Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PATOFISIOLOGI DALAM KEBIDANAN

“OLIGOHIDRAMNION”

Disusun oleh:

Devita Rajak

Nim: 1910104086

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amnion manusia terdiri dari lima lapisan yang berbeda. Lapisan ini tidak
mengandung pembuluh darah maupun saraf, sehingga nutrisi disuplai melalui cairan
amnion. Lapisan paling dalam dan terdekat pada fetus ialah epithelium amniotik.
Epitel amniotik ini mensekresikan kolagen tipe III dan IV dan glikoprotein non
kolagen (laminin , nidogen dan fibronectin) dari membrane basalis, lapisan amnion
disebelahnya.
Oligohidramnion mengacu pada defisiensi besar volume cairan amnion.
Berkurangnya volume cairan amnion dapat menimbulkan hipoksia janin sebagai
akibat dari kompresi taki pusat karena gerakan janin atau kontraksi rahim. Selain
itu, lintasan mekonium janin ke dalam volume cairan amnion yang tereduksi
menghasilakan suatu suspensi tebal dan penuh pertikel yang dapat menyebabkan
ganguan pernapasan janin.
Oligohidramnion perlu digolongkan sesuai dengan etiologinya.
Oligohidramnion berhubungan dengan keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim
dan pada 60 persen kasus. Bila dihungakan dengan bukti ultrasonic keterbelakangan
pertumbuhan asimetrik, gangue janin sangat mungkin terjadi, kasus-kasus itu yang
diakibatkan oleh ruptura membaran janin yang spontan mungkin tidak berhubungan
dengan gangguan janin sebelumnya. Oligohidramnion mungkin terjadi sebagai
akibat tekanan janin in utero ; sekresi hormone penekan janin (katekolamin,
vasopressin) dapat menghambat resopsi cairan paru-paru lewat penelanan oleh
janin. Akhirnya, terdapat kasus yang berhubungan dengan berbagai Janis cacat
janin, misalnya sindroma Potter (agenesis ginjal), yang butuh pemeriksaan
ultarsonik dan genetic secara rinci.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian oligohidramnion ?
2. Bagaimana etiologi oligohidramnion?
3. Bagaimana epideiologi oligohidramnian ?
4. Bagaimana patofisiologi oligohodramnion ?
5. Apa saja factor yang mempengaruhi wanita resiko oligohidramnion ?
6. Bagaimana gambaran klinis oligohidramnion ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang oligohidramnion ?
8. Apa saja akibat oligo hidramnion ?
9. Apa saja komplikasi dari oligohidramnion ?
10. Apa saja tindakan konservatif pada oligohidramnion ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian oligohidramnion
2. Mengetahui etiologi oligohidramnion
3. Mengetahui epideiologi oligohidramnian
4. Mengetahui patofisiologi oligohodramnion
5. Mengetahui factor yang mempengaruhi wanita resiko oligohidramnion
6. Mengetahui gambaran klinis oligohidramnion
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang oligohidramnion
8. Mengetahui akibat oligohidramnion
9. Mengetahui komplikasi dari oligohidramnion
10. Mengetahui tindakan konservatif pada oligohidramnion

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Oligohidramnion
Oligohidramnion bila pada pemeriksaan USG ditemukan bahwa index
kantong amnion 5 cm atau kurang dan insiden oligohidramnion 12% dari 511
kehamilan pada usia kehamilan 41 minggu. Oligohidramnion adalah suatu keadaan
dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc , atau juga
didefinisikan dengan indeks cairan amnion 5 cm atau kurang dari 12% dari 511
kehamilan dengan usia kehamilan 41 minggu atau lebih.
Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim.
Cairan ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau
kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel
trofoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu air
seni janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan
mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk lingkaran
atau siklus yang berulang.
Cairan amnion biasanya diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya
memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan
amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan
bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin
dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai
kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam
memproduksi cairan amnion. Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan
amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada
penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per
jam antara plasma ibu dan cairan amnion pada kondisi terdapat gangguan pada
ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion.
Normal volume cairan amnion bertambah dari50 ml pada saat usia kehamilan
12 minggu sampai 400 ml pada pertengahangestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat

3
aterm. Pada kehamilan postterm jumlahcairan amnion hanya 100 sampai 200 ml
atau kurang.
Menurut Lehn, jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1
liter, pada multigravida sebanyak 1,5 liter, dan sebanyak – banyaknya yang masih
dalam batas normal adalah 2 liter.

B. Etiologi
Etiologi yang pasti belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal
agenosis janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik
pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini (
premature rupture of the membrane = PROM ).
Penyebab sekunder biasanya dikaitkan dengan :
1. Pecahnya membran ketuban
2. Penurunan fungsi ginjal atau terjadinya kelinan ginjal bawaan pada janin
sehingga produksi urin janin berkurang, padahal urin janin termasuk salah
satu sumber terbentuknya air ketuban
3. Kehamilan post-term sehingga terjadinya penurunan fungsi plasenta.
4. Gangguan pertumbuhan janin
5. Penyakit yang diderita ibu seperti Hipertensi, Dibetes mellitus, gangguan
pembekuan darah, serta adanya penyakit autoimmune seperti Lupus.
Penyebab oligohidramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas
wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab oligohidramnion
yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung / membran
cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita
yang mengalami oligohidramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal
dan saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.
Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion
adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah padaplasenta. Serangkaian
pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal
dengan nama angiotensin-converting enxyme inhibitor (miscaptopril), dapat
merusak ginjal janin dan menyebabkan oligohidramnion parah dan kematian janin.

4
Wanita yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya
berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum merencanakan
kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan
pengobatan yang mereka lalui adalah aman selama kehamilan mereka.
Jika dilihat dari segi Fetal, penyebabnya bisa karena :
1. Kelainan Kromosom
2. Cacat Kongenital
3. Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim
4. Kehamilan postterm
5. Premature ROM (Rupture of amniotic membranes)
Jika dilihat dari sisi Maternal, penyebabnya :
1. Dehidrasi
2. Insufisiensi uteroplasental
3. Hipertensi / Preeklamsia
4. Diabetes Mellitus
5. Hypoxia kronis
Induksi Obat :
Seperti obat antihipertensi
Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban juga sering terjadi karena
ukuran tubuh janin semakin besar. Oligohydramnion dapat terjadi di masa
kehamilan trimester pertama atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat
serius dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan trimester terakhir.

C. Epidemiologi Oligohidramnion
Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu
sedikit.Olygohydramnion dapat terjadi kapan saja selama masa kehamilan, walau
padaumumnya sering terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Sekitar 12%
wanitayang masa kehamilannya melampaui batas waktu perkiraan lahir (usia
kehamilan42 minggu) juga mengalami olygohydrasmnion, karena jumlah cairan
ketubanyang berkurang hamper setengah dari jumlah normal pada masa kehamilan

5
D. Patofisiologi
Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat
menekanorgan-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-
paru,tungkai dan lengan. Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa
kehamilan juga meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian
bayi dalam kandungan. Jika ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester
terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik.
Disaat-saat akhir kehamialn, oligohydramnion dapat meningkatkan resiko
komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan
saluran oksigen kepada janin dan menyebabkan kematian janin.
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion
(cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir,
dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari
dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu,
karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal
atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (
paru-paru hipoplastik ), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik
karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena
penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih)
dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma
Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa :
1. Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal
hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).

6
2. Tidak terbentuk air kemih
3. Gawat pernafasan,
Pada kehamilan sangat muda, air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari plasma
maternal dan dibentuk oleh sel amnionnya. Pada trimester II kehamilan, air ketuban
dibetuk oleh difusi ekstraselular melalui kulit janin sehingga komposisinya mirip
dengan plasma janin. Selanjutnya setelah trimester II, terjadi pembentukan zat
tanduk kulit janin dan menghalangi disfusi plasma janin sehingga sebagian besar air
ketubannya dibentuk oleh sel amnionnya dan air kencingnya.
Ginjal janin mengeluarkan urin sejak usia 12 minggu dan setelah mencapai
usia 18 minggu sudah dapat mengeluarkan urin sebanyak 7-14 cc/hari. Janin aterm
mengeluarkan urin 27 cc/jam atau 250 cc dalam sehari.
Sirkulasi air ketuban sangat penting, sehingga jumlahnya dapat dipertahankan
dengan tetap. Pengaturannya dilakukan oleh tiga komponen penting berikut:
1. Produksi yang dihasilkan oleh sel amnion.
2. Jumlah produksi air kencing.
3. Jumlah air ketuban yang ditelan janin.
Setelah trimester II sirkulasinya makin meningkat sesuai dengan tuanya
kehamilan sehingga mendekati aterm mencapai 500 cc/hari.
Produksinya akan berkurang jika terjadi insufisiensi plasenta, kehamilan post
term, gangguan organ perkemihan, janin terlalu banyak minum, sehingga dapat
menimbulkan makin berkurangnya jumlah air ketuban intrauteri “ologohidramnion”
dengan kriteria:
1. Jumlah kurang dari 200 cc
2. Kental.
3. Bercampur mekonium.
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor
atau minor.
Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan
pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok
lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada
trimester I lebih dari 2 kali

7
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau
memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada
trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi
abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor
atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya.

E. Wanita Dengan Kondisi Berikut Memiliki Insiden Oligohidramnion Yang


Tinggi.
1. Anomaly congenital ( misalnya agenosis ginjal, sindroma potter )
2. Retradasi pertumbuhan intra uterin
3. Ketuban pecah sebelum waktunya ( usia kehamilan 24 – 26 minggu )
4. Sindroma paska maturitas
5. Terdapat riwayat Hipertensi atau preeklampsia
6. Riwayat obstetric yang jelek

F. Gambaran klinis
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3. Sering berakhir dengan partus prematurus.
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas.
5. Persalinan lebih lama dari biasanya.
6. Sewaktu his akan sakit sekali.
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1. USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau
ginjal yang sangat abnormal)

8
Cara memeriksanya yaitu dengan memeriksa indeks cairan amnion, yakni
jumklah pengukuran kedalaman air ketuban di empat sisi kuadran perut ibu.
Nilai normal adalah antara 10 – 20 cm. bila kurang dari 10 cm disebut air
ketuban telah berkurang, jika kurang dari 5 cm maka inilah yang disebut
dengan oligohidramnion.
2. Rontgen perut bayi
3. Rontgen paru-paru bayi
4. Analisa gas darah.

H. Akibat oligohidramnion
1. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat
bawaan dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus
prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan
dinding rahim.
2. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti
club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (lethery
appereance).
3. Jika terjadi pada saat menjelang persalinan, akan meningkatkan resiko
terjadinya komplikasi selama kelahiran, seperti tidak efektifnya kontraksi rahim
akibat tekanan di dalam rahim yang tidak seragam kesegala arah, sehingga
proses persalinan akan melemah atau berhenti.

I. Komplikasi dari oligohidramnion


1. Dari sudut maternal
Komplikasi oligohidramnion pada maternal praktis tidak ada, kecuali akibat
Persalinannya oleh karena :
a. Sebagian persalinannya dilakukan dengan induksi
b. Persalinan dilakukan dengan sc
Dengan demikian komplikasi maternal adalah trias komplikasi persalinan
dengan tindakan.
2. Komplikasi terhadap janin

9
Oligohidramnion menyebabkan tekanan langsung pada janin:
a. Deformitas janin
b. Leher telalu menekuk miring
c. Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
d. Deformitas ekstremitas
e. Talipes kaki terpelintir keluar
f. Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal distress.
g. Fetal distres menyebabkan makin terangsangnya nervus vagus dengan
dikeluarkannya mekonium semakin mengentalkan air ketuban.
h. Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir terjadi kesulitan
bernafas, karena paru mengalami hipoplasia sampai atelektase paru.
i. Sirkulus yang sulit diatasi ini akhirnya menyebabkan kematian janin
intrauteri.
j. Amniotic band Karena sediktnya air ketuban, dapat menyebabkan terjadi
hubungan langsung antara membrane dengan janin sehingga dapat
menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin intrauteri. Dapat dijumpai
ekstremitas terputus oleh karena hubungan atau ikatan dengan membrannya.

J. Tindakan konservatif
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Oligohidramnion bila pada pemeriksaan USG ditemukan bahwa index kantong
amnion 5 cm atau kurang dan insiden oligohidramnion 12% dari 511 kehamilan
pada usia kehamilan 41 minggu. Penyebab oligohidramnion yang telah terdeteksi
adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung / membran cairan ketuban yang
mengelilingi janin dalam rahim.pada ibu penderita oligohidramnion dapat
menekanorgan-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-
paru,tungkai dan lengan. Akibatnya dapat mengalami cacat bawaan dan pertumbuhan janin
dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus

B. Kritik dan saran


Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna sehingga
kami perlu kritik dan saran yang membangun sehingga untuk ke depannya makalah
kami ini bisa menjadi lebih sempurna. Atas kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2010. Praktik kebidanan riset dan isu. Alih bahasa Devi Yulianti. Jakarta:
EGC

Bandiyah. 2009. Kehamilan,Persalinan & Gangguan Kehamilan. Jakarta: EGC

Fraser dan Cooper. 2009. Buku Ajar Bidan Myles . Yogyakarta : Nuha Medika

Kusmiayati, yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hami). Yogyakarta
Fitramaya

Manuaba. 2010. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstretri Ginekologi Sosial
untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC

Cunningham, et.al. 2010. E-book Williams Obstetrics, edisi 23. The Mc Graw-Hill
Companies, USA.

12

Anda mungkin juga menyukai