks
kontinu.
4. Bila janin tidak dilahirkan dalam tujuh hari pemberian steroid,
dosis harus diulang setiap minggu.

Diagnosa 3 : Ansietas berhubungan dengan resiko status kesehatan pasien dan


janin (kelahiran posterm)
2.3.5 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
2.3.5.1 Tujuan :
1. Mengungkapkan rasa takut dan masalah yang berhubungan
dengan komplikasi dan atau kehamilan
2. Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi ansietas
3. Mendemonstarasikan keterampilan pemecahan masalah
4. Menggunakan sumber-sumber system pendukung secara
efektif
2.3.5.2 Kriteria hasil :
2.3.6 Intervensi Keperawatan dan rasional NIC
2.3.6.1 Intervensi Keperawatan
a. Mandiri
1. Perhatikan tingkat ansietas dan derajat pengaruh terhadap
kemampuan untuk berfungsi atau mengambil keputusan
2. Berikan kehangatan secara emosional dan situasi
mendukung ; terima klien/ pasangan seperti adanya
mereka
3. Lakukan sikap tidak terburu-buru kapanpun dalam
menghadapi keluarga
4. Berikan akses 24 jam pada tim perawatan kesehatan
5. Tinjau ulang kemungkinan sumber-sumber ansietas
6. Kaji tingkat stress klien berkenaan dengan komplikasi
medis, hubungan pasangan, hubungan klien dengan
anggota keluarga, dan ketersediaan jaringan kerja
pendukung.
7. Anjurkan klien mengekspresikan perasaan prustasi yang
berkenaan dengan aturan terapi dan atau perubahan gaya
hidup. Jelaskan pada klien bahwa pengungkapan dapat
diterima dan penting.
8. Observasi tanda-tanda perubahan emosional,
ketidakseimbangan, atau komplik dengan keluarga atau
orang terdekat.
9. Kaji respon fisiologis terhadap ansietas (misalnya
tekanan darah, nadi).
10. Berikan informasi yang tepat secara individu mengenai
intervensi atau tindakan dan dampak potensial kondisi
klien dan janin.
11. Kuatkan aspek-aspek positif dari kondisi janin, bila ada,
seperti pertumbuhan dan aktivitas janin.
b. Kolaborasi
1. Koordinasikan tim konferehensi termasuk klien. Buat
rencana perawatan terus menerus
2. Rujuk pada kelompok pendukung komunitas, atau pada
pasangan yang telah berhasil menyelesaikan kehamilan
resiko tinggi.
3. Rujuk pada sumber-sumber konseling lain sesuai indikasi.
2.3.6.2 Rasional
1. Stres yang tidak diatasi dapat mempengaruhi penyelesaian
tugas-tugas kehamilan, dengan penerimaan normal dari
kehamilan/janin dan dengan keputusan mengenai
kehamilan masa datang versus sterilisasi.
2. Memudahkan perkembangan hubungan saling percaya.
Penerimaan yang tidak menghakimi meningkatkan rasa
percaya.
3. Rasa takut tentang ketidaktahuan dan rasa takut menjadi
penghambat inkompatibel dengan psikologis dan istirahat
emosional
4. Menurunkan rasa sendiri
5. Kehamilan tidak lengkap dihubungkan dengan beberapa
ansietas bagi klien ; komplikasi selanjutnya memperberat
keadaan tidak pasti mengenai hasil kehamilan. Penerimaan
realita akan apa yang terjadi dapat memberikan dukungan.
6. Hubungan keluarga yang buruk dan tidak tersedianya
system pendukung dapat meningkatkan tingkat stress
7. Klien membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk
mengungkapkan rasa marah tentang perubahan dalam
hidup keluarga untuk meminimalkan tingkat ansietas.
Ansietas dapat mempengaruhi pembuatan keputusan
realistis.
8. Memberikan kesempatan untuk intervensi awal.
9. Ansietas atau stress dapat disertai dengan pelepasan
katekolamin, menciptakan respon fisik yang
mempengaruhi rasa sejahtera klien dan kemudian
meningkatkan ansietas.
10. Membantu untuk menurunkan ansietas karena ketidak
tahuan, meningkatkan hasil kehamilan optimal.
11. Meningkatkan kepercayaan dan harapan pada klien dan
orang terdekat.
12. Meningkatkan kelanjutan perawatan dan pendekatan tim
pada situasi. Bila perawatan dirumah sakit diperlukan,
tingakat stress cenderung meningkat setelah dua minggu
dan tetap tinggi selama sisa perawatan dirumah sakit.
13. Menurunkan rasa kesepian dan dapat membantu pasangan
mengembangkan pandangan positif pada kehamilan.
14. Konseling atau terapi mungkin perlu untuk membantu
klien mengungkapkan dengan lebih bebas dan memeriksa
ansietas yang tidak teratasi.

Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal


informasi
2.3.7 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
2.3.7.1 Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cemas
klien dapat teratasi
2.3.7.2 Kriteria hasil :
1. Memulai perilaku yang meningkatkan kesehatan diri
sendiri dan janin.
2. Tidak meminum obat tanpa memberi tahu dokter
kandungannya.
3. Tidak merokok, minum alcohol, dan obat-obat terlarang.
4. Memulai perilaku yang meningkatkan kesehatan diri
sendiri dan janin.
5. Tidak meminum obat tanpa memberi tahu dokter
kandungannya.
6. Tidak merokok, minum alcohol, dan obat-obat terlarang.

2.3.8 Intervensi Keperawatan dan rasional NIC


2.3.8.1 Intervensi Keperawatan
a. Mandiri
1. Buat hubungan perawat-klien yang mendukung dan terus
menerus.
2. Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini
berkenan dengan perubahan fisiologi/psikologi yang
normal pada kehamilan, serta keyakinan tentang aktivitas,
perawatan diri dan sebagainya.
3. Klarifikasi kesalahpahaman.
4. Tentukan derajat motivasi untuk belajar.
5. Identifikasi siapa yang memberikan dukungan/intruksi
dalam kebudayaan klien (mis.,nenek/anggota keluarga
lain, cuerandero, penyembuh lain). Kerja dengan orang
yang medukung bila mungkin, menggunakan pengalih
bahasa sesuai kebutuhan.
6. Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan
klien/pasangan.
7. Tentukan sikap klien terhadap asuhan yang diberikan
oleh pria, versus bidan atau praktisi wanita.
8. Jelaskan rutinitas kunjungan kantor dan rasional dari
intervensi (mis., tes urin, pemantuan TD, berat badan).
Kuatkan pentingnya mempertahankan perjanjian teratur.
9. Berikanan bimbingan antisipasi, meliputi diskusi tentang
nutrisi, latihan yang nyaman, istirahat, pekerjaan,
perawatan payudara, aktivitas seksual, dan
kebiasaan/gaya hidup sehat.
10. Tinjauan ulang kebutuhan vitamin, besi sulfat, dan asam
folat prenatal.
11. Diskusikan perkembangan janin dengan menggunakan
gambar.
12. Jawab pertanyaan tentang perawatan dan memberikan
makan bayi.
13. Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti pendarahan,
kram, nyeri abdomen akut, sakit punggung, edema,
gangguan penglihatan, sakit kepala, dan tekanan pelvis.
14. Identifikasi hal yang membahayakan pada janin. Kaji
oabt-obatan yang digunakan klien (nikotin, alcohol,
kokain dan sebagainya). Tekankan perlunya menghidari
semua obat-obatn tersebut sampai dikonsultasikan
dengan anggota tim kesehatan.
15. Rujuk klien pada kelas persiapan kelahiran anak. Berikan
daftar bacaan yang di anjurkan
2.3.8.2 Rasional
1. memberikan bimbingan antisipasi dan meningkatkan
tanggung jawab individu terhadap kesehatan.
2. Memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan dan membuat rencana perawatan.
3. Ketakutan biasa timbul dari kesalahan informasi dan dapat
mengganggu pembelajaran selanjutnya.
4. Klien dapat memahami kesulitan dalam belajar kecuali
kebutuhan untuk belajar tersebut jelas.
5. Membantu menjamin kualitas/kontinuitas asuhan karena
orang pendukung mungkin lebih berhasil daripada
dokter/perawat/bidan dalam memberikan informasi.
6. Penerimaan penting untuk mengembangkan dan
mempertahankan hubungan.
7. Beberapa budaya memandang dokter medis sebagai
seseorang yang menangani penyakit dan menggunakan
bidan/cuerandero untuk kelahiran sehat. Tuntutan
kesopanan atau budaya dapat menghambat asuhan yang
dilakukan pria dan/atau dapat meminta suami tetap di
ruangan selama asuhan diberikan.
8. Menguatkan hubungan antara pengkajian kesehatan dan
hasil positif untuk ibu/bayi. Perbedaan budaya memberi
tekanan pada fase kehamilan yang berbeda (mis., prenatal,
kelahiran, atau pascanatal), dan budaya klien mungkin
tidak memprtimbangkan bahwa kunjungan prenatal
penting.
9. Informasi mendorong penerimaan tanggung jawab dan
meningkatkan keinginan untuk melakukan perawatan diri.
10. Membantu mempertahankan kadar Hb normal. Defisiensi
asam folat memperbesar kemungkinan terkena anemia
megablastik, abrupsio plasenta, aborsi, dan malformasi
janin. Penelitian mengindikasikan suplemen zat besi
mungkin tidak dibutuhkan sampai trimester kedua dan
ketiga, pada saat kebutuhan najin meningkat. (Catatan: Zat
besi mungkin dikontraindikasikan pada anemia sel sabit
karena kemungkinan kelebihan, namun, klien mungkin
memerlukan peningkatkan asam folat selama dan setelah
krisis sel sabit.)
11. Visualisasi meningkatkan realita akan anak dan
menguatkan proses pembelajaran.
12. Memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk
membuat pilihan.
13. Membantu klien membedakan yang normal abnormal
sehingga membantunya dalam mencari perawatan
kesehatan pada waktu yang tepat (Tanda-tanda dan gejala-
gejala merugikan dapat dipandang sebagai kejadian
normal untuk kehamilan dan bantuan mungkin tidak
dicari.
14. Janin paling rentan dalam trimester pertama selam periode
kritis perkembangan organ.
15. Penamabahan pengetahuan membantu menurunkan rasa
takut tentang ketidaktahuan dan meningkatkan rasa
percaya diri, pasangan dapat mengatur dpersiapan
kelahiran anak.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm KD.
Williams obstetric. 22nd ed. New York. McGraw-Hill Companies, Inc; 2005.

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas/E.6. Jakarta:


EGC.

Nanda NIC- NOC .2013 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer

Rustam, 1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta: EGC

Rustam, mochtar.1998. Sinopsis Obstetri; obstetri fisiologi, obstetri patologi edisi ke


2. Jakarta: EGC.

Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika.

Wikojosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Ke2 Cetakan Ke4. Jakarta: YBB-
SP.
Banjarmasin, Januari 2017

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai