PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Etiologi
Insidensi kelainan abnormal kromosom adalah 9% dengan angka kejadian
1 dalam 10.000. telah dilaporkan bahwa adanya kelainan kromosom pada fetus
donor, termasuk kelainan trisomi dan sindrom klinefelter. Sindrom ini
menyebabkan
sekunder
monozigotik dan anastomosis antara pembuluh darah pada kembar ini diketahui
terutama pada tipe arterio-arterial sehingga sirkulasi
menyebabkan satu janin diam dan satu janin sebagai parasit. Etiologi primer
diduga karena adanya hubungan yang tidak sengaja antara pembuluh darah
plasenta (2).
B. Patogenesis
Berdasarkan patogenesisnya, sebagian besar acardiac twin memiliki
kromosom normal, dengan kelainan kromosom sekitar 33% kasus dan hanya pada
kembar monozigotik, menguatkan teori teratologi akan rendahnya oksigenasi
darah dalam embriogenesis karena aliran balik perfusi arteri melalui rangkaian
TRAP .Dua hipotesis yang diterima yaitu hipotesis pertama menampilkan adanya
defek primer pada perkembangan jantung pada satu janin kembar pada awal
kehamilan dan bahwa acardiac twin hanya bertahan hidup sebagai hasil dari
kompensasi anastomosis yang berkembang. Dengan 1 janin berkembang lebih
lambat, ketidakseimbangan tekanan darah antar kembar ini menyebabkan
timbulnya aliran retrograd darah dari janin sehat ke acardiac. Hipotesis kedua
dipercaya bahwa acardiac twin memulai hidupnya sebagai fetus yang normal,
dan adanya aliran balik dari sirkulasi darah dengan darah yang sedikit oksigenasi
pada tahap awal embriogenesis menyebabkan suatu perkembangan yang atrofi
dari jantung dan organ-organ lainnya sebelum kelahiran (1,3).
Pada acardiac twin terjadi suatu twin reversed arterial perfusion
(rangkaian TRAP), yaitu suatu perfusi antara dua fetus kembar melalui aliran
balik arteri dari pump twin (donor) ke acardiac twin (resipien). Pump twin
memberikan darah deoksigenasi melalui pembuluh darah anastomosis ke acardiac
twin. Bagian atas dari acardiac twin kurang berkembang dibandingkan bagian
bawah tubuhnya, hal ini dikarenakan darah yang memasuki abdomen fetus adalah
darah yang deoksigenasi dari janin yang normal. Kelainan morfologi pada
acardiac twin ini terus berlanjut karena perfusi jaringan oleh iliaka dan cabangcabangnnya ke bagian bawah di isi dengan darah deoksigenasi. Sebagian besar
oksigen banyak diserap ketika darah memasuki acardiac twin , memungkinkan
terjadinya beberapa perkembangan yang lebih baik pada bagian bawah tubuh dan
ekstremitas bawah. Tekanan yang rendah dan perfusi retrograd pada bagian tubuh
atas, ditambah dengan saturasi oksigen yang rendah menyebabkan abnormalitas
pada area ini (1,2).
Anastomosis pembuluh darah antara 2 fetus ini terjadi hampir pada semua
kehamilan multipel monokorionik, yang dapat terjadi secara superficial pada
permukaan korion atau lebih dalam lagi hingga jaringan villous pada plasenta.
Biasanya anastomosis vaskular ini tidak beraturan, namun ketika diperlukan oleh
permintaan aliran hemodinamik yang signifikan mereka dapat membentuk atau
berkembang menjadi suatu shunt (3,8).
Pada rangkaian TRAP ini, akhir yang ekstrem pada anastomosis arteriarteri dan vena-vena yang patologik ini pada plasenta monokorion, perfusi yang
inadekuat selama tahap awal embriogenesis menghasilkan satu fetus yang disebut
resipien, menjadi tergantung melalui vascular shunt pada pasangan kembarnya,
yang disebut sebagai pump twin atau donor, dengan malformasi yang parah dan
letal ini menyebabkan aliran yang rendah dan sirkulasi darah yang hipoksia (3).
C. Tanda-tanda
Rendahnya kandungan oksigen pada perfusi darah diantara kembar ini
menghasilkan sejumlah kelainan seperti tidak adanya cranial vault (tengkorak
kepala) sebagian atau total, holoprosencephaly, anencephaly, anopthalmia, tidak
adanya struktur wajah, mikroftalmia, celah bibir, celah palatum, defek diafragma,
tidak adanya atau kemunduran perkembangan
jantung ataupun paru, atresia esophagus, defek dinding ventral, asites, tidak
adanya hati atau kandung empedu, kulit edema dan kistik higroma. Suatu
acardiac twin sebenarnya tidak menujukkan organ seksual yang nyata, namun
seringnya suatu acardiac twin dan pump twin adalah berjenis kelamin perempuan
(2,3).
Bagian bawah dari tubuh menerima oksigen yang lebih baik dibandingkan
bagian atas tubuh dari darah vena melalui arteri hipogastrik dan konsekuensinya
sebagian besar kelainan pada bagian tubuh atas. Petersen et al, melaporkan kasus
bahwa acardiac twin dengan penampilan eksternal mendekati normal dan hampir
memiliki perkembangan otak yang normal (2,9).
dalam managemen
Mayoritas pump twin tidak ada kelainan kongenital, dan secara umum
normal, tetapi kadang-kadang anomali dapat ditemukan seperti adanya defek
kardiogenik, gastroskisis dan abnormalitas skeletal (8)
Mortalitas perinatal dari pump twin dapat diakibatkan karena gagal jantung
kongestif, polihidramnion dan kelahiran prematur. Angka mortalitas pada pump
twin adalah sekitar 64% ketika acardiac twin lebih besar dari 50% dari ukuran
pump twin dan sekitar 90% ketika acardiak twin lebih besar dari 75% dari ukuran
pump twin menurut perkiraan berat badan. Berat acardiac twin sekitar 1,21-1,66
(2).
D. Diagnosis
USG diasumsikan sangat penting dalam diagnosis prenatal adanya
kelainan kongenital . menggunakan teknik ini , diagnosis intrauterine dari
acardiac twin dapat ditegakkan selama trisemester pertama kehamilan. USG pada
acardiac twin menunjukkan pump twin yang normal dengan janin yang acardiac
twin. Pump twin dapat menunjukkan tanda-tanda hidrops fetalis (28%) dengan
hepatosplenomegali, cardiomegali, asites dan efusi pleura; polihidramnion (51%),
kelahiran preterm (75%) dan kematian intrauterine (25%). Acardiac twin
memiliki anomali yang parah dan dapat menjadi anencephali. Pada bagian tubuh
atas dan daerah leher mungkin dapat lebih tebal. Ekstremitas atas dapat tidak ada.
Club feet atau tidak adanya jari sering terjadi. Pergerakan ekstremitas kadang-
10
kadang terlihat pada janin acardiac. Polihidramnion sering terjadi . bila ada 2
kantung,
polihidramnion
sering
ditemukan
dengan
pump
twin
dan
11
arterial dalam arah paradoksikal, mengalir ke arah acardiac twin dan mengalirnya
dari caudal-kranial pada oarta abdominal , membantu menegakkan diagnosis.
Indeks pulsasi (PI) pada arteri umbilical acardiac twin secara signifikan lebih
rendah dibandingkan pada pump twin. Ratio S/D aliran balik dari arteri umbilical
acardiac twin telah dilaporkan meningkat dan menyediakan suatu resistensi
vascular sistemik pada acardiac twin itu sendiri. Perbedaan indeks resistensi yang
kecil dan pertumbuhan yang cepat dari massa dihubungkan dengan hasil yang
buruk, termasuk
12
Gambaran massa besar ini adalah suatu acardiac twin (kistik higroma
yang besar pada bagian kiri) dan bagian badan yang sulit untuk
diidentifikasi pada sebelah kanan (1)
E.Penatalaksanaan
Tanpa terapi, kematian perinatal pada aliran kembar ini (pump twin)
sekitar 50-70%. Tujuan utama dari penatalaksanaan pada acardiac twin adalah
mengganggu aliran darah ke acardiac twin tanpa membahayakan pump twin.
Namun celakanya, sebagaimana janin berbagi plasenta yang sama dan memiliki
hubungan vaskularisasi di antara mereka, bahaya terhadap pump twin dapat
terjadi. Sehingga, penatalaksanaan yang optimal pada kehamilan acardiac twin
ini masih kontroversial. Pilihan penatalaksanaan
pemeriksaan dan pengamatan antepartum (melalui CTG, USG dan EKG) dan
intervensi bedah (2,17).
Beberapa pilihan penatalaksanaan telah diajukan yaitu (2,15):
1. mengontrol volume cairan amnion dengan reduksi amniosintesis berkala atau
13
2. terapi indometasin pada ibu, Ash et al melaporkan suatu kasus acardiac twin
dengan komplikasi hidramnion dengan manegemen penanganan pemberian
indometasin dengan hasil yang baik. Intervensi ini biasanya memungkinkan
dilakukan pada usia gestasi >24 minggu, dan terapi tersebut berbahaya bagi
keduanya, ibu dan janin . ini dapat dilakukan bila ada tanda-tanda
insufisiensi jantung pada pemeriksaan USG.
3. Septostomi, yaitu dengan membuat lubang pada membran antara kantung
bayi sehingga memungkinkan adanya aliran cairan amnion
4. memberikan digoksin pada ibu untuk mengatasi gagal jantung pada pump
twin, dan
5. pelahiran secara prematur selektif pada acardiac twin pada trisemster kedua
dengan histerotomi (section parva) yang diikuti oleh subsekuen SC. Namun
tindakan ini dapat menyebabkan abrutio plasenta, kelahiran preterm, dan
perawatan maternal RS yang semakin lama.
14
untuk
15
Injeksi alcohol absolute 1-2 ml pada segmen intra abdomen terhadap arteri
umbilikalis
3. dengan ligasi tali pusat yang dilakukan melalui histerotomi atau dengan
teknik endoskopik atau panduan USG; Ligasi tali pusat merupaqkan teknik
yang dapat diandalkan dan dapat dilakukan dengan atau tanpa endoskopi.
Ligasi fetoskopi tali pusat pertama kali dilaporkan pada tahun 1993. Pump
twin tidak terpengaruh oleh prosedur ini dan angka kesuksesannya 70-80%.
Risiko prosedur ini termasuk teknik yang tidak memungkinkan (7,6%),
ruptup prematurr dari membran (kulit ketuban) (10%) dan perdarahan.
Sekarang ini, Norwitz ER et al, merancang perencanaan prenatal untuk
operasi neonatus dengan model 3 dimensi dengan MRI.
Waktu yang
terbaik untuk melakukan intervensi dan cara yang terbaik untuk intervensi
masih belum diketahui
4. dengan termokoagulasi;
F.Prognosis
Untuk mengetahui/mengakses dampak dari acardiac twin
pada status
16
17
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama
: Ny. N
Umur
: 23 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
Pendidikan
: SLTP
Pekerjaan
Alamat
No. RMK
: 983890
Tanggal MRS
18
: Ingin melahirkan
19
: 42 minggu
TP
: 08-03 2012
Riwayat Perkawinan :
Menikah 1 kali. Lama perkawinan selama 3 tahun
Riwayat kontrasepsi : (-)
Riwayat Obstetri : GII P1 A0
1.
2.
2012/Hamil ini
III.Pemeriksaan Fisik
A. Status Present
Keadaan Umum
: Tampak baik
Kesadaran
: Composmentis
Tinggi Badan
: 143 cm
Berat Badan
: 50 kg
Tanda Vital
: TD
= 120/80 mmHg
Nadi = 82 x/menit
Kepala
RR
= 20 x/menit
= 36,2 0C
20
Leher
Thorax
: Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
B. Status Obstetri
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Pemeriksaan Dalam :
Portio
Pembukaan
: 5 cm
Kulit Ketuban
: (-)
21
Bagian terbawah
: ketiak
Penurunan
: Hodge 1
Penunjuk
Pemeriksaan Panggul :
Promontorium tidak teraba
Spina Ischiadica tidak menonjol
Linea Innominata < lingkaran
Dinding samping sejajar
Sacrum cekung
Kesan: luas
21/03/2012
22/03/2012
Hb (g/dl)
Lekosit (ribu/ul)
Eritrosit (juta/ul)
Hct (vol%)
Trombosit (ribu/ul)
RDW-CV (%)
MCV (fl)
MCH (pg)
MCHC (%)
(pre op SC)
(Post Op SC)
11,4
10,4
16,6
21,6
4,29
3,79
36,8
33,5
264.000
269.000
16,3
17,9
86,0
88,4
26,5
27,4
30,9
31,0
KIMIA
NORMAL
12,0 16,0
4,0 10,5
3,9 5,50
35 45
150 450
11,5 14,7
80,0 97,0
27,0 32,0
32,0 38,0
GULA DARAH
Gula Darah Sewaktu
<200
(BSS)
Gula Darah 2 Jam PP
<140
(BSPP)
HATI
22
Albumin (g/dl)
Globulin
SGOT (U/l)
SGPT (U/l)
GINJAL
Ureum (mg/dl)
Creatinin (mg/dl)
PT/APTT
PT
INR
CONTROL PT
APTT
CONTROL APTT
3,5 5,5
2.3-2.5
16 40
8 45
10,6
0,92
11.4
25,2
26.1
9.9-13.5
0.86-1.28
22.2-37.0
22.2-37.0
10 45
0,4 1,4
Pemeriksaan USG:
-
Janin tunggal/IUFD
V. Diagnosa
GIIP1 A0 Hamil 42 minggu + Inpartu kala I fase Aktif +Ketuban Pecah <
12jam + Janin tunggal IUFD + letak lintang
VI. Penatalaksanaan
-
: setuju sikap
23
24
25
Post Op :
S : keluhan (-), nyeri daerah luka operasi (+)
O :kesadaran: komposmentis
TD : 110/70
N: 90 RR : 18 T: 36,80C
26
Follow up post SC
Subjektif
Perdarahan post op
Nyeri post op
Mobilisasi
flatus
ASI
Objektif
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Temperatur
TFU
Kontraksi uterus
fluksus
Assasment
Planning
Infus RL:D5 =2:2/24jam
inj. Ceftriakson 2x1amp iv
Inj.Alinamin F 3x1 amp iv
Inj. ketorolac 3 x 1 amp iv
Inj.Vit C 3x1 amp
Diet
PO.lynoral 2x1 tab
PO.paracetamol 3x500mg
22-03-12
23-03-12
24-03-12
(<)
(+)
(-)
(+)
(-)
(<)
(<)
(+)
(<)
(-)
(+)
(-)
(-)
100/60
100/70
110/70
mmHg
mmHg
mmHg
80 x/mnt
84 x/mnt
80x/mnt
20 x/mnt
20 x/mnt
22 x/mnt
0
0
36,7 C
36,2 C
36,8 0C
1 jari
1 jari
3 jari
b.pusat
b.pusat
b.pusat
Baik
baik
baik
(-)
(-)
(-)
P2A0 post SC a/i IUFD Letak lintang +
acardiac twin
500cc/24
jam
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Bubur
saring
(+)
stop
stop
stop
Diet biasa
Diet biasa
(+)
(+)
(+)
(+)
KRS
Pasien KRS tgl 24-3-2012 dgn KU baik dan luka post op kering pro kontrol
Poli Nifas 1 minggu Post SC
BAB IV
27
DISKUSI KASUS
didapatkan tanda-tanda inpartu kala 1 fase aktif dan dari hasil VT teraba bagian
ketiak janin di kanan menutup, dorsoinferior. Pasien kemudian dilakukan
pemeriksaan USG dan didapatkan janin tunggal
kepala berada di sebelah kiri dengan plasenta berada di korpus posterior. Atas
pertimbangan tersebut pasien pun kemudian dilakukan operasi cito SC. Setelah di
operasi didapatkan janin kembar dengan plasentasi 1 korion , 1 amnion, 1 plasenta
dan 2 tali pusat. 1 janin berjenis kelamin laki-laki dengan berat 2500 gram dengan
tidak tampak adanya kelainan kongenital secara klinik, namun janin kedua dengan
28
jenis kelamin perempuan berat 1200 gram dengan kelainan kongenital dan bentuk
yang abnormal yang disebut sebagai acardiac twin.
Janin yang tampak normal tersebut berperan sebagai donor atau dikenal
dengan istilah pump twin sedangkan janin dengan bentukan yang abnormal tanpa
kepala dan ekstremitas atas tersebut dikenal sebagai acardiac twin atau resipien.
Hal ini karena adanya anastomosis arteri antara kedua janin melalui plasenta
sehingga mengalirnya darah deoksigenasi dari pump twin ke acardiac twin, yang
menyebabkan kurangnya perfusi jaringan untuk bagian tubuh atas acardiac twin
sehingga
proses
embriogenesis
terganggu
dan
pada
bagian
bawah
perkembangannya lebih baik. Kelainan morfologi pada acardiac twin ini terus
berlanjut karena perfusi jaringan oleh iliaka dan cabang-cabangnnya ke bagian
bawah
Sebagian besar oksigen banyak diserap ketika darah memasuki acardiac twin ,
memungkinkan terjadinya beberapa perkembangan yang lebih baik pada bagian
bawah tubuh dan ekstremitas. Tekanan yang rendah dan perfusi retrograd pada
bagian tubuh atas , ditambah dengan saturasi oksigen yang rendah menyebabkan
abnormalitas pada area ini (1,2).
Dari pemeriksaan fisik pada ibu hamil sangat sulit untuk ditegakkan
karena janin yang kembar dengan satu janin mengalami kelainan morfologis
terutama bagian kepala sangat sulit untuk diraba. Untuk itu perlunya antenatal
care yang baik serta anjuran untuk pemeriksaan ke spesialis kandungan sangat
diperlukan, walaupun terkadang dengan pemeriksaan USG juga dapat terjadi
29
tanda-tanda
hidrops
fetalis
dengan
hepatosplenomegali,
30
31
mensuplai darah ke acardiac twin, semakin lama kerja jantung janin pump twin
dengan beban yang berat maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya
kegagalan jantung. Selain itu pada kasus ini kehamilan bersifat posterm, dan pada
pump twin didapatkan kulit yang keriput dan berwarna kekuningan yang
merupakan tanda postmaturitas dengan ketuban yang mekoneal. Hal ini
menyebabkan oksigenasi yang semakin terganggu pada janin pump twin serta
kemungkinan adanya aspirasi mekoneal, ditambah jika adanya insufisiensi
jantung. Adanya resultan faktor-faktor ini dapat menyebabkan terjadinya kematian
janin dalam rahim.
BAB V
PENUTUP
32
Telah dilaporkan pasien wanita usia 23 tahun dengan diagnosis P2A0 post
SC IUFD letak lintang + Acardiac twin. Pasien sebelum operasi di diagnosis G IIP1
A0 Hamil 42 minggu + Inpartu kala I fase Aktif +Ketuban Pecah < 12jam +
Janin tunggal IUFD + letak lintang dan diagnosis ditegakkan intraoperatif. Dari
operasi didapatkan janin kembar monozigot monokorion monoamnion dengan
satu janin tampak normal dan satu janin tampak abnormal, lebih kecil dan tidak
jelas pada bagian tubuh atas namun didapatkan adanya struktur jaringan otak,
pembentukan bagian tubuh atas yang terganggu sedangkan bagian bawah yang
tampak berkembang baik yang merupakan acardiac twin. Satu janin normal yang
merupakan pump twin mengalami IUFD kemungkinan disebabkan karena adanya
insufisiensi jantung dan kondisi hipoksia akibat kehamilan yang postmaturitas
serta ketuban yang mekoneal.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan bahkan dari USG sulit untuk
menegakkan diagnosis adanya kehamilan degnan acardiac twin ini. Untuk itu
sangat ddiperlukan antenatal care yang baik serta pemeriksaan USG yang rutin
bila dari anamnesis maupun pemeriksaan fisik kehamilan ditemukan adanya
kecurigaan kelainan agar dapat ditatalaksanai seoptimal mungkin.
33