Anda di halaman 1dari 48

LAPSUS

CEREBRAL PALSY DAN ACUTE LUNG OEDEM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Nn. A
• Usia : 20 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Status : Belum Menikah
• Pekerjaan :-
• MRS : 16/08/2019
ANAMNESA

• Keluhan utama : Sulit mengambil napas


• RPS : napas terasa berat ± 2 hari ini (sejak rabu), keluar air liur
berbuih sejak semalam, sebelumnya tidak pernah seperti ini,
mual (-), muntah (-), sejak pagi ini tidak mau makan dan susah
minum, batuk (-), pilek (-), Kejang (-), BAB normal, BAK normal
terakhir tadi pagi. Tidak ada keluhan lainnya.
• RPD : DM (-), HT (-), Riwayat kejang usia 3 bulan (+)
• RPK : Tidak ada yang seperti ini, Hipertensi disangkal,
diabetes mellitus disangkal.
• R.sos : Aktivitas sehari-hari dirumah dengan bantuan
• R. Alergi : (-)
• R.Obat : (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Vital Sign:
• Keadaan Umum : Tampak sesak • Tekanan Darah : 100/60mmHg
• Kesadaran : compos mentis. • RR : 28 kali/menit
• GCS : 456 • Suhu : 37 oC
• Nadi : 100 kali/menit
• SpO2 : 98 %
Status Generalisata

Kepala dan leher : A/I/C/D -/-/-/+


Thorax:
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, pola nafas regular
• Palpasi : Tidak ada pelebaran ics.
• Perkusi : Sonor seluruh lapang paru.
• Auskultasi : vesikuler diseluruh lapangan paru, wheezing(-), Ronkhi(-),
S1/S2 tunggal reguler, gallop(-), murmur (-).
Abdomen
• Inspeksi : bentuk normal, flat.
• Palpasi : supel, hepar dan lien sulit dievaluasi, nyeri tekan regio
epigastric(-)
• Perkusi : timpani seluruh permukaan abdomen
• Auskultasi: bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Oedem(-), akral : hangat, kering, merah, CRT <2 detik


Pemeriksaan Penunjang

• EKG
• DL
• Thorax AP
Diagnosis
• Cerebral palsy dengan impending
Acute Lung Oedem
Penatalaksanaan
• Nebul combivent + pulmicort
• Inf NS 14 tpm
• O2 nasal canule
• Pukul 13.20 cardiac arrest  napas kussmaul (+), nadi (-)
• Dilakukan resusitasi jantung paru sebanyak 5x5 siklus dan
pemberian norepinephrin sebanyak 3 ampul
• Pukul 13.50  nadi (-) , nafas (-), midriasis maksimal. Dinyatakan
meninggal dunia
TINJAUAN PUSTAKA
CEREBRAL PALSY
PENDAHULUAN
• Cerebral Palsy (CP) : gangguan gerak dan postur
akibat lesi nonprogresif pada otak yang belum
matang
• Merupakan penyebab terbesar disabilitas pada
anak (2-3 per 1000 kelahiran hidup)
• Etiologi : pada sebagian besar kasus tidak dapat
dijelaskan secara pasti
ETIOLOGI

Masa sebelum kelahiran :


• malformasi kongenital, gangguan plasenta, kehamilan kembar,
infeksi intra uterin
• bahan toksik dan teratogenik
• faktor sosial ekonomi
ETIOLOGI

Saat kelahiran :
• prematuritas (< 32 minggu kehamilan)
• berat badan lahir < 2500 gm
• retardasi pertumbuhan, presentasi abnormal, perdarahan
intrakranial, trauma, infeksi, bradikardia dan hipoksia, kejang,
hiperbilirubinemia.

Sesudah kelahiran : trauma, infeksi, perdarahan intracranial.


KLASIFIKASI
Crothers dan Paine :
• CP tipe spastik : monoplegi, diplegi, triplegi, quadriplegi,
hemiplegi
• CP tipe diskinetik : atetosis, korea, gabungan atetosis dan korea,
distonia dan ataksia
• CP tipe campuran
DIAGNOSA

Riwayat :
• sebelum kelahiran
• saat kelahiran
• perkembangan penderita
PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan statik : kekuatan otot, luas gerak
sendi, tonus otot dan spastisitas, postur abnormal
saat duduk, berdiri; adanya skoliosis.
• Pemeriksaan dinamik dengan observasi status
ambulasi, alat bantu yang digunakan, cara berjalan
dan adanya pola gait abnormal.
• Fungsi sensoris dan pemeriksaan refleks
perkembangan/ maturitas otak
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pencitraan : CT scan dan MRI


• Lain : studi evoked potentials audiologi dan visus
serta Elektroensefalografi (EEG)
PENATALAKSANAAN PENDERITA
• Pemberian terapi secara medis terutama berupa
obat-obatan untuk mengatasi spastisitas
• Pembedahan : ketidakseimbangan otot akibat
spastisitas, kontraktur yang mengganggu fungsi,
skoliosis
• Selective posterior rhizotomy
REHABILITASI MEDIK

• Tujuan utama : mengantisipasi kemungkinan


timbulnya komplikasi dan membantu tercapainya
keterampilan baru
• Intervensi sejak dini
MOTORIK

• Intervensi motorik kasar : terapi latihan fisik,


latihan luas gerak sendi, peregangan, penguatan
otot
• Intervensi motorik halus : terapi okupasi agar
tangan dapat berfungsi maksimal.
• Pemberian ortosis : memberikan penyangga, mengurangi
gerakan yang tidak diinginkan, memperbaiki fungsi dan
mencegah deformitas.
• Terapi vokasional : melatih keterampilan penderita CP dewasa
saat berada di lingkungan pekerjaan.
MASALAH PENYERTA

• Retardasi mental
• Kejang Gangguan oromotor
• Gangguan gastrointestinal
• Gangguan penglihatan
• Defisit sensoris kortikal
• Komplikasi paru
PROGNOSIS

• 75% penderita CP dapat ambulasi


• Indikator : dapat duduk pada usia 2 tahun dan
refleks infantil hilang pada usia 18 bln
THANK YOU
TREATMENT GOALS

• Short term goals :


 Able to head up and sit independently
 Able to ambulate independently
 Improve ability to do ADL ( Barthel index ↑ )
 Able to speak , no oral drooling
 Better posture
• Long term goals :
Increase QoL
She could not do neither ADL independently , do social activities ( play with her
friends ) nor go to school.

We assessed this patient with CP double hemiplegic. We planned to give this


patient thera exc ( Strengthen neck and back extensor muscles, Spastic
inhibition, Gentle stretching U & L extremities, gait training, posture correction );
OT ( hand function exc, ADL exc ); ST (oro motor sensoric stimulation, exc for
concept-build up-articulation words ); OP ( orthesa – if needed ).

The short term goals were able to head up and sit independently, able to
ambulate independently, Improve ability to do ADL ( Barthel index ↑ ), Able to
speak , no oral drooling, Better posture
The long term goals was to increase QoL
EDEMA PARU AKUT
Tekanan hidrostatik pada kapiler paru
Normal 7-12 mmHg pada saat istirahat
Jika tekanan ini melebihi tekanan onkotik plasma (normal 25-30
mmHg) --- terjadi transudasi cairan dari kapiler pulmuner.
Edema paru akan terjadi bila kecepatan transudasi melebihi
kecepatan aliran limfatik dari jaringan
EDEMA PARU

• KARDIOGENIK

• NON KARDIOGENIK
KARDIOGENIK

• INFARK MIOKARD AKUT


• HIPERTENSI
• PENYAKIT KATUP JANTUNG
• KARDIOMIOPATI
NON KARDIOGENIK

• INHALASI BAHAN TOKSIK


• UREMIA
• ADULT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
• HIPOALBUMINEMI
• INFUS YANG BERLEBIHAN
• PENURUNAN TEKANAN NEGATIF INTERS-TITIEL PARU DENGAN CEPAT
(MISALNYA
PENGELUARAN CAIRAN PLEURA DENGAN CEPAT).
Faktor-faktor yang memegang peranan penting
terjadinya edema paru akut

• Meningkatnya tekanan kapiler paru


• Meningkatnya permeabilitas kapiler paru.
• Menurunnya tekanan osmotik plasma
• Kegagalan pengaliran limfe paru.
Faktor terpenting

• Kardial ----> peningkatan tekanan kapiler paru.


• Non Kardial -- perubahan permeabilitas membran kapiler paru
Edema paru kardial

• Karena ventrikel kiri tidak dapat memompakan stroke volume yang normal
 tekanan diastolik dalam ventrikel kiri meningkat  tekanan
dalam atrium kiri meningkat dan vena-vena pulmonalis meningkat pula.
Diagnosis

• Anamnesis.
• Gambaran klinik.
• Pemeriksaan penunjang.
Gambaran klinik

• Takipneu, orthopneu.
• Keringat.
• Batuk dengan sputum merah
• Rhonki basah kasar, krepitasi
• S3 gallop
• Tekanan darah meningkat
Pemeriksaan penunjang

• Foto thorax
• EKG
• Analisa gas darah
• Swan-Ganz kateter untuk mengukur “Pulmonary artery wedge pressure”
dan “Pulmonary artery diastolic pressure”.
Echocardiography

• Menilai fungsi ventrikel kiri.


• Menilai adanya iskemia dan infark miokard.
• Ventricular septal rupture.
• Valvular heart disease.
• Infective endocarditis.
• Congenital Heart disease.
• Cardiomyopathies and Pericardial Effusion
• Disease of the Aorta.
Penatalaksanaan

• Timbulnya edema paru dapat sedemikian cepatnya dan mengancam hidup


penderita, sehingga diperlukan tindakan cepat, tepat dan sedini mungkin.
• Tujuan pokok :
A. Kurangi akumulasi cairan
B. Pertukaran gas harus diperbaiki
C. Setiap faktor pencetus harus dikenal
dan di berantas.
Tindakan/Pengobatan

• Posisi : Semi Upright position.


• Oksigen : 4-6 ltr/menit
• Morfin : 5-10 mg IV.
• Diuretik : Furosemide 40-160 mg
• Vasodilator : nitrogliserin 0,4-0,6 mg
SL, isosorbit dinitrat 5-15 mg SL atau 10-40 mg oral, 50-100 ug/kg/jam)
• Digitalis, dopamine dan dobutamine.
Edema paru krn bahan toksik

• Biasanya karena bahan inhalasi


• Terjadi kerusakan epithelium pulmoner yang diikuti eksudasi kedalam
alveoli
• Overdosis morphine juga merupakan penyebab yang sering menyebabkan
edema paru.
Gambaran klinik

• Dyspneu, ronkhi pada basal atau kedua paru, cyanosis dan takipneu. Pasien
kelihatan cemas, pada kasus tertentu bisa ditemukan adanya mulut berbusa.
Penatalaksanaan

* Berikan O2 40 % melalui “ face mask”


Atasi rasa cemas.
• Bisa gunakan “interminttent positive-pressure O2 resuscitator untuk
periode singkat.
• Bila ada konstriksi bronkus, dapat di beri aminophyllin 0,5 gr IV.
• Bila kausanya morphine atau analognya, maka diberikan naloxane plus O2.
• Diuresis dengan furosemid 20-80 mg IV, jangan menyuntik dengan
kecepatan melebihi 10 mg/menit.
• Kortikosteroid sebagai anti inflamasi.
• Posisi duduk/semi-Fowler dapat membantu mengurangi “anxiety”.
TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai