Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS OLIGOHIDRAMNION DI RUANG HESTI

RUMAH SAKIT TPT Dr. R. SOEHARSONO BANJARMASIN

Oleh:

Amelia

2114401110015

Pembimbing Klinik : Kartayasi, S.Kep., Ns

Pembimbing Akademik : Linda, Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Amelia

NPM : 2114401110015

Ruangan/ Rumah Sakit : Hesti/Nifas / TPT DR.R.Soeharsono Banjarmasin

Judul Laporan Pendahuluan : Kasus Oligohidramnion

Judul Asuhan Keperawatan : Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Oligohidramnion

Telah menyelesaikan semua laporan PKK keperawatan anak di ruangan tersebut.

Banjarmasin, Juli 2023

Mahasiswa

Amelia

Menyetujui

Preseptor Klinik Preseptoer Akademik

Kartayasi, S.Kep., Ns Linda, Ns., M.Kep

NIK. NIK. 01 10111984 063 006 011


LAPORAN PENDAHULUAN

1. Anatomi dan Fisiologi

Secara mikroskopis, selaput ketuban merupakan suatu struktur berlapis lapis yang
didominasi dengan jaringan penyangga dan jaringan epitel. Jaringan-jaringan
penyangga terdiri dari substrat matriks ekstraseluler kolagen dan non kolagen, seperti
fibronectin, integrin, febrilin, laminin dan proteoglican. Dibawah ini digambarkan
struktur selaput ketuban yang membentuk kantong kehamilan, yaitu:
Lapisan khorion, merupakan lapisan yang terluar berhubungan langsung dengan
jaringan desidua maternal. Berfungsi sebagai kerangka dari selaput. Terdiri 4 lapisan :
a. Lapisan Trophoblas
Lapisan ini melekat dengan lapisan sel desidua maternal, terdiri dari 2–10 sel
tropoblas dan akan mengalami penipisan sesuai dengan usia kehamilan.
b. Lapisan Pseudobasement membrane
Lapisan tipis jaringan retikulin yang berada antara trophoblas dengan lapisan
reticular.
c. Lapisan Reticular
Lapisan jaringan retikulin ini merupakan bagian utama dari membrane khorion
yang terdiri dari sel-sel fibroblast dan sel Hofbauer yang bertugas dalam proses
transport metabolit aktif dan sebagai makrofag.
d. Lapisan Celular
Merupakan lapisan paling dalam dari membran khorion, berbatasan dan melekat
langsung dengan lapisan amnion.
Lapisan amnion, merupakan lapisan bagian dalam selaput ketuban serta paling
elastis dibandingkan Lapisan khorion. Lapisan ini memiliki 5 lapisan:
a. Spongy layer.
Lapisan yang berbatasan langsung dengan khorion. Merupakan lapisan
reticular yang terdiri dari jaringan kolagen dan mucus. Mempunyai kemampuan
bergeser dan meregang. Merupakan lapisan “stress absorber” yang terdiri kolagen
tipe III. Walaupun lapisan amnion lebih tipis dbanding lapisan korion, lapisan
tersebut lebih elastis.
b. Fibroblast layer.
Lapisan ini terdiri dari sel-sel mesenkimal yang berasal dari mesoderm discus
embrionik. Didapat banyak makrofag yang sering terlibat dalam proses penipisan
selaput ketuban.
c. Compact layer
Merupakan bagian yang paling tebal dan mengandung kolagen interstisiial
tipe I, kolagen tipe III dan kolagen tipe V. Bersama dengan membran basal
merupakan kerangka jaringan ikat yang kokoh.
d. Basement membrane
Merupakan bagian yang terdiri dari jaringan fibroblast kompleks dalam
jaringan retikulin. Memisahkan lapisan epithelial dengan jaringan selaput ketuban
lainnya. Didapatkan sel Hofbauer. Sangat kaya serabut kolagen tipe III dan IV.
e. Epithelial lining
Merupakan lapisan terdalam dari selaput ketuban. Terdiri dari selapis sel
kuboid yang tidak bersilia. Permukaan bebas dari sel ini ditutupi oleh mikrovili.
Antar sel dihubungkan dengan desmosom. Embriologis berasal dari ektoderm.
Pada lapisan ini disekresi kolagen tipe III, IV dan glikoprotein nonkolagen
(laminin, nidogen, fibronektin) yang membentuk membran basah
2. Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang darinormal,
yaitu kurang dari 500 cc.
Oligohidramnion adalah AFI yang kurang dari 5 cm. Karena VAK tergantung
pada usia kehamilan maka definisi yang lebih tepatadalah AFI yang kurang dari 5 cm
( lebih kurang AFI yang <6.8 cm saathamil cukup bulan).
Oligohidramnium adalah kondisi di mana cairan ketuban sedikit, yang
didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI) di bawah persentil 5. Volume cairan
ketuban meningkat selama masa kehamilan, dengan volume sekitar 30 ml pada 10
minggu kehamilan dan puncaknya sekitar 1 L di 34- 36 Minggu kehamilan. Definisi
lainnya menyebutkan sebagai AFI yang kurang dari 5 cm.Karena VAK tergantung
pada usia kehamilan maka definisi yang lebih tepatadalah AFI yang kurang dari
presentil 5 ( lebih kurang AFI yang <6.8 cm saathamil cukup bulan). (Wahyuningsih,
2019)
3. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa
keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan
obsrtuksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis (Khumaira, 2012)
Oligohidramnion harus dicurigai jika tinggi fundus uteri lebih rendah secara
bermakna dibandingan yang diharapkan pada usia gestasi tersebut. Penyebab
oligohidramnion adalah absorpsi atau kehilangan cairan yang meningkat ketuban
pecah dini menyebabkan 50 % kasus oligohidramnion, penurunan produksi cairan
amnion yakni kelainan ginjal kongenital akan menurunkan keluaran ginjal janin
obstruksi pintu keluar kandung kemih atau uretra akan menurunkan keluaran urin
dengan cara sama.
Sebab oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan amnion yang kurang baik,
sedangkan secara sekunder yaitu ketuban pecah dini (Marmi, ddk, 2015)
4. Fatofisiologi dan Pathways
- Fatofisiologi
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion. Namun,
tidak adanya produksi urine janin atau penyumbatan pada saluran kemih janin dapat
juga menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi
secara fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan. Beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan kongenital, Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan postterm, insufiensi plasenta dan
obatobatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin). Kelainan kongenital yang
paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih
dan kelainan kromosom. Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan
menyebabkan hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu
mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran
darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi oligohidramnion (Prawirohardjo,
2010)
- Pathways

Penyebab

a. Penyumbat pada Membran ketuban


saluran kemih janin
b. Janin menelan
cairan amnion Pecah

Oligohidramnion

Bayi Ibu

a. Kelainan Hipoksia janin Insufisiensi KPD


Kongenital plasenta
b. PJT

a. Terjadi
penurunan aliran
darah ke ginjal
b. Produksi urine
berkurang

Oligohidramnion
5. Manifestasi Klinik
Pada ibu yang mengalami oligohidramnion biasanya uterusnya akan tampak lebih
kecil dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak,
sering berakhir dengan partus prematus, bunyi jantung anak sudah terdengar mulai
bulan kelima dan terdengar lebih jelas, persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu
ada his akan sakit sekali, bila ketuban pecah air ketubannya sedikit sekali bahkan
tidak ada yang keluar dan dari hasil USG jumlah air ketuban kurang dari 500 ml.
(Rukiyah dan Yulianti, 2020).
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak
3. Sering berakhir dengan partus prematurus
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas
5. Persalinan lebih lama dari biasanya
6. Sewaktu his akan sakit sekali
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
a. USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjaljanin atau ginjal
yang sangat abnormal
b. Rontgen perut bayi
c. Rontgen paru-paru bayi
d. Analisa gas darah
7. Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion bergantung apda situasi klinik dan dilakukan pada
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yan tidak baik.
Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh
karena itu persalinan dengan sectio caesaria merupakan pilihan terbaik pada kasus
oligohidramnion (Khumaira, 2021).
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2020) penatalaksanaan pada ibu dengan
oligohidramnion yaitu:
a. Tirah baring
b. Hidrasi dengan kecukupan cairan
c. Perbaikan nutrisi
d. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin)
e. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion
f. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp)
g. Amnion infusion.
h. Induksi dan kelahiran
8. Komplikasi
Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan ketuban
berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan. Oligohydramniondapat terjadi di masa
kehamilan trimester pertama atau pertengahan usiakehamilan cenderung berakibat
serius dibandingkan jika terjadi di masakehamilan trimester terakhir. Terlalu
sedikitnya cairan ketuban dimasa awalkehamilan dapat menekan organ-organ janin
dan menyebabkan kecacatan,seperti kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan.
Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan jugameningkatkan
resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalamkandungan. Jika
ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimesterterakhir, hal ini mungkin
berhubungan dengan pertumbuhan janin yangkurang baik. Disaat-saat akhir
kehamialn, oligohydramnion dapatmeningkatkan resiko komplikasi persalinan dan
kelahiran, termasukkerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin
danmenyebabkan kematian janin. Wanita yang mengalami oligohydramnionlebih
cenderung harus mengalami operasi caesar disaat persalinannya.
9. Prognosis
1) Semakin awal oligohidramnion terjadi pada kehamilan, semakin buruk
prognosisnya
2) Jika terjadi pada trimester II, 80-90% mortalitas
10. Tinjauan Teoritis Keperawatan Berdasarkan Kasus
a. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Usia kehamilan :
Pendidikan :
Alamat :
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit sebelumnya
5) Analisa data
- Data subyektif :
- Data obyektif :
6) Pengkajian Fisik
a) Aktifitas / istirahat
Kemampuan untuk diperlukan/diinginkan (kerja dan kesenangan) dan
untuk dapat tidur/istirahat.
b) Sirkulasi
Kemampuan untuk mentranspor oksigen dan nutrien yang perlu untuk
memenuhi kebutuhan seluler.
c) Integritas Ego
Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan keterampilan dan
perilaku untuk mengintegrasikan dan mengatur pengalaman hidup.
d) Eliminasi
Kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
e) Makanan/Cairan
Kemampuan untuk mempertahankan masukan dan penggunakan nutrient
dan cairan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi.
f) Hygiene
Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
g) Neurosensori
Kemampuan untuk menerima, menggabungkan, dan berespon terhadap
isyarat internal dan eksternal.
h) Nyeri/Ketidaknyamanan
Kemampuan untuk mengontrol lingkungan internal/eksternal untuk
mempertahankan kenyamanan.
i) Pernapasan
Kemampuan untuk memberikan dan menggunakan oksigen untuk
memenuhi kebutuhan fisiologi.
j) Keamanan
Kemampuan untuk memberikan lingkungan yang meningkatkan
pertumbuhan, aman.
k) Seksualitas
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan/karakteristik peran pria atau
peran wanita.
l) Interaksi Sosial
Kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan.
m) Belajar/Mengajar
Kemampuan untuk menghubungkan dan menggunakan informasi untuk
mencapai gaya hidup yang sehat/kesejahteraan optimal.
b. Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria hasil, Intervensi
1) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (pergerakan bayi)
b) Resiko cedera terhadap janin dengan faktor resiko berkurangnya
cairanamnion
c) Ansietas berhubungan dengan resiko status kesehatan pasien dan
janin (kelahiran posterm)
d) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal informasi
2) Tujuan, Kriteria Hasil
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (pergerakan bayi)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x12 jam,
masalah Nyeri akut teratasi
Kriteria hasil :
- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
- Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan keterampilan
relaksasi/aktifitas hiburan
b) Resiko cedera terhadap janin dengan faktor resiko berkurangnya
cairan amnion
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam,
masalah teratasi.
Kriteria Hasil :
Mempertahankan kehamilan sampai kelangsungan hidup janin tercapai
c) Ansietas berhubungan dengan resiko status kesehatan pasien dan
janin (kelahiran posterm)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x12 jam,
masalah teratasi.

Kriteria Hasil:
- Mengungkapkan rasa takut dan masalah yang berhubungan dengan
komplikasi dan atau kehamilan
- Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi ansietas
- Mendemonstarasikan keterampilan pemecahan masalah
- Menggunakan sumber-sumber system pendukung secara efektif
d) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal informasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 1x8 jam, masalah Kurang
Pengetahuan teratasi.
Kriteria Hasil:
- Memulai perilaku yang meningkatkan kesehatan diri sendiri dan janin.
- Tidak meminum obat tanpa memberi tahu dokter kandungannya.
- Tidak merokok, minum alcohol, dan obat-obat terlarang.
3) Intervensi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (pergerakan bayi)
- Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri,sifat nyeri, lokasi dan penyebaran
- Beri posisi yang menyenangkan
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
- Ukur tanda-tanda vital
- Penatalaksanaan pemberian analgetic
b) Resiko cedera terhadap janin dengan faktor resiko berkurangnya
cairan amnion
- Lakukan tes nitrazin.
- Kaji kondisi ibu yang dapat dikontraindikasikan pada terapi steroid.
- Kaji DJJ; catat adanya aktifitas uterus atau dilatasi serviks.
- Tekankan perlunya perawatan tindak lanjut bila pulang tanpa kelahiran
c) Ansietas berhubungan dengan resiko status kesehatan pasien dan
janin (kelahiran posterm)
- Perhatikan tingkat ansietas dan derajat pengaruh terhadap kemampuan
untuk berfungsi atau mengambil keputusan
- Berikan kehangatan secara emosional dan situasi mendukung ;terima
klien/pasangan seperti adanya mereka
- Lakukan sikap tidak terburu-buru kapanpun dalam menghadapi
keluarga
- Berikan akses 24 jam pada tim perawatan Kesehatan
- Tinjau ulang kemungkinan sumber-sumber ansietas
- Kaji tingkat stress klien berkenaan dengan komplikasi medis,
hubungan pasangan, hubungan klien dengan anggota keluarga, dan
ketersediaan jaringan kerja pendukung
d) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal informasi
- Buat hubungan perawat-klien yangmendukung dan terus menerus.
- Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenan dengan
perubahan fisiologi/psikologi yang normal pada kehamilan, serta
keyakinan tentang aktivitas, perawatan diri dan sebagainya.
- Klarifikasi kesalahpahaman.
- Tentukan derajat motivasi untuk belajar.
- Identifikasi siapa yang memberikan dukungan/intruksi dalam
kebudayaan klien (mis.,nenek/anggota keluarga lain, cuerandero,
penyembuh lain). Kerja dengan orang yang medukung bila mungkin,
menggunakan pengalih bahasa sesuai kebutuhan.
- Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan
c. Evaluasi Keperawatan
Secara definitive, evaluasi digunakan untuk mengukur keberhasilan dari suatu
tindakan keperawatan yang telah digunakan kepada pasien. Dengan menggunakan
evaluasi proses (mengacu pada tindakan keperawatan) dan evaluasi hasil (yang
mengacu pada kesimpulan dan tindakan). Dari sini diketahui bahwa kami mampu
melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada ibu yang mengalami
Ologihidramnion. Hal ini tampak dari keberhasilan pencapaian tujuan, yaitu
dengan teratasi masalah – masalah keperawatan yang timbul.
DAFTAR PUSTAKA

Esty, W. (2019). Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC.

Hani, U. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika.

Marmi, dkk. (2015). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Mochtar, R. (2021). Sinopsis Obsetri, Jilid I. Jakarta: EGC .

Prawirohardjo, S. (2021). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, S. (2022). Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer Rustammochtar 1998


Sinopsis Obstetri; obstetri fisiologi, obstetri patologi edisi ke 2. Jakarta: EGC.

Sulistyawati, A. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika.

Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: Universitas Jember


Respiratory Institut Pertanian Bogor Repository UIN.

Anda mungkin juga menyukai