Anda di halaman 1dari 21

CASE REPORT

KETUBAN PECAH DINI

PEMBIMBING:
dr. I.Gusti Ngurah Made Mahardiana, SpOG

OLEH:
Tito Haposan Mangatur Tobing
1261050012

KEPANITRAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD TARAKAN KALIMANTAN UTARA
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 10 OKTOBER 12 DESEMBER 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkatNya, case report dengan judul ketuban pecah dini dapat selesai. Case report ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan stase Kepaniteraan
Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan pada Program Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Kalimantan Utara yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik
Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.

2.

dr. I Gusti Ngurah Made Mahardiana, Sp.OG selaku dokter pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis

3.

dr. H. Refinaldi, Sp.OG. selaku dokter pembimbing yang telah memberikan


bimbingan dalam mengikuti kepaniteraan Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4.

di Rumah Sakit Daerah Umum Tarakan.


dr. Hj. Dewi Mandang, Sp.OG.selaku dokter pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan Rumah Sakit Daerah Umum

5.

Tarakan.
Para staf, seluruh karyawan, dan para bidan serta perawat yang telah banyak
membantu kami dan banyak memberikan saran-saran yang berguna bagi
penulis dalam menjalani kepaniteraan di Rumah Sakit Daerah Tarakan.
6. Orang tua dan keluarga terdekat yang telah memberikan doa dan semangatnya
kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga case report ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Tarakan, Kalimantan Utara

November 2016
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan
korion yang sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel
epitel, sel mesenkim dan sel trofoblas yang terikat erat dalam matriks kolagemn.
Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap
infeksi1.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban
Pecah Dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan
hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini.
Ketuban Pecah Dini Prematur terjadi pada 1% kehamilan. Pecahnya selaput
ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen
matriks ekstra selular amnion, korion dan apoptosis membran janin. Membran janin
dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban
dengam memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormon
yang merangsang aktivitas matrix degrading enzyme.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
SELAPUT KETUBAN DAN CAIRAN AMNION
1. Selaput Ketuban
Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan korion. Amnion
adalah membrane janin paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion.
Sktuktura vascular khusus ini memiliki peran penting dalam kehamilan pada
manusia. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan
regang membran janin. Dengan demikian, pembentukan komponen-komponen
amnion yang mencegah rupture atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan
kehamilan2.
Menurut Helen, amnion (selaput ketuban) merupakan membran internal
yang membungkus janin dan cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, ulet, dan
transparan. Selaput amnion melekat erat pada korion (sekalipun dapat dikupas
dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal plasenta sampai pada
insersio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali pusat yang
tegak lurus hingga umbilikus janin. Sedangkan korion merupakan membrane
eksternal yang berwarna putih dan terbentuk dari vili-vili sel telur yang
berhubungan dengan desidua kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi plasenta
dan melekat pada lapisan uterus.
2. Cairan Amnion
a. Volume cairan amnion
Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion
ini akan meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan
sampai menjelang aterm, saat terjadi penurunan volume cairan amnion pada
banyak kehamilan normal.
Tabel 2.1 Cairan amnion yang lazim 2
Minggu
Gestasi
16
28
36
40

Janin
(g)
100
1000
2500
3300

Plasenta
(g)
100
200
400
500

Cairan Amnion
(ml)
200
1000
900
800

Persen Cairan
50
45
24
17

Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 1500 ml, warna
putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis.
Cairan ini dengan berat jenis 1.008, terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri atas
garam anorganik serta bahan organik dan bila diteliti benar, terdapat rambut
lanugo, sel-sel epitel dan verniks kaseosa. Protein ditemukan rata-rata 2,6% g
per liter, sebagian besar sebagai albumin1.
Keadaan normal cairan amnion antara lain pada usia kehamilan cukup
bulan volume 1000-1500 cc, keadaan jernih agak keruh, steril, bau khas,
agak manis dan amis, terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik
dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo,
verniks kaseosa, dan sel-sel epitel dan sirkulasi sekitar 500 cc/jam.
b. Fungsi cairan amnion
Beberapa fungsi dari cairan amnion:
Proteksi
: melindungi janin terhadap trauma dari luar.
Mobilisasi
: memungkinkan ruang gerak bagi janin.
Homeostasis
: menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam
basa

Mekanik

(pH) dalam rongga amnion untuk suasana lingkungan


yang optimal bagi janin.
: menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruang
intra uterin.

2. Definisi dan Klasifikasi Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dini (PROM, premature rupture of membrane) adalah
kondisi di mana ketuban pecah sebelum proses persalinan dan usia gestasi 37
minggu. Jika ketuban pecah pada usia gestasi <37 minggu maka disebut ketuban
pecah dini pada kehamilan prematur (PPROM, preterm premature rupture of
membrane)3.
Ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini pada kehamilan prematur juga
terbagi menjadi4:

PROM dini: kurang dari dua belas jam telah berlalu sejak pecah

ketuban janin
PROM prolonged: dua belas jam atau lebih telah berlalu sejak
pecah ketuban janin

3. Etiologi dan Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini1,2

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh


kontraksi dan peregangan uterus berulang. Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban
inferior rapuh, bukan seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sisntesis dan degradasi ekstraselular
matriks.

Perubahan

struktur,

jumlah

sel,

dan

katabolisme

kolagen

menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban


pecah.
Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah:
Berkurangnya asam askobik sebagai komponen kolagen
Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal karena antara lain merokok.
4. Patogenesis1

Gambar 2.1. Gambar skematis dari struktur selaput ketuban (NEJM vol 338,
10. 1998)
Pada ketuban pecah dini terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan
jumlah jaringan kolagen dan terganggunya struktur kolagen, serta peningkatan
aktivitas

kolagenolitik.

Degradasi

kolagen

dimediasi

oleh

matriks

metalloproteinase (MMP). MMP merupakan suatu grup enzim yang dapat


4

memecah

komponen-komponen

matriks

ektraseluler.

Enzim

tersebut

diproduksi dalam selaput ketuban.


Pada selaput ketuban juga diproduksi penghambat metaloproteinase /
tissue inhibitor metalloproteinase (TIMP). TIMP-1 menghambat aktivitas
MMP-1, MMP-8, MMP-9 dan TIMP-2 menghambat aktivitas MMP-2. TIMP3 dan TIMP-4 mempunyai aktivitas yang sama dengan TIMP-1
Keutuhan dari selaput ketuban tetap terjaga selama masa kehamilan oleh
karena aktivitas MMP yang rendah dan konsentrasi TIMP yang relatif lebih
tinggi. Mendekati waktu persalinan, didapatkan kadar MMP yang meningkat
dan penurunan yang tajam dari TIMP yang akan menyebabkan terjadinya
degradasi matriks ektraseluler selaput ketuban. pada preterm didapatkan kadar
protease yang meningkat terutama MMP-9 serta kadar TIMP-1 yang rendah.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi Rahim dan gerakan janin.
Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.
5.

Diagnosis1,2
Diagnosis ketuban pecah dini dapat diketahui dengan:
1. Menanyakan riwayat keluar air-air dari vagina dan tanda lain
persalinan.
2. Pemeriksaan inspekulo melihat adanya cairan ketuban keluar dari
cavum uteri (meminta pasien batuk atau mengedan atau mengerakkan
sedikit bagian terbawah janin) atau terlihat kumpulan cairan di forniks
posterior.
3. pH vagina dengan menggunakan kertas lakmus (Nitrazin test). Bila ada
cairan ketuban, warna merah berubah menjadi biru.

Gambar 2.2 Nitrazine test


4. Dengan USG dapat mengkonfirmasi adanya oligohidroamnion.
5. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda adalah bila suhu ibu lebih
dari 38oC serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah
>15.000/mm3
Amniosentesis adalah yang paling akurat untuk diagnosis ketuban pecah dini.
Bukti baru menunjukkan bahwa penggunaan penanda biokimia untuk mendiagnosa
ketuban pecah dini. Echebiri et al melaporkan adanya cost effectiveness dibandingkan
dengan metode standar diagnosis antara 34 dan 37 minggu.5

Gambar 3 Amniosentesis (mountsinai.org)


Ng et al melaporkan plasenta alpha-mikroglobulin-1 tingkat memiliki 95,7%
sensitivitas, spesifisitas 100%, 100% nilai prediksi positif, dan 75% nilai prediksi
negatif. Pada beberapa kasus ketika diagnosis ketuban pecah dini tidak jelas, plasenta
alpha-mikroglobulin-1 harus digunakan untuk memberikan informasi tambahan untuk
tata laksana yang tepat.5
6. Diagnosis banding.
-

Amniositis

Tanda awal persalinan

7. Penatalaksanaan
7.1 Konservatif
Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, disarankan dirawat inap jika
air ketuban masih keluar. Tunggu hingga berhenti. Berikan steroid,

antibiotik; observasi kondisi ibu dan janin.


Jika umur kehamilan 32-37 minggu

o Belum inpartu, tidak infeksi, tes busa negatif beri


deksametason,

observasi

tanda-tanda

infeksi

(suhu,

leukosit, cairan berbau dari vagina) dan kesejahteraan janin.


Terminasi pada kehamilan 37 minggu
o Sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
o Ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-

tanda infeksi.
o Berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin.
Jika umur kehamilan > 37 minggu, evaluasi infeksi

pertimbangkan pemberian antibiotik jika ketuban sudah pecah


lama, terminasi kehamilan (pertimbangkan pemberian induksi)
7.2 Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosisn. BIla gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 g 50 g intravaginal tiap
6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic
dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian

induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksiosesarea.


Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.
8. Komplikasi
8.1 Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah, biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten tergantung usia kehamilan. Pada kehamilan aterm. 75-90% persalinan
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34
minggu 30% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 28 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.
8.2 Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
dapat terjadi korioamnionitis. Korioamnionitis adalah keadaan pada
perempuan hamil di mana korion, amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi
8

bakteri. Penyebab korioamnionitis adalah infeksi bakteri yang terutama


berasal dari traktus urogenitalis ibu. Secara spesifik, permulaan infeksi berasal
dari vagina, anus atau rectum dan menjalar ke uterus. Korioamnionitis tidak
selalu menimbulkan gejala. Bila timbul gejala antara lain demam, nadi cepat,
berkeringat, perabaan uterus terkesan lembek dan cairan berbau keluar dari
vagina. Pemberian antibiotika sesegera mungkin. Dipilih yang berspektrum
luas yaitu kombinasi ampisilin 3 x 1000 mg, gentamisin 5 mg/kgBB/hari, dan
metronidazole 3 x 500 mg. Berikan uterotonika supaya kontraksi uterus baik
pascapersalinan. Hal ini akan mencegah/menghambat invasi mikroorganisme
melalui sinus-sinus pembuluh darah pada dinding uterus.

9. Prognosis
Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan serta
adanya infeksi atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, 13-26 minggu,
memiliki prognosis yang buruk. Kelangsungan hidup bervariasi dengan usia
kehamilan saat diagnosis (dari 12% ketika terdiagnosa pada 16-19 minggu,
sebanyak 60% didiagnosis pada 25-26 minggu). Pada kehamilan dengan
infeksi prognosis memburuk, sehingga bila bayi selamat dan dilahirkan
memerlukan penanganan yang intensif. Apabila KPD terjadi setelah usia
masuk ke dalam aterm maka prognosisnya lebih baik terutama bila tidak
terdapatnya infeksi, sehingga terkadang paska aterm sering digunakan induksi
untuk membantu persalinan.

BAB III
STATUS PASIEN
I. DATA DASAR
A. Karakteristik Penderita
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 31 tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Jl. Anggrek RT 15 Kampung Rejo
No Register : 26.0x.xx
Agama
: Islam
Masuk RS
: 1 November 2016
Jam
: 08.26 WITA
Asal Pasien : Instalasi Gawat Darurat
A. ANAMNESA (Autoanamnesa)
Keluhan Utama :
Perut terasa kencang-kencang
Keluhan Tambahan :
Keluar air-air dan darah sejak 31 Oktober 2016 pukul 15.00 WITA
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien hamil dengan usia kehamilan 39 minggu berusia 31 tahun datang
melalui Instalasi Gawat Darurat RSUD Tarakan dengan keluhan perut kencangkencang disertai dengan keluarnya darah dan air sejak 31 Oktober 2016 pukul 15.00
WITA. dari jalan lahir dan nyeri perut bagian bawah. Keluhan demam disangkal,
HPHT 2 Februari 2016, dengan Riwayat Hamil 5 kali, melahirkan empat kali, dan
tidak pernah abortus.

Riwayat Haid
Haid pertama umur

: 15 tahun

10

Siklus Haid

: 28 hari

Lama Haid

: 3 hari

Banyaknya

: 2-3 pembalut

Sakit saat haid (dismenorea) : (-)

Riwayat Perkawinan :
a. Status Perkawinan
Jika menikah
b. Lama perkawinan yang terakhir

: menikah
: 2 kali
: 8 tahun

Riwayat kehamilan persalinan, nifas yang lalu


Jenis
No

Usia Kehamilan

Jenis

Usia
Sekarang
13 th

BBL

Preterm

Persalinan
Normal

2,5 kg

Kelamin
Perempuan

Preterm

Normal

2 kg 8 ons

Perempuan

10 th

Aterm

Normal

3,3 kg

Laki-laki

10 th

Aterm

Normal

3,5 kg

Laki-laki

5 th

Riwayat Penyakit Dahulu :.


Riwayat alergi / Asma

: disangkal

Riwayat gangguan mentruasi

: disangkal

Riwayat keputihan

: disangkal

Riwayat penyakit menular seksual

: disangkal

Riwayat Penyakit paru-paru, Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), DM :disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat Penyakit paru-paru : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal
11

Riwayat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) : disangkal


Riwayat Penyakit gula (DM) : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Operasi
No

Jenis Operasi
Disangkal

Tahun

Keterangan

Metode Keluarga Berencana : Suntik (2013), Pil (2014)


Riwayat Antenal
Waktu hamil periksa di PKM Karang Rejo oleh Bidan
Usia
Waktu ANC

Tempat
Kehamilan
2 bulan
4 bulan
7 bulan
8 bulan

1
2
3
4

Penatalaksanaa
Bidan
Bidan
Bidan
Bidan

Masalah
-

n
Vitamin
Vitamin
Vitamin
Vitamin

Hal-hal dan kebiasaan yang berhubungan dengan ginekogi dan obstetri


Pasien ernah terpleset di pasar pada usia kehamilan 7 bulan. Perut terasa sakit dan
pasien hanya meminum air putih dan perut kembali membaik.

B. Objektif
PEMERIKSAAN FISIK
1.

Status Generalis

Keadaan umum

: Tampak sakit Ringan

Kesadaran

: composmentis

Vital sign

T = 130/90

S = 36,3 0C
12

N = 84 x/mnt

R = 22 x/mnt

TB = 156 Cm

BB = 84 kg

Kepala : Normochepali.
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-).
THT: DBN
Gigi : gigi lengkap, karies (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar .
Thoraks

Jantung : Inspeksi, Ictus cordis tidak tampak


Palpasi, Ictus cordis kuat angkat
Perkusi, redup (+)
Auskultasi, bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Inspeksi, pergerakkan dinding dada simetris, retraksi (-)
Palpasi, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi, sonor seluruh lapang paru
Auskultasi, suara dasar : vesikuler +/+, ronkhi (-), wheezing (-)

2.

Abdomen :
Inspeksi: Striae (+), Gerakan dinding perut simetris
Palpasi: Gravid (+), Nyeri tekan (-)
Perkusi: Nyeri ketuk (-)
Auskultasi: BU (+)
Ekstremitas: oedem - / -, dan varises - / -, turgor kulit normal

Pemeriksaan obstetric
1. Pemeriksaan luar
a. Inspeksi
Hiperpigmentasi (-), Striae (-), Perut bekas operasi (-)
b. Palpasi
TFU: 3 jari di bawah proc. Xiphoideus
Lingkar perut : Leopold I: Kesan bokong
Leopold II: Kesan pu-ka
Leopold III: Kesan Kepala
Leopold IV: Kepala belum masuk PAP
13

Perabaan kepala (perlimaan): 4/5


HIS
Frekuensi: 2 x / 10 menit
Lamanya: I = 20 detik, II = 25 detik
Kekuatan: Kurang kuat
Relaksasi: ada, lama = 5 menit
c. Auskultasi
Detak Jantung Janin (DJJ)
i. Frekuensi: 146 x / menit
ii. Irama: teratur
3. Pemeriksaan Dalam
a. Inspekulo atas indikasi keluar cairan bening dari vagina
i. Fluor: ii. Fluksus: iii. Vulva/Urethra/Vagina: Tidak ada massa, sikatriks, edem
iv. Portio: ukuran: normal
Warna: licin, merah muda
v. Tes nitrazin: positif (+)
b. Perabaan melalui vagina / vagina toucher
i. Portio: Penipisan (effacement): 30-40%
ii.
Pembukaan: 3-4 cm
iii.
Ketuban: Tidak utuh,
Jenis cairan: jernih
iv.
Bagian terendah janin: Kepala, Hodge I
4. Rectal Toucher : Tidak dilakukan
5. Pemeriksaan Khusus: tidak dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorioum :
Hb

: 12.7 gr/dl

Leukosit

: 13,6 x 103/ul

Trombosit

: 305 x 103/ ul

Ht

: 33,9 %

C. DIAGNOSIS KERJA
G5P4A0 u.k: 39 Minggu + KPD 17 jam

14

D. PROGNOSIS
Jika tidak ditemukan tanda-tanda infeksi & kesejahteraan janin baik, maka
prognosis baik.
E. PLANNING
TERAPI :
1. Rawat inap
2. USG Abdomen
3. Pemeriksaan lab
Medikamentosa
a. Pemasangan IVFD RL 20 tpm
b. Dexamethasone
c. Ampicilin
d. Vit. C

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada anamnesis didapatkan data bahwa seorang pasien 31 tahun dalam kondisi hamil
39 minggu datang melalui Instalasi Gawat Darurat RSUD Tarakan dengan keluhan

15

perut kencang-kencang disertai dengan keluarnya darah dan air sejak 31 Oktober
2016 pukul 15.00 WITA. dari jalan lahir dan nyeri perut bagian bawah. Keluhan
demam disangkal, HPHT 2 Februari 2016, dengan Riwayat Hamil 5 kali, melahirkan
empat kali, dan tidak pernah abortus.
Pada pemeriksaan fisik dan laboratorium, juga tidak didapatkan kelainan pada
fisik ibu, seperti tanda-tanda infeksi, trauma, kelainan metabolik. Keluarnya cairan
bening pada jalan lahir memperkuat adanya ketuban pecah dini pada kehamilan
pasien tersebut dan keluhan tambahan sempat merasakan keluar darah dari vagina.
Dan menurut pengakuan ibu tersebut proses terjadinya keluarnya cairan bening dari
jalan lahir ibu secara tiba-tiba dan terdpat riwayat jatuh ketika hamil 7 bulan.

BAB V
KESIMPULAN
Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput amnion sebelum terjadi proses
persalinan. Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
dan peregangan uterus berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
16

terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh. Pada
ketuban pecah dini terjadi perubahan-perubahan seperti terganggunya struktur
kolagen, yang dimediasi oleh meningkatnya matriks metalloproteinase (MMP) dan
kadar rendah tissue inhibitor metalloproteinase (TIMP).
Keruban pecah dini dapat didiagnosis dengan cara Pemeriksaan inspekulo
untuk melihat adanya cairan ketuban keluar dari cavum uteri. Selain itu juga
melakukan pemeriksaan pH vagina dengan menggunakan kertas lakmus (Nitrazin
test) yang di mana bila ada cairan ketuban, warna merah berubah menjadi biru.
Untuk penanganannya dapat dilihat dari usia kehamilan ibu hamil. Jika
kehamilan preterm, maka perlu diberikan steroid ataupun tokolitik untuk pematangan
paru janin. Pemberian antibiotik juga diperlukan untuk mencegah komplikasi berupa
korioamnionitis. Progonosis baik jika diagnosis dapat cepat ditegakkan disertai
dengan tata laksanan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. 2014. Ilmu
Kebidanan.

Edisi Keempat. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

17

2. Cunningham F, Gary. 2009. Obstetri Williams, Edisi 21, Buku Kedokteran


EGC, Jakarta.
3. Wardhani DP, Kayika IGP. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
4. Milad M. M. Gahwagi, Musa O. Busarira, Mona Atia. 2015. Premature
Rupture of Membranes Characteristics, Determinants, and Outcomes of in
Benghazi, Libya. Libya: Benghazi Medical University
5. Jazayeri A, Premature Rupture of Membranes, Available at
http://emedicine.medscape.com/article/261137-overview

18

Anda mungkin juga menyukai