Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Maserasi adalah salah satu pertanda bahwa janin telah mati. Maserasi adalah kejadian
kulit janin yang rusak, diawali dengan kulit yang melepuh kemudian mengelupas dan akhirnya
terlepas. Proses ini biasa terjadi baik kepada kepala maupun bagian tubuh lain. Waktu kejadian
maserasi adalah 1-2 hari atau tepatnya 12-24 jam setelah kematian janin.
Ketika langkah otopsi lengkap pada janin yang lahir dalam keadaan meninggal tidak
mungkin, maka pemeriksaan diluar janin, termasuk maserasi, berguna untuk memperkirakan
waktu kematian.
Berikut ini kondisi maserasi yang mungkin muncul pada janin lahir mati yang dapat
dijadikan perkiraan waktu meninggalnya janin.
 Tali pusat berwarna coklat atau merah, atau mengalami deskuamasi (pengelupasan kulit)
sebesar 1 cm atau lebih, menunjukkan bahwa janin sudah meninggal, setidaknya selama
6jam.
 Jika terjadi deskuamasi pada wajah, perut, dan punggung berarti menunjukkan bahwa
janin sudah meninggal setidaknya selama 12 jam.
 Jika terjadi deskuamasi sebesar 5% dari seluruh tubuh atau mengalami deskuamasi 2 atau
lebih pada anggota tubuh (seperti kulit kepala, wajah, leher, punggung, dada, lengan,
tangan, kantong buah zakar, dan kaki), menunjukkan bahwa janin sudah meninggal
setidaknya selama 2 jam.
 Mumifikasi, dimana tampak volume jaringan lunak yang berkurang, kulit kasar, serta
jaringan janin berwarna coklat tua dan bernoda. Ini menunjukkan bahwa janin sudah
meninggal setidaknya selama 2 minggu.
Meskipun kepastian dalam menentukan waktu kematian janin didalam Rahim masih
harus menggunakan metode yang lebih akurat, paling tidak maserasi ini dapat lebih membantu
tim dokter apabila ada kasus tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Maserasi adalah salah satu pertanda bahwa janin telah mati. Maserasi adalah kejadian
kulit janin yang rusak, diawali dengan kulit yang melepuh kemudian mengelupas dan akhirnya
terlepas. Proses ini biasa terjadi baik pada kepala maupun bagian tubuh lain. Waktu kejadian
maserasi adalah 1-2 hari atau tepatnya 12-24 jam setelah kematian janin.

2.2 PROSES MASERASI


Maserasi (berasal dari bahasa latin yaitu macerare yang berarti melembut oleh karena
direndam) merupakan pelunakan pada jaringan padat yang direndam dan diaplikasikan pada
perubahan digeneratif yang terjadi pada janin yang berada di rahim setelah kematian. Pencatatan
yang cermat tentang luas dan tampilan maserasi kulit dapat memberikan informasi yang berguna
tentang waktu kematian. Autolisis, berdasarkan enzim proteolitik endogen berkontribusi pada
pelunakan atau pelembutan dari jaringan dan seharusnya tidak disalahartikan dengan maserasi.
Tanda awal dari maserasi dapat dilihat pada kulit yaitu terdapatnya skin slipping, sekitar 6 jam
dan pastinya 12 jam setelah terjadinya intrauterine death (IUD). Epidermis dapat dengan mudah
terpisah dari bagian dermis oleh karena adanya tekanan oblikOleh karena lepasnya epidermis,
permukaan kulit akan terlihat berwarna merah, mengkilap dan lembab. Hal ini terutama terlihat
pada bagian-bagian yang terdapat penonjolan tulang. Sekitar 24 jam setelah IUD, kulit akan
terisi cairan dalam bentuk bula. Epidermis fetus akan kehilangan integritasnya dalam 3-4 hari
pertama dan edema kulit kepala dapat dilihat pada USG (tanda halo).
Sekitar 48 jam setelah kematian, organ internal fetus dan jaringan ikatnya
memperlihatkan peningkatan diskolorisasi ungu oleh karena hemolisis dan penghancuran sel
darah merah. Cairan berwarna gelap dan merah terakumulasi pada kavitas serosa. Ini harus
dibedakan dari effusi serosa pada antemortem. Pencernaan proteolitik oleh kallikrein
berkontribusi terhadap peningkatan permeabilitas pembuluh darah pada janin yang mengalami
maserasi.

Perubahan warna serupa juga terlihat pada cairan amnion, yang memiliki bentukan merah
gelap seperti “tabacco juice”, atau pada tempat lewatnya mekonium; gambaran berwarna coklat
tebal. Volume dari cairan amnion berkurang mengikuti dari kematian fetus, dan level dari dari
alfa-fetoprotein yang dapat meningkat oleh karena efek dari konsentrasinya dan peningkatan
permeabilitas dari kulit fetus.
Autolisis dari jaringan ikat berkontribusi dalam kelemahan sendi dan kurangnya definisi
margin permukaan organ padat yang dipotong. Organ abdomen dapat memperlihatkan perubahan
warna hijau oleh karena bocornya pigmen bilirubin dari kandung empedu. Pada IUD tidak
kurang dari 1 minggu, mekonium dapat keluar kedalam rongga abdomen melalui dinding usus
yang hancur. Kadang-kadang, massa hati yang autolisis dapat menghasilkan pemeriksaan USG
yang abnormal yang dapat disalahartikan sebagai omphalocele. Kalsifikasi disatrofik dapat
berkembang pada jaringan hepar yang menglamami autolisis.

Setelah 4 sampai 5 hari, tulang kranial terpisah dari dura dan periosteum. Overlapping
dari tulang tersebut membentuk spalding sign pada pemeriksaan USG. Maserasi dapat
memungkinkan distorsi tengkorak selama persalinan per vaginam dan dapat menyebabkan salah
diagnosis sebagai hidrosefalus.

Ketika fetus masih bertahan di uterus selama 7 sampai 10 hari, akan terjadi perubahan
warna yaitu dari ungu menjadi coklat. Selama retensi dari fetus selama beberap minggu, akan
terjadi perubahan warna kuning menjadi abu. Hilangnya cairan dari fetus yang progresif akan
membentuk “fetus papyraceous”. Dehidrasi dapat menyebabkan terjadinya penyusutan dan
pemadatan jaringan dan organ. Kadang-kadang kehamilan ekstrauterus dapat dipertahankan
selama bertahun-tahun membentuk apa yang disebut lithopedion (ldalam bahasa Yunani, litho
berarti batu dan paidon berarti anak kecil), kalsifikasi dari fetus pada rongga abdomen.

2.5 KRITERIA DAN TINGKATANNYA


Maserasi merupakan autolisis yang aseptik pada fetus yang sudah mati dan tersisa di
dalam kantung amnion. Bakteri pembusuk tidak terlibat dalam proses ini. Perubahan maserasi
hanya dapat terlihat ketika fetus sudah mati beberapa hari sebelum pengiriman. Normalnya,
perubahan terjadi dalam satu minggu (Pounder, D.J. 1995. Postmortem Change and Time of
Death. University of Dundee). Adapun kriteria terjadinya maserasi intrauterin adalah (Karmakar,
R.N. Forensic Medicine and Toxicology. Academic Publishers) :
- Fetus telah mati dan sisanya masih tersimpan dalam uterus dalam waktu lebih dari
24 jam, bahkan akan lebih baik jika pembentukan maserasi terjadi dalam 3-4 hari atau lebih (jika
fetus mati dalam uterus dan dikeluarkan dalam 24 jam, maka sulit untuk mengetahui apakah
fetus mati sebelum atau selama kelahiran dan tidak ada bukti terjadinya maserasi ataupun
mummifikasi)
- Fetus dikelilingi dengan banyak cairan amnion (jika jumlah cairan amnionnya
sedikit, kekurangan darah, dan tidak ada sirkulasi udara dalam uterus, maka fetus akan
mengering yang disebut mummifikasi).
- Membran luar masih tersisa (sehingga tidak ada sirkulasi udara yang terjadi).
- Ibu dari janin masih hidup.
Ciri-ciri dari maserasi intrauterin (Barness, Enid Gilbert, dkk. 2005. Handbook of
Pediatric Autopsy Pathology. Humana Press) :
- Tubuh yang sudah mati akan halus, odematous, faksid, dan mendatar. Jika
diletakkan pada permukaan yang datar, fetus yang sudah mati akan terlihat lurus dan datar tanpa
menunjukkan kurvaktur yang normal
- Berwarna merah-tembaga atau seprti merah-daging.
- Kavitas serous terisi cairan merah keruh
- Tubuh berbau asam yang khas (racid odour) tapi tidak ada gas yang terbentuk.
- Adanya “spalding sign” yaitu tanda radiologis terjadinya overlapping dari tulang-
tulang tengkorak. Overlapping dari tulang-tulang tengkorak terjadi karena penyusutan serebrum
dan kematian fetus dalam uterus menyebabkan fetus yang sudah mati tersebut dianggap sebagai
benda asing dan uterus akan berusaha untuk mengeluarkannya dengan kontraksi yang kuat.
Tingkatan maserasi
Menurut Sastrowinata (2005), kematian janin dalam pada kehamilan yang telah lanjut,
maka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :
1) Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian lemas kembali.
2) Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula terisi cairan
jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.
3) Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah
coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
4) Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas
dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar edema di bawah kulit. (Petersson K, 2012)

Klasifikasi
Menurut United States National Center for Health Statistic Kematian janin dapat dibagi
menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20
minggu penuh (early fetal death)
2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
(intermediate fetal death)
3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu
(late fetal death)
4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga
golongan di atas.

Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan- perubahan
sebagai berikut :
1. Rigor mortis (tegang mati) :berlangsung 2,5 jam setelah mati,
kemudian lemas kembali.
2. Maserasi grade 0 (durasi < 8 jam) : kulit kemerahan (setengah
matang)
3. Maserasi grade I (durasi > 8 jam) : timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula
terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah dan mulai mengelupas.
4. Maserasi grade II (durasi 2-7 hari) : kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di
rongga toraks dan abdomen. Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah
coklat.
.

Gambar 5 : Maserasi Grade II

5. Maserasi grade III (durasi >8 hari) : Hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh,
mungkin terjadi mumifikasi. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat
longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Winknjosastro H. Kematian Perinatal Dalam Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga


Cetakan Kesembilan. 2007. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK
UI : Jakarta.

Petersson K. Diagnostic Evaluation of Fetal Death with Special Reference to Intrauterine


Infection. Thesis dari Departement of Clinical Science, Divison of Obstetrics and Gynecology,
Karolinska Institutet, Huddinge University Hospital, Stockholm, Sweden 2012
6. 3. Cunningham GF. Fetal Death in Williams Obstetrics 22st Edition. 2007. McGraw
Hill. USA.
7. 4. Evaluation of Fetal Death. James F Lindsay. Sept 17, 2004. Diakses dari
www.emedicine.com

Anda mungkin juga menyukai