ABSTRAK Salah satu tujuan Posyandu adalah memudahkan memantau keadaan gizi anak
balita serta membantu pencegahan dini masalah gizi. Kasus kurang gizi dan
gizi buruk sulit ditemukan di masyarakat, karena ibu tidak menimbang
balitanya ke Posyandu. Di Kota Bandar Lampung tahun 2009 cakupan D/S dan
cakupan N/D pada balita belum mencapai standar KW-SPM, pada Puskesmas
Panjang sejak tahun 2006 sampai tahun 2008 menunjukkan trend yang
menurun dari 89,2% pada tahun 2006, menjadi 75,8% tahun 2007, dan tahun
2008 hanya 70,71%. Tahun 2009 meningkat menjadi 82,6% namun di wilayah
kerja Puskesmas Panjang masih ditemukan 2 kasus gizi buruk.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat partisipasi ibu menimbang Balita ke Posyandu. Penelitian dengan
desain studi croos sectional, dilakukan pada bulan Desember 2010 pada
407 orang ibu yang mempunyai balita sampai umur 60 bulan.
Hasil penelitian didapatkan 54,8% ibu berpartisipasi aktif menimbang balita ke
Posyandu, hal ini menunjukan bahwa partisipasi ibu untuk menimbang balita ke
Posyandu di wilayah Puskesmas Panjang belum optimal. Hasil uji statistik
menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu, pengetahuan
ibu, dukungan keluarga, kehadiran petugas, pemberian makanan tambahan,
motivasi, dan umur balita dengan partisipasi ibu. Variabel yang paling
dominan pengaruhnya adalah interaksi antara pengetahuan ibu dengan
pendidikan ibu setelah dikontrol variabel pendidikan ibu, umur balita, motivasi
dan dukungan keluarga dengan nilai OR 4,614.
Saran yang diberikan adalah perlu dilakukan pendekatan secara Komprehensif
dalam meningkatkan kunjungan ibu datang ke Posyandu melalui pengaktifan
Pokjanal, pemberian makanan tambahan, penyuluhan pada saat hari buka
Posyandu, peningkatan sumber daya manusia dalam pengadaan PMT
penyuluhan dan pemulihan.
ABSTRACT Posyandu as a health care activity in the community may facilitate monitoring for
the toddler and nutrition which may help to prevent nutritional problems.
Cases of malnutrition and poor nutrition are hardly detected in society due
to the mother’s negligence to weigh their toddler at Posyandu. In
2009, the coverage of D/S and N/D in infants in Bandar Lampung
144 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
REIHANA,DENGAN
ARTHA BUDI
PARTISIPASI
SUSILA IBU
DUARSA
UNTUK MENIMBANG BALITA 144
KE POSYANDU
was below KW-SPM standard i.e. D/S of 79% and N/D of 84.90% respectively.
During 2006 – 2008, in Panjang Public Health Center (Puskemas) a decrease
trend was observed, i.e 89.2% in 2006, 75.8% in 2007 and 70.71% in
2008. Despite increase coverage in 2009, two cases of malnutrition were
identified in Panjang Health Center.
In this study using, a cross sectional study design was conducted in December
2010 on 407 individual involving mother of toddlers until 60 months of age.
Only 54,8% mothers actively visit and weigh their toddlers at Posyandu wich
means that their participation was less optimum. Statistical analysis showed
significant correlation between mother’s education, mother’s knowledge, family
support, presence of health personnel, supplementary feeding, motivation,
toddler’s age and mother’s participation in attending Posyandu to weigh their
toddlers. The dominant variables influencing the participation of mother to
weigh their toddlers at Posyandu were mother’s knowledge and education
following controlled on mother’s education, age of toddlers, motivation and
family support with OR value of 4,614.
The result suggested that comprehensive approach should be encouraged to
promote visit to Posyandu by means of Pokjanal activation, supplementary
feeding counseling upon the opening of Posyandu, and improvement of human
resources.
Balita kurang gizi mempunyai risiko gizi di masa-masa emas ini akan berakibat buruk
meninggal lebih tinggi dibandingkan balita yang pada kehidupan berikutnya yang akan sulit
cukup gizi. Setiap tahun kurang lebih 11 juta balita diperbaiki. Anak yang menderita kurang gizi
di seluruh dunia meninggal di- sebabkan penyakit (stunted) berat mempunyai rata-rata IQ 11 point
infeksi seperti ISPA, diare, malaria, campak dan lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak
lain-lain. Ironisnya, 54% kematian tersebut yang tidak stunted (WHO, 1998). Kurang gizi
berkaitan dengan kurang gizi (WHO 2006). pada usia dini juga akan mening- katkan risiko
Kekurangan gizi pada balita meliputi kurang berbagai penyakit degeneratif (jantung, kanker, dll)
energi dan protein serta kekurangan zat gizi pada saat dewasa.
seperti vitamin A, zat besi, Iodium dan Zinc Kegiatan pemantauan berat badan anak
dengan segala akibatnya. Sebagaimana halnya balita di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Angka Kematian Ibu (AKI), angka kematian balita adalah salah satu kegiatan utama program
di Indonesia juga masih tertinggi di ASEAN perbaikan gizi yang menitikberat- kan pada upaya
(BAPPENAS, 2004). pencegahan dan peningkat- an keadaan gizi
Masa balita menjadi lebih penting lagi anak. Penimbangan berat badan setiap bulan
karena masa yang kritis dalam upaya men- bisa diketahui apakah anak tersebut tumbuh
ciptakan sumber daya manusia yang ber- normal sesuai jalur pertumbuhannya atau tidak
kualitas. Terlebih pada 6 bulan terakhir masa dan mengetahui lebih awal (deteksi dini) terjadinya
kehamilan dan dua tahun pertama setelah gangguan pertumbuhan.
kelahiran merupakan masa emas dimana sel- sel
otak sedang mengalami pertumbuhan dan Correspondence
:
perkembangan yang optimal. Gagal tumbuh Dr. Hj. Reihana, M.Kes., Provincial Health Office, Province of
(Growth faltering) yang terjadi akibat kurang Lampung, Jalan Dr. Soesilo, Pahoman, Bandar Lampung, E-mail:
reihanawijayanto@yahoo.co.id
145 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
REIHANA,DENGAN
ARTHA BUDI
PARTISIPASI
SUSILA IBU
DUARSA
UNTUK MENIMBANG BALITA 145
KE POSYANDU
Variabel Kategori
Umur Ibu Tua > 36 tahun
Muda ≤ 36 tah un
Pendidikan ibu Tinggi > SMA
Rendah < SMP
Pekerjaan ibu bekerja
tidak bekerja
Pengetahuan ibu Baik jika score ≥ Mean
Tidak baik jika score < Mean
Jumlah balita Banyak jika memiliki lebih dari 1 balita
Sedikit jika memiliki 1 balita
Paritas sedikit jika kelahiran < 3
ban yak j ika j umlah kelahiran ≥ 3
Umur anak balita bayi jika < 12 bulan
balita jika 12 bulan sampai 60 bulan
Pendidikan suami Tinggi > SMA
Rendah < SMP
Motivasi Tinggi jika jumlah skornya ≤ mean
Rendah jika jumlah skornya < mean
Dukungan keluarga ada dukungan
tidak ada dukungan
Status imunisasi lengkap
tidak lengkap
Jarak rumah ke dekat jika < 1 km
kesehatan tidak hadir apabila petugas salah satu meja tidak ada
Keaktifan ke Posyandu Berdasarkan Kepmenkes RI No: 747/Menkes/VI/2007 :
1. Bayi berusia diatas 6 bulan dikatakan aktif bila lebih atau
sama dengan 4 kali berturut-turut datang menimbang ke
Posyandu.
2. Bayi berusia 4 -6 bulan dikatakan aktif bila lebih atau sama dengan
3 kali berturut-turut datang menimbang ke Posyandu.
3. Bayi berusia 2-3 bulan dikatakan aktif bila lebih atau sama
dengan 2 kali berturut-turut datang menimbang ke
Posyandu.
147 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
REIHANA,DENGAN
ARTHA BUDI
PARTISIPASI
SUSILA IBU
DUARSA
UNTUK MENIMBANG BALITA 147
KE POSYANDU
Kuesioner sebelumnya telah diuji coba pada (Tenaga Pelaksana Gizi) Puskesmas Panjang dan
30 responden. Petugas pelaksana pengumpul data tenaga kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota
adalah peneliti dibantu petugas TPG yang Bandar Lampung sebanyak 5 orang, ke
telah dilatih terlebih dahulu. Pengumpulan Posyandu. Tidak ada hubungan antara umur
data dilakukan dengan cara kunjungan langsung ibu, pekerjaan ibu, jumlah balita, paritas,
ke rumah responden di luar jadwal Posyandu. pendidikan suami, status imunisasi dan jarak
Pengolahan data dilakukan melalui tahapan rumah dengan partisipasi aktif ibu untuk
editing, coding, entry, and cleaning. Analisis menimbang Balita ke Posyandu.
data dilakukan secara univariat, bivariat dan Analisis secara multivariat dilakukan
multivariat. dengan menggunakan regresi logistik ganda.
dimulai dengan identifikasi variabel yang
HASIL potensial masuk kedalam model multivariat,
hingga diperoleh model prediksi pada Tabel
Dari hasil penelitian diperoleh data 4. Faktor yang berperanan terhadap tingkat
bahwa partisipasi ibu yang aktif sebesar partisipasi ibu dalam penimbangan balita, yaitu
54,8% sedangkan yang tidak aktif yaitu faktor pendidikan ibu, umur balita, motivasi,
45,2%. Karakteristik responden secara lebih rinci dukungan keluarga, dan interaksi pendidikan
disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis bivariat dengan pengetahuan. Adapun faktor yang paling
diperoleh informasi bahwa ada hubungan dominan adalah faktor interaksi antara
antara pendidikan ibu, pengetahu- an ibu, umur pendidikan dengan pengetahuan (OR sebesar
anak balita, dukungan keluarga, pemberian 4,614).
makanan tambahan dengan partisipasi aktif ibu
untuk menimbang Balita
148 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
REIHANA,DENGAN
ARTHA BUDI
PARTISIPASI
SUSILA IBU
DUARSA
UNTUK MENIMBANG BALITA 148
KE POSYANDU
(2008) mengenai penggunaan atau peman- dengan penelitian yang dilakukan oleh
faatan pelayanan kesehatan menunjukkan Yuliasari (2010) yang melaporkan bahwa ibu yang
bahwa pelayanan kesehatan lebih banyak tidak bekerja atau ibu yang aktifitas sehari-
dimanfaatkan oleh orang yang berusia sangat muda harinya hanya sebagai ibu rumah tangga
dibanding yang berusia tua. Pendidikan ibu memiliki peluang atau kesempatan yang lebih
Proporsi responden berdasarkan besar dalam memanfaatkan pela- yanan yang ada
tingkat pendidikan ibu yang berpartisipasi aktif di posyandu dibandingkan dengan ibu yang
menimbang balitanya ke Posyandu yaitu 68,9% bekerja.
lebih tinggi dibanding responden yang Posyandu biasa diselenggarakan pada hari
berpendidikan rendah dan aktif me- nimbang kerja dan jam kerja. Kegiatan Posyandu
balitanya ke Posyandu yaitu 45,5%. Dari analisis diselenggarkan mulai jam 09.00 s/d 12.00
bivariat diketahui ada hubungan yang signifikan WIB, sehingga ibu bekerja tidak dapat mem-
antara pendidikan ibu yang tinggi terhadap bawa anaknya ke Posyandu. Selain itu
partisipasi ibu menimbang balitanya ke Posyandu. mereka merasa mampu membawa anak sakit
Pendidikan ibu yang tinggi mempunyai peluang langsung ke praktek dokter, sehingga meng-
2,7 kali untuk berpartisipasi aktif menimbang anggap tidak perlu dibawa ke Posyandu untuk
balitanya ke Posyandu dibanding ibu yang penimbangan.
berpendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan, Pengetahuan ibu
tentunya seseorang akan semakin berkemampuan Pengetahuan yang tercakup dalam
atau kompeten. Dengan demikian, semakin tinggi domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu
pendidikan, kegiatan kemasyarakatan akan tahu (know), memahami (comprehen- sion),
semakin tinggi. aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
Hasil penelitian ini sejalan dengan (synthesis), evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo,
penelitian yang dilakukan oleh Bauman 2003).
(1961) dan Koos (1954) dalam Friedman Pada penelitian ini pengetahuan ibu
(1998), yang mengemukakan bahwa semakin dikelompokkan dalam pengetahuan baik dan tidak
terdidik keluarga maka semakin baik penge- tahuan baik. Proporsi ibu dengan pengetahuan baik yang
keluarga tentang kesehatan. berpartisipasi aktif menimbang balitanya ke
Pekerjaan ibu Posyandu yaitu 73,1% jauh lebih tinggi dibanding
Proporsi responden tidak bekerja yang responden yang pengetahu- an tidak baik, tetapi
berpartisipasi aktif menimbang balita- nya ke aktif menimbang balita- nya ke Posyandu yaitu
Posyandu yaitu 55,1% sedikit lebih tinggi 22,4%. Analisis bivariat menunjukan ada
dibanding responden yang bekerja dan aktif hubungan yang signifikan antara pengetahuan
menimbang balitanya ke Posyandu yaitu baik dengan partisipasi ibu menimbang
53,3%. Analisis bivariat menunjukan bahwa balitanya ke Posyandu. Hasil OR pada
tidak ada hubungan yang signifikan antara ibu penelitian ini adalah 9,4 yang berarti pengetahuan
yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja terhadap ibu baik mempunyai peluang 9,4 kali lebih aktif
partisipasi ibu menimbang balitanya ke Posyandu. me- nimbang balitanya ke Posyandu dibanding
Notoatmodjo (2003) berpendapat bahwa individu ibu yang pengetahuannya tidak baik.
yang berbeda pekerjaan mempunyai Apabila penerimaan perilaku melalui
kecenderungan yang berbeda pula dalam proses yang didasari oleh pengetahuan,
menggunakan pelayanan kesehatan. Hasil kesadaran dan sikap yang positif maka
penelitian ini berbeda perilaku tersebut akan bersifat langgeng.
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari
152 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
REIHANA,DENGAN
ARTHA BUDI
PARTISIPASI
SUSILA IBU
DUARSA
UNTUK MENIMBANG BALITA 152
KE POSYANDU
oleh pengetahuan dan kesadaran maka akan tidak keluarga banyak dengan jumlah balita dalam
langgeng. Oleh karena itu pengetahuan ibu harus kelauarga tidak banyak terhadap partisipasi ibu
terus ditingkatkan sehingga pengetahuan dapat menimbang balitanya ke Posyandu. Penelitian
meningkat. Pengetahuan ini dapat dilaksanakan ini sejalan dengan hasil penelitian Masnuchaddin
melalui penyuluhan- penyuluhan yang (1992) banyaknya jumlah balita dalam
berkesinambungan baik melalui leaflet, poster keluarga tidak berhubungan dengan tingkat
dan dapat pula lewat radio spot. kehadiran ibu dan balita ke Posyandu. Hasil
Penelitian ini sejalan dengan peneliti- an penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
yang dilakukan oleh Masnuchaddin (1992) yang sudah dilakukan oleh Susanti (2006) dalam
mengatakan bahwa pengetahuan ibu balita tentang Octaviani et.al (2008) bahwa jumlah balita yang
Posyandu berhubungan secara bermakna dengan terdapat di dalam keluarga, mempengaruhi
ketidakhadiran balita di Posyandu. Semakin kunjungan ibu ke posyandu, dimana keluarga
tinggi pengetahuan ibu balita semakin sedikit yang memiliki jumlah balita sedikit maka ibu
frequensi mereka tidak hadir di Posyandu. akan lebih sering datang ke Posyandu.
Perilaku keluarga yang membawa balitanya Paritas
setiap bulan juga berhubungan dengan Jumlah persalinan yang pernah
pengetahuan keluarga. Keluarga yang memiliki dialami ibu memberikan pengalaman dalam
pengetahuan tentang kesehatan, tanda, dan gejala membesarkan dan tumbuh kembang anak
sehubungan dengan pertumbuhan anggota balitanya dibandingkan ibu yang baru
keluarganya, maka keluarga tersebut akan segera mempunyai anak balita satu. Proporsi
melaku- kan tindakan untuk meminimalkan responden paritas baik yang berpartisipasi aktif
dampak yang lebih buruk lagi terhadap kondisi menimbang balitanya ke Posyandu yaitu 56,4%
anggota keluarganya (Octaviani, 2008). sedikit lebih tinggi dibanding responden yang
Setelah dilakukan uji analisis lebih paritas tidak baik dan aktif menimbang balitanya
lanjut, variabel pengetahuan ibu tidak ter- masuk ke Posyandu yaitu
dalam model. Namun terjadi interaksi antara 52,0%. Analisis bivariat menunjukan tidak ada
variabel pengetahuan ibu dengan pendidikan hubungan yang signifikan antara paritas baik dan
ibu. Adapun variabel interaksi antara variabel paritas tidak baik terhadap parti- sipasi ibu
pengetahuan dengan pen- didikan merupakan menimbang balitanya ke Posyandu, berbeda
variabel paling dominan dalam model dimana dengan penelitian Raharjo (2003), yang
interaksi pengetahuan dan pendidikan yang mengemukakan bahwa ibu yang mem- punyai anak
baik mempunyai peluang 4,6 kali untuk lebih dari dua cenderung malas untuk membawa
terjadinya partisipasi ibu dalam penimbangan balitanya ke Posyandu di- karenakan kerepotan
balita yang baik setelah dikontrol pendidikan, dalam mengasuh anak- anaknya dan perhatiannya
umur balita, motivasi, dan dukungan keluarga. yang cendrung terpecah untuk masing-masing
Jumlah balita anaknya. Hasil ini sama dengan penelitian
Keluarga ibu yang mempunyai Aprillailah (2010) yang menyatakan ada
jumlah balita banyak yang aktif menimbang hubungan antara paritas dengan kunjungan balita
balitanya ke Posyandu yaitu 54,0%, lebih ke Posyandu di Lingkungan kelurahan Keteguh- an
sedikit dibanding keluarga yang mempunyai balita Kota Bandar Lampung. Perbedaan hasil penelitian
sedikit yaitu 58,6%. Dengan analisis bivariat, ini mungkin dikarenakan respon- den rata-rata
ternyata tidak ada hubungan yang signifikan hanya mempunyai anak 1-2 orang saja karena
antara jumlah balita dalam usia muda lebih banyak dibanding dengan usia
tua yang membawa
153 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
REIHANA,DENGAN
ARTHA BUDI
PARTISIPASI
SUSILA IBU
DUARSA
UNTUK MENIMBANG BALITA 153
KE POSYANDU
balitanya ke Posyandu.
Umur anak balita (completed year) dan untuk anak umur 0-2 tahun
Proporsi responden dengan anak digunakan bulan usia penuh (completed month)
kelompok usia bayi yang berpartisipasi aktif (Supariasa, 2002).
menimbang balitanya ke Posyandu yaitu Pendidikan suami
67,3% sedikit lebih tinggi dibanding respon- den Hasil penelitian menunjukan proporsi
yang umur anak balita yang dikelompo- kan balita responden berdasarkan pendidikan suami yang
dan aktif menimbang balitanya ke Posyandu yaitu dikelompokkan dalam pendidikan rendah yang
50,3%. Dari analisis bivariat diperoleh ada berpartisipasi aktif menimbang balitanya ke
hubungan yang signifikan antara ibu dengan Posyandu yaitu 56,4% sedikit lebih tinggi
kelompok usia bayi dengan ibu kelompok balita dibanding responden yang pen- didikan tinggi
non bayi ter- hadap partisipasi ibu menimbang yang aktif menimbang balita- nya ke Posyandu
balitanya ke Posyandu dengan OR 2,0 yang berarti yaitu 52,6%. Dengan analisis bivariat
ibu anak balita kelompok bayi mempunyai ditunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan
peluang 2,0 kali lebih aktif partisipasinya me- antara suami yang berpendidikan tinggi
nimbang balitanya ke Posyandu di banding dibanding dengan suami yang berpendidikan
dengan ibu anak usia balita non bayi. rendah terhadap partisipasi menimbang balita ke
Hal ini dikarenakan umur yang ≥ 12 Posyandu.
bulan dan mendapatkan imunisasi lengkap Hasil penelitian ini tidak sejalan
dianggap sudah cukup melakukan kunjung- an dengan penelitian Raharjo (2003), yang me-
setiap bulan atau minimal 4 kali dalam 6 bulan. nyatakan ada hubungan pendidikan dengan
Padahal dengan menimbang balitanya, ibu-ibu tingkat keseringan ibu terhadap penimbang- an
secara tidak langsung dapat menge- tahui balita ke Posyandu. Penelitian Kurnia (2011)
pertumbuhan dan status gizi balita melalui melaporkan terdapat hubungan antara pendidikan
Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan indikator dengan pemanfaatan pelayanan Posyandu oleh ibu
pengukuran status gizi Berat Badan menurut Umur dengan Balita. Perbedaan penelitian ini mungkin
(BB/U). Dengan bertambah- nya umur balita dikarenakan suami tidak begitu perhatian untuk
maka bertambah pula berat badannya. membawa balita ke Posyandu, karena urusan
Hasil penelitian ini sejalan dengan posyandu berkembang di masyarakat khususnya
penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2010). di Wilayah kerja Puskesmas Panjang hanya
Ada hubungan yang bermakna antara umur balita milik wanita saja.
dengan kunjungan ke Posyandu di Kabupaten Motivasi
Pringsewu. Ada kecendrungan makin tinggi umur Proporsi responden dengan motivasi
anak, makin rendah cakupan penimbangan tinggi yang berpartisipasi aktif menimbang
rutin (< 4 Kali), sebaiknya semakin tinggi umur balitanya ke Posyandu yaitu 60,9% sedikit lebih
anak semakin tinggi pula persentase anak tinggi dibanding responden yang mem- punyai
yang tidak pernah di timbang (Depkes, 2007). motivasi rendah yang aktif me- nimbang
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status balitanya ke Posyandu yaitu 46,9%. Dari analisis
gizi. Kesalahan penentuan umur akan me- bivariat tampak adanya hubung- an yang signifikan
nyebabkan interprestasi status gizi menjadi salah. antara responden yang mempunyai motivasi
Menurut Puslibang Gizi Bogor (1980), batasan tinggi dibanding dengan responden yang
umur digunakan adalah tahun penuh mempunyai motivasi rendah terhadap partisipasi
ibu menimbang balitanya ke Posyandu.
154 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
REIHANA,DENGAN
ARTHA BUDI
PARTISIPASI
SUSILA IBU
DUARSA
UNTUK MENIMBANG BALITA 154
KE POSYANDU
Responden dengan motivasi tinggi mem- Hasil penelitian ini sejalan dengan
punyai peluang 1,7 kali lebih aktif untuk penelitian yang dilakukan Rusyidi (1999) dalam
menimbang balita ke posyandu dibanding Simanjutak (2002) mendapatkan keteraturan
dengan yang mempunyai motivasi rendah. Hal ibu memanfaatkan pelayanan antenatal
ini karena motivasi merupakan sikap manusia berhubungan dengan dukungan suami dan
yang memberikan energi, dan mendorong keluarga.
seseorang untuk berprilaku sehat, termasuk Status imunisasi
memotivasi ibu serta ke- inginan ibu untuk Kelengkapan status imunisasi pada balita
datang ke Posyandu guna memantau pertumbuhan dapat mempengaruhi seseorang untuk mengajak
dan perkembangan balitanya serta ingin balitanya ke Posyandu karena mereka
mengetahui kesehatan balita secara rutin setiap beranggapan ke Posyandu hanya untuk
bulan (Frederick Herzberg dalam Siagian, 1995). memperoleh imunisasi dan pe- nimbangan
Hal ini sejalan dengan penelitian Sutikno (2009) saja. Status imunisasi tidak lengkap yang
yang me- nyatakan motivasi mempengaruhi berpartisipasi aktif menimbang balitanya ke
kunjungan ibu balita ke Posyandu. Posyandu yaitu 58.0% sedikit lebih tinggi
Dukungan keluarga dibanding dengan status imuni- sasi lengkap dan
Kartono (1992) mengatakan, setiap aktif menimbang balitanya ke Posyandu yaitu
wanita baik yang bahagia maupun yang tidak 54,0%. Dari analisis bivariat dinyatakan tidak
bahagia apabila dirinya hamil dan punya anak ada hubungan yang signifikan antara status
pasti diahingapi campuran perasaan yaitu rasa imunisasi lengkap dengan status imunisasi
kuat dan berani menanggung cobaan dan rasa tidak lengkap dengan partisipasi ibu untuk
lemah hati, takut, ngeri, cemas terlebih pada menimbang balita ke Posyandu.
masa membesarkan anak. Dalam kondisi seperti Hasil penelitian ini tidak sejalan
ini suami dapat menjadi sumber kekuatan, dengan penelitian Simanjuntak (2002) yang
ketenangan dan dorongan yang penting bagi ibu. menyatakan bahwa pengetahuan ibu, pen-
Green dan Kruater (2005) menyebutkan bahwa didikan ibu, dan dukungan keluarga mem-
dukung- an keluarga merupakan salah satu pengaruhi kunjungan ibu ke tempat pelayan- an
elemen penguat (reinforcing) bagi terjadinya antenatal. Pekerjaan ibu sendiri tidak
perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat. berpengaruh terhadap pemberian imunisasi.
Ibu-ibu yang berpartisipasi aktif me- Menurut peneliti hal ini dikarenakan pem- berian
nimbang balitanya ke Posyandu yaitu 60,4% imunisasi pada balita hanya untuk pemberian
lebih tinggi dibanding responden yang tidak ada anak dibawah usia 12 bulan. Setelah usia 12
dukungan dan aktif menimbang balita- nya ke bulan balita datang ke Posyandu mungkin
Posyandu yaitu 31,3%. Dari analisis bivariat pelayanan yang didapat hanya berupa pemantuan
diperoleh hubungan yang signifikan antara tumbuh kembang balita, padahal pemantuan
responden yang mempunyai dukung- an keluarga berat badan sangat menentukan status gizi balita.
dibanding dengaan responden yang tidak Jarak rumah ke Posyandu
mendapat dukungan keluarga untuk menimbang Jarak rumah dekat dengan partisipasi aktif
balitanya ke Posyandu dan responden yang menimbang balitanya ke Posyandu
mempunyai dukungan keluarga mempunyai 56,9% sedikit lebih tinggi dibanding dengan
peluang 3,4 kali lebih berpartisipasi menimbang responden yang jarak rumahnya jauh dan aktif
balitanya ke Posyandu di banding dengan tidak menimbang balitanya ke Posyandu yaitu
mendapat dukungan dari keluarga. 49,1%. Hasil analisis bivariat menun- jukan
bahwa tidak ada hubungan yang
155 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
REIHANA,DENGAN
ARTHA BUDI
PARTISIPASI
SUSILA IBU
DUARSA
UNTUK MENIMBANG BALITA 155
KE POSYANDU
signifikan antara jarak rumah yang dekat yaitu Jarangnya petugas hadir di hari buka
Posyandu dan jarak yang jauh dari Posyandu Posyandu menyebabkan menurunnya keber-
dengan Partisipasi menimbang balita ke hasilan pelaksanaan Posyandu.
Posyandu. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Hasil penelitian sebelumnya yang di- Kelompok PMT yang berpartisipasi aktif
kemukakan oleh Kurnia (2011), menunjukkan menimbang balitanya ke Posyandu yaitu 59,5%
bahwa bahwa kondisi geografis diantaranya jarak sedikit lebih tinggi dibanding responden yang
dan kondisi jalan ke tempat pelayanan kesehatan tidak ada PMT dan aktif menimbang balitanya
sangat berpengaruh terhadap keaktifan ke Posyandu yaitu
membawa balitanya ke Posyandu. Jarak dari 43,1%. Dari analisis bivariat tampak ada
rumah ke Posyandu sangat mem- pengaruhi hubungan yang signifikan antara yang men- dapat
kunjungan ibu ke posyandu. Lokasi dan dukungan keluarga untuk partisipasi aktif
tempat posyandu sangat ber- pengaruh terhadap menimbang balita ke Posyandu di- banding
rendahnya kunjungan masyarakat ke Posyandu dngan keluarga yang tidak men- dapat
(Pradianto, 1989). dukungan dari keluarga terhadap partisipasi
Hasil penelitian ini berbeda karena ibu menimbang balitanya ke Posyandu di
kondisi wilayah kerja Puskesmas Panjang wilayah kerja Puskesmas Panjang Tahun 2010.
walaupun ada yang katagori jauh tetapi Adanya OR 1.9 berarti yang mendapat atau ada
dapat dijangkau oleh masyarakat. Lokasi dukungan keluarga mempunyai peluag 1,9 kali
Posyandu sebaiknya berada di tempat yang lebih aktif parti- sipasinya menimbang balitanya ke
mudah didatangi oleh masyarakat dan Posyandu dibanding dengan tidak ada
ditentukan oleh masyarakat itu sendiri. dukungan keluarga. Kebanyakan PMT yang
Berdasarkan hasil penelitian Masnuchaddin disediakan mandiri oleh Posyandu ditukar
(1992) diperoleh hubungan antara jarak dengan sejumlah uang oleh ibu-ibu yang datang
posyandu dari tempat tinggal dengan ke Posyandu. Hal ini dilakukan karena jika
kehadiran ibu dan balita ke Posyandu. Kehadiran makanan tambahan tersebut diberikan secara gratis
tenaga kesehatan kepada ibu-ibu yang datang ke Posyandu
Kehadiran tenaga kesehatan men- maka untuk Posyandu bulan berikutnya tidak
dorong ibu-ibu untuk berpartisipasi aktif dapat mengadakan makan- an tambahan lagi
menimbang balitanya ke Posyandu 59,9%, lebih karena modal awalnya tidak terkumpul lagi. Oleh
banyak dibanding dengan tidak hadir- nya karena itu sebaik- nya di Posyandu diadakan
petugas ke Posyandu terhadap partisi- pasi aktif penarikan uang kas Rp. 500,- s/d Rp.1000,- atau
menimbang balita ke Posyandu yaitu 37,9%. sesuai kese- pakatan bersama untuk pembuatan
Dari analisis bivariat diperoleh hubungan yang PMT setiap kali diadakan Posyandu. Pengadaan
signifikan antara kehadiran petugas di Posyandu PMT di Posyandu di Kota Bandar Lampung
dengan partisipasi aktif menimbang Balita ke sudah dilakukan oleh beberapa perusahaan besar
Posyandu dengan OR yang komit terhadap program CSRnya (Corporate
2,4. Ini berarti bahwa kehadiran petugas di Sosial Responsiblity). Kegiatan CSR ini baru
Posyandu mempunyai peluang 2,4 kali untuk dikembangkan untuk beberapa Posyandu di
berpartisipasi aktif menimbang Balita ke wilayah kerja Perusahaan tersebut.
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Hasil peneltian ini sejalan dengan
Panjang tahun 2011, dibanding dengan Murningsih (2008) yang menyatakan ada
petugas yang tidak hadir di Posyandu.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Makbul (2007)
156 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
REIHANA,DENGAN
ARTHA BUDI
PARTISIPASI
SUSILA IBU
DUARSA
UNTUK MENIMBANG BALITA 156
KE POSYANDU
Notoatmodjo, Soekidjo 2003. Pendidikan dan Perilaku Simanjuntak 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. dengan Kunjungan Antenatal K4 di Kota Medan
Octaviani 2008. Analisis Faktor Yang Berhubungan Propinsi Sumatera Utara. Tesis. Universitas
Dengan Partisipasi Kader Dalam Kegiatan Indonesia.
Posyandu di Wilayah Puskesmas Jogonalon II Supariasa Dkk 2002. Penilaian Status Gizi, Buku
Kabupaten Klaten, repository.usu.ac.id/ Kedokteran EGC, Jakarta.
bitstream/.../2/Reference.pdf Sutikno 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Pradianto, Tuti D 1989. Faktor-faktor yang motivasi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A pada
mempengaruhi ibu balita dalam penggunaan balita di Posyandu Desa Sumber Agung Kecamatan
posyandu di Kecamatan Bogor Barat Tahun 1989, Souh Kabupaten Lampung Barat, Skripsi, UMITRA,
FKMUI, Jakarta. Lampung.
Raharjo, Seno 2003. Hubungan Karakteristik ibu dan WHO 1998. Guideline for the Inpatient Treatment of
keaktifan menimbang anak di Posyandu Jendi Severely Malnourished Children, WHO Searo.
Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. WHO 2006. Provision of Effective Antenatal care:
http://eprints.undip.ac.id /12430/1/1838.pdf Interated Management of Prengnancy and
Saputri, Retno 2010. Faktor- Faktor Yang Berhubungan dengan Childbirth (IMPAC), Standards for Maternal and
Rendahnya Kunjungan balita ke Posyandu di Desa Neonatal care
Bandung Kecamatan Adiluwih Kabupaten Prinsewu. Yuliasari, Desi 2010. Tingkat Partisipasi ibu balita dalam
KTI Poltekes Jurusan Gizi Tanjung Karang. kegiatan posyandu dan determinannya di Kelurahan
Siagian, Sondang P 1995. Teori Motivasi dan Karya Utama Kecamatan Cikadel Kabupaten
Aplikasinya, Rineka Cipta, Jakarta. Pandeglang, STIKES MH Tamrin, Jakarta.