Anda di halaman 1dari 25

STATUS KEDOKTERAN KELUARGA

“Metabolik : Diabetes Mellitus Tipe 2”

Pembimbing :

Disusun oleh :

Pratiwi Sudarsono

201710401011006

Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

2019

1
I. IDENTITAS
A. PENDERITA

1. Nama (Inisial) : Ny. S


2. Umur : 77 thn
3. Jenis Kelamin :P
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Status Perkawinan : Janda
7. Jumlah Anak : 3 orang
8. Pendidikan terakhir : SD (tamat)
9. Alamat lengkap : Jl. Joyo Utomo No.30
RT 001 RW 001
Desa / Kelurahan Merjosari
Kecamatan Lowokwaru
Kota / Kabupaten Malang

B. PASANGAN (Bila sudah menikah atau sudah pernah menikah)

1. Nama (Inisial) : Tn. A. Alm.


2. Umur : 60 thn
3. Jenis Kelamin :L
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan :-
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Jumlah Anak : 3 orang
8. Pendidikan terakhir : SD (tamat)
9. Alamat lengkap : Jl. Joyo Utomo No.30
RT 001 RW 001
Desa / Kelurahan Merjosari
Kecamatan Lowokwaru
Kota / Kabupaten Malang

2
C. GENOGRAM

Ny. Y (sudah Tn. S (sudah Ny. P (sudah


Tn. .D (sudah
meninggal) meninggal) meninggal)
meninggal)

Tn..K Alm.
Tn. A. Alm (60 th) Ny.S (77 th) ibu
(75 th)
rumah tangga

Tn. I (sudah
Ny.S (sudah
meninggal)
meninggal)

Ny. A (60 th
Pedagang
Tn. N (60 th
buah/ SD) Tn. S (57 th Ny.M (55 th Sdr. K(37 th
Karyawan swasta/
Pedagang Karyawan/ Karyawan
SMP
buah/ SD/2,5 swasta/SMP/ Swasta/
jt/bln) 2jt/bln) SMK/2,5jt/bln)

Tn. B (35 th
Tn. T (35 th Guru SMP/ S1) Ny. I (30 th
Karyawan Ny. M (32 th/ Guru SMP/
Keterangan : swasta/ Guru SD/ S1) S1)
SMK)

: Laki – laki : Pasien : Anak kandung

: Perempuan : Tinggal dalam satu rumah

3
D. INTERAKSI DALAM KELUARGA

Keterangan
Status
Nama Usia Pekerjaan Hubungan Keluarga Domisili
No Sex Perkawinan
(Inisial) (Bln/Th) (deskripsi lengkap) (S, I, AK, AA) Serumah
(TK, K, J, D)
Ya Tdk
1 Ny. S P 77th Ibu rumah tangga Istri Janda ✓
2 Ny. A P 60 th Pedagang buah Anak kandung Kawin ✓
3 Tn. N L 60 th Karyawan swasta Menantu Kawin ✓
4 Tn. S L 57 th Pedagang buah Anak Kandung Kawin ✓
5 Ny. M P 55 th Karyawan swasta Menantu Kawin ✓
6 Sdr. K L 37 th Karyawan swasta Anak Kandung Belum Kawin ✓
7 Tn. T L 35 th Karyawan Swasta Cucu Kawin ✓
8 Ny. M P 32 th Guru SD Cucu Kawin ✓
9 Tn. B L 35 th Guru SMP Cucu Kawin ✓
10 Ny. I P 30 th Guru SMP Cucu Kawin ✓

4
II. DATA DASAR KESEHATAN
STATUS MEDIS (Klinis)

Anamnesis

KU : Pusing

RPS

 Pasien datang ke IGD RS UMM diantar oleh anaknya dengan keluhan pusing. Pusing

dirasakan sejak 3 hari yang lalu, pusing cekot cekot, tidak hilang meskipun dipakai

untuk istirahat, semakin lama keluhan pusing menetap, tidak berkurang dan tidak

bertambah berat, pusing disertai lemas badan. Nafsu makan menurun. Makan terakhir

5 hari yang lalu. 5 hari yang lalu pasien tidak mau makan, mual dan muntah apabila

dipaksa makan nasi, pasien hanya makan gorengan dan ikan. Selama sakit ini pasien

sama sekali belum berobat ke dokter selama keluhan berlangsung.

 BAK dan BAB dalam batas normal.

 Menggigigl (-), nyeri perut (-), kejang (-), nyeri telan (-), batuk (-), pilek (-), nyeri

sendi (-).

RPD

Riwayat sakit serupa (-), Alergi (-), DM (disangkal), HT (disangkal).

RPK

Riwayat sakit serupa (-), alergi (-), DM (-), HT (-).

RPsos

Pasien tinggal serumah dengan anaknya. Tidak ada keluhan serupa pada anaknya.

Pasien merupakan ibu rumah tangga.

Rw Imunisasi

Tidak pernah

Rw Persalinan

5
Normal, spontan UK 40 mgg lahir pervaginam, langsung menangis, ditolong dukun.

Pem. Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit

BB : 50 kg

TB : 150 cm

Kesadaran : 4-5-6

Tanda Vital

• Tekanan Darah : 130/80 mmHg

• Frekuensi nadi : 89 x/menit, teratur

• Frekuensi napas : 20 x/menit

• Suhu : 36,7 0 Celsius

Kepala

 Bentuk kepala normal

 Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil bulat isokor +/+ conjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-) mata cowong (-/-)

 Telinga : Otore (-)

 Hidung : Rhinore (-), deviasi septum (-)

 Mulut : Mukosa bibir basah, sianosis (-), sariawan (-)

 Leher : Pembesaran KGB (-), Tenggorok : Faring hiperemi (-), Pembesaran Tonsil (-

Thorax

Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung kesan normal

6
Auskultasi : Bunyi jantung SI – SII regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Paru

Inspeksi : normochest, dada simetris, retraksi -/-

Palpasi : gerak dada simetris

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-

Abdomen

Inspeksi : Flat normal, tidak ada massa, tidak ada tanda radang

Auskultasi : Bising usus positif normal

Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, Lien tidak teraba. Nyeri tekan (-). Turgor

baik <2 detik

Perkusi : Timpani

Ektremitas : Akral dingin + + , Oedem - -

+ + - -

CRT < 2 detik

Pemeriksaan penunjang : DL, SGOT/SGPT, Ureum/Creatinin, GDA

 Hasil DL: Hb 12, RBc 4,89Jt, Hct 42,3, Plt 286, Wbc 9,14

 SGOT/SGPT L 20/33

 Ureum/Creatinin 14/1,02

 GDA 349

7
Riwayat Sosial, Budaya, Ekonomi, Lingkungan dll

UPAYA & PERILAKU KESEHATAN


KETERANGAN
NO KOMPONEN URAIAN UPAYA & PERILAKU (RASIONAL ATAU
IRRASIONAL)
1 Promotif - -
Makan hanya nasi, tetapi tidak membatasi makanan lain yang dikonsumsi
2 Preventif Irrasional
(gorengan, dan lain-lain)
3 Kuratif Keluarga pasien mengantarkan periksa ke dokter jika sakit untuk berobat Rasional

4 Rehabilitatif Pasien tidak keluar rumah untuk sementara waktu dengan tujuan untuk istirahat Rasional

8
STATUS SOSIAL

NO KOMPONEN KETERANGAN (Deskripsikan dengan lengkap dan jelas)

1 Aktifitas sehari-hari Ny. S sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, cenderung jarang beraktivitas karena faktor usia
Ny. S / 77 th
BB = 50 kg TB = 150 cm
IMT = 22,2 kg/m2
- Kuantitas : 3x/hari ; Kualitas: cukup, lauk : telur, tahu, tempe, daging (sesekali), suka sayur
- Kebiasaan makan : Makan masakan sendiri
2 Status Gizi
- Kesesuaian waktu makan : tidak teratur
- Selera makan : Asin/manis
- Konsumsi makanan tertentu : Tidak ada
- Alergi makanan : Tidak ada
- Makanan yang dihindari selama ini : Tidak ada
3 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

4 Jaminan Kesehatan BPJS

9
FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN
KOMPONEN
NO KETERANGAN
LINGKUNGAN
Rumah & fasilitas : Milik sendiri
Luas bangunan : 8 x 15 meter
Jenis dinding : Tembok
Jenis lantai : Keramik
1 Fisik
Sumber penerangan : Listrik
Ventilasi: Ventilasi cukup
Pencahayaan: Cukup
Sarana MCK : terdapat 1 MCK pribadi dan 1 septic tank
2 Biologi Tidak memiliki hewan peliharaan
SPAL: Tidak ada selokan di depan rumah
3 Kimia Sumber air minum: Air PAM
Industri : Tidak ada industri di sekitar rumah
4 Sosial Komunikasi antar anggota keluarga terjalin baik dan sangat dekat

5 Budaya Hubungan dengan tetangga sekitar terjalin baik

6 Psikologi Anak khawatir akan penyakit yang diderita ibunya


Penghasilan utama Tn. S 2.500.000/bulan, Ny. M 2.000.000/bulan, Sdr. K 2.500.000/bulan dengan
7 Ekonomi
besar pengeluaran 5.000.000/bulan
8 Ergonomi -

10
III. DIAGNOSIS HOLISTIK (Lima ASPEK)

Aspek 1:

Aspek personal

- Keluhan utama : Pusing disertai lemas badan

- Ketakutan : Takut jika penyakitnya semakin memburuk

- Harapan : Segera sembuh dan dan dapat beraktivitas kembali seperti

sebelumnya

Aspek 2:

Aspek klinis

- Diagnosis Klinis : Diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi (E11.9)

- Diagnosis Banding :-

Aspek 3:

Aspek faktor internal

- Riwayat dari keluarga tidak ada

- Pasien belum sadar akan bahaya dari penyakitnya

- Pasien belum sadar akan pentingnya mengatur pola makan yang sehat (khususnya

untuk penderita DM)

- Pasien hanya mau minum obat saat terjadi keluhan

- Pasien hanya mau pergi ke fasilitas kesehatan saat ada keluhan

Aspek 4:

Aspek faktor eksternal

- Kurangnya promosi kesehatan

- Usia Lanjut

- Ekonomi keluarga pasien cukup memadai.

Aspek 5:

11
Aspek fungsi sosial

- Tingkat 1, Pasien tidak memiliki ketergantungan mutlak dengan orang lain.

12
IV. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF:

No Aspek Dx Holistik Penatalaksanaan Komprehensif yang dapat dilakukan oleh


(Uraian permasalahan/penyebab maslah kesehatan penderita
berdasarkan tiap aspek)
1 Personal: Promotif:
- Keluhan utama : Pusing disertai lemas badan - Edukasi tentang penyakit DM kepada keluarga pasien.
- Ketakutan : Takut jika penyakitnya semakin - Edukasi tentang pentingnya perubahan pola hidup dengan gaya
memburuk hidup sehat dan konsumsi OAD.
- Harapan : Segera sembuh dan dan dapat - Petugas kesehatan hendaknya lebih aktif & kreatif dalam kegiatan
beraktivitas kembali seperti sebelumnya promosi kesehatan, misalnya penyuluhan menggunakan pamflet,
brosur, maupun poster yang disebar/ditempatkan di tempat umum.
2 Klinis:
- Diagnosis Klinis : DM tipe 2 tanpa komplikasi Preventif:
(E11.9) - Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengetahui secara dini
- Diagnosis Banding :- penyakit ini sehingga pengobatan yang dilakukan memberi hasil
yang baik dengan komplikasi yang minimal.
3 Internal: - Menjaga pola makan yang baik dan bergizi sesuai diet DM.
- Riwayat dari keluarga tidak ada
- Pasien belum sadar akan bahaya dari penyakitnya
- Pasien belum sadar akan pentingnya mengatur pola Kuratif:
makan yang sehat (khususnya untuk penderita DM) - Infus RL 20tpm
- Pasien hanya mau minum obat saat terjadi keluhan - Inj. Ranitidin
- Pasien hanya mau pergi ke fasilitas kesehatan saat ada - Inj. Ondansetron
keluhan - Regulasi cepat insulin

4 Eksternal:
Rehabilitatif:
- Kurangnya promosi kesehatan
- Istirahat yang cukup
- Kurangnya pengetahuan tentang penyakit pasien - Menjaga pola makan agar kadar gula darah tetap terkontrol dan
- Usia Lanjut minum obat teratur.
- Ekonomi keluarga pasien cukup memadai.

13
5 Fungsi Sosial:
Tingkat 1, pasien tidak memiliki ketergantungan mutlak terhadap
orang lain.

14
V. RESUME KASUS

1. Epidemiologi

Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya

hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang

dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi

insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia,

poliuria, polifagia, penurunan berat badan.1 International Diabetes Federation(IDF)

menyebutkan bahwa prevalensi diabetes melitus di dunia adalah 1,9% dan telah

menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun

2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana

proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang

menderita diabetes mellitus. Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan

oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor

genetik yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan

merokok, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, Indeks

Masa Tubuh, lingkar pinggang dan umur.2,3 Diabetes Mellitus disebut dengan the

silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan

berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan

penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit

sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke

dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi

anggota tubuh karena terjadi pembusukan. Untuk menurunkan kejadian dan

keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi

gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan insulin.4,5

2. Etiologi

15
Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) tahun 2015 penyebab

terjadinya DM tipe 2 disebabkan oleh kekurangan sekresi insulin yang menyebabkan

resistensi insulin.6 DM tipe 2 disebabkan oleh faktor gaya hidup dan genetika.

Sejumlah faktor gaya hidup diketahui penting untuk pengembangan DM tipe 2.

Obesitas telah ditemukan berkontribusi sekitar 55% dari kasus DM tipe 2.

Meningkatnya tingkat obesitas anak antara tahun 1960-an dan 2000-an diyakini telah

menyebabkan peningkatan DM tipe 2 pada anak-anak dan remaja. Racun lingkungan

dapat berkontribusi pada peningkatan terbaru dalam tingkat DM tipe 2. Korelasi

positif yang lemah telah ditemukan antara konsentrasi dalam urin bisphenol A,

konstituen dari beberapa plastik, dan kejadian DM tipe 2.7,8

3. Faktor risiko

Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan

dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang

dapat diubah dan faktor lain. Menurut American DiabetesAssociation (ADA) bahwa

DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga

dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi

dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM

gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<2,5 kg).1,9 Faktor risiko

yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut

≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,

dislipidemi dan diet tidak sehat.10,11

Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic

ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolik memiliki riwatyat toleransi

glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya,

memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral arterial

16
Diseases (PAD), konsumsi alkohol, faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin,

konsumsi kopi dan kafein.11,12,13

a. Obesitas (kegemukan) : Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar

glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan

peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%. 1,14,16

b. Hipertensi : Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan

tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam

tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer. 1,14,16

c. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus. 1,14,16

d. Dislipidemia : adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah

(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin

dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes. 1,14,16

e. Umur. Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus

adalah > 45 tahun. 6. Riwayat persalinan Riwayat abortus berulang, melahirkan

bayi cacat atau berat badan bayi > 4000gram. 1,14,16

f. Faktor Genetik DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental

Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. 1,14,16

g. Alkohol dan rokok. 1,14,16

Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan

menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya

umur, faktor genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status

perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok,

konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh. 1,14,16

4. Patogenesis

17
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan

yaitu: 1. Resistensi insulin

2. Disfungsi sel B pancreas

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,

namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara

normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”.1,8,17 Resistensi insulin

banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada

penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang

berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun

seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes

melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut. 4,5,18

Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan

pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi

resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada perkembangan

selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas

akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga

akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe

2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan

defisiensi insulin. 4,5,18

5. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan

Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien DM. Tujuan Penatalaksanaan DM adalah jangka pendek yaitu

hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya

target pengendalian glukosa darah. Jangka panjang yaitu tercegah dan terhambatnya

18
progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir

pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan

tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan

profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan

mandiri dan perubahan perilaku.19,20

Diet Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan

sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada penyandang

diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,

jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun

glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan

komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% danprotein

10-15%. Untuk menentukan status gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks).

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara

yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan

dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. 19,20

1. Exercise (latihan fisik/olahraga)

Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30

menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval, Progresive,

Endurance (CRIPE). Training sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai contoh

adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup

yang kurang gerak atau bermalas-malasan. 19,20

Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan sangat penting dalam

pengelolaan. Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada

kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada

19
kelompok pasien DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier

diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM dengan penyulit menahun. 19,20

Obat : oral hipoglikemik, insulin Jika pasien telah melakukan pengaturan

makan dan latihan fisik tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka

dipertimbangkan pemakaian obat hipoglikemik. 19,20

Obat – Obat Diabetes Melitus

a. Antidiabetik oral

Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar gula darah dan

mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan menghilangkan gejala, optimalisasi

parameter metabolik, dan mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan

insulin adalah terapi utama. Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan untuk

penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan

pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta olah raga. Obat golongan ini

ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula

darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan

upaya diet, melainkan membantunya. Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat

sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi menggunakan

antidiabetik oral dapat dilakukan dengan satu jenis obat atau kombinasi. Pemilihan

dan penentuan regimen antidiabetik oral yang digunakan harus mempertimbangkan

tingkat keparahan penyakit DM serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk

penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral

adalah termasuk golongan sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan

insulin sensitizing.

b. Insulin

20
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia. Insulin

mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang dihubungkan

dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam amino kedua rantai tersebut.

Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral,

kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan

pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang

memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan hormon

yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan

lemak. Fungsi insulin antara lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel

sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan

pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen,

menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa.

21
6. Komplikasi

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut

dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua

kategori, yaitu : 5,11,20

a. Komplikasi akut

Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal (< 50

mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat

dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan

sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat

mengalami kerusakan.

22
Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara

tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara

lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK).

b. Komplikasi Kronis

Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum

berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada

sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung

kongetif, dan stroke. - Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler

terutama terjadi pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati

(kebutaan), neuropati, dan amputasi. 19,20

7. Prognosis

Dengan pengendalian metabolisme yang baik, menjaga agar kadar gula

darah berada dalam kategori normal dapat mencegah terjadinya komplikasi yang

berat.20

DAFTAR PUSTAKA

1. Kuman dan Rahajeng. (2016). Effect of Collaborative Care System (CCS) on Blood
Glucose Levels in Type 2 Diabetes Mellitus Outpatient. Indonesian Journal of Clinical
Pharmacy. Vol. 5 Iss. 1, pg 11–18.
2. World Health Organization. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. 2011.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3006051/
3. International Diabetes Federation. (2013). Diabetes Atlas, Sixth Edition. (serial
online) https://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf. (diakses
tanggal 23 September 2018).
4. Soewondo P, Ferrario A, Tahapary D.L. (2013). Challenges in diabetes management
in Indonesia: a literature review. Globalization and Health, Vol 9, No 63.
5. Fatimah RN. 2015. Diabetes MelitusTipe 2. Vol.4, No 5: 93-101
6. Abougalambou, S. S. I., Hassali, M. A., Sulaiman, S. A. S., & Abougalambou, A.S.
(2012). Prevalence of vascular complications among type 2 diabetes mellitus
outpatients at teaching hospital in Malaysia. Journal of Diabetes & Metabolism.

23
7. Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2004.Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta: BalaiPenerbit FKUI, 10-
35
8. Astiyandani PG, Permana GA, Vedayanti PD, Larayanthi ID, Windasari MP,
Wahyuniari I.2010.Uji KlinisIn Vivo Pengaruh Konsumsi Daluman (Cyclleabarbata)
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah padaTikus Wistar Jantan dengan Diabetes
Mellitus Tipe 2. Jurnal bidang kemahasiswaan Fakultas Kedokteran UNUD. 2010
Vol.2, No.1: 1-6
9. American Diabetes Association. (2015). Classification and diagnosis of diabetes.
Diabetes Care, 38 (Supplement 1), S8-S16.
10. Olokoba A, Obateru O.2012. Type 2 Diabetes Mellitus: A review of Curent Trends.
Oman Medical Journal. 2012 Vol.27, No.4: 269-73
11. Barlow SE and the Expert committee. Expert committee recommendations regarding
the prevention, assessment and treatment of childhood and adolescent overweight and
obesity: Summary report. Paediatrics 2007;120:S164-S192
12. Lang IA, Galloway TS, Scarlett A, Henley WE, Depledge M, Wallace RB, et al.
Association of urinary bisphenol A concentration with medical disorders and
laboratory abnormalities in adults. JAMA 2008 Sep;300(11):1303-1310
13. Ripsin CM, Kang H, Urban RJ. Management of blood glucose in type 2 diabetes
mellitus. Am Fam Physician 2009 Jan;79(1):29-36.
14. Kemenkes RI (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia). 2014.Prevalensi Diabetes
Melitus di Indonesia.
15. PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. PB. PERKENI. Jakarta.
16. Sarwar N, Gao P, Seshasai SRK, Gobin R, Kaptoge S, Angelantonio ED, et al.2010.
The Emerging Risk Factors Collaboration. Diabetes Mellitus, Fasting Blood Glucose
Concentration, and Risk of Vascular Diseases: A Collaborative Meta-Analysis of 102
Prospective Studies. The Lancet. 2010. 375:2215-22

17. Baynes JW.2003. Role of oxidative stress in diabetic complications. A new


perspective on an old paradigm. Diabetes in Universitas Sumatera Utara Institution
Repository
18. Steven E. Kahn, et al. Pathophysiology And Treatment Of Type 2 Diabetes:
Perspectives On The Past, Present And Future.Lancet. 2014 March 22; 383(9922):
1068–1083.
19. Yanling Wu et al. Risk Factors Contributing to Type 2 Diabetes and Recent Advances
in the Treatment and Prevention.International Journal of Medical Sciences 2014;
11(11): 1185-1200.
20. Departemen Kesehatan R.I. (2009). Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Diabetes Mellitus, Jakarta

24
Lampiran:

25

Anda mungkin juga menyukai