Pembimbing :
Disusun oleh :
Pratiwi Sudarsono
201710401011006
2019
1
I. IDENTITAS
A. PENDERITA
2
C. GENOGRAM
Tn..K Alm.
Tn. A. Alm (60 th) Ny.S (77 th) ibu
(75 th)
rumah tangga
Tn. I (sudah
Ny.S (sudah
meninggal)
meninggal)
Ny. A (60 th
Pedagang
Tn. N (60 th
buah/ SD) Tn. S (57 th Ny.M (55 th Sdr. K(37 th
Karyawan swasta/
Pedagang Karyawan/ Karyawan
SMP
buah/ SD/2,5 swasta/SMP/ Swasta/
jt/bln) 2jt/bln) SMK/2,5jt/bln)
Tn. B (35 th
Tn. T (35 th Guru SMP/ S1) Ny. I (30 th
Karyawan Ny. M (32 th/ Guru SMP/
Keterangan : swasta/ Guru SD/ S1) S1)
SMK)
3
D. INTERAKSI DALAM KELUARGA
Keterangan
Status
Nama Usia Pekerjaan Hubungan Keluarga Domisili
No Sex Perkawinan
(Inisial) (Bln/Th) (deskripsi lengkap) (S, I, AK, AA) Serumah
(TK, K, J, D)
Ya Tdk
1 Ny. S P 77th Ibu rumah tangga Istri Janda ✓
2 Ny. A P 60 th Pedagang buah Anak kandung Kawin ✓
3 Tn. N L 60 th Karyawan swasta Menantu Kawin ✓
4 Tn. S L 57 th Pedagang buah Anak Kandung Kawin ✓
5 Ny. M P 55 th Karyawan swasta Menantu Kawin ✓
6 Sdr. K L 37 th Karyawan swasta Anak Kandung Belum Kawin ✓
7 Tn. T L 35 th Karyawan Swasta Cucu Kawin ✓
8 Ny. M P 32 th Guru SD Cucu Kawin ✓
9 Tn. B L 35 th Guru SMP Cucu Kawin ✓
10 Ny. I P 30 th Guru SMP Cucu Kawin ✓
4
II. DATA DASAR KESEHATAN
STATUS MEDIS (Klinis)
Anamnesis
KU : Pusing
RPS
Pasien datang ke IGD RS UMM diantar oleh anaknya dengan keluhan pusing. Pusing
dirasakan sejak 3 hari yang lalu, pusing cekot cekot, tidak hilang meskipun dipakai
untuk istirahat, semakin lama keluhan pusing menetap, tidak berkurang dan tidak
bertambah berat, pusing disertai lemas badan. Nafsu makan menurun. Makan terakhir
5 hari yang lalu. 5 hari yang lalu pasien tidak mau makan, mual dan muntah apabila
dipaksa makan nasi, pasien hanya makan gorengan dan ikan. Selama sakit ini pasien
Menggigigl (-), nyeri perut (-), kejang (-), nyeri telan (-), batuk (-), pilek (-), nyeri
sendi (-).
RPD
RPK
RPsos
Pasien tinggal serumah dengan anaknya. Tidak ada keluhan serupa pada anaknya.
Rw Imunisasi
Tidak pernah
Rw Persalinan
5
Normal, spontan UK 40 mgg lahir pervaginam, langsung menangis, ditolong dukun.
Pem. Fisik
BB : 50 kg
TB : 150 cm
Kesadaran : 4-5-6
Tanda Vital
Kepala
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil bulat isokor +/+ conjungtiva anemis (-/-), sklera
Leher : Pembesaran KGB (-), Tenggorok : Faring hiperemi (-), Pembesaran Tonsil (-
Thorax
Jantung
6
Auskultasi : Bunyi jantung SI – SII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Paru
Abdomen
Inspeksi : Flat normal, tidak ada massa, tidak ada tanda radang
Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, Lien tidak teraba. Nyeri tekan (-). Turgor
Perkusi : Timpani
+ + - -
Hasil DL: Hb 12, RBc 4,89Jt, Hct 42,3, Plt 286, Wbc 9,14
SGOT/SGPT L 20/33
Ureum/Creatinin 14/1,02
GDA 349
7
Riwayat Sosial, Budaya, Ekonomi, Lingkungan dll
4 Rehabilitatif Pasien tidak keluar rumah untuk sementara waktu dengan tujuan untuk istirahat Rasional
8
STATUS SOSIAL
1 Aktifitas sehari-hari Ny. S sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, cenderung jarang beraktivitas karena faktor usia
Ny. S / 77 th
BB = 50 kg TB = 150 cm
IMT = 22,2 kg/m2
- Kuantitas : 3x/hari ; Kualitas: cukup, lauk : telur, tahu, tempe, daging (sesekali), suka sayur
- Kebiasaan makan : Makan masakan sendiri
2 Status Gizi
- Kesesuaian waktu makan : tidak teratur
- Selera makan : Asin/manis
- Konsumsi makanan tertentu : Tidak ada
- Alergi makanan : Tidak ada
- Makanan yang dihindari selama ini : Tidak ada
3 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
9
FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN
KOMPONEN
NO KETERANGAN
LINGKUNGAN
Rumah & fasilitas : Milik sendiri
Luas bangunan : 8 x 15 meter
Jenis dinding : Tembok
Jenis lantai : Keramik
1 Fisik
Sumber penerangan : Listrik
Ventilasi: Ventilasi cukup
Pencahayaan: Cukup
Sarana MCK : terdapat 1 MCK pribadi dan 1 septic tank
2 Biologi Tidak memiliki hewan peliharaan
SPAL: Tidak ada selokan di depan rumah
3 Kimia Sumber air minum: Air PAM
Industri : Tidak ada industri di sekitar rumah
4 Sosial Komunikasi antar anggota keluarga terjalin baik dan sangat dekat
10
III. DIAGNOSIS HOLISTIK (Lima ASPEK)
Aspek 1:
Aspek personal
sebelumnya
Aspek 2:
Aspek klinis
- Diagnosis Banding :-
Aspek 3:
- Pasien belum sadar akan pentingnya mengatur pola makan yang sehat (khususnya
Aspek 4:
- Usia Lanjut
Aspek 5:
11
Aspek fungsi sosial
12
IV. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF:
4 Eksternal:
Rehabilitatif:
- Kurangnya promosi kesehatan
- Istirahat yang cukup
- Kurangnya pengetahuan tentang penyakit pasien - Menjaga pola makan agar kadar gula darah tetap terkontrol dan
- Usia Lanjut minum obat teratur.
- Ekonomi keluarga pasien cukup memadai.
13
5 Fungsi Sosial:
Tingkat 1, pasien tidak memiliki ketergantungan mutlak terhadap
orang lain.
14
V. RESUME KASUS
1. Epidemiologi
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi
insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia,
menyebutkan bahwa prevalensi diabetes melitus di dunia adalah 1,9% dan telah
2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana
proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang
oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor
genetik yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan
Masa Tubuh, lingkar pinggang dan umur.2,3 Diabetes Mellitus disebut dengan the
silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan
penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit
dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi
keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi
gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan insulin.4,5
2. Etiologi
15
Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) tahun 2015 penyebab
resistensi insulin.6 DM tipe 2 disebabkan oleh faktor gaya hidup dan genetika.
Meningkatnya tingkat obesitas anak antara tahun 1960-an dan 2000-an diyakini telah
positif yang lemah telah ditemukan antara konsentrasi dalam urin bisphenol A,
3. Faktor risiko
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang
dapat diubah dan faktor lain. Menurut American DiabetesAssociation (ADA) bahwa
DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga
dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi
dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM
gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<2,5 kg).1,9 Faktor risiko
yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut
≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya,
memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral arterial
16
Diseases (PAD), konsumsi alkohol, faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin,
glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan
tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
d. Dislipidemia : adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes. 1,14,16
f. Faktor Genetik DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. 1,14,16
menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya
umur, faktor genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status
4. Patogenesis
17
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada
penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang
seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes
akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe
2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan
5. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan
kualitas hidup pasien DM. Tujuan Penatalaksanaan DM adalah jangka pendek yaitu
hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya
target pengendalian glukosa darah. Jangka panjang yaitu tercegah dan terhambatnya
18
progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir
pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan
tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada penyandang
diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun
glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% danprotein
10-15%. Untuk menentukan status gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks).
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara
yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup
19
kelompok pasien DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier
diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM dengan penyulit menahun. 19,20
makan dan latihan fisik tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka
a. Antidiabetik oral
parameter metabolik, dan mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan
insulin adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan untuk
penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan
pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta olah raga. Obat golongan ini
ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula
darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan
upaya diet, melainkan membantunya. Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat
antidiabetik oral dapat dilakukan dengan satu jenis obat atau kombinasi. Pemilihan
tingkat keparahan penyakit DM serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk
penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral
insulin sensitizing.
b. Insulin
20
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia. Insulin
mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang dihubungkan
dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam amino kedua rantai tersebut.
Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral,
kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan
pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang
lemak. Fungsi insulin antara lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel
pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen,
21
6. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut
a. Komplikasi akut
Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal (< 50
mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat
dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan
sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat
mengalami kerusakan.
22
Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara
b. Komplikasi Kronis
7. Prognosis
darah berada dalam kategori normal dapat mencegah terjadinya komplikasi yang
berat.20
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuman dan Rahajeng. (2016). Effect of Collaborative Care System (CCS) on Blood
Glucose Levels in Type 2 Diabetes Mellitus Outpatient. Indonesian Journal of Clinical
Pharmacy. Vol. 5 Iss. 1, pg 11–18.
2. World Health Organization. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. 2011.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3006051/
3. International Diabetes Federation. (2013). Diabetes Atlas, Sixth Edition. (serial
online) https://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf. (diakses
tanggal 23 September 2018).
4. Soewondo P, Ferrario A, Tahapary D.L. (2013). Challenges in diabetes management
in Indonesia: a literature review. Globalization and Health, Vol 9, No 63.
5. Fatimah RN. 2015. Diabetes MelitusTipe 2. Vol.4, No 5: 93-101
6. Abougalambou, S. S. I., Hassali, M. A., Sulaiman, S. A. S., & Abougalambou, A.S.
(2012). Prevalence of vascular complications among type 2 diabetes mellitus
outpatients at teaching hospital in Malaysia. Journal of Diabetes & Metabolism.
23
7. Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2004.Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta: BalaiPenerbit FKUI, 10-
35
8. Astiyandani PG, Permana GA, Vedayanti PD, Larayanthi ID, Windasari MP,
Wahyuniari I.2010.Uji KlinisIn Vivo Pengaruh Konsumsi Daluman (Cyclleabarbata)
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah padaTikus Wistar Jantan dengan Diabetes
Mellitus Tipe 2. Jurnal bidang kemahasiswaan Fakultas Kedokteran UNUD. 2010
Vol.2, No.1: 1-6
9. American Diabetes Association. (2015). Classification and diagnosis of diabetes.
Diabetes Care, 38 (Supplement 1), S8-S16.
10. Olokoba A, Obateru O.2012. Type 2 Diabetes Mellitus: A review of Curent Trends.
Oman Medical Journal. 2012 Vol.27, No.4: 269-73
11. Barlow SE and the Expert committee. Expert committee recommendations regarding
the prevention, assessment and treatment of childhood and adolescent overweight and
obesity: Summary report. Paediatrics 2007;120:S164-S192
12. Lang IA, Galloway TS, Scarlett A, Henley WE, Depledge M, Wallace RB, et al.
Association of urinary bisphenol A concentration with medical disorders and
laboratory abnormalities in adults. JAMA 2008 Sep;300(11):1303-1310
13. Ripsin CM, Kang H, Urban RJ. Management of blood glucose in type 2 diabetes
mellitus. Am Fam Physician 2009 Jan;79(1):29-36.
14. Kemenkes RI (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia). 2014.Prevalensi Diabetes
Melitus di Indonesia.
15. PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. PB. PERKENI. Jakarta.
16. Sarwar N, Gao P, Seshasai SRK, Gobin R, Kaptoge S, Angelantonio ED, et al.2010.
The Emerging Risk Factors Collaboration. Diabetes Mellitus, Fasting Blood Glucose
Concentration, and Risk of Vascular Diseases: A Collaborative Meta-Analysis of 102
Prospective Studies. The Lancet. 2010. 375:2215-22
24
Lampiran:
25