Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Disusun Oleh :

LIYA PURNAMASARI (2AD3/P27220017 025)

PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2018
A. Pengertian
Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban pecah
dini (KPD) atau ketuban pecah prematur (KKP) adalah keluarnya cairan
dari jalan lahir/vagina sebelum proses proses persalinan.
Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran khorio-amniotik
sebelum onset persalinan atau desebut juga dengan Premature Rupture of
Membrane/Prelabour Rupture of Menbrane (PROM).
Ketuban pecah prematur pada peterm yaitu pecahnya membran
chorio-amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari
37 minggu atau disebut juga dengan Preterm Premature Rupture of
Membrane (PPROM) (Fadlun dan Achmad Feryanto, 2011).

B. Etiologi
Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas
sehingga usaha preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha
menekan infeksi. Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insiden
KPD adalah sebagai berikut
1. Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal.
2. Inkompetensi serviks.
3. Infeksi vagina/serviks.
4. Kehamilan ganda.
5. Polihidramnion.
6. Trauma.
7. Distensi uteri.
8. Stres maternal.
9. Stres fetal.
10. Infeksi.
11. Serviks yang pendek.
12. Prosedur medis.
13. Kelainan letak janin.
(Fadlun dan Achmad Feryanto, 2011).
C. Patofisiologi
Faktor yang menyebabkan pecahnya selaput ketuban menurut
Taylor ada hubungannya dengan adanya hipermotilitas rahim yang sudah
lama terjadi sebelum ketuban pecah, kelainan ketuban yaitu selaput
ketuban terlalu tipis, faktor presdiposisi seperti multipara, malposisi,
disproporsi, serviks inkompetensi dan ketuban pecah dini artifisial. Yang
menyebabkan kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi dalam selaput
ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban
(Aisyah dan Aini, 2012).
Mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan terjadinya pembukaan
premature serviks, lalu kulit ketuban mengalami devaskularisasi
selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang
manyangga ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban
dipercepat dengan adanya infeksi yang mengeluarkan enzim yaitu enzim
proteolotik dan kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan
(Manuaba dalam Wiji, 2010).
Menurut Sujiyatini dkk dalam Wiji (2010) menjelaskan bahwa
KPD biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan membran dan
peningkatan tekanan intra uterine ataupun karena sebab keduanya.
Kemungkinan tekanan intra uterine yang kuat adalah penyebab dari KPD
dan selaput ketiban yang tidak kuat dikarenakan kyrangnya jaringan ikat
dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
Selain karena infeksi dan tekanan intra uterine yang kuat,
hubungan sexsual pada kehamilan tua berpengaruh terhadap terjadinya
KPD karena pengaruh prostaglandinyang terdapat dalam sperma dapat
menimbulkan kontraksi, tetapi bisa karena trauma saat hubungan sexual.
Pada kehamilan ganda dapat menyebabkan KPD karena uterus meregang
berlebihan yang desebabkan oleh besarnya janin, dua plasenta dan air
ketuban yang lebih banyak (Oxorn dalam Wiji, 2010).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Sujiyatini dkk dalam Wiji (2010) tanda yang terjadi pada
KPD adalah keluarnya ketuban yang merembes melalui vagina. Untuk
membedakan air ketuban dengan air seni dapat diketahui dari bentuk dan
warnanya. Biasanya air seni berwarna kekuning – kuningan dan bening,
sedangkan air ketuban keruh dan bercampur dengan lanugo (rambut halus
dari janin) dan mengandung fernik kaseosa (lemak pada kulit janin.
Sebagai informasi cairan ketuban adalah cairan putih jernih agak keruh
kadang – kadang mengandung gumpalan halus lamak dan berbau amis dan
akan berubah warna jika diperiksa dengan kertas lakmus.
Menurut Kasdu dalam Wiji (2010) jika kebocoran ketuban tidak
disadaari oleh ibu maka sedikit demi sedikit air ketuban akan habis dan
jika air ketuban habis maka dapat menimbulkan rasa sakit ketika janin
bergerak karena janin langsung berhubungan dengan uterus.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi KPD diantaranya,
1. Pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum DTT) untuk menilai cairan
yang keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urine.
2. Tes lakmus/nitrazin, jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina
dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
3. Tes pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan kristal
cairan amnion dan gambaran daun pakis.
4. USG
(Saifuddin, 2010)
G. Penatalaksanaan
Beberapa langkah dalam penatalaksanaan KPD adalah sebagai berikut.
1. Penatalaaksanaan KPD bergantung pada usia kehamilan dan tanda infeksi
intrauterin.
2. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke
rumah sakit dan melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam
dari pecahnya ketuban untuk meminimalkan risiko infeksi intrauterin.
3. Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) kolaborasi dengan
doketr diantaranya dalam pemberian angtibiotik dan cegah infeksi (tidak
melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru, amnioinfusi,
epitelisasi (vitamin C dan trace element, masih kontroversi), monitoring
fetal dan maternal, tindakan aktif (terminasi kehamilan) yaitu dengan SC
ataupun partus pervagina.
4. Dalam penetapan langkah penata laksanaan tindakan yang dilakukan
apakah langakah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu pertimbangan
usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perawtan intensif, kondisi,
waktu, dan tempat perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring,
kondisi/status imunologi ibu, dan kemampuan finansial keluarga (Fadlun
dan Achmad Feryanto, 2011).

H. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah
sindrom distress pernafasan, yang terjadi pada 10 – 40 % bayi baru lahir.
Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD
premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya karioamnionitis
selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi resiko
kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD praterm. Hipoplasia paru
merupakan komplikasi total terjadi pada KPD praterm. Kejadiannya mencapai
hampir 100% apabila KPD praterm mini terjadi pada usia kehamilan kurang
dari 23 minggu. Infeksi intrauterine, tali pusat menumbung, prematuritas,
distosia (Sujiyatini dkk dalam Wiji, 2010).
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas / Biodata
a. Identitas Pasien
b. Identitas penanggung jawab
2. Keluhan Utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat Persalinan
7. Riwayat Menstruasi
Menarche, Siklus, Lama, Banyak , Teratur, Sifat darah, Keluhan
8. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. HPHT
b. ANC
c. Imunisasi TT
d. Keluhan TM I, TM II, TM III
e. Pergerakan janin dalam wakti 24 jam terkhir
f. HPL :
9. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu.
10. Riwayat KB
11. Pola Fungsional
a. Pola persepsi
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola istirahat dan tidur
f. Pola hubungan dan peran
g. Pola sensori dan kognitif
h. Pola persepsi dan konsep diri
i. Pola reproduksi
j. Pola penanggulangan stress
12. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. TTV
d. Head to toe
13. Pemeriksaan Leopold.
14. Pemeriksaan penunjang

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya kontraksi/His.
2. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.
3. Cemas (Anxietas) b.d kurang pengetahuan tentang proses persalinan.

C. Intervensi

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Masalah
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi
Hasil

1. Gangguan rasa NOC : NIC :


nyaman nyeri  Ansiety  Anjurkan klien untuk
 Fear Leavel beristirahat antara kontraksi
-Berhubungan dengan :
 Sleep Deprivation uterus.
Adanya kontraksi/His
 Comfort, Readines  Pantau tanda – tanda vital.
-Batasan karakteristik
for Enchanced  Pantau Djj dan his
Ansietas, menangis,
Setelah dilakukan  Anjurkan ibu untuk
gangguan pola tidur,
tindakan keperawatan berkemih setiap 1 hingga 2
takut, ketidak mampuan
selama….gangguan rasa jam dan lakukan palpasi
untuk rileks, merintih,
nyaman nyeri teratasi untuk memantau distensi
melaporkan perasaan
tidak nyaman, gelisah. dengan kriteria hasil: kandung kemih.
 Mampu mengontrol  Gunakan sentuhan misal,
kecemasan genggam tangan ibu , gosok
 Mengontrol nyeri punggung ibu.
 Status kenyamanan
meningkat

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Masalah
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi
Hasil

2. Resiko Infeksi NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Immune status  Pantau suhu ibu tiap jam.
Ketuban pecah dini  Knowledge:  Jika ketuban telah pecah baik
infection control secara spontan atau disengaja,
 Risk control catat waktu, jumlah, warna,
Setelah dilakukan dan bau cairan.
tindakan keperawatan  Monitoring DJJ
selama …. Pasien  Pertahankan teknik aseptik,
terhindar dari resiko misal perawatan perineum,
infeksi Kriteria Hasil : perawtan katerisasi.
 Klien bebas dari  Batasi pemeriksaan vagina.
tanda dan gejala
infeksi.
 Tidak ada
peningkatan suhu
tubuh.
 Leukosit dalam
batas normal (4500
– 11000)

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Masalah
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi
Hasil

3. Anxietas NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Anxiety self-control  Beri penjelasan pada ibu
Kurang pengetahuan  Anxiety level tentang proses persalinan.
tentang proses  Coping  Berikan privasi selama
persalinan Setelah dilakukan pemeriksaan dan prosedur.
tindakan keperawatan  Menyakinkan ibu bahwa dia
selama….Anxietas dapat melakukan persalianan
berkurang dengan dengn baik.
kriteria hasil:  Beri penjelasan pada ibu
 Mampu tentang hasil pemeriksaan yang
mengidentifikasi telah selesai dilkukan.
dan
mengungkapkan
gejala cemas
 Vital sign dalam
batas normal
 Postur tubuh,
ekpresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukan
berkurangnya
kecemasan

D. Implementasi
Melakukan tindajkan sesuai intervensi

E. Evaluasi
Evaluasi terhadap gangguan atau masalah keperawatan sesuai kriteria hasil
tindakan yang telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti dan Aini Oktarina. 2012. Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Antara Primipara dan Multipara. Jurnal Midpro. 1(1).

Fadlun dan Achmad Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta:


Salemba Medika.

Nurarifin, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC. Jogjakarta:
Mediaction

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Wiji, Etik. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan KPD. Karya Tulis
Ilmiah. D III Kebidanan Universitas Muhamadiyah Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai