OLIGOHIDRAMNION
1.1 Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem
Gambar 1. Oligohidraminion
I.2.2 Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui.
Namun, oligohidramnion bisa terjadi karena peningkatan
absorpsi/kehilangan cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan
penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan ginjal
kongenital, ACE inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi uteroplasenta,
infeksi kongenital, NSAIDs) (Norwtiz, 2001).
Beberapa keadaan yang berhubungan dengan oligohidramnion,
antaranya:
a. Pada janin : kelainan kromosom, hambatan pertumbuhan,
kematian, kehamilan postterm.
b. Pada placenta : solusio plasenta
c. Pada ibu : hipertensi, preeklamsi, diabetes dalam kehamilan
d. Pengaruh obat : NSAIDs, ACE inhibitor
1.2.4 Patofisiologi
Gambar 2. Patofisiologi Oligohidraminion
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari
oligohidramnion. Namun, karena cairan ketuban terutama adalah urine
janin di paruh kedua kehamilan , tidak adanya produksi urin janin atau
penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan
oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion , yang terjadi
secara fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan (Charter, 2015).
1.2.5 Pathway
Oligohidraminion
1.2.6 Komplikasi
Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan
ketuban berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan.
Oligohydramnion dapat terjadi di masa kehamilan trimester pertama
atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat serius
dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Terlalu
sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekan
organ-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan
paru-paru, tungkai dan lengan.
1.2.7 Prognosis
Secara umum, oligohidramnion yang berkembang di awal kehamilan
jarang terjadi dan seringkali memiliki prognosis yang buruk. Saat
didiagnosis pada pertengahan kehamilan, kelainan ini sering berkaitan
dengan agenesis renal (tidak adanya ginjal). Pada agenesis ginjal,
angka mortalitasnya mencapai 100% (Charter, 2015).
12) Gangguan tidur, missal; mata terlihat layu, gerakan tidak teratur
atau tidak menentu dan tidak menyeringai
Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab cedera ; biologis, kimia, fisik dan psikologis
1.3.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (pergerakan
bayi)
1.3.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
a. Tujuan :
Nyeri teratasi
b. Kriteria hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan keterampilan
relaksasi/aktifitas hiburan
1.3.3.2 Intervensi Keperawatan dan rasional NIC
a. Intervensi Keperawatan
1) Mandiri :
Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan
penyebaran
Beri posisi yang menyenangkan
Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
Ukur tanda-tanda vital
2) Kolaborasi :
Penatalaksanaan pemberian analgetik
Siapkan untuk prosedur bedah bila diindasikan
b. Rasional
1) Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan rasa nyeri
yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai
acuan untuk intervensi selanjutnya.
2) Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat
secara efektif dan dapat mengurangi nyeri
3) Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan
4) Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya
peningkatan nyeri
5) Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat
nyeri tidak dipersepsikan
6) Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan
nyeri
b. Kriteria hasil :
Mempertahankan kehamilan sampai kelangsungan hidup janin
tercapai.
( ) ( )